Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan Akuntansi kita bisa
memantau kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan yang kita jalani, apakah memperoleh laba
atau menderita kerugian.dengan akuntansi kitapun dapat memperoleh/ informasi yang nantinya
berguna untuk pemakainya,baik itu pihak ekstern maupun intern.Dengan adanya informasi ini
kita juga bisa membayar pajak kepada pemerintah demi kesejahteraan sosial.Semua informasi
dia tas terkait halnya dengan sebareba banyak pendapatan yang kita peroleh dari kegiatan
perusahaan kita, kerana pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap
perusahaan.Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atauearnings .Pendapatan
adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut
penjualan, penghasilan jasa(fees), bunga, dividen,royalti dan sewa.Menurut PSAK nomor 23
paragraf 6 adalah sebagai berikut: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian dan Sifat pendapatan dan biaya


2. Bagaiamana Pengakuan Pendapatan
3. Apa saja dasar kriteria pengakuan pendapatan
4. Apa perbedaan biaya dan rugi
5. Apa saja Prinsip-prinsip dasar dan kritik matching
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN SIFAT PENDAPATAN DAN BIAYA

Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar


pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala
pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pula
pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi.
Dan yang perlu diingat lagi, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan. Tanpa
pendapatan tidak ada laba, tanpa laba, maka tidaka ada perusahaan. Hal ini tentu saja tidak
mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan dari hasil operasi perusahaan.

Pengertian tentang pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada beberapa
pandangan yang menegaskan arrti konseptual dari pendapatan. Sebelum penulis lebih lanjut
menelaah mengenai pengertian pendapatan, maka terlebih dahulu perlu diketahui mengenai
konsep kesatuan usaha.

Konsep kesatuan usaha menurut Zaki Baridwan (1992 : 8 ) adalah sebagai berikut:
Konsep ini menyatakan bahwa dalam akuntansi perusahaan dipandang sebagai suatu kesatuan
usaha atau badan usaha yangberdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri da terpisah dari
pemilik dan pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan.
Berdasarkan konsep kesatuanusaha diatas, konsep tersebut mempunyai koknsekuensi
yaitu bahwa pendapatan dan laba harus dipandang sebagi kenaikan kekayaan perusahaan,
sedangkan biaya dan rugi sebagai pengurang kekayaan perusahaan. Oleh karena itu, Standar
Akuntansi harus menyelesaikan pengertian pendapatan dan biaya dengan memendangnya
sebagai perubahan kekayaan, buka sebagai kenaikan atau penurunan kekayaan pemilik atau
pemegang saham.

Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK) No. 23
mendefinisikan pendapata sebagai berikut:
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk iti mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
Disamping definisi yang dinyatakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia. Untuk menyatakan
gambran yang lebih lengkap mengenai pengertian pendapatan, penulis akan mengutip pendapat-
pendapat yang diambil dari berbagai macam bacaan. Menurut Zaki Baridwan dalam Buku
Intermediate Accounting merumuskan pengertian pendapatan adalah:
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badn usaha atau
pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan
kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama adan usaha
Menurut M. Munandar ( 1981 : 16 ) yang mengemukakan bahwa pendapatan adalah:
Sutau pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya Owners Equity, tetapi bukan
karena panambahan modal dari pemiliknya, dan bukan pula mer//upakan pertambahan assets
yang disebabkan karena betambahnya liabilities
Menurut Eldon S. Hendriksen ( 2000 : 374 ) dalam Teori Akuntansi menjelaskan bahwa
pendapatan adalah:
Pendapatan (revenue dapat mendefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu
perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan
diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan.
Dalam praktek ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan
Disamping definisi yang dinyatakan diatas terdapat definisi pendapatan dari C. Rollin
Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess ( 1992:56-57):
Pendapatan merupakan kenaikan kotor atau garis dalam modal pemilik yang dihasilkan dari
penjualan barang dagangan, pelayanan jasa kepada klien, penyewaan harta, peminjaman uang
dan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.

Sofyan Syafri Harahap (2001:236) mengemukakan bahwa pendapatan adalah :


Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada langganan/mereka
yang menerima.
Eldon Hendriksen mengemukakan definisi mengenai pendapatan sebagai berikut: :Konsep dasar
pendapatan adalah pendapatan merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa selama
jarak waktu tertentu.
Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang pendapatan yaitu
sebagai berikut:
1. Konsep Pendapatan yang meusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva sebagai hasil dari
kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai inflow of
net asset.
2. Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa
serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap
pendapatan sebagai outflow of good and services.
Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain maka pengecualian harus
dinyatakan dengan jelas, misalnya pendapatan diakui sebelum arus masuk aktiva benar-
benar terjadi. Konsep dasar pendapatan yang diungkapkan oleh Patton dan Littleton
dinamakan sebagai produk perusahaan yang menekankan bahwa pendapatan merupakan
arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan.

B. Pengakuan Pendapatan

Tujuan dari semua usaha pada akhirnya adalah untuk mendapatkan pendapatan yang
biasameningkatkan nilai perusahaan. Secara umum, pendapatan diakui pada saat realisasinya
atau sepanjang tahap (siklus)operasi.

Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23
menjelaslan kapan suatu pendapatan diakui adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan dari transaksi penjuala produk diakui pasa saat tanggal penjualan, biasanya
merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
2. Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa tersebut
telah dilakukan dapat dibuat fakturnya.

3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan


oleh pihak lain, seperti pendapata bunga, dan royalty diakui sejalan dengan berlakunya
waktu atau pada saat digunakan aktiva yan bersangkutan.

4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan seperti penjualan aktiva tetap
atau surat berharga diakui pada saat tanggal penjualan.

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.
Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari kas atau
setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal
dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.

Berkaitan dengan masalah pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang
prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan
keuangan ketika:

1. Pendapatan dihasilkan, dan


2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.

Pengakuan pendapatan mendapat kendala yaitu proses penentuan kapan pendapatan dapat diakui
dan dilaporkan untuk suatu periode tertentu dan berapa jumlahnya, proses penetuan waktu dan
besarnya pendapatan yang diakui ini berkaitan dengan konsep realisasi pendapatan (Revenue
Realization) Eldon S HEndriksen mengutp pernyataan American Accounting Association
Committee on Concept and Standard External reporting mengenai realisasi ini yaitu: Realisasi
bukan suatu determinan dalam konsep laba, realisasi hanya berfungsi sebagai pedoman
memutuskan kapan kejadian yang jika dipecahkan sebagai termasuk dalam laba objektif yaitu
apabila ketidakpastian telah sampai tingkat yang dapat diterima.
Secara teoritik titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat dilakukan pada berbagai saat, yaitu :
1. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi
2. Pengakuan pendapatan diakui pada saat selesainya produksi
3. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penjualan
4. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas

1. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi

Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi biasanya dilakukan oleh
perusahaan yang menjalankan produksi untuk kontrak jangka panjang. GAAP memperbolehkan
dua metode akuntansi untu pendapatan atas kontrak jangka panjang, yaitu sebagai berikut:

a. Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion Method)

Metode persentase penyelesaian adalah bentu alternative atas metode kontrak selesai. Dalam
metode ini, pengakuan pendapatan dicatat berdasarkan tingkat kemajuan pekerjaan atau dengan
kata lain jumlah pendapatan yang diakui untuk tiap periode ditentukan berdasarkan tingkat
penyelesaian, bagian pendapatan dan beban (dan juga laba) diakui ketika dihasilkan pada setiap
periode akuntansi.
Besarnya tingkat penyelesaian dari suatu kontrak harus diukur dimana pengukuran yang biasa
digunakan adalah pengukuran masukan dan pengukuran keluaran.

Pegukuran masukan (input measure)

Pengukuran masukan adalah upaya yang dikorbankan pada suatu proyek pada tanggal tertentu
dibandingkan dengan total upaya yang diperkirakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek. Pengukuran ini meliputi:

Metode biaya ke biaya (cost to cost method)


Metode ini paling sering digunakan, dimana tingkat penyelesaian ditentukan dengan
membandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan estimasi biaya total yang diharapkan.
Metode usaha yang diupyakan (effort expended method)
Metode ini didasarkan oleh ukuran dari pelaksanaan pekerjaan yang meliputi jam kerja, upah,
jam mesin, atau kuantitas bahan. Bahan penyelesaian dengan menggunakan metode ini diperoleh
dengan cara yang sama seperti metode biaya ke biaya.

Pengeluaran keluaran (output measure)

Pengukuran keluraran adalah hasil pada tanggal tertentu dibandingkan dengan total hasil kerja
proyek yang diselesaikan. Pengukuran pendapatan dengan menggunakan ukuran keluaran
didasarkan pada hasil yang dicapai dengan nilai tambah.

b. Metode kontrak selesai (completed contract method)

Menurut metode ini, pendapatan diakui jika pekerjaan sudah selesai 100%. Semua biaya selama
pelaksanaan dalam pekerjaan. Tagihan atas kemajuan tidak dicatat sebagaimana pendapatan,
tetapi diakumulasikan dalam akun kontrak persediaan. Metode kotrak selesai harus digunakan
hanya:

1) Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek,


2) Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi,
atau
3) Jika terdapat bahaya yang melejat dalam kontrak itu diluar resiko bisnis yang normal dan
berulang.
Metode kontak selesai (completed contract method) ini hanya akan diguakan jika metode
perssentase penyelesaian (percentage of completion method) tidak tepat.

2. Pengakuan pendapatan pada saat selesainya produksi

Pengakuan pendapatan atas dasar penyelesaian produksi ditujukan untuk produk dalam criteria;
1) Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang stabil,
2) Biaya pemasaran yang tidak besar,
3) Unit-unit yang dipertukarkan pelaoran pendapatan pada waktu penyelesaian produksi
tergantung pada tingkat kepastian diaman harga jual dan biaya tambahan dapat diestimasi.
Kriteria utama untuk menmggunakan metode ini adalah kemampuan realisasi yang handal yaitu
produk harus dapat dipasarkan segera pada harga tertentu yang dapat dipengaruhi produsen
tertentu.

3. Pengakuan pandapatan pada saat penjualan

Untuk tujuan pengakuan pendapatan saat terjadinya penjualan merupakan dasar yang paling
utama. Hal tersebut didukung dengan alasan antara lain:
Harga produk sekarang sudah lebih pasti.
Produk telah berada diluar perusahaan dan aktiva baru sudah menggantikannya, yakni
pertukaran telah terjadi.
Untuk sebagian perusahaan, penjualan diasumsikan sebagai peristiwa keuangan yang paling
penting dalam kegiatan ekoknomi perusahaan.
Sebagian besar biaya yang menyangkut pembuatan atau peroleha produk dan biaya pelepasan
sekarang telah terjadi atau sekarang sudah ditentukan.
Dasar pengakuan ini sangat tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang bergerak dlam bidang
produksi atau perusahaan dagang. Kegiatan penjualan merupakan hal yang paling menentukan
dan mempunyai arti keuangan sebab transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aktiva bau
kedalam perusahaan yang berupa kas atau piutang.

4. Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan kas

Penerimaan kas merupakan hal yang signifikan dalam pengukuran pendapatan. Umumnya, tidak
kritis dalam proses opersaional untuk meningkatkan aktiva bersih perusahaan. Penerapan dasar
penerimaan kas paling banyak dijumpai dalam perusahaan yang melakukan penjualan yang
bayarannya secara angsuran.
Dalam perusahan jasa, kalau satuan jasa dilakukan dalam waktu relative pendek. Misalnya,
perusahaan angkutan atau bioskop maka saat penerimaan uang dari konsumen hamper
bersamaan dengan penyerahan jasa sehingga keduanya dapat dijadikan dasar dalam pengukuran
dan pengakuan pendapatan. Untuk jangka panjang didalam satuan jasa, misalnya penyewaan
ruangan atau bangunan maka terdapat perbedaan antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui
dala suatu periode atas dasar penerimaan uang.

C. Kriteria Pengakuan Pendapatan

Pengaakuan pendapatan yang diajukan oleh Financial Accounting Standard Board


(FASB) ada dua kriteria yaitu sebagai berikut:
1. Pendapatan baru diakui jika jumlah pendapatan terealisasi atau cukup pasti akan segera
terealisasi.
2. Pendapatan baru adapat diakui jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau terhimpun.

a. Metode Pencatatan Pendapatan

Di dalam laporan akuntansi dasar pencatatan pendapatan harus berdasarkan ketentuan-ketentuan


sebagai berikut:
1) Nilai ekonomis harus sudah ditambahkan perusahaan pada produknya
2) Jumlah pendapatan harud dapat diukur
3) Pengukuran yang dilakukan haruslah bebas
4) Biaya-biaya yang berkaitan harus dapat diestimasi dengan tingkat kecermatan yang
memuaskan.
Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari dua metode, yaitu sebagai berikut: metode
berbasis kas(cash basis method) dan metode aberbasis akrual (accrual basis method)

1. Metode cash basis


Suatu system dimana pendapatan belum diakui sebelum pendapatan tersebut belum
diterima. Metode ini banyak digunakan pada perusahaan kecil dan orang-orang yang menjual
jasa, pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.
2. Metode accrual basis
Metode pencatatan pendapatan, dimana pendapatan itu dicatat pada saat sudah terjadi hak
tanpa memperhatikan pendapatan tersebut diterima. Keuntungan metode ini adalah karena
metode ini sangat teliti dalam pengukuran keuntungan (dalam laporan laba rugi) dan neraca
selisih.

C.b. Metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa

Ada empat metode pengakuan pendapatan untuk perusahaan yang kegiatannya sebagian besar
dalam penjualan jasa dibandingkan produksi yaitu sebagai berikut:

1. Metode kinerja khusus


Metode ini digunakan untuk penapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan aksi
tunggal. Sebagai contoh: seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas penyelesaian
penambalan gigi.

2. Metode Kinerja Profesional


Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih dari
satu aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periiode akuntansi.

3. Metode Kinerja Selesai


Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan
melakukan serangkaian tindakan dimana yang terakhir sangat penting dalam hubungannya
dengan total transaksi jasa dimana pendapatan jasa dianggap telah dihasilkan hanya setelah
tindakan terakhir terjadi. Metode ini serupa dengan metode kontrak selesai, yang digunakan
untuk kontrak jangka panjang.

4. Metode Penagihan
Metode ini digunakan untuk pendapatamn jasa ketika ketdakpastian penagihan sangat
tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga
persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Pendapatan diakui hanya ketika kas diperoleh. Metode ini
serupa dengan metode pemulihan biya yang digunakan untuk penjualan produK

D. Perbedaan Biaya dan Rugi

Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan
pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai berikut : Biaya
adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi
keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang atau penyerahan
jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas .

Sedang IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut :Beban (expenses) adalah
penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Dari pengertian di atas dapat dilihat
bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus
melalui hutang lebih dahulu.

Sementara Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan
hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholders equity) sebagai akibat pemakian
barang dan jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.

Dari definsi-definisi di atas, definisi yang dikemukakan IAI sejalan dengan definisi yang
diajukan oleh Kam. Keduanya mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwa moneter
(penurunan aktiva, kenaikan hutang/kenaikan ekuitas). Sebaliknya definisi yang dikemukakan
FASB cenderung agak berbeda dengan definisi yang dikemukakan Kam. Perbedaan sudut
pandang tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
Definisi yang diajukan FASB tidak menunjukkan perbedaan yang jelas antara peristiwa moneter
dan peristiwa fisik. Perlu diketahui bahwa laba, pendapatan, dan biaya saling berkaitan erat
dengan nilai dari suatu obyek ekonomi tertentu (jumlah rupiah memiliki sifat moneter, karena
dihasilkan dari peristiwa yang menyebabkan perubahan nilai obyek ekonomi tersebut. Biaya
menunjukkan peristiwa moneter yang berasal dari pemakaian barang dan jasa (peristiwa fisik)
dalam kegiatan operasional perusahaan. Pemakaian aktiva harus menunjukkan adanya suatu cost
yang dinyatakan keluar (dikonsumsi) sebagai biaya.

Apabila dilihat dari pandangan tradisional, definisi yang dikemukakan FASB menunjukkan
bahwa biaya hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva untuk tujuan menghasilkan pendapatan
pada periode berjalan. Apabila prinsip penandingan (matching) dilakukan dengan tepat, maka
pembebanan biaya harus ditunda lebih dahulu sebagai aktiva, selama pemanfaatan jasa masa
sekarang dapat membantu menghasilkan pendapatan pada priode yang akan datang. FASB tidak
menunjukkan kondisi tersebut.

Lepas dari perbedaan tersebut, yang jelas setiap cost yang dinyatakan keluar dalam
rangka menghasilkan pendapatan disebut dengan biaya. Baik itu biaya yang berasal dari cost
yaang langsung dibebankan sebagai biaya tanpa dicatat lebih dahulu sebagai aktiva.

Rugi
Agar pemakai laporan keuangan mendapat tambahan informasi yang lebih lengkap, rugi dapat
disertakan dalam laporan rugi laba sebagai penentu besarnya laba /komprehensif. Rugi sebaiknya
disajikan terpisah dari biaya.
Dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
IAI tidak memisahkan biaya dengan rugi ataupun tidak langsung untuk memperoleh pendapatan
disebut dengan biaya.

2.2. Pengukuran dan Pengakuan Biaya


Pengukuran dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan
laporan keuangan. Oleh karena itu pemahaman secara konseptual tentang pengukuran dan
pengakuan pendapatan tidak dapat diabaikan.

2.2.1. Pengukuran Biaya


Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang
digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya dapat
didasarkan pada :
1. Cost Historis.
2. Cost pengganti/cost masukan terkini (Replacement Cost/Current Input Cost).
3. Setara kas (Cash Equivalent)

Meskipun ada berbagai dasar penilaian, dalam praktek yang paling banyak digunakan untuk
mengukur biaya adalah cost histories.

2.2.2. Pengakuan Biaya

Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu :


1. sebagai aktiva (potensi jasa)
2. sebagai beban pendapatan (biaya)

Proses pembebanan cost padas dasarnya merupakan proses pemisahan cost. Oleh karena itu, agar
informasi yang dihasilkan akurat, bagain cost yang telah diakui sebagai biaya pada periode
berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya peda periode
berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya periode
mendatang) harus dapat ditentukan dengan jelas.

Ada dua masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan cost tersebut, yaitu :

1. kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan pada
pendapatan periode berjalan.

2. kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan


pembebanannya.
Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya apabila cost tersebut memenuhi
criteria sebagai berikut :
memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan
perusahaan, berasal dari transaksi masa lalu).
Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat
pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.

Dari uraian diatas, secara umum dapat dirumuskan bahwa berdasarkan konsep penandingan
(matching), pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan
biaya juga ditunda. Untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapatan tentang pengakuan biaya,
biasanya badan berwenang mengeluarkan aturan tertentu untuk mengakui biaya.

2.3. Konsep Perbandingan


Konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar hubungan yang
tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang dituju
perusahaan, sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan
upaya yang dilakukan perusahaan.

Penandingan antara biaya dan pendapatan memerlukan dasar yang tepat. Upaya mencari dasar
penandingan yang tepat merupakan masalah yang sering dihadapi oleh akuntan.
Paton dan Littleton mengungkapkan :

masalah utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya adalah mencari dasar penandingan
yang paling tepat antara pendapatan dengan biaya yang berhubungan dengan pendapatan
tersebut. Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai media untuk
melacak dan membebankannya. Meskipun demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi
yang ada, dasar penandingan yang paling penting adalah kelayakan (reasonable) bukannya
pengukuran fisik.

Dalam praktek ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari hubungan
antara biaya pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar penandingan tersebut adalah :
hubungan sebab akibat (association of causes and effects), alokasi sistematik dan rasional
(systematic and rational allocation) dn pembebanan segera (immediate recognition).

2.3.1. Hubungan Sebab Akibat.


Dasar yang paling ideal untuk membandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan sebab
akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar pengamatan yang dilakukan
para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu yang digunakan dalam proses produksi
pada akhirnya akan membantu dalam proses menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
Komite American Accounting Association juga menyarankan penggunaan hubungan sebab
akibat sebagai dasar penandingan. Mereka mengatakan : Cost harus dihubungkan dengan
pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat
hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan yang diakui.
Dari pernyataan di atas dapat dirumuskan bahwa penandingan yang benar-benar tepat dapat
dilakukan apabila terdapat hubungan yang rasional antara pendapatan dan biaya. Oleh karena itu
pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode yang
sama dengan periode pengakuan pendapatan.
Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar produk yang
digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut adalah :
pemakaian barang dan jasa yang bagaimana yang dapat diidentifikasi dengan produk ?
apabila biaya tidak menambah nilai produk tertentu, kapan biaya tersebut dapat dihubungkan
secara langsung dengan pendapatan di masa yang akan datang ?
Bagaimana biaya tersebut dapat dilaporkan dengan tepat sesuai dengan pendapatan yang
diperoleh ?
kapan biaya yang terjadi setelah penjualan dapat dicatat dan dilaporkan ?
Berikut ini akan dibahas ketiga masalah tersebut dan alternatif pemecahannya :

1. Identifikasi Cost Produk

Sesuai dengan konsep penandingan, semua cost produksi harus dibebankan pada produk yang
bersangkutan. Cost produk dapat dibagi menjadi dua :
cost produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya.
cost yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebagai persediaan) dan
dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.
Beberapa cost produk dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu, sementara cost yang
lain hanya dapat dihubungkan dengan kegiatan produksi dan dialokasikan pada produk
berdasarkan aturan ataun prosedur tertentu. Disinilah pentingnya melakukan identifikasi untuk
menentukan cost produk langsung (direct product cost) dan cost produk tidak langsung (indirect
product cost). Cost produk langsung adalah cost barang dan jasa yang digunakan untuk
memproduksi prodk tertentu dan yang secara langsung dapat diidentifikasi atau ditelusur ke
produk yang dihasilkan. Cost bahan baku dan tenaga kerja langsung merupakan cost produk
langsung karena terjadinya atau manfaat cost tersebut dapat diidentifikasi pada produk tertentu.

Cost produk tidak langsung adalah cost barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi,
yang tidak dapat di identifikasi pada produk yang dihasilkan. Cost overhead pabrik adalah
contoh cost produk tidak langsung. Meskipun cost inisifatnya tidak langsung, namun cost
tersebut tetap dibebankan pada produk atas dasar aturan atau metode tertentu. Yang menjadi
masalah sekarang, di antara cost produk tersebut yang manakah yangdapat ditandingkan dengan
pendapatan? Akuntan banyak tidak sependapat untuk merteembebankan semua cost produksi
individual pada produk tertentu. Perbadaan ini muncul karena adanya dua konsep yang berbeda
dalam menentukan elemen cost produk, yaitu konsep full costing, dan konsep direct costing.

Menurut konsep full costing, cost yang dianggap sebagai biaya adalah semua cost produk baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan produk yang terjual. Semetara menurut
menurut konsep direct cisting, hanya cost produk variabel yang dianggap sebagai biaya atas
produk terjual. Dengan demikian, cost produksi non variabel akan dibebankan sebagai biaya
periode. Masalah lain yang muncul adalah cost kapasitas menganggur dan cost produk rusak
yang bersifat abnormal. Jenis cost tersebut umumnya dianggap sebagai rugi (losses) atau
langsung dibebankan sebagai biaya. Perlakuan inipun masih menimbulkan masalah, apakah cost
tersebut sebaiknya diperlakukan sebagai rugi (losses) atau biaya.

Penentuan cost atas produk rusak sebagai rugi (losses) atau biaya sangat tergantung pada sifat
dari kerusakan tersebut. Apabila kerusakan terjadi karena kejadian normal atau atau sering
terjadi, maka cost tersebut diperlakukan sebagai biaya. Sebaliknya, apabila kerusakan terjadi
karena hal yang tidak biasa( tidak rutin), maka cost produk rusak tersebut diperlakukan sebagai
rugi (losses).

2. Biaya Yang Langsung Berhubungan dengan Pendapatan Masa Mendatang, Tetapi Tidak
Masuk dalam Cost Produksi.

Pada beberapa kasus, cost yang dapat dihubungkan dengan pendapatan masa mendatang tidak
dapat dibebankan secara langsung dengan prodruk tertentu. Hal ini disebabkan cost tersebut
tidak menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan. Contoh dari kasus ini adalah
biaya penjualan dan administrasi. Biaya penjualan dan administrasi tidak harus ditandingkan
dengan pendapatan di masa mendatang jika tidak ada jaminan yang rasional untuk
menghubungkan biaya tersebut dengan pendapatan di masa mendatang. Meskipun jenis biaya
tersebut tidak secara langsung menghasilkan pendapatan karena secara teknis sulit mencari
hubungan sebab akibatnya, namun biaya tersebut harus tetap dibebankan sebagai biaya.
Tidak diperolehnya pendapatan atau tidak adanya kemungkinan rugi pada periode berjalan,
bukan merupakan alasan untuk menunda pembebanan biaya. Alasannya adalah apabila suatu cost
dan jasa tidak memberikan manfaat pada periode sekarang dan juga bukan merupakan rugi, maka
cost tersebut tentu akan memberikan manfaat masa mendatang. Oleh karena itu, cost tersebut
harus dialokasikan pada periode mendatnag agar dapat dilakukan penandingan antara biaya
dengan pendapatan. Contohnya, cost pendirian perusahaan tidak dapat dihubungkan dengan
produk karena biasanya tidak ada produk yang dihasilkan pada cost tersebut dikeluarkan.
Meskipun demikian, cost tersebut dapat dihubungkan dengan pendapatan masa mendatang dan
biasanya dikapitalisasi. Jadi cost tersebut sering diperlakukan sebagai aktiva tidak berwujud.
Namun demikian, apabila tidak ada hubungan khusus antara pendapatan dan biaya, maka proses
penandingan tidak dapat dilakukan. Konsekuensinya, tindakan menangguhkan pembebanan cost
tersebut pada akhirnya akan menyebabkan perataan laba dan dan tidak menambah manfaat
informasi yang dihasilkan. Contoh lainyang relevan dengan kasus diatas adalah cost penelitian
dan pengembangan. Meskipun pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan mungkin
memiliki manfaat dalam beberapa periode, namun tidak ada metode atau cara yang relevan dan
bermanfaat untuk menerapkan konsep penandingannya.
3. Biaya Yang Berhubungan Dengan Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan Diakui.

Umumnya biaya yang berhubungan dengan pendapatan akan terjadi setelah biaya yang akan
timbul setelah penjualan. Apabila cost kegiatan tertentu dapat ditaksir secara layak dan cukup
pasti, maka cost tersebut dapat diakui sebagai biaya pada periode pengakuan pendapatan.

Meskipun dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai dasar
penandingan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional.
Banyak cost periodic yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode
berjalan.
Pada bebrapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan pendapatan.
Apabila cost dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan, maka cost tersebut harus diakui
sebagai biaya pada periode terjadinya.
Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang
dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang, maka tidak ada
alas an untuk menunda pembebanan cot sebgai biaya pada periode terjadinya.
Apabila biaya bersifat rutin (regular) dan terjadi berulang-ulang maka pembebanan langsung
secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat
tidak dapat dicapai.

F. Prinsip-Prinsip dasar dan kritik machting


Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan
pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai berikut : Biaya
adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi
keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang atau penyerahan
jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas .

Sedang IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut :Beban (expenses) adalah
penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Dari pengertian di atas dapat dilihat
bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus
melalui hutang lebih dahulu.

Sementara Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan
hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholders equity) sebagai akibat pemakian
barang dan jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.

Dari definsi-definisi di atas, definisi yang dikemukakan IAI sejalan dengan definisi yang
diajukan oleh Kam. Keduanya mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwa moneter
(penurunan aktiva, kenaikan hutang/kenaikan ekuitas). Sebaliknya definisi yang dikemukakan
FASB cenderung agak berbeda dengan definisi yang dikemukakan Kam. Perbedaan sudut
pandang tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
Definisi yang diajukan FASB tidak menunjukkan perbedaan yang jelas antara peristiwa moneter
dan peristiwa fisik. Perlu diketahui bahwa laba, pendapatan, dan biaya saling berkaitan erat
dengan nilai dari suatu obyek ekonomi tertentu (jumlah rupiah memiliki sifat moneter, karena
dihasilkan dari peristiwa yang menyebabkan perubahan nilai obyek ekonomi tersebut. Biaya
menunjukkan peristiwa moneter yang berasal dari pemakaian barang dan jasa (peristiwa fisik)
dalam kegiatan operasional perusahaan. Pemakaian aktiva harus menunjukkan adanya suatu cost
yang dinyatakan keluar (dikonsumsi) sebagai biaya.

Apabila dilihat dari pandangan tradisional, definisi yang dikemukakan FASB menunjukkan
bahwa biaya hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva untuk tujuan menghasilkan pendapatan
pada periode berjalan. Apabila prinsip penandingan (matching) dilakukan dengan tepat, maka
pembebanan biaya harus ditunda lebih dahulu sebagai aktiva, selama pemanfaatan jasa masa
sekarang dapat membantu menghasilkan pendapatan pada priode yang akan datang. FASB tidak
menunjukkan kondisi tersebut.

Lepas dari perbedaan tersebut, yang jelas setiap cost yang dinyatakan keluar dalam
rangka menghasilkan pendapatan disebut dengan biaya. Baik itu biaya yang berasal dari cost
yaang langsung dibebankan sebagai biaya tanpa dicatat lebih dahulu sebagai aktiva.
2.1.2. Biaya dan Rugi
Agar pemakai laporan keuangan mendapat tambahan informasi yang lebih lengkap, rugi dapat
disertakan dalam laporan rugi laba sebagai penentu besarnya laba komprehensif. Rugi sebaiknya
disajikan terpisah dari biaya.
Dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
IAI tidak memisahkan biaya dengan rugi ataupun tidak langsung untuk memperoleh pendapatan
disebut dengan biaya.

2.2. Pengukuran dan Pengakuan Biaya


Pengukuran dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan laporan
keuangan. Oleh karena itu pemahaman secara konseptual tentang pengukuran dan pengakuan
pendapatan tidak dapat diabaikan.

2.2.1. Pengukuran Biaya


Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan
untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya dapat didasarkan pada :
1. Cost Historis.
2. Cost pengganti/cost masukan terkini (Replacement Cost/Current Input Cost).
3. Setara kas (Cash Equivalent)

Meskipun ada berbagai dasar penilaian, dalam praktek yang paling banyak digunakan untuk
mengukur biaya adalah cost histories.

2.2.2. Pengakuan Biaya


Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu :
1. sebagai aktiva (potensi jasa)
2. sebagai beban pendapatan (biaya)

Proses pembebanan cost padas dasarnya merupakan proses pemisahan cost. Oleh karena itu, agar
informasi yang dihasilkan akurat, bagain cost yang telah diakui sebagai biaya pada periode
berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya peda periode
berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya periode
mendatang) harus dapat ditentukan dengan jelas.
Ada dua masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan cost tersebut, yaitu :

1. kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan pada
pendapatan periode berjalan.

2. kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan


pembebanannya.
Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya apabila cost tersebut memenuhi
criteria sebagai berikut :
memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan
perusahaan, berasal dari transaksi masa lalu).
Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada
aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.

Dari uraian diatas, secara umum dapat dirumuskan bahwa berdasarkan konsep penandingan
(matching), pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan
biaya juga ditunda. Untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapatan tentang pengakuan biaya,
biasanya badan berwenang mengeluarkan aturan tertentu untuk mengakui biaya.

2.3. Konsep Perbandingan


Konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar hubungan yang
tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang dituju
perusahaan, sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan
upaya yang dilakukan perusahaan.

Penandingan antara biaya dan pendapatan memerlukan dasar yang tepat. Upaya mencari dasar
penandingan yang tepat merupakan masalah yang sering dihadapi oleh akuntan.
Paton dan Littleton mengungkapkan :

masalah utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya adalah mencari dasar penandingan
yang paling tepat antara pendapatan dengan biaya yang berhubungan dengan pendapatan
tersebut. Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai media untuk
melacak dan membebankannya. Meskipun demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi
yang ada, dasar penandingan yang paling penting adalah kelayakan (reasonable) bukannya
pengukuran fisik.

Dalam praktek ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari hubungan
antara biaya pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar penandingan tersebut adalah :
hubungan sebab akibat (association of causes and effects), alokasi sistematik dan rasional
(systematic and rational allocation) dn pembebanan segera (immediate recognition).

2.3.1. Hubungan Sebab Akibat.


Dasar yang paling ideal untuk membandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan sebab
akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar pengamatan yang dilakukan
para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu yang digunakan dalam proses produksi
pada akhirnya akan membantu dalam proses menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
Komite American Accounting Association juga menyarankan penggunaan hubungan sebab
akibat sebagai dasar penandingan. Mereka mengatakan : Cost harus dihubungkan dengan
pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat
hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan yang diakui.
Dari pernyataan di atas dapat dirumuskan bahwa penandingan yang benar-benar tepat dapat
dilakukan apabila terdapat hubungan yang rasional antara pendapatan dan biaya. Oleh karena itu
pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode yang
sama dengan periode pengakuan pendapatan.
Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar produk yang
digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut adalah :
pemakaian barang dan jasa yang bagaimana yang dapat diidentifikasi dengan produk ?
apabila biaya tidak menambah nilai produk tertentu, kapan biaya tersebut dapat dihubungkan
secara langsung dengan pendapatan di masa yang akan datang ?
Bagaimana biaya tersebut dapat dilaporkan dengan tepat sesuai dengan pendapatan yang
diperoleh ?
kapan biaya yang terjadi setelah penjualan dapat dicatat dan dilaporkan ?
Berikut ini akan dibahas ketiga masalah tersebut dan alternatif pemecahannya :

1. Identifikasi Cost Produk

Sesuai dengan konsep penandingan, semua cost produksi harus dibebankan pada produk yang
bersangkutan. Cost produk dapat dibagi menjadi dua :
cost produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya.
cost yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebagai persediaan) dan
dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.
Beberapa cost produk dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu, sementara cost yang
lain hanya dapat dihubungkan dengan kegiatan produksi dan dialokasikan pada produk
berdasarkan aturan ataun prosedur tertentu. Disinilah pentingnya melakukan identifikasi untuk
menentukan cost produk langsung (direct product cost) dan cost produk tidak langsung (indirect
product cost). Cost produk langsung adalah cost barang dan jasa yang digunakan untuk
memproduksi prodk tertentu dan yang secara langsung dapat diidentifikasi atau ditelusur ke
produk yang dihasilkan. Cost bahan baku dan tenaga kerja langsung merupakan cost produk
langsung karena terjadinya atau manfaat cost tersebut dapat diidentifikasi pada produk tertentu.

Cost produk tidak langsung adalah cost barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi,
yang tidak dapat di identifikasi pada produk yang dihasilkan. Cost overhead pabrik adalah
contoh cost produk tidak langsung. Meskipun cost inisifatnya tidak langsung, namun cost
tersebut tetap dibebankan pada produk atas dasar aturan atau metode tertentu. Yang menjadi
masalah sekarang, di antara cost produk tersebut yang manakah yangdapat ditandingkan dengan
pendapatan? Akuntan banyak tidak sependapat untuk merteembebankan semua cost produksi
individual pada produk tertentu. Perbadaan ini muncul karena adanya dua konsep yang berbeda
dalam menentukan elemen cost produk, yaitu konsep full costing, dan konsep direct costing.
Menurut konsep full costing, cost yang dianggap sebagai biaya adalah semua cost produk baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan produk yang terjual. Semetara menurut
menurut konsep direct cisting, hanya cost produk variabel yang dianggap sebagai biaya atas
produk terjual. Dengan demikian, cost produksi non variabel akan dibebankan sebagai biaya
periode. Masalah lain yang muncul adalah cost kapasitas menganggur dan cost produk rusak
yang bersifat abnormal. Jenis cost tersebut umumnya dianggap sebagai rugi (losses) atau
langsung dibebankan sebagai biaya. Perlakuan inipun masih menimbulkan masalah, apakah cost
tersebut sebaiknya diperlakukan sebagai rugi (losses) atau biaya.

Penentuan cost atas produk rusak sebagai rugi (losses) atau biaya sangat tergantung pada sifat
dari kerusakan tersebut. Apabila kerusakan terjadi karena kejadian normal atau atau sering
terjadi, maka cost tersebut diperlakukan sebagai biaya. Sebaliknya, apabila kerusakan terjadi
karena hal yang tidak biasa( tidak rutin), maka cost produk rusak tersebut diperlakukan sebagai
rugi (losses).

2. Biaya Yang Langsung Berhubungan dengan Pendapatan Masa Mendatang, Tetapi Tidak
Masuk dalam Cost Produksi.

Pada beberapa kasus, cost yang dapat dihubungkan dengan pendapatan masa mendatang tidak
dapat dibebankan secara langsung dengan prodruk tertentu. Hal ini disebabkan cost tersebut
tidak menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan. Contoh dari kasus ini adalah
biaya penjualan dan administrasi. Biaya penjualan dan administrasi tidak harus ditandingkan
dengan pendapatan di masa mendatang jika tidak ada jaminan yang rasional untuk
menghubungkan biaya tersebut dengan pendapatan di masa mendatang. Meskipun jenis biaya
tersebut tidak secara langsung menghasilkan pendapatan karena secara teknis sulit mencari
hubungan sebab akibatnya, namun biaya tersebut harus tetap dibebankan sebagai biaya.
Tidak diperolehnya pendapatan atau tidak adanya kemungkinan rugi pada periode berjalan,
bukan merupakan alasan untuk menunda pembebanan biaya. Alasannya adalah apabila suatu cost
dan jasa tidak memberikan manfaat pada periode sekarang dan juga bukan merupakan rugi, maka
cost tersebut tentu akan memberikan manfaat masa mendatang. Oleh karena itu, cost tersebut
harus dialokasikan pada periode mendatnag agar dapat dilakukan penandingan antara biaya
dengan pendapatan. Contohnya, cost pendirian perusahaan tidak dapat dihubungkan dengan
produk karena biasanya tidak ada produk yang dihasilkan pada cost tersebut dikeluarkan.
Meskipun demikian, cost tersebut dapat dihubungkan dengan pendapatan masa mendatang dan
biasanya dikapitalisasi. Jadi cost tersebut sering diperlakukan sebagai aktiva tidak berwujud.
Namun demikian, apabila tidak ada hubungan khusus antara pendapatan dan biaya, maka proses
penandingan tidak dapat dilakukan. Konsekuensinya, tindakan menangguhkan pembebanan cost
tersebut pada akhirnya akan menyebabkan perataan laba dan dan tidak menambah manfaat
informasi yang dihasilkan. Contoh lainyang relevan dengan kasus diatas adalah cost penelitian
dan pengembangan. Meskipun pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan mungkin
memiliki manfaat dalam beberapa periode, namun tidak ada metode atau cara yang relevan dan
bermanfaat untuk menerapkan konsep penandingannya.

3. Biaya Yang Berhubungan Dengan Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan Diakui.

Umumnya biaya yang berhubungan dengan pendapatan akan terjadi setelah biaya yang akan
timbul setelah penjualan. Apabila cost kegiatan tertentu dapat ditaksir secara layak dan cukup
pasti, maka cost tersebut dapat diakui sebagai biaya pada periode pengakuan pendapatan.

Meskipun dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai dasar
penandingan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional.
Banyak cost periodic yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode
berjalan.
Pada bebrapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan pendapatan.
Apabila cost dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan, maka cost tersebut harus diakui
sebagai biaya pada periode terjadinya.
Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang
dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang, maka tidak ada
alas an untuk menunda pembebanan cot sebgai biaya pada periode terjadinya.
Apabila biaya bersifat rutin (regular) dan terjadi berulang-ulang maka pembebanan langsung
secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat
tidak dapat dicapai.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan
pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai berikut : Biaya
adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi
keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang atau penyerahan
jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas .

Sedang IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut :Beban (expenses) adalah
penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Dari pengertian di atas dapat dilihat
bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus
melalui hutang lebih dahulu.

Sementara Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan
hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholders equity) sebagai akibat pemakian
barang dan jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.

Dari definsi-definisi di atas, definisi yang dikemukakan IAI sejalan dengan definisi yang
diajukan oleh Kam. Keduanya mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwa moneter
(penurunan aktiva, kenaikan hutang/kenaikan ekuitas). Sebaliknya definisi yang dikemukakan
FASB cenderung agak berbeda dengan definisi yang dikemukakan Kam. Perbedaan sudut
pandang tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
Definisi yang diajukan FASB tidak menunjukkan perbedaan yang jelas antara peristiwa moneter
dan peristiwa fisik. Perlu diketahui bahwa laba, pendapatan, dan biaya saling berkaitan erat
dengan nilai dari suatu obyek ekonomi tertentu (jumlah rupiah memiliki sifat moneter, karena
dihasilkan dari peristiwa yang menyebabkan perubahan nilai obyek ekonomi tersebut. Biaya
menunjukkan peristiwa moneter yang berasal dari pemakaian barang dan jasa (peristiwa fisik)
dalam kegiatan operasional perusahaan. Pemakaian aktiva harus menunjukkan adanya suatu cost
yang dinyatakan keluar (dikonsumsi) sebagai biaya.

Apabila dilihat dari pandangan tradisional, definisi yang dikemukakan FASB menunjukkan
bahwa biaya hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva untuk tujuan menghasilkan pendapatan
pada periode berjalan. Apabila prinsip penandingan (matching) dilakukan dengan tepat, maka
pembebanan biaya harus ditunda lebih dahulu sebagai aktiva, selama pemanfaatan jasa masa
sekarang dapat membantu menghasilkan pendapatan pada priode yang akan datang. FASB tidak
menunjukkan kondisi tersebut.

Lepas dari perbedaan tersebut, yang jelas setiap cost yang dinyatakan keluar dalam
rangka menghasilkan pendapatan disebut dengan biaya. Baik itu biaya yang berasal dari cost
yaang langsung dibebankan sebagai biaya tanpa dicatat lebih dahulu sebagai aktiva.

2.1.2. Biaya dan Rugi


Agar pemakai laporan keuangan mendapat tambahan informasi yang lebih lengkap, rugi dapat
disertakan dalam laporan rugi laba sebagai penentu besarnya laba komprehensif. Rugi sebaiknya
disajikan terpisah dari biaya.
Dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
IAI tidak memisahkan biaya dengan rugi ataupun tidak langsung untuk memperoleh pendapatan
disebut dengan biaya.

2.2. Pengukuran dan Pengakuan Biaya


Pengukuran dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan laporan
keuangan. Oleh karena itu pemahaman secara konseptual tentang pengukuran dan pengakuan
pendapatan tidak dapat diabaikan.

2.2.1. Pengukuran Biaya


Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan
untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya dapat didasarkan pada :
1. Cost Historis.
2. Cost pengganti/cost masukan terkini (Replacement Cost/Current Input Cost).
3. Setara kas (Cash Equivalent)

Meskipun ada berbagai dasar penilaian, dalam praktek yang paling banyak digunakan untuk
mengukur biaya adalah cost histories.

2.2.2. Pengakuan Biaya


Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu :
1. sebagai aktiva (potensi jasa)
2. sebagai beban pendapatan (biaya)

Proses pembebanan cost padas dasarnya merupakan proses pemisahan cost. Oleh karena itu, agar
informasi yang dihasilkan akurat, bagain cost yang telah diakui sebagai biaya pada periode
berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya peda periode
berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya periode
mendatang) harus dapat ditentukan dengan jelas.
Ada dua masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan cost tersebut, yaitu :

1. kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan pada
pendapatan periode berjalan.

2. kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan


pembebanannya.
Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya apabila cost tersebut memenuhi
criteria sebagai berikut :
memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan
perusahaan, berasal dari transaksi masa lalu).
Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada
aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.
Dari uraian diatas, secara umum dapat dirumuskan bahwa berdasarkan konsep penandingan
(matching), pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan
biaya juga ditunda. Untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapatan tentang pengakuan biaya,
biasanya badan berwenang mengeluarkan aturan tertentu untuk mengakui biaya.

2.3. Konsep Perbandingan


Konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar hubungan yang
tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang dituju
perusahaan, sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan
upaya yang dilakukan perusahaan.

Penandingan antara biaya dan pendapatan memerlukan dasar yang tepat. Upaya mencari dasar
penandingan yang tepat merupakan masalah yang sering dihadapi oleh akuntan.
Paton dan Littleton mengungkapkan :

masalah utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya adalah mencari dasar penandingan
yang paling tepat antara pendapatan dengan biaya yang berhubungan dengan pendapatan
tersebut. Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai media untuk
melacak dan membebankannya. Meskipun demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi
yang ada, dasar penandingan yang paling penting adalah kelayakan (reasonable) bukannya
pengukuran fisik.

Dalam praktek ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari hubungan
antara biaya pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar penandingan tersebut adalah :
hubungan sebab akibat (association of causes and effects), alokasi sistematik dan rasional
(systematic and rational allocation) dn pembebanan segera (immediate recognition).

2.3.1. Hubungan Sebab Akibat.


Dasar yang paling ideal untuk membandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan sebab
akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar pengamatan yang dilakukan
para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu yang digunakan dalam proses produksi
pada akhirnya akan membantu dalam proses menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
Komite American Accounting Association juga menyarankan penggunaan hubungan sebab
akibat sebagai dasar penandingan. Mereka mengatakan : Cost harus dihubungkan dengan
pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat
hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan yang diakui.
Dari pernyataan di atas dapat dirumuskan bahwa penandingan yang benar-benar tepat dapat
dilakukan apabila terdapat hubungan yang rasional antara pendapatan dan biaya. Oleh karena itu
pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode yang
sama dengan periode pengakuan pendapatan.
Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar produk yang
digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut adalah :
pemakaian barang dan jasa yang bagaimana yang dapat diidentifikasi dengan produk ?
apabila biaya tidak menambah nilai produk tertentu, kapan biaya tersebut dapat dihubungkan
secara langsung dengan pendapatan di masa yang akan datang ?
Bagaimana biaya tersebut dapat dilaporkan dengan tepat sesuai dengan pendapatan yang
diperoleh ?
kapan biaya yang terjadi setelah penjualan dapat dicatat dan dilaporkan ?
Berikut ini akan dibahas ketiga masalah tersebut dan alternatif pemecahannya :

1. Identifikasi Cost Produk

Sesuai dengan konsep penandingan, semua cost produksi harus dibebankan pada produk yang
bersangkutan. Cost produk dapat dibagi menjadi dua :
cost produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya.
cost yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebagai persediaan) dan
dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.
Beberapa cost produk dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu, sementara cost yang
lain hanya dapat dihubungkan dengan kegiatan produksi dan dialokasikan pada produk
berdasarkan aturan ataun prosedur tertentu. Disinilah pentingnya melakukan identifikasi untuk
menentukan cost produk langsung (direct product cost) dan cost produk tidak langsung (indirect
product cost). Cost produk langsung adalah cost barang dan jasa yang digunakan untuk
memproduksi prodk tertentu dan yang secara langsung dapat diidentifikasi atau ditelusur ke
produk yang dihasilkan. Cost bahan baku dan tenaga kerja langsung merupakan cost produk
langsung karena terjadinya atau manfaat cost tersebut dapat diidentifikasi pada produk tertentu.

Cost produk tidak langsung adalah cost barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi,
yang tidak dapat di identifikasi pada produk yang dihasilkan. Cost overhead pabrik adalah
contoh cost produk tidak langsung. Meskipun cost inisifatnya tidak langsung, namun cost
tersebut tetap dibebankan pada produk atas dasar aturan atau metode tertentu. Yang menjadi
masalah sekarang, di antara cost produk tersebut yang manakah yangdapat ditandingkan dengan
pendapatan? Akuntan banyak tidak sependapat untuk merteembebankan semua cost produksi
individual pada produk tertentu. Perbadaan ini muncul karena adanya dua konsep yang berbeda
dalam menentukan elemen cost produk, yaitu konsep full costing, dan konsep direct costing.

Menurut konsep full costing, cost yang dianggap sebagai biaya adalah semua cost produk baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan produk yang terjual. Semetara menurut
menurut konsep direct cisting, hanya cost produk variabel yang dianggap sebagai biaya atas
produk terjual. Dengan demikian, cost produksi non variabel akan dibebankan sebagai biaya
periode. Masalah lain yang muncul adalah cost kapasitas menganggur dan cost produk rusak
yang bersifat abnormal. Jenis cost tersebut umumnya dianggap sebagai rugi (losses) atau
langsung dibebankan sebagai biaya. Perlakuan inipun masih menimbulkan masalah, apakah cost
tersebut sebaiknya diperlakukan sebagai rugi (losses) atau biaya.

Penentuan cost atas produk rusak sebagai rugi (losses) atau biaya sangat tergantung pada sifat
dari kerusakan tersebut. Apabila kerusakan terjadi karena kejadian normal atau atau sering
terjadi, maka cost tersebut diperlakukan sebagai biaya. Sebaliknya, apabila kerusakan terjadi
karena hal yang tidak biasa( tidak rutin), maka cost produk rusak tersebut diperlakukan sebagai
rugi (losses).

2. Biaya Yang Langsung Berhubungan dengan Pendapatan Masa Mendatang, Tetapi Tidak
Masuk dalam Cost Produksi.
Pada beberapa kasus, cost yang dapat dihubungkan dengan pendapatan masa mendatang tidak
dapat dibebankan secara langsung dengan prodruk tertentu. Hal ini disebabkan cost tersebut
tidak menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan. Contoh dari kasus ini adalah
biaya penjualan dan administrasi. Biaya penjualan dan administrasi tidak harus ditandingkan
dengan pendapatan di masa mendatang jika tidak ada jaminan yang rasional untuk
menghubungkan biaya tersebut dengan pendapatan di masa mendatang. Meskipun jenis biaya
tersebut tidak secara langsung menghasilkan pendapatan karena secara teknis sulit mencari
hubungan sebab akibatnya, namun biaya tersebut harus tetap dibebankan sebagai biaya.
Tidak diperolehnya pendapatan atau tidak adanya kemungkinan rugi pada periode berjalan,
bukan merupakan alasan untuk menunda pembebanan biaya. Alasannya adalah apabila suatu cost
dan jasa tidak memberikan manfaat pada periode sekarang dan juga bukan merupakan rugi, maka
cost tersebut tentu akan memberikan manfaat masa mendatang. Oleh karena itu, cost tersebut
harus dialokasikan pada periode mendatnag agar dapat dilakukan penandingan antara biaya
dengan pendapatan. Contohnya, cost pendirian perusahaan tidak dapat dihubungkan dengan
produk karena biasanya tidak ada produk yang dihasilkan pada cost tersebut dikeluarkan.
Meskipun demikian, cost tersebut dapat dihubungkan dengan pendapatan masa mendatang dan
biasanya dikapitalisasi. Jadi cost tersebut sering diperlakukan sebagai aktiva tidak berwujud.
Namun demikian, apabila tidak ada hubungan khusus antara pendapatan dan biaya, maka proses
penandingan tidak dapat dilakukan. Konsekuensinya, tindakan menangguhkan pembebanan cost
tersebut pada akhirnya akan menyebabkan perataan laba dan dan tidak menambah manfaat
informasi yang dihasilkan. Contoh lainyang relevan dengan kasus diatas adalah cost penelitian
dan pengembangan. Meskipun pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan mungkin
memiliki manfaat dalam beberapa periode, namun tidak ada metode atau cara yang relevan dan
bermanfaat untuk menerapkan konsep penandingannya.

3. Biaya Yang Berhubungan Dengan Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan Diakui.

Umumnya biaya yang berhubungan dengan pendapatan akan terjadi setelah biaya yang akan
timbul setelah penjualan. Apabila cost kegiatan tertentu dapat ditaksir secara layak dan cukup
pasti, maka cost tersebut dapat diakui sebagai biaya pada periode pengakuan pendapatan.
Meskipun dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai dasar
penandingan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional.
Banyak cost periodic yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode
berjalan.
Pada bebrapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan pendapatan.
Apabila cost dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan, maka cost tersebut harus diakui
sebagai biaya pada periode terjadinya.
Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang
dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang, maka tidak ada
alas an untuk menunda pembebanan cot sebgai biaya pada periode terjadinya.
Apabila biaya bersifat rutin (regular) dan terjadi berulang-ulang maka pembebanan langsung
secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat
tidak dapat dicapai.

BAB III
KESIMPULAN & PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1) Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada
sektor produksi. Ada jugapendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang
dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.
2) Prinsip pengakuan pendapatam menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:
a) Direalisasikan bila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan dengan kas atau klaim
atas kas (piutang).
b) Dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada
jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.Dihasilkan , bila kesatuan itu sebagian
besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya telah dilakukan agar berhak atas
manfaat yang diberikan pendapatan.Sebagian besar perusahaan didirikan dengan
tujuan untuk menghasilkan laba yang optimal sehingga kclangsungan hidup
perusahaan dapat tercapai. Laba diperoleh sebagai kelebihan pendapatan atas beban.

3.2. Penutup
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada makalah TEORI AKUNTANSI materi
Pendapatan dan Biaya semoga bermanfaat bagi para pembaca, mohon maaf apabila ada salah
kata yang disengaja maupun tidak disengaja. Terimakasih

DAFTAR PUSTAKA

C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess, (1992), Prinsip-prinsip Akuntansi
(terjemahan), Alih Bahasa : Alfonsus Sirait, Jilid I, Edisi 16, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal. 56-
57.
Dyckman, Dukes dan Davis (1999), Akuntansi Keuangan Menengah I (terjemahan), Jilid I, Edisi
3, Alih Bahasa : Munir Ali, Jakarta: Erlangga.
Eldon S. Hendriksen,(1997), Teori Akuntansi, (terjemahan), Alih Bahasa : Wimliyono, Edisi 4.
Jakarta,Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Teori Akuntansi, Peneribit Raja Grafindo Persada. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
M. Munandar (1981), Pokok-pokok Intermediate Accounting, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi, Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Soemarsono. SR, (2000) Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid 2, Edisi 4, Jakarta PT. Rineka Cipta.
Tuanakotta, Theodorus M., (2000), Teori Akuntansi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Zaki Baridwan, (1997) Intermediate Accounting, BPFE. Yogyakarta, Yogyakarta.
------------- and Michael F. Van Breda, (2000), Teori Akunting, (terjemahan) Buku I, Edisi
Kelima, Penerbit Interaksara, Jakarta, hal. 374

Anda mungkin juga menyukai