Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI

Salah satu cara untuk memahami teori akuntansi adalah dengan


mengklasifikasikannya menurut asumsi-asumsi yang mendasarinya, bagaimana teori-
teori ini terbentuk dan pendekatan yang digunakannya untuk menjelaskan dan menelaah
kejadian saat terbentuknya teori tersebut. Berikut ini akan dipaparkan teori-teori yang
berkembang dalam akuntansi.

1. TEORI PRAGMATIS
Pendekatan pragmatis merupakan pendekatan yang didasarkan pada
pengamatan atas perilaku akuntan atau pihak-pihak yang menggunakan informasi
yang dihasilkan oleh akuntan.Teori pragmatis terdiri dari dua pendekatan, sebagai
beikut:
a. Pendekatan Pragmatik Deskriptif
Pendekatan pragmatis deskriptif merupakan suatu pendekatan induktif.
Pendekatan ini didasarkan pada pengamatan perilaku akuntansi secara terus
menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi.
Teori ini dapat dikembangkan dari pengamatan bagaimana akuntan bertindak dalam
situasi tertentu serta diuji dengan mengamati apakah pada kenyataannya akuntan
melakukan apa yang dianjurkan oleh teori tersebut.
Kritik terhadap Pendekatan Pragmatik Deskriptif :
1. tidak ada pertimbangan analitis terhadap kualitas tindakan akuntan dan tidak
ada penilaian yang logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan.
2. metode tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena
pendekatannya tidak berujung pangkal. Argumennya, teknik-teknik akuntansi
tidak pernah dipermasalahkan atau diragukan karena teknik-teknik tersebut
terus-menerus digunakan oleh para pendukung pragmatik;
3. pendekatan ini cendurung dipusatkan pada perilau-perilaku akuntan bukan
pada pengukuran atribu-atribut perusahaan seperti asset, utang dan laba.
b. Pendekatan Pragmatik Psikologis
Pendekatan pragmatis psikologis didasarkan pada pengamatan atas rekasi para
pengguna terhadap output (sebagai contoh laporan keuangan) yang dihasilkan oleh
akuntan. Kelemahan teori ini adalah setiap pengguna output memiliki reaksi dan
kesimpulan yang berbeda-beda. Secara ringkas masalah yang timbul adalah sebagai
berikut:
1. User mungkin bereaksi dengan pola yang tidak logis
2. User mungkin mempunyai respon khusus yang sudah mereka lakukan sebelum
laporan diterbitkan
3. User tidak bereaksi meskipun seharusnya mereka bereaksi

2. TEORI SINTAKTIK DAN SEMANTIK

Teori sintaktik berusaha untuk menjelaskan praktik akuntansi dan


memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau
bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Dengan demikian teori ini
berkaitan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan.

Teori sintaktik dalam pengembangannya menekankan pada penalaran logis


(logical reasoning) tanpa memperhatikan kebenaran pernyataan yang mendasari
teori tersebut dengan praktik yang ada pada dunia nyata. Dalam teori sintaktik, jika
pernyataan-pernyataan (premis) yang disajikan adalah benar maka kesimpulan
(konklusi) dari pernyataan tersebut harus sesuai dengan penalaran logis (logical
reasoning) meskipun pada kenyataannya konklusi tersebut bertentangan dengan
praktik yang sebenarnya ada pada dunia nyata. Penjelasan lebih lanjut dapat terlihat
dari contoh berikut :

Premis 1 : Semua akun yang terkait dengan asset dicatat pada debit balance.
Premis 2 : Akun akumulasi depresiasi asset memiliki keterkaitan dengan akun
asset.
Konklusi : Akun akumulasi depresiasi asset dicatat pada debit balance.

Dari uraian di atas konklusi diambil semata-mata berdasarkan penalaran logis


tanpa memperhatikan praktik yang sebenarnya ada pada dunia nyata. Oleh
karenanya, dalam pendekatan teori sintaktik, konklusi tersebut adalah benar sebab
konklusi tersebut diambil berdasarkan premis yang benar.

Interpretasi teori akuntansi atas dasar sintaksis dapat digambarkan sebagai


berikut: input semantik dalam sistem tersebut adalah transaksi dan pertukaran yang
dicatat dalam jurnal dan buku besar perusahaan. Tranaksi tersebut kemudian
dimanipulasi (dibagi dan dijumlah) atas dasar alasan dan asumsi-asumsi historical
cost. Sebagai contoh akuntan menganggap bahwa inflasi tidak perlu dicatat dan nilai
pasar (nilai wajar) aset dan utang diabaikan. Akuntan kemudian menggunakan
konsep pembukuan berpasangan (double entry) dan prinsip-prinsip akuntansi
historical cost untuk menghitung laba dan rugi serta neraca saldo.

Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau


peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya.Jadi teori ini memberikan
penjelasan mengenai definisi operasional dari praktek akuntansi. Struktur akuntansi,
meskipun dapat dirumuskan secara logis, tidak akan berarti sama sekali apabila
simbol atau istilah yang menggambarkan peristiwa atau pengukuran tidak berkaitan
secara empiris dengan fenomena dunia nyata. Oleh karena itulah, teori ini berusaha
untuk menyusun sebuah pernyataan yang lebih informative dan bermanfaat. Teori
semantic mendasarkan penarikan kesimpulan tidak semata-mata berdasarkan
penalaran logis (logical reasoning) tapi juga dengan melakukan verifikasi pada
premis maupun konklusi dan mengkorelasikannya dengan implementasi pada dunia
nyata. Contoh cara penarikan kesimpulan pada teori semantic dapat diuraikan
sebagai berikut:

Premis 1 : semua akun asset dicatat pada debit balance.


Premis 2 : akun pengembalian penjualan (sales return) bukan merupakan asset
akun
Konklusi : akun pengembalian penjualan (sales return) dicatat pada debit balance

Secara penalaran logis (logical reasoning), konklusi tersebut merupakan


konklusi yang keliru. Akan tetapi menurut semantic teori konklusi tersebut
merupakan konklusi yang benar sebab sesuai dengan praktik pada dunia nyata

3. TEORI NORMATIF
Teori normatif yaitu teori akuntansi yang mengharuskan dan menggunakan
kebijakan nilai yang mengandung minimum sebuah premis. Teori Normatif mencoba
menjawab pertanyaan APA YANG SEMESTINYA. Di sini akuntansi dianggap
sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau
dipraktekkan sekarang atau tidak. Metode ini disebut juga normative accounting
research atau normative theory of accounting
Tahun 1950an dan 1060an dilihat sebagai masa keemasan bagi pengembangan
dan penelitian normative accounting. Pada periode ini, normative theory
berkonsentrasi pada menentukan true income (profit) dalam satu periode
akuntansi atau pada mendiskusikan jenis informasi akuntansi apa yang dapat
menjadi berguna untuk pembuatan keputusan ekonomi.
- True income : para mengemuka teori tua income berkonsentrasi pada
menghasilkan pengukuran tunggal untuk aset dan angka laba yang spesifik (dan
benar)
- Decicion-usefulness: pendekatan teori decision usefulness mengasumsikan
bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan
keputusan bagi pengguna tertentu dari laporan keuangan dengan menyajikan
data akuntansi yang berguna dan relevan.

Pada umumnya teori decicion-usefulness didasarkan pada konsep ekonomi


klasik atas profit dan kekayaan atau pengambilan keputusan rasional, yang secara
sifatnya normatif karena membuat asumsi-asumsi sebagai berikut:
akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran
laba dan nilai dapat diukur secara tetap
akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
pasar tidak efisien dalam pengertian ekonomi)
akuntansi konvensional tidak efisien
ada beberapa pengukur laba yang unik

Pengguna teori normatif juga membuat asumsi-asumsi tentang sifat dan operasi
perusahaan berdasarkan pengamatan mereka:
prinsip akuntansi yang tepat dan terinci serta penjelasan logis atas output
akuntansi diuraikan
kerangka deduktif harus ketat dan konsisten dengan konsep analisis
Laporan Keuangan harus menyajikan data yang seharusnya tersaji
Pertanyaan penting timbul dari riset akuntansi ini mengenai kegunaan dari data
akuntansi. Untuk mengetahui hal tersebut yang dilakukan biasanya adalah
mengambil data output dari sistem akuntansi yang spesifik dan menetukan apakah
data tersebut membantu pembuat keputusan mengambil keputusan yang tepat.
Berdasarkan prediksi tersebut, akan diambil keputusan mengenai apa yang akan
dilakukan, seperti menjual saham perusahaan atau membeli lagi.

Accouting
Prediction Decision
System Of
Model Of User Model Of User
Company X

4. TEORI POSITIF
Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke
positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris,
karena didasarkan 'pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji
keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya
ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem
perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi
dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya
ekonomi secara efisien.

Pendekatan positif atau empirik berkaitan dengan usaha menguji/


menghubungkan kembali hipotesis/ teori dengan pengalaman/ fakta-fakta dunia
nyata. Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empirik terhadap
asumsi-asumsi yang di buat oleh teori akunansi normatif. Misalnya menggunakan
kuisoner dan teknik survey lainnya, peneliti akan menguji sikap manajer terhadap
manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu. Pendekatan khusus dapat dilakukan
dengan cara mensurvey pendapat-pendapat analisis keuangan, manajer bank, aatau
akuntan terhadap tugas/kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya prediksi
kebrangkutan,keputusan membeli/ menjual saham dll). Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa hubungan teori akuntansi normatif dan teori akuntansi positif
yaitu teori akuntansi positif pada dasarnya merupakan alat untuk menguji
secara empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif.
Karena pada dasarnya teori normatif merupakan pendapat pribadi yang subyektif
yang tidak dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan, oleh sebab itu
dibutuhkan pengembangan teori akuntansi yang sekarang dikenal dengan teori
akuntansi positif yang bertujuan untuk menguji teori akuntansi normatif secara
empiris agar memiliki dasar teori yang kuat.
Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi
pengembangan akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986):
a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan
penjelasan spesifik.
b. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi
c. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan akuntansi.
e. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi
serta penjelasan terhadap fenomena,

Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watt &
Zimmerman (1986) dalam bentuk "oportunistik" yang sering diinterpretasikan,
yaitu:
1. Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis), dalam ceteris paribus para
manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk
memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk
periode mendatang ke periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing.
Dengan hipotesis tersebut apabila manajer dalam sistem penggajiannya sangat
tergantung pada bonus akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang
dapat memaksimalkan gajinya, misalnya dengan metode acrual.
2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis), dalam ceteris paribus
manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar
akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan
earning untuk periode mendatang ke periode sekarang. Dengan memilih metode
akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang
ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang
keciI, sehingga menurunkan kemungkinan default technic. Seperti diketahui
bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminjam untuk mematuhi atau
mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang
saham dll, selama masa perjanjian, jika perjanjian tersebut dilanggar perjanjian
hutang mungkin memberikan penalti, seperti kendala dalam deviden atau
pinjaman tambahan.
3. Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis), dalam ceteris paribus
semakin besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan
untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan laporan earning periode
sekarang ke periode mendatang.

Teori Positif dikritik oleh beberapa peneliti yang dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu;
1. kritik terhadap filosofi, positif menganut bahwa peneliti berada di Iuar area penelitian
serta memakasimalkan utilitynya. Hal ini tidak mungkin terjadi karena peneliti selalu
berada pada area yang ditelitinya dan maksimalitas utility tidak mungkin dicapai
hanya sebatas pada kepuasan (Hebert Simons).
2. kritik terhadap metodologi, teori positif menganut pendekatan bahwa maksimalisasi
keuntungan dapat diperoleh melalui harga keseimbangan pasar. Hal ini tidak mungkin
karena penelitian dengan harga keseimbangan pasar sangat sedikit pengaruhnya
terhadap kontribusi penelitian akuntansi.
3. kritik terhadap penelitian dengan pendekatan ekonomi, yaitu pemaksimalisasi
individu yang tidak mungkin atau tidak mudah untuk menghitungnya.

5. PERSPEKTIF YANG BERBEDA


Pada pembahasan ini kita akan fokus pada pendekatan yang sangat terstruktur
dalam perumusan sebuah teori yaitu pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah ini
menganggap bahwa sebuah praktik yang tidak sesuai dengan teori adalah sebuah
anomali, yang menjadi masalah penelitian yang harus ditindaklanjuti. . Sebuah
teoripun dikembangkan, kemudian dilakukan uji hipotesa. Prosedur uji hipotesa
dilakukan dengan mengumpulkan data lalu menerjemahkannya melalui teknik
matematis atau statistik. Jika hipotesa sesuai dengan teori tersebut, maka hipotesa
itu kuat. Asumsi yang tersirat dari sini, teori yang baik adalah teori yang dapat
diberlakukan dalam lintas perusahaan, industri, dan waktu.

Kritik terhadap pendekatan ilmiah:


a. Penelitian dalam skala besar cenderung mengumpulkan semua hal secara
bersama-sama
b. penelitian dilakukan pada lingkungan yang jauh dari perhatian akuntan

Terdapat sebuah model penelitian yang mengkritisi penelitian ilmiah, yaitu


pendekatan naturalistik. Perlu bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa
yang digunakan dalam penelitian serta alternatif pendekatan apa yang lebih sesuai,
pendekatan ilmiah atau pendekatan naturalistik.
Pendekatan naturalistik dilakukan secara fleksibel, melalui pengamatan
langsung studi kasus secara mendetil, tanpa menitikberatkan pada analisis
matematis, tes statistik, survey, ataupun tes laboratorium. Karena pendekatan
dilakukan melalui studi kasus (spesifik), hasil penelitian akan sulit untuk
digeneralisasi.
Tomkins and Groves berpendapat bahwa pendekatan naturalistik adalah cara
yang tepat untuk menghadapi perbedaan asumsi ontologi. Perbedaan asumsi
ontologi akan menimbulkan gaya penelitian yang berbeda serta akan memaksa
peneliti untuk bertanya dan menginvestigasi. Enam asumsi dasar antologi (Tomkins
and Groves) , yaitu:
1. Reality as a concrete structure (Realitas sebagai sebuah struktur konkret)
2. Reality as a concrete process (Realitas sebagai sebuah proses konkret)
3. Reality as a contextual field of information (Realitas sebagai sebuah bidang
informasi yang kontekstual)
4. Reality as symbolic discourse (Realitas sebagai wacana simbolik)
5. Reality as social construction (Realitas sebagai konstruksi sosial)
6. Reality as projection of human imagination (Realitas sebagai proyeksi dari
imajinasi manusia)
Kategori 1-3 lebih cocok untuk pendekatan ilmiah. Sedangkan kategori 4-6 lebih
cocok digunakan dalam pendekatan naturalistik.

Untuk lebih memahami tentang perbedaan penelitian ilmiah dan penelitian


naturalistic bias dilihat dalam table di bawah ini.

Perbandingan penelitian ilmiah dan naturalistic

Penelitian ilmiah Penelitian naturalistik


Asumsi Melihat realita secara objektif Melihat realita sebagai hasil
Ontologi dan konkret (berwujud) konstruksi sosial dan
Melihat akuntansi sebagai imajinasi manusia
objek. Melihat akuntansi sebagai
konstruksi.
Pendekatan Pengembangan pengetahuan Holistik (realita sebagai
Epistemologi secara sedikit demi sedikit sesuatu yang utuh, bukan
Reduksionisme (realita terdiri merupakan kesatuan dari
dari jumlah minimum dari bagian-bagian yang terpisah
beberapa jenis entitas atau Kompleksitas dunia tidak
substansi) bisa dipecahkan melalui
Pengujian hipotesis individu reduksionisme
Hukum yang dapat Hukum tidak dapat direduksi
tergeneralisasi
Metodologi Terstruktur Tidak terstruktur
Menggunakan dasar teoritis Tidak ada dasar teoritis
sebelumnya sebelumnya
Validasi empiris atau ekstensi
Metode Model formulasi sintaksis Studi kasus
(prinsip pembuatan kalimat) Eksplorasi yang fleksibel
Hipotesis dibuat berdasarkan Mengalami peristiwa
induksi empiris
Penggunaan metode statistik
yang sesuai
6. PENERAPAN PENDEKATAN ILMIAH TERHADAP AKUNTANSI
Kesalahpahaman terhadap tujuan
Terdapat sebuah kesalahpahaman besar dalam usaha penerapan pendekatan
ilmiah terhadap akuntansi. Beberapa orang meyakini usaha ini bertujuan
memisahkan peneliti dari para praktisi akuntansi. Sudut pandang ini bukanlah tujuan
dari pendekatan tersebut. Seorang ilmuwan adalah seseorang yang menggunakan
metode ilmiah dan pada dasarnya adalah seorang peneliti. Profesi medis dapat
menjadi sebuah analogi yang baik terhadap perbandingan peneliti dan praktisi, serta
penggunaan dan efek dari metode ilmiah.
Peneliti medis adalah seorang ilmuwan, tetapi praktisi medis (misalnya dokter)
bukanlah seorang ilmuwan. Dokter adalah seorang profesional yang mendiagnosis
penyakit dan menyarankan resep pengobatan. Ilmu pendiagnosaan dan penyusunan
resep didapat dari penelitian ilmiah yang dilakukan oleh peneliti medis. Namun,
seperti bidang-bidang lainnya, tidak semua jawaban atas pertanyaan medis
ditemukan melalui penelitian ilmiah. Kesimpulan dari sebuah penelitian selalu
bersifat umum, sementara para praktisi menemukan kasus-kasus spesifik yang
mungkin tidak tepat jika ditindaklanjuti dengan menggunakan kesimpulan secara
umum.
Untuk alasan inilah, pendapat praktisi selalu dibutuhkan dalam penerapan hasil
penelitian yang bersifat umum. Hal yang signifikan adalah praktisi bertingkah laku
sebagai peneliti dalam prakteknya, yaitu memandang dengan serius bahwa bukti
untuk mendukung sebuah diagnosis atau pengobatan sangat penting.
Akuntan yang meyakini dalam pendekatan ilmiah membutuhkan bukti empiris
dan penjelasan logis untuk mendukung praktik akuntansi sehingga praktisi dapat
merekomendasi metode yang paling sesuai untuk situasi yang terjadi dengan bukti-
bukti yang ada.
Kesalahpahaman lain yang umum terjadi tentang penerapan sudut pandang
ilmiah dalam akuntansi adalah keinginan untuk mengetahui kebenaran mutlak, yang
tentu saja tidak mungkin. Bagaimanapun, siapa saja yang berdebat tentang
pendekatan ilmiah terhadap formulasi teori berpendapat tidak ada hasilnya mencari
sesuatu yang tidak mungkin. Argumen tersebut didasarkan kepada kesalahan konsep
bahwa ilmu pengetahuan dapat menggali dan menemukan kebenaran mutlak.
Metode ilmiah tidaklah sempurna. Metode ilmiah adalah penemuan manusia untuk
membantu kita memastikan apakah sebuah pernyataan dapat dianggap realistis atau
tidak. Struktur dari proses dimana ketetapan ini dibuat adalah tidak ada seorang pun
yang mengklaim kebenaran mutlak dalam ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmiah
bersifah sementara. Sebuah pernyataan atau teori akan diterima hanya jika peneliti-
peneliti di bidang yang sama memutuskan bahwa bukti-bukti yang disertakan cukup
meyakinkan. Sejarah menunjukkan bahwa penggantian, penyesuaian, dan modifikasi
teori dapat segera dilakukan bersamaan dengan munculnya buti-bukti baru.

7. PERKEMBANGAN DALAM TEORI AUDIT

Auditing adalah proses verifikasi yang diterapkan pada input dan proses
akuntansi. Auditor tidak memverifikasi output dari akuntansi untuk kepentingan
suatu ukuran keuntungan ekonomi secara khusus, melainkan menyediakan opini
mengenai apakah laporan keuangan telah sesuai dengan kerangka pelaporan yang
dapat diterapkan. Selain itu, auditor memberikan opini apakah suatu pernyataan
dipaparkan dengan baik dalam semua hal yang bersifat material atau memberikan
pandangan yang benar dan sesuai tergantung dari penilaian auditor.

Secara umum, konstruksi dari teori audit telah mengikuti perkembangan teori
akuntansi meskipun sedikit tertinggal. Perkembangan teori audit berfokus pada
peningkatan perilaku audit, seperti tekanan pada deteksi kecurangan, pencarian
kesalahan penerapan prinsip akuntansi dan sifat dari verifikasi akun.
Perkembangan Teori Audit

No Tahun Teori yang Penggagas Hasil


berkembang

1 1895/1896 Pragmatic approach Lopes JL Prinsip kehati-


hatian dan standar
audit
2 1961 Basic concepts of Mauntz & Sharaf Foundation of
auditing theory theory of auditing
3 1970 Normative Committee on Statement of Basic
approach Basic Auditing Auditing Concepts
Concepts (ASOBAC)
4 1970 Positive theories Audit
testing/judgement
process

Sumber:

Godfrey, 2010, Accounting Theory: 7th Edition, John Wiley & Sons Australia, Ltd.

http://bppb-rakhmawan.blogspot.com/2013/01/teori-akuntansi-positif_4.html

http://badroez.wordpress.com/tag/akuntansi-positif-dan-normatif/

http://wasisriyanto2903.blogspot.com/2013/01/sejarah-teori-akuntansi.html

Anda mungkin juga menyukai