E-mail : tesakountul2002@gmail.com
ABSTRACT
Normative theory, defined as a theory that prescribes what should be, was dominant in
the early development of accounting theory. However, in the 1970s, there was a shift
towards a more descriptive approach, as the normative approach was not producing
usable accounting theories. The demand for a positive approach to accounting was
driven by the need for a scientific basis for accounting research. Watt and Zimmerman
(1986) identified three main reasons for the shift: the inability of the normative
approach to test theories empirically, its focus on individual investor prosperity rather
than the prosperity of society as a whole, and its failure to allocate economic resources
optimally in the capital market.
1. PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu :
Bagaimana hubungan teori normatif dengan teori positif ?
2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Normatif
Teori normatif dalam teori akuntansi mendapat perhatian yang besar
pada tahun 1940-an sampai awal tahun 1960-an dengan keluarnya Monograph
teori akuntansi no.3 yang ditulis oleh Paton dan Littleton yang diberi judul "An
Introduction to Corporate Accounting Standards" pada tahun 1940. Tulisan
tersebut membawa dampak yang besar dalam sejarah penyusunan teori
akuntansi yang pada waktu itu lebih difokuskan untuk penentuan basic
postulate dan pengembangan rerangka dasar teori akuntansi. Hal ini dapat
dijumpai dalam tulisan Maurice Moonitz (1961) dengan ARS No.1 dan
Moonitz and Sprouse (1963) dengan ARS no.3, Paul Grady (1965) dengan ARS
no.7 tentang GAAP, AICPA (1970) dengan APB Statement no.4 tentang
konsep dasar dan penyusunan laporan keuangan untuk perusahaan, dan terakhir
oleh FASB (1978) dengan SFAC No.1,2,3,4, dan 6 (rerangka konseptual
pelaporan keuangan).
Teori normatif dihasilkan melalui proses semi penelitian yaitu tanpa
adanya pengujian terhadap teori akuntansi yang telah dikemukakan "apakah
dapat menjelaskan praktik akuntansi yang telah berlaku atau tidak". Hipotesis
yang ada dalam teori ini ialah bagaimana akuntansi dipraktekkan, dan
cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi. Teori normatif
fokus pada preskripsi (norma).
Teori normatif berkonsentrasi pada :
1. Penciptaan True Income (Laba Sesungguhnya)
Adanya pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba, namun
tidak ada yang mencapai kesepakatan.
2. Decision Usefulness (Pengambilan Keputusan)
Tujuan dasar akuntansi adalah membantu proses pengambilan keputusan
dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan. Data akuntansi sangat
dibutuhkan oleh semua pemakai.
3. PEMBAHASAN
Perbedaan sasaran dari teori akuntansi positif dan dan teori akuntansi
normative, di bawah ini akan memberikan gambaran pada kita lebih nyata
keduanya. Menurut pandangan Suwardjono (2010:26), perbadaan antara teori
akuntansi positif dan akuntansi normatif adalah sebagai berikut:
Kesimpulan
Konsep teori positif diperkenalkan dalam literatur akuntansi baru mulai
tahun 960an . Hal ini berarti konsep tersebut masih relatif baru dan masih
memerlukan pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang. Sebelum
literatur teori positif tersebut, praktik akuntansi lebih banyak didominasi oleh
teori normatif. Dalam teori normatif, penyusunan berbagai standar atau teknik
akuntansi lebih banyak bersifat preskiptif dan tidak memperhatikan adanya
pengujian secara empiris terhadap standar atau metode tersebut yang didasari
oleh preskripsi tersebut. Sedangkan dalam teori positif, penekanan lebih banyak
kepada hasil pengujian secara empiris untuk menjustifikasi pernyataan yang
telah dihipotesakan tersebut. Di samping itu teori positif memandang bahwa
tidak ada satu teoripun yang yang benar dan sempurna, karena teori mencoba
untuk meneran an (ex-planation) suatu kelompok fenomena yang terjadi dalam
lingkungan akuntansi, dan tidak dimaksudkan untuk memprediksi semua
fenomena tersebut. Oleh karena itu, suatu teori yang sukses adalah teori yang
dapat memberikan nilai (value) kepada para pemakainya, dan teori tersebut
dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi secara empiris atau dapat
dibuktikan secara empiris. Oleh arena itu, teori cenderung untuk dikembangkan
setiap waktu dan mungkin terdapat kompetisi diantara teori-teori yang lain
untuk dapat ditenma secara umum.
Teori positif berkembang karena ketidakpuasan. a terhadap teori
normatif (1)ketidakmampuan normatif untuk menguji secara empiris, (2)
normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu dari
pada kemakmuran secara luas. (3) normatif tidak mendorong atau mem
ungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar
modal. Teori positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori
oleh Watt & Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan
perilaku dengan munculnya hipotesis pasar efisien dan teori agensi. Hipotesa
yang digunakan oleh Watt & Zimmerman ada 3, yaitu (1) perencanaan bonus,
(2) perjanjian hutang dan ( 3) biaya proses politik. Teori positif lebih mengacu
pada penelitian empiris yang memaksimalkan keuntungan (balk investor,
manajer maupun masyarakat luas) dalam memilih metode akuntansi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA