Anda di halaman 1dari 8

TEORI AKUNTANSI NORMATIF DAN POSITIF

Thezza Sthevany Helena Kountul1


1
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Bahu,
Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95115, Indonesia

E-mail : tesakountul2002@gmail.com

ABSTRACT
Normative theory, defined as a theory that prescribes what should be, was dominant in
the early development of accounting theory. However, in the 1970s, there was a shift
towards a more descriptive approach, as the normative approach was not producing
usable accounting theories. The demand for a positive approach to accounting was
driven by the need for a scientific basis for accounting research. Watt and Zimmerman
(1986) identified three main reasons for the shift: the inability of the normative
approach to test theories empirically, its focus on individual investor prosperity rather
than the prosperity of society as a whole, and its failure to allocate economic resources
optimally in the capital market.

Although normative and positivist approaches still dominate accounting research,


there have been attempts to challenge the mainstream approach since the 1980s. These
challenges do not follow the same philosophical basis as the mainstream approach but
borrow from other social sciences like philosophy, sociology, and anthropology to
understand accounting. The paper argues that a positive approach to accounting is
needed to explain what accounting is and how it works, why accountants do what they
do, and what effect accounting phenomena have on people and resources.
Keywords : Teori normative, teori positif, perkembangan teori akuntansi,
perbandingan teori akuntansi normative dan positif, teori normatif ke positif

1. PENDAHULUAN

Awal perkembangan teori akuntansi menghasilkan teori normatif yang


didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan. Pendekatan klasikal yang lebih
menitikberatkan pada pemikiran normatif mengalami kejayaannya pada tahun
1960-an, tetapi dalam tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam
penelitian akuntansi. Teori akuntansi normatif mengemukakan proposisi bahwa
informasi akuntansi tersebut merupakan masukan dalam pengambilan
keputusan investor dan kreditor, yang disampaikan melalui media laporan
keuangan ( Jensen 1976 ).
Pada tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian
akuntansi. Disebabkan karena pendekatan normatif yang sudah ada selama satu
dekade tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai sehari-hari.
Akibatnya muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif eskriptif
berfungsinya sistem akuntansi didalam praktek nyata. Harapannya dengan
pemahaman dari praktek langsung akan muncul design sistem akuntansi yang
lebih berarti (Imam G.,2000).
Tuntutan atas adanya pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi
ketika Jensen
(1976) menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau dua
pengecualian yang dapat dicatat) tidak bersifat ilmiah, karena fokus penelitian
telah sangat normatif dan terdefinisi. Selanjutnya Jensen mengharapkan adanya
perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan akuntansi
seperti apa adanya ia, mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan,
dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap penggunaan orang dan
sumber daya.
Watt and Zimmerman (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga
alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif, yaitu 1)
ketidakmampuan
pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan
pada premis
atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris,
2) pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor
secara individual
daripada kemakmuran masyarakat luas, 3) pendekatan normatif tidak
mendorong atau
memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di
pasar modal.
Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada
mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi
masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
Awal perkembangan teori akuntansi meng-hasilkan teori normatif yang
didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan. Dalam teori normatif
digunakan kebijakan nilai (value judgment) yang minimum mengandung
sebuah premis. Pada awal perkembangannya, penulisan teori akuntansi
normatif belum menggunakan pendekatan investigasi formal. Teori disusun
terutama untuk mengembangkan postulat akuntansi.
Pendekatan teori akuntansi normatif menghasilkan taksonomi akuntansi
sebagai art. diakui sebagai sarana pendekatan teori akuntansi. teori akuntansi
normatif yang berbentuk praktik akuntansi berterima umum (PABU)
merupakan acuan teori dalam memberikan jalan terbaik untuk meramalkan
berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-
variabel akuntansi dalam dunia nyata yang merupakan fungsi pendekatan teori
akuntasi positif.
Pada perkembangannya, teori normatif mulai menggunakan pendekatan
investigasi formal yaitu dengan pendekatan deduktif yang dimulai dari
proposisi akuntansi dasar sampai dengan dihasilkan prinsip akuntansi yang
rasional sebagai dasar untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi. Selain
itu, perkembangan akuntansi juga mengarah pada teori akuntansi positif atau
deskriptif yang investigasinya sudah lebih terstruktur dengan menggunakan
pendekatan induktif yang didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan
berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci.
Pendekatan normatif maupun positif hingga saat ini masih mendominasi
dalam
penelitian akuntansi. Artikel-artikel yang terbit di Jurnal The Accounting
Review maupun Journal of Accounting Research, Journal of Business Research
hampir semuanya
menggunakan pendekatan mainstream dengan ciri khas menggunakan model
matematis dan pengujian hipotesa. Walaupun pendekatan mainstream masih
mendominasi penelitian manajemen dan akuntansi hingga saat ini, sejak tahun
1980-an telah muncul usaha-usaha baru untuk menggoyahkan pendekatan
mainstream. Pendekatan ini pada dasarnya tidak mempercayai dasar filosofi
yang digunakan oleh pengikut pendekatan mainstream. Sebagai gantinya,
mereka meminjam metodologi dari ilmu-ilmu sosial yang lain seperti filsafat,
sosiologi,antropologi untuk memahami akuntansi (Imam G,2000).
Sasaran akuntansi bila dipandang dari sudut pandang sains dan
teknologi menghasilkan teori akuntansi positif dan teori akuntansi normatif.
Klasifikasi ini merupakan konsekuenasi logis dari pendefinisian akuntansi
sebagai sains dan teknologi. Teori akuntansi positif berisi pernyataan tentang
suatu kejadian atas dasar pengamatan empiris, sedangkan teori akuntansi
normatif berisi tentang pernyataan atau penalaran yang dilandasi oleh
pertimbangan nilai.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu :
Bagaimana hubungan teori normatif dengan teori positif ?

Tujuan Penulisan Artikel


Tujuan penulisan artikel untuk membahas lebih dalam teori akuntansi secara
khusus teori normatif serta kaitannya dengan teori positif.

Manfaat Penulisan Artikel


Berdasarkan pembahasan, penulisan ini dibuat agar nantinya menjadi referensi
bagi pembaca.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Teori Normatif
Teori normatif dalam teori akuntansi mendapat perhatian yang besar
pada tahun 1940-an sampai awal tahun 1960-an dengan keluarnya Monograph
teori akuntansi no.3 yang ditulis oleh Paton dan Littleton yang diberi judul "An
Introduction to Corporate Accounting Standards" pada tahun 1940. Tulisan
tersebut membawa dampak yang besar dalam sejarah penyusunan teori
akuntansi yang pada waktu itu lebih difokuskan untuk penentuan basic
postulate dan pengembangan rerangka dasar teori akuntansi. Hal ini dapat
dijumpai dalam tulisan Maurice Moonitz (1961) dengan ARS No.1 dan
Moonitz and Sprouse (1963) dengan ARS no.3, Paul Grady (1965) dengan ARS
no.7 tentang GAAP, AICPA (1970) dengan APB Statement no.4 tentang
konsep dasar dan penyusunan laporan keuangan untuk perusahaan, dan terakhir
oleh FASB (1978) dengan SFAC No.1,2,3,4, dan 6 (rerangka konseptual
pelaporan keuangan).
Teori normatif dihasilkan melalui proses semi penelitian yaitu tanpa
adanya pengujian terhadap teori akuntansi yang telah dikemukakan "apakah
dapat menjelaskan praktik akuntansi yang telah berlaku atau tidak". Hipotesis
yang ada dalam teori ini ialah bagaimana akuntansi dipraktekkan, dan
cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi. Teori normatif
fokus pada preskripsi (norma).
Teori normatif berkonsentrasi pada :
1. Penciptaan True Income (Laba Sesungguhnya)
Adanya pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba, namun
tidak ada yang mencapai kesepakatan.
2. Decision Usefulness (Pengambilan Keputusan)
Tujuan dasar akuntansi adalah membantu proses pengambilan keputusan
dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan. Data akuntansi sangat
dibutuhkan oleh semua pemakai.

Teori normatif ini didasarkan pada anggapan bahwa:


a) Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran.
b) Laba dan nilai dapat diukur secara tepat.
c) Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi.
d) Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi).
e) Ada beberapa pengukur laba yang unik.

Teori Akuntansi Positif


Riset akuntansi positif pertama kali diketahui dilakukan oleh William
H. Beaver (1968) dengan terbitnya artikel yang berjudul “The Information
Content of Annual Earnings Announcements” (Jensen, 1976: 4, 8). Selanjutnya
teori akuntansi positif diakui kemunculannya ketika Watts dan Zimmerman
mempublikasikan artikelnya yang berjudul “Towards a Positive Theory of The
Determination of Accounting Standard” pada tahun 1978. Artikel tersebut telah
menjadikan teori akuntansi positif sebagai paradigma riset akuntansi yang
dominan yang berbasis empiris kualitatif dan dapat digunakan untuk
menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan
atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.
Dalam hal ini teori akuntansi positif berusaha menjelaskan atau memprediksi
fenomena nyata dan mengujinya secara empirik (Godfrey, el al, 1997 dalam
Ghozali dan Anis, 2007). Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut
kesesuaiannya dengan observasi dengan dunia nyata.
Kehadiran teori akuntansi positif telah memberikan sumbangan yang
berarti bagin akuntansi. Adapun kontribusi teori akuntansi positif terhadap
pengembangan akuntansi adalah menghasilkan pola sistematik dalam pilihan
akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut,
memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi, menunjukkan
peran utama contracting cost dalam teori akuntansi, menjelaskan mengapa
akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan-
pilihan akuntansi, mendorong riset yang relevan dimana akuntansi menekankan
pada prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.
Dorongan terbesar dari teori akuntansi positif dalam akuntansi adalah
untuk menjelaskan (to explain) dan meramalkan (to predict) pilihan standar
manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari pengungkapan
keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan
pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori akuntansi positif didasarkan pada
adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur adalah
rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan mereka
yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan tentunya
kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh
beberapa kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan
manfaat dari prosedur akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk
memaksimalkan kegunaan mereka.

3. PEMBAHASAN

Perbedaan sasaran dari teori akuntansi positif dan dan teori akuntansi
normative, di bawah ini akan memberikan gambaran pada kita lebih nyata
keduanya. Menurut pandangan Suwardjono (2010:26), perbadaan antara teori
akuntansi positif dan akuntansi normatif adalah sebagai berikut:

Sehingga dapat dilihat bahwa: teori akuntansi positif merupakan


penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran
pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta, sementara
teori akuntansi normatif merupakan penjelasan atau penalaran untuk
menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi paling sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Ketika kita bertanya apa-apa sajakah faktor yang
mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela. Jawaban dari pertanyaan itu
berdasarkan fakta yang objektif dan berdasarkan bukti empiris, dan ini
merupakan suatu pendekatan positif, sementara ketika kita ingin mengetahui
kapankah suatu sewaguna harus dikapitalisasi? Tentu pertanyaan tersebut
menghasilkan berbagai alternative jawaban. Dengan menggunakan teori
Akuntansi Normatif kita akan memilih yang paling tepat
“seharusnya”,menggunakan penalaran logis.
Maka dapat diketahui bahwa hubungan antara teori akuntansi positif
dan teori akuntasi normatif yaitu bahwa pendekatan dan dasar antara teori
akuntansi tersebut menyebabkan dua taksonomi akuntansi. Pendekatan teori
akuntansi positif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai sains. Sedangkan
pendekatan teori akuntansi normatif menghasilkan taksonomi akuntansi
sebagai art. Yang keduanya sama sama diakui sebagai sarana pendekatan teori
akuntansi. Lalu yang berikutnya juga bahwa teori akuntansi normatif yang
berbentuk praktik akuntansi berterima umum (PABU) merupakan acuan teori
dalam memberikan jalan terbaik untuk meramalkan berbagai fenomena
akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi
dalam dunia nyata yang merupakan fungsi pendekatan teori akuntasi positif.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Konsep teori positif diperkenalkan dalam literatur akuntansi baru mulai
tahun 960an . Hal ini berarti konsep tersebut masih relatif baru dan masih
memerlukan pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang. Sebelum
literatur teori positif tersebut, praktik akuntansi lebih banyak didominasi oleh
teori normatif. Dalam teori normatif, penyusunan berbagai standar atau teknik
akuntansi lebih banyak bersifat preskiptif dan tidak memperhatikan adanya
pengujian secara empiris terhadap standar atau metode tersebut yang didasari
oleh preskripsi tersebut. Sedangkan dalam teori positif, penekanan lebih banyak
kepada hasil pengujian secara empiris untuk menjustifikasi pernyataan yang
telah dihipotesakan tersebut. Di samping itu teori positif memandang bahwa
tidak ada satu teoripun yang yang benar dan sempurna, karena teori mencoba
untuk meneran an (ex-planation) suatu kelompok fenomena yang terjadi dalam
lingkungan akuntansi, dan tidak dimaksudkan untuk memprediksi semua
fenomena tersebut. Oleh karena itu, suatu teori yang sukses adalah teori yang
dapat memberikan nilai (value) kepada para pemakainya, dan teori tersebut
dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi secara empiris atau dapat
dibuktikan secara empiris. Oleh arena itu, teori cenderung untuk dikembangkan
setiap waktu dan mungkin terdapat kompetisi diantara teori-teori yang lain
untuk dapat ditenma secara umum.
Teori positif berkembang karena ketidakpuasan. a terhadap teori
normatif (1)ketidakmampuan normatif untuk menguji secara empiris, (2)
normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu dari
pada kemakmuran secara luas. (3) normatif tidak mendorong atau mem
ungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar
modal. Teori positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori
oleh Watt & Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan
perilaku dengan munculnya hipotesis pasar efisien dan teori agensi. Hipotesa
yang digunakan oleh Watt & Zimmerman ada 3, yaitu (1) perencanaan bonus,
(2) perjanjian hutang dan ( 3) biaya proses politik. Teori positif lebih mengacu
pada penelitian empiris yang memaksimalkan keuntungan (balk investor,
manajer maupun masyarakat luas) dalam memilih metode akuntansi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Burdiarto, A & Murtanto. (1999). TEORI AKUNTANSI:DARI PENDEKATAN


NORMATIF KE POSITIF. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 1(3)
Januarti, I. (2004). PENDEKATAN DAN KRITIK TEORI AKUNTANSI POSITIF.
Jurnal Akuntansi & Auditing 1(1). Retrieved from
https://core.ac.uk/download/pdf/11713721.pdf
Riduwan, A (2007). TEORI AKUNTANSI: DARI NORM ATIF KE POSITIF, ISU
BEBAS NILAI, HINGGA MITOS DAN WACANA REDEFINISI
AKUNTANSI. TEMA 8(1)
Setijaningsih, H. (2012). TEORI AKUNTANSI POSITIF DAN KONSEKUENSI
EKONOMI. Jurnal Akuntansi 16(3).
Sihombing, J. (2012). Positive Accounting Theory Dalam Keterkaitannya Dengan
Pembentukan Standar Akuntansi:Suatu Tinjauan Teoritis. Ekonomis: Jurnal
Ekonomi dan Bisnis 6(1) Retrieved from file:///C:/Users/asus-
pc/Downloads/477-Article%20Text-1086-1-10-20170920.pdf
Suyono, E. (2018). Kemampuan Prediktif Teori Akuntansi Positif Terhadap Praktik
dan Riset Akuntansi: Sebuah Kajian Konseptual. Jurnal Bisnis dan Manajemen
6(1) Retrieved from file:///C:/Users/asus-pc/Downloads/259-Article%20Text-
655-1-10-20180504.pdf
Widiastuti, N. (2012). IMPLEMENTASI TEORI AKUNTANSI DALAM
PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN. Bina
Widya 23(3)

Anda mungkin juga menyukai