Takehome Exam
(Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester 1 pada Mata Kuliah Teori Akuntansi)
Oleh
Sri Apriyanti Husain
146020300111009
Kelompok Diskusi
Sri Apriyanti Husain
Ajeng Pipit
Citra
Mohamad Anwar Thalib
1.
konseptual. Pada awal mulanya para penulis hanya menjelaskan praktik yang telah
diamati, dan dengan menyajikan aturan pedagogik untuk mengklasifikasi praktik
tersebut.Kemudian setelah U.S. Securities Acts 1933 dan 1934 mengatur
disclousure para teoretisi akuntansi mengembangkan teori normative. Pada masa
itu, validitas empiris dari hipotesis sebagai tempat bersandarnya teori normative
tidak mendapat perhatian.
Teori akuntansi positif: Teori akuntansi positif bertawal dari penelitian yang
dilakukan oleh Watts dan Zimmerman. Watts dan Zimmerman tidak menggunakan
teori normative, melainkan teori positif yang dalilnya menjelaskan bagaimana
bekerjanya dunia nyata. Teori akuntansi positif ini dapat digunakan untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena. Teori ini tidak akan dibuktikan
kebenarannya, melainkan akan diuji apakah prediksinya dapat ditolak oleh bukti
empiris. Teori terdiri atas asumsi dan sehimpunan hipotesis substantif. Garis besar
metodologi positivist: pengembangan teori dimulai dengan penjelasan fenomena
yang dipikirkan oleh peneliti. Di samping itu juga harus ada asumsi baik dinyatakan
atau tidak. Setelah dipelajari saling hubungan antarfenomena dengan asumsi
tertentu, diderivasi hipotesis, kemudian dikumpulkan data yang dibutuhkan.
Prosedur berikutnya, menguji hipotesis. Jika terbukti tidak salah, muncullah teori.
Teori akan selalu berubah dan ber-evolusi jika ada usaha oleh peneliti (lain) untuk
mengembangkan metodologi peneliti sebelumnya.
3.
4.
Seperti dalam studi Ball dan Brown (1968) mengapa reaksi pasar terjadi
sebelum pengumuman (laba) itu sendiri dilakukan. Di dalam short window dan
long window dalam pengujian reaksi pasar, mana yang memberi bukti yang
lebih kuat atas usefulness informasi akuntansi.
Jawaban:
Penelitian mengenai pengaruh kandungan informasi terhadap harga saham pertama
kali dilakukan oleh Ball dan Brown (1968). Penelitian tersebut menguji apakah
pengumuman laba (earnings announcement) mempunyai hubungan positif dengan
harga saham. Hasilnya menunjukkan adanya abnormal return positif akibat
pengumuman. Sejalan dengan penelitian tersebut, Beaver (1968) menemukan bukti
bahwa pengumuman laba mempunyai kandungan informasi yang mempengaruhi
reaksi investor yang tercermin pada perubahan harga dan volume saham perusahaan
bersangkutan. Bamber (1986) yang meneliti pengaruh kandungan informasi
pengumuman laba tahunan juga menyimpulkan adanya reaksi pasar yang positif,
yang tercermin dari harga dan volume saham yang diperdagangkan meningkatkan
setelah pengumuman laba tersebut. Beza (1997) membuktikan bahwa perusahaan
yang mengumumkan laba tahunannya secara signifikan akan mengalami
peningkatan volume perdagangan dibanding sebelum pengumuman laba tersebut.
Choi (2002) juga menemukan pengaruh (implikasi) pengumuman earnings terhadap
subsequent return perusahaan yang melakukan publikasi tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa pasar merespon secara positif pengumuman tersebut.
Sampel yang diambil dalam penelitian Ball dan Brown (1968), adalah perusahaanperusahaan yang listing di NYSE dan berfokus pada informasi tentang pendapatan.
Pendapatan untuk perusahaan NYSE secara khusus dipublikasikan melalui media
sebelum dilakukannya penerbitan aktual atas laporan tahunan. jadi hal tersebut
relatif lebih mudah bagi investor untuk memutuskan ketika informasi tersebut
pertama kali dikeluarkan menjadi konsumsi public.Hal ini akan membuat pasar
segera bereaksi atas adanya informasi pendapatan yang dipublikasikan tersebut,
walaupun informasi tersebut bukan diterbitkan secara resmi oleh perusahaan yang
bersangkutan. Bila informasi tersebut good news, dapat dipastikan bahwa pasar
akan bereaksi positif atas saham perusahaan yang bersangkutan. Namun apabila
yang terjadi adalah bad news, maka yang akan terjadi adalah sebaliknya, yaiu reaksi
pasar yang sifatnya negatif. Usefullness dari informasi akuntansi akan jauh lebih
kuat dalam short window atau observasi yang dilakukan beberapa hari sebelum
pengumuman earning. Alasannya yaitu dalam short window faktor-faktor lain yang
mempengaruhi laba relatif lebih sedikit. Sehingga informasi akuntansi akan sangat
berpengaruh bagi pengguna informasi untuk kepentingan pembuatan keputusan.
Hubungan dalam short window memberikan dukungan yang kuat terhadap decision
usefulness karena memberikan usulan bahwa informasi akuntansi yang secara
aktual mendorong revisi kepercayaan investor dan juga return sekuritas. Short
window dapat memberi bukti lebih kuat atas usefulness informasi akuntansi karena
selama short window ada beberapa kejadian spesifik perusahaan yang relative
terjadi dari pada laba bersih yang mempengaruhi pengembalian saham. Selain itu,
jika kejadian lain terjadi, seperti stock splits atau pengumuman dividen, hal tersebut
dapat mempengaruhi perusahaan. Sebuah gabungan short window diantara
pengembalian sekuritas dan informasi akuntansi menyarankan bahwa
pengungkapan akuntansi merupakan sumber informasi baru untuk investor.
Sedangkan evaluasi return dalam long-window bagaimanapun membuka
kemungkinan adanya return yang diperoleh melalui faktor yang lain selain
earnings.
6.
Dalam EMH seharusnya tidak ada reaksi pasar atas perubahan prosedur
akuntansi, tetapi mengapa manajer masih melakukan manajemen laba.
Jawaban:
Sebelum menjawab pertanyaan ini, lebih jelasnya saya akan menjelaskan apa
sebenarnya manajemen laba. Manajamen laba sendiri memiliki pengertian:
1) Scott (2009): Manajemen laba adalah pilihan bagi manajer akan kebijakan
akuntansi untuk mencapai suatu tujuan yang spesifik.
Konsep historical cost sering mendapat kritik tajam karena dianggap sudah
ketinggalan jaman dan tidak relevan dalam menyajikan informasi akuntansi.
Jelaskan pendapat saudara baik setuju maupun yang tidak setuju!
Jawaban:
Penerapan historical costing dipandang akan mengurangi aspek relevansi dalam
laporan keuangan. Oleh karena itu kemunculan fair value diharapkan dapat
mengatasi kekurangan historical cost. Namun fair value tidak dapat sepenuhnya
berguna untuk pengambilan keputusan karena kurang reliable. Dalam historical
cost maupun fair value mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dalam hal ini saya setuju dengan perubahan historical cost menjadi fair value.
Perubahan dari HCA menjadi FVA bukan suatu proses yang mudah, namun bisa
dikatakan hal yang alami karena adanya perubahan dalam kebutuhan informasi
akuntansi seiring dengan adanya perubahan kondisi bisnis investasi. Munculnya
FVA didorong oleh adanya kelemahan dari HCA yang dapat mengaburkan
informasi dalam laporan keuangan dan memberikan peluang kepada manajemen
untuk melakukan manipulasi. Karena banyak masalah akuntansi yang dapat
dipecahkan dengan menggunakan fair value sebagai dasar pengukuran asset dan
liability yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan karena relevance
dan reabilitynya, pengawas lembaga keuangan dari waktu ke waktu secara terus
menerus meningkatkan penerapan konsep fair value. Tetapi fair value juga sangat
sensitif terhadap pasar sehingga akan semakin sulit untuk memastikan apakah laba
dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh
perubahan yang terjadi di pasar, termasuk volatility kinerja lembaga karena
semakin mudahnya nilai item-item asset dan liability berfluktuasi.
FVA mungkin juga berdampak pada pelaporan keuangan. Mengingat situasi di
mana GAAP memberikan pemegang saham dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk melacak aktivitas manajer, kebutuhan untuk laporan rinci yang
menjelaskan tindakan manajer tidak bisa dihindari. Sebuah sistem pelaporan ganda,
di mana HCA diberikan sepanjang angka FVA, adalah jalan yang paling
menjanjikan. Sebuah pernyataan pendapatan komprehensif mungkin menjadi
alternatif atau tambahan untuk sistem dual pelaporan. Ide-ide ini tidak baru di
bidang akuntansi dan dapat dengan mudah diimplementasikan. Akhirnya, FVA
akan memiliki efek pada berbagai aspek akuntansi.
Historical Cost Principle adalah prinsip akuntansi yang mengakui harta/utang
dicatat pada nilai historisnya/harga perolehan, historical cost (HC) selama ini
menggunakan perspektif informasi lama kelamaan akan ditinggalkan oleh
pemakainya. Memang informasi yang disajikan oleh historical cost merupakan
informasi yang reliable karena didukung oleh transaksi yang benar-benar real dan
akurat pencatatannya. Hanya saja, investor ternyata membutuhkan informasi yang
lebih relevan dalam pengambilan keputusan. Karena data yang digunakan oleh
historical cost adalah data lama yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini dan
Isu tentang IFRS, IAS, harmonisasi dan konvergensi terkait erat dengan
faktor budaya (culture) antarnegara. Berikan penjelasan singkat tentang isuisu tersebut.
Jawaban:
Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan jaman turut membawa perubahan yang
cukup besar dalam dunia akuntansi, dimana diantaranya adalah wacana mengenai
implementasi IFRS dalam proses akuntansi secara global. Menurut penulis, hal ini
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dan uraian dibawah ini
adalah pandangan penulis mengenai hal tersebut diatas. Pada dasarnya International
Financial Reporting Standards (IFRS) memang merupakan kesepakatan global
standar akuntansi yang didukung oleh banyak negara dan badan-badan
internasional di dunia. Popularitas IFRS di tingkat global semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September
2009, misalnya, menyatakan bahwa otoritas yang mengawasi aturan akuntansi
internasional harus meningkatkan standar global pada Juni 2011 untuk mengurangi
kesenjangan aturan di antara negara-negara anggota G-20. Menurut penulis, hal ini
cukup baik dimana dunia akuntansi secara global mempunyai satu pedoman inti
mengenai prinsip-prinsip akuntansi sehingga terdapat keselarasan diantara satu
negara dengan negara lainnya. Namun hal ini tidak mudah diterapkan dalam waktu
yang singkat. Menurut kami, terdapat 2 hal pokok yang mendasari pernyataan
tersebut. Faktor pertama yang menjadi hambatan dalam penerapan standard ini
(IFRS) di negara Indonesia adalah faktor budaya (culture), karena kebiasaan
menggunakan standard akuntasi domestik yang sudah menjadi budaya akan sangat
sulit mengubah cara/metode itu untuk menerapkan standard international tersebut,
kalaupun standard ini diterapkan maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk
penyesuaian dan kemungkinan adanya sedikit perbedaan dalam implementasinya.
Faktor kedua adalah proses terjemahan bahasa akan menjadi faktor kendala dalam
proses penerapannya, karena proses penafsiran bahasa sedikitnya membawa arti
yang berbeda dalam konteks pemahaman inti/isi standard international tersebut.
Faktor budaya menjadi salah satu isu yang cukup rentang dari konvergensi PSAK
ke IFRS karena adanya karesteristik dan tingkat yang berbeda antara negra
merupakan hambatan yang dihadapai dalam proses harmonisasi standar akuntansi
keuangan., kebutuhan dan keinginan antara negara maju dan yang belum maju dan
antara Negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi dan Negara
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Apa yang
tepat diterapkan di Amerika Serikat, belum tentu cocok diterapkan di Negara lain
dengan karakteristik lingkungan dan perkembangan ekonomi yang berbeda
9.
10. Saat ini topik CSR banyak dibahas dan banyak juga perusahaan yang
melaksanakan tanggungjawab sosialnya. Berikan penjelasan singkat tentang
isu CSR dan keterkaitannya dengan GCG (Good Corporate Government) yang
saudara fahami.
Jawaban:
Pada saat ini topik mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih
dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak
mendapatkan perhatian dan dibahas. Salah satu aspek dari CSR yang menjadi
perhatian adalah pengungkapannya. Hal ini disebabkan laporan keuangan
tradisional tidak mencakup aktivitas CSR perusahaan. Pengungkapan CSR yang
lebih rinci dapat memfasilitasi investor dan pemegang saham dalam menilai apakah
penggungkapan CSR perusahaan sejalan dengan kepentingan mereka. Disisi lain
masyarakat juga semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap
dunia usaha. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut memunculkan
kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan CSR. Hal lain yang
mempengaruhi perkembangan CSR pada saat ini adalah semakin parahnya
kerusakan lingkungan, mulai dari polusi udara dan air, penggundulan hutan hingga
isu perubahan iklim. CSR menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada
tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan
(corporate value) yang direfleksikan hanya dalam kondisi keuangannya saja. Tapi
tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu juga
memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak
cukup menjamin nilai perusahaan bertumbuh secara berkelanjutan. Global Compact
Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (Profit, People, Planet) yaitu
tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang
(people),dan menjamin keberlanjutan hidup planet Bumi (planet). CSR merupakan
komitmen perusahaaan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi
berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, komunitas setempat, dan
masyarakat agar memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Dari aspek ekonomi, perusahaan mengungkapkan suatu apabila informasi tersebut
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari aspek investasi, investor cenderung
menanamkan modal pada perusahaan yang memiliki kepedulian pada masalah
sosial. Perusahaan akan menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai
keunggulan kompetitif perusahaan.
Good corporate governance (GCG), dalam arti sempit dipahami sebagai suatu
sistem dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan, terutama antara pemegang saham dan dewan komisaris serta
dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan dalam arti luas,
GCG digunakan untuk mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders secara
proporsional dan mencegah terjadinya keslahan-kesalahan yang signifikan dalam
strategi perusahaan sekaligus memastikan bahwa kesalahan yang terjadi bisa
diperbaiki dengan segera.
Dalam tataran praktis, GCG merupakan tatakelola perusahaan yang baik agar
perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk. Dalam tataran
praktis, GCG merupakan tatakelola perusahaan yang baik agar perilaku para pelaku
bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk. Terdapat lima prinsip GCG yang
dijadikan pedoman bagi pelaku bisnis, yaitu:
1) Transparency (keterbukaan informasi)
2) Accountability (Akuntabilitas)
3) Responsibility (Tanggung Jawab)
4) Independency (kemandirian)
5) Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Berdasarkan prinsip-prinsip GCG tersebut, terutama prinsip responsibility, dapat
ditarik benang merah keterkaitan antara CSR dan GCG. Penerapan prinsip
responsibility tersebut, perusahaan memperhatikan kepentingan stakeholdernya
sebagai bentuk konsekuensi dari operasional perusahaannya.
Penerapan CSR adalah salah satu bentuk implementasi dari konsep Good Corporate
Governance (GCG). Konsep CSR juga sering dikaitkan dengan konsep Triple
Bottom Line, yaitu bahwa perusahaan tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi
saja, tetapi juga aspek sosial dan lingkungannya. Semakin disadari bahwa kondisi
keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan.
Keberlanjutan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait
lainnya, termasuk dimensi sosial.
Dengan demikian, CSR adalah salah satu bentuk investasi masa depan. Karena
melalui hubungan yang harmonis dan citra baik, timbal baliknya, masyarakat juga
ikut menjaga eksistensi perusahaan.
11. SFAC No. 8 adalah SFAC yang menggantikan SFAC 1 dan 2, tentang
karakteristik kualittaif informasi akuntansi terkandung konsep relevance
(relevan) dan reliable (andal), jelaskan menurut pendapat saudara.
Jawaban:
SFAC merupakan pedoman untuk tujuan, karakteristik kualitatif, dan pedoman lain
dari fenomena ekonomi untuk pengakuan dan pengukuran dalam pelaporan
keuangan dan penyajiannya. SFAC sendiri menjadi guide bagi FASB dalam
mengembangkan standar akuntansi keuangan di Amerika Serikat. Secara total,
FASB menerbitkan 8 (delapan) buah statements. Statements yang pertama terbit
pada November 1978, yaitu SFAC No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting
by Business Enterprises pada November 1978, sampai terbit SFAC No. 8 pada
September 2010 tentang Conceptual Framework for Financial Reporting.
Karakteristik kualitatif dalam statements yang diterbitkan FASB terletak pada
SFAC No. 2 tentang Qualitative Characteristic of Accounting Information yang
muncul pada Mei 1980. Namun, SFAC No. 2 ini digantikan oleh SFAC No. 8,
dengan adanya perubahan mendasar antara SFAC No. 2 dengan SFAC No. 8, yaitu
kualitas informasi dalam SFAC No. 8 dibagi menjadi kualitas informasi utama
dalam SFAC No. 8 terdiri dari Relevance dan Faithful Representation dan kualitas
informasi pendukung yang terdiri dari comparability, verifiability, timeliness dan
understandability, yang sebelumnya pada SFAC No. 2 kualitas informasi utama
adalah relevance dan reliability.
Conceptual Framework for Financial Reporting (Rerangka Kerja untuk Pelaporan
Keuangan) bulan September 2010 atau yang dikenal dengan SFAC No. 8
merupakan sebuah konsep pengganti SFAC No. 1 dan SFAC No. 2.
SFAC No. 8 adalah salah satu dari serangkaian publikasi di Dewan Standar (FASB)
untuk akuntansi dan pelaporan keuangan. SFAC No. 8 ini mencakup 2 bab rerangka
konseptual baru yang menggantikan SFAC No. 1, Tujuan Pelaporan Keuangan oleh
Business Enterprises, dan SFAC No. 2 yaitu karakteristik Kualitatif Informasi
Akuntansi. SFAC No. 8 ini dimaksudkan untuk menetapkan tujuan-tujuan dan
Dua karakteristik kualitatif utama informasi akuntansi dalam SFAC No. 8 adalah
relevansi dan faithful representation. Informasi yang relevan mampu membuat
perbedaan dalam keputusan pengguna. Informasi keuangan yang relevan jika
memiliki nilai prediksi, nilai konfirmatori, atau keduanya. Item adalah material jika
menghilangkan atau misstating bisa mempengaruhi keputusan pengguna. Oleh
karena itu, ambang batas materialitas berkaitan dengan karakteristik kualitatif
relevansi. Informasi memiliki kualitas faithful representation jika informasi tersebut
menggambarkan apa yang dimaksudkan untuk mewakili. Sebuah representasi setia
harus lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan. Kelengkapan membutuhkan
informasi yang disajikan atau digambarkan dengan cara pengguna dapat memahami
objek yang digambarkan. Netralitas mengharuskan item digambarkan tanpa bias
kepada pengguna. Bebas dari kesalahan berarti bahwa tidak ada kesalahan atau
kelalaian dalam informasi yang dilaporkan.
Untuk memperkuat karakteristik kualitatif informasi akuntansi, diperlukan
comparibility
(including
concistency),
verifiability,
timeliness,
dan
understandability. Comparibility memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi
dan memahami persamaan dan perbedaan antara item. Konsistensi mengacu pada
penggunaan metode akuntansi yang sama dalam periode yang berbeda. Oleh karena
itu, concistency membantu mencapai comparibility karena membantu pemakai
informasi dalam membuat perbandingan pada seluruh periode waktu yang berbeda.
Verifiability terjadi ketika sumber yang berbeda mencapai konsensus atau
kesepakatan atas jumlah keterwakilan item. Verifiability langsung terjadi melalui
pengamatan langsung; verifiability tidak langsung terjadi dengan menggunakan
teknik seperti memeriksa formula atau menghitung ulang jumlah. Meskipun ke
depan informasi tidak dapat diverifikasi, asumsi, metode, fakta, dan keadaan dapat
diungkapkan untuk membantu pengguna menentukan apakah informasi tersebut
berguna. Timeliness membutuhkan informasi yang tersedia bagi pembuat keputusan
ketika hal ini berguna untuk membuat keputusan. Understandability melibatkan
klasifikasi, karakteristik, dan penyajian informasi dengan jelas dan ringkas.
Understandability mengasumsikan bahwa pengguna memiliki pengetahuan yang
cukup atas aktivitas bisnis dan ekonomi untuk memahami laporan keuangan.
12. Saat ini sedang terjadi pergeseran pelaporan keuangan menuju ke arah
paradigma perspektif pengukuran. Perspektif pengukuran dan perspektif
informasi dibahas secara terpisah dalam literatur akuntansi. Setiap perspektif
tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif yang
lainnya. Setujukan saudara? Berikan komentar!
Jawaban:
Perspektif informasi lebih menekankan pengungkapan penuh (full disclosure),
apapun bentuknya, untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi
investor. Perspektif informasi didasari asumsi bahwa terdapat cukup banyak
investor rasional terinformasi, yang dapat secara cepat dan tepat memasukkan
bentuk pengungkapan apapun ke dalam harga pasar yang efisien. Sebaliknya,
perspektif pengukuran lebih menekankan peran fundamental dari informasi
akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan Perspektif pengukuran
lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan keuangan, termasuk di
dalamnya adalah kualitas laba. Kedua perspektif ini, perspektif informasi dan
perspektif pengukuran, mendasari kebijakan-kebijakan badan penyusun standar