Anda di halaman 1dari 13

UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 0

UJIAN TENGAH SEMESTER


TEORI AKUNTANSI

Topik :
Teori Akuntansi

Disusun Oleh :

FRANS ALFIAN
NIM. 217017019
MAGISTER AKUNTANSI
KELAS PARALEL

Dosen :
Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 1

BAB I
PENDAHULUAN

Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah


perkembangan pemikiran akuntansi dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 SM-1300 M, Tahun
1300– 1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi
yang berarti bagi ilmu akuntansi Pada periode pertama akuntansi hanyalah bentuk record-
keeping yang sangat sederhana, maksudnya hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang
terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Periode kedua merupakan penyempurnaan dari periode
pertama, dikenal dengan masa lahirnyadouble-entry book keeping Dan pada periode terakhir
banyak sekali perkembangan pemikiran akuntansi yang bukanlagi sekedar masalah debit kiri-
kredit kanan, tetapi sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat.

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teori akuntansi dimulai dengan


lahirnya teori normatif yang memiliki sifat dan pengertian sebagai suatu keharusan. Di mana
Teori Akuntansi Normatif merupakan penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan
suatu perlakuan akuntansi yang paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga
pada dasarnya teori ini lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku—it
should be. Pendekatan konvensional yang mengutamakan pada prinsip normatif mengalami
kejayaannya di tahun 1960-an. Namun kemudian terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian
akuntansi selama tahun 1970-an. Alasan utama yang menjadi dasar timbulnya pergeseran
tersebut lebih dikarenakan oleh ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menghasilkan teori
akuntansi yang siap dipakai di dalam praktek sehari-hari, walaupun pendekatan ini telah
digunakan selama satu dekade.

Sedangkan untuk Teori Akuntansi Positif, dalam kajian paradigmatic positioning, baru
muncul ketika Watts dan Zimmerman meluncurkan artikel penelitiannya tahun 1978. Watt and
Zimmerman (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran
pendekatan normatif ke positif, yaitu 1) ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji
teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat
diuji keabsahannya secara empiris, 2) pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada
kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas, 3) pendekatan
normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 2

optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan
pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat
dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien

Teori akuntansi juga dipelajari dan didiskusikan di kuliah-kuliah. Banyak buku-buku


yang menguraikan tentang teori akuntansi. Namun ketika seseorang ditanya apakah teori
akuntansi itu? Jawaban yang diberikan oleh satu orang dengan orang lain bisa berbeda, bahkan
ada yang balik bertanya apakah benar akuntansi itu layak disebut dengan teori. Fakta bahwa
terdapat berbagai pendapat dan tulisan tentang teori akuntansi serta pertentangan mana yang
lebih baik, teori normatif atau teori positif. Sebagaian buku menulis tentang teori akuntansi dari
sisi kelembagaan, sedangkan buku lain menulis dari sisi pemanfaatan teori akuntansi sebagai
dasar untuk menjustifikasi perlakuan akuntansi yang dipilih. Maka dari itu tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat dan memperjelas teori akuntasi yang selama ini sudah banyak dikaji dan
diteliti para ahli.
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riset yang mendukung Teori Normatif dan yang menolaknya


Teori normatif menggunakan pertimbangan nilai (value judgment) yang didalamnya
minimal mengandung sebuah premis yang mengatakan bahwa this is the way things
should be. Contoh, sebuah premis yang menetapkan bahwa laporan akuntansi seharusnya
(should be) didasarkan atas net realizable value of assets akan mengindikasi sebuah
sistem normatif.
Teori normatif inilah yang mendasari lahirnya berbagai macam standard setters guna
merumuskan standar akuntansi. Tujuan utama akuntansi (keuangan) adalah menyediakan
informasi keuangan tentang suatu perusahaan, yang dapat digunakan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi (FASB, 1978).
Media komunikasi yang biasa dipergunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan
informasi keuangan adalah statemen keuangan (financial statements). Karena pihak-pihak
yang berkepentingan di luar perusahaan itu banyak dan masing-masing mempunyai
kepentingan yang berbeda, maka statemen keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi
harus ditujukan untuk umum (general purpose financial statements). Untuk itu diperlukan
standar akuntansi yang merupakan seperangkat prinsip yang dapat digunakan sebagai
acuan (pedoman), baik bagi perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan, maupun bagi para pemakai dalam mengartikan atau menginterpretasikan
laporan keuangan (Krismiaji & Murwani, 2013).
Pendekatan konvensional yang mengutamakan pada prinsip normatif mengalami
kejayaannya di tahun 1960-an. Namun kemudian terjadi pergeseran pendekatan dalam
penelitian akuntansi selama tahun 1970-an. Alasan utama yang menjadi dasar timbulnya
pergeseran tersebut lebih dikarenakan oleh ketidakmampuan pendekatan normatif dalam
menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai di dalam praktek sehari-hari, walaupun
pendekatan ini telah digunakan selama satu dekade (Bwarleling, 2008).
Teori normatif berkonsentrasi pada penciptaan laba sesungguhnya (true income) selama
satu periode akuntansi atau terkait tipe informasi yang bermanfaat dalam pengambilan
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 4

keputusan (decision-usefulness). Teori true income berkonsentrasi pada penciptaan


pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Sedangkan pendekatan
decision usefulness menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang
relevan atau bermanfaat (Setijaningsih, 2012).

2.2 Riset yang mendukung Teori Positif dan yang menolaknya


Perjalanan sejarah dari perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari adanya
ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Lebih lanjut
dikatakan bahwa analisa metode penelitian dengan menggunakan pendekatan teori
akuntansi normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar yang kuat dari segi
teori. Terdapat tiga alasan fundamental penyebab terjadinya pergeseran pendekatan
normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris,
karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga validitasnya
diragukan secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih memfokuskan analisa pada kepentingan pihak investor
secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak memberikan peluang bagi pengalokasian sumber daya
ekonomi lain secara optimal di pasar modal. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan
sistem perekonomian yang didasarkan pada mekanisme pasar, di mana
masyarakat hanya menggunakan informasi akuntansi sebagai alat ukur dalam
mengalokasi sumber daya ekonomi.
Selain itu juga, Watt & Zimmerman mengungkapkan bahwa dasar analisa untuk menilai
teori akuntansi dalam pendekatan normatif sangat sederhana dan tidak memberikan
landasan teoritis yang kuat. Guna menyeimbangkan kesenjangan dalam pendekatan
normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan metode baru dalam penelitian empiris
dengan pendekatan positif dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang
sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi di
kemudian hari. Apabila pendekatan teori normatif ditunjukkan cara terbaik untuk
melakukan sesuatu berdasar premis, norma atau standar, lain halnya dengan teori positif
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 5

yang berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara
empirik (Nur Indriantoro). Di dalam aliran Teori Akuntansi Positif dipercayai bahwa
posisi realita sosial terpisah secara independen dari manusia atau memiliki sifat esensi
tersendiri. Hal ini mengakibatkan fenomena empiris terpisah dari penelitian. Dengan
demikian validitas ilmiah dari dunia empiris diuji melalui observasi. Di dalam filsafat
ilmu pengujian empiris ini dinyatakan dalam 2 cara (Lawrence dalam Indira Januarti
2004), yaitu :
1. Dalam pandangan aliran positif ada teori dan seperangkat pernyataan hasil
observasi independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi
kebenaran teori.
2. Dalam pandangan popperian karena pernyataan hasil observasi merupakan teori
dependent dan fallible, maka teori-teori ilmiah tidak dapat dibuktikan
kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk ditolak (falsified).
Meskipun ada 2 cara untuk pengujian empiris para peneliti tetap sepakat bahwa metode
hypotetico-deductive menjadi pilihannya. Suatu penjelasan dikatakan ilmiah apabila 1)
harus memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip umum atau hukum, 2) harus ada pra
kondisi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pernyataan hasil observasi dan 3) harus
ada satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan (Imam G,2000 dalam
Indira Januarti 2004).
Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan
akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986):
a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan
penjelasan spesifik.
b. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.
c. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan akuntansi.
e. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi
serta penjelasan terhadap fenomena.

Tujuan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to
predict) praktik akuntansi. Penjelasan berarti memberikan alasan-alasan terhadap praktik
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 6

yang diamati. Misalnya, teori akuntansi positif berusaha menjelaskan mengapa


perusahaan tetap menggunakan akuntansi cost historis dan mengapa perusahaan tertentu
mengubah teknik akuntansi mereka. Sedangkan prediksi terhadap praktik akuntansi
berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati.

Kehadiran teori akuntansi positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi
pengembangan akuntansi. Adapun kontribusi teori akuntansi positif terhadap
pengembangan akuntansi adalah menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi
dan memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut, memberikan kerangka yang
jelas dalam memahami akuntansi, menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori
akuntansi, menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan-pilihan akuntansi, mendorong riset yang relevan dimana akuntansi
menekankan pada prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.

Dorongan terbesar dari teori akuntansi positif dalam akuntansi adalah untuk menjelaskan
(to explain) dan meramalkan (to predict) pilihan standar manajemen melalui analisis atas
biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan
berbagai individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori akuntansi positif
didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur
adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan mereka
yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan tentunya
kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa
kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur
akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan mereka.

Kritik terhadap teori akuntansi positif yang disampaikan sebelum Wattz dan Zimmerman
menulis artikel pada tahun 1990, pertama diungkapkan oleh Christenson (1983: 5) yang
menyatakan bahwa riset positif lebih berkaitan dengan sosiologi akuntansi. Hal ini
disebabkan karena isinya berupa deskripsi dan prediksi mengenai perilaku individu, baik
akuntan maupun manajer, dalam memilih metode akuntansi. Menurut Christenson, pada
sisi pembangunan teori akuntansi, perilaku yang dijelaskan dan diprediksi seharusnya
adalah perilaku entitas akuntansi. Hal ini senada dengan Godfrey et al (2010: 391) yang
menyatakan bahwa teori akuntansi positif lebih merupakan sosiologi akuntansi, karena
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 7

memfokuskan pada perilaku manusia daripada perilaku atau pengukuran entitas


akuntansi.

2.3 Riset yang menolak Teori Normatif dan Teori Positif


Christenson (1983) dalam Setijaningsih (2012) mengatakan bahwa memandang ilmu
pengetahuan tidaklah harus dipandang dari perbedaan antara normatif dan positif, tetapi
bisa dipandang sebagai produk, yaitu seperangkat pengetahuan yang tersistem atau
dipandang sebagai proses, yaitu aktivitas manusia dalam menghasilkan pengetahuan.
Namun pendukung positivis menekankan pandangan bahwa ilmu pengetahuan
merupakan suatu produk, yang ditunjukan melalui struktur formal dalam bentuk proposisi
empiris yang melahirkan teori positif yang induktif. Sedangkan filsafat ilmu menekankan
pada pandangan bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu proses, yang berawal dari
idealis kemudian diturunkan menjadi teori normatif yang deduktif. Christenson
berpendapat adalah tidak penting apakah pencapaian ilmu pengetahuan dilakukan secara
normatif atau positif karena semuanya sah-sah saja dan semuanya juga benar. Lebih
lanjut Christenson menyatakan bahwa pada satu waktu pencapaian ilmu pengatahuan
perlu dilakukan secara normatif, kemudian pada akhirnya bersifat positif. Dalam hal ini
yang berbeda adalah pencapaian ilmu pengetahuan yang empiris lebih didasarkan pada
produk dan proses.

2.4 Hipotesis yang menguji Teori Akuntansi Positif


Kritik Sterling (1990) dalam Setijaningsih (2012) menyatakan terkait pencapaian aktual
dan potensial teori akuntansi positif, sebagaimana sudah diprediksi oleh teori normatif,
merujuk pada argumen Watts dan Zimmerman (1986) bahwa setiap individu, baik
akuntan maupun manajer, akan memaksimalkan utilitasnya ketika melakukan pemilihan
metode akuntansi. Dalam hal ini, teori akuntansi positif berusaha menjawab pertanyaan
apakah biaya yang dikeluarkan untuk memilih metode akuntansi sesuai dengan manfaat
yang diperoleh, apakah biaya regulasi dan proses penentuan standar akuntansi sesuai
dengan manfaatnya, apakah laporan keuangan berpengaruh terhadap harga saham.
Atas dasar pertanyaan dan asumsi tersebut, teori akuntansi positif berusaha menguji tiga
hipotesis, yaitu hipotesis program bonus (bonus plan hypothesis), hipotesis
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 8

hutang/ekuitas (debt/equity hypothesis), dan hipotesis cost politic (political cost


hypothesis) (Scott, 2009).
Pada hipotesis program bonus, manajer perusahaan dengan rencana kompensasi
cenderung lebih menyukai metode yang memindahkan laba periode mendatang menjadi
laba periode sekarang (Watts dan Zimmerman, 1986: 208). Dalam hal ini karena alasan-
alasan tertentu, manajer memiliki insentif untuk “memanipulasi” atau “mengatur” laba
yang dilaporkan dengan menggunakan kewenangannya melalui pemilihan metode
akuntansi yang dapat mempengaruhi besar kecilnya laba. Pilihan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterimanya seandainya komite
kompensasi dari Dewan Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih.
Pada hipotesis hutang/ekuitas, terdapat konsekuensi ekonomi yang timbul atas adanya
perubahan metode akuntansi sebagai akibat dari kesepakatan pinjam meminjam, yaitu
antara lain adalah biaya untuk melakukan negosiasi ulang dan pengawasan atas perjanjian
utang mungkin akan mahal atau kapan perjanjian tersebut akan menjadi mahal untuk
melakukan rekapitalisasi tanggungan utang yang ada. Apabila biaya untuk negosiasi dan
monitoring, negosiasi ulang, dan rekapitalisasi dirasa mahal, maka tidak bermanfaat bagi
manajer untuk melakukan lobi serta melakukan perubahan metode akuntansi secara
sukarela, walaupun beban biaya tersebut akan dapat mengurangi atau menurunkan nilai
perusahaan. Tetapi, apabila biaya yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan
kesepakatan utang tidak signifikan dan perubahan tersebut dalam banyak hal akan
mempengaruhi kemakmuran pemegang saham bila diikuti dengan perubahan metode
akuntansi, ada kemungkinan manajer akan mengambil langkah menerapkan perubahan
metode akuntansi. Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas perusahaan, semakin besar
kemungkinan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba.
Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas, semakin dekat perusahaan dengan batas
perjanjian/peraturan kredit. Semakin tinggi batasan kredit, semakin besar kemungkinan
penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Dalam hal ini manajer akan
memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga dapat mengendurkan
batasan kredit dan mengurangi biaya kesalahan teknis.
Pada hipotesis cost politik, kinerja keuangan suatu perusahaan secara tidak langsung akan
dapat mempengaruhi bagaimana pihak lain yang terkait akan menyikapinya. Bagi
perusahaan yang sensitif terhadap aspek politis, yaitu cenderung menjadi sorotan banyak
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 9

orang, maka besar kecilnya laba yang tercermin dalam angka-angka akuntansi akan
diterjemahkan berbeda oleh banyak pihak. Jadi manajer pada perusahan-perusahaan
seperti itu memiliki kepentingan untuk menggunakan suatu metode akuntansi tertentu dan
juga memiliki kemungkinan untuk melakukan lobi yang mendukung atau menolak
perubahan standar akuntansi yang wajib yang dapat mempengaruhi sensitifitas politis
perusahaan. Biasanya perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang
dapat mengurangi laba periodik dibandingkan perusahaan kecil. Dalam hal ini ukuran
perusahaan merupakan variabel proksi dari aspek politik. Atas dasar biaya informasi dan
biaya monitoring tersebut, manajer memiliki insentif untuk memilih laba akuntansi
tertentu dalam proses politik tersebut.
Tiga hipotesis di atas menunjukan bahwa teori akuntansi positif mengakui adanya tiga
hubungan keagenan, yaitu antara manajemen dengan pemilik, antara manajemen dengan
kreditor, dan antara manajemen dengan pemerintah.
Untuk menjawab pertanyaan dan membuktikan hipotesis di atas, teori akuntansi positif
dikembangkan melalui penelitian yang dikelompokan menjadi dua tahap, yaitu: 1)
penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal. Dalam tahap penelitian ini yang dijelaskan
bukan praktik akuntansi yang berjalan, tetapi penelitian yang diarahkan untuk
menjelaskan hubungan antara pengumuman laba dan reaksi harga saham. Penelitian ini
dikembangkan berdasarkan Hipotesis Pasar Efisien dan Capital Asset Pricing Model
(CAPM), 2) penelitian tahap kedua dilakukan dengan maksud menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi antar perusahaan yang difokuskan pada dua alasan.
Alasan pertama adalah alasan oportunistik yang digunakan perusahaan dalam memilih
metode akuntansi tertentu. Alasan ini dikenal sebagai ex-post yaitu pemilihan metode
akuntansi dilakukan sesudah diketahui adanya fakta. Alasan kedua adalah alasan efisiensi
berkaitan dengan metode akuntansi yang dipilih guna mengurangi biaya kontrak antara
perusahaan dengan mengurangi biaya kontrak antara perusahaan dengan stakeholdernya.
Alasan efisiensi disebut dengan ex-ante karena pemilihan metode akuntansi dilakukan
sebelum fakta diketahui.
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kehadiran teori akuntansi positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi
pengembangan akuntansi, yaitu menghasilkan pola sistematik dalam pilihan
akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut, memberikan
kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi, menunjukkan peran utama
contracting cost dalam teori akuntansi, menjelaskan mengapa akuntansi digunakan
dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan-pilihan akuntansi, mendorong
riset yang relevan dimana akuntansi menekankan pada prediksi dan penjelasan
terhadap fenomena akuntansi. Kritik terhadap teori akuntansi positif merupakan
diskursus yang justru dapat memberikan kontribusi keilmuan akuntansi.
2. Teori ini lebih realistis karena: (1) lebih mengakui bahwa dalam kenyataan tidak ada
the first best karena yang ada adalah the second best artinya ada kesenjangan
informasi, (2) teori ini berupaya untuk mengatasi kesenjangan informasi dengan
melakukan berbagai riset empiris guna mengetahui apakah informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi benar-benar berguna bagi para pengguna untuk membuat keputusan
investasi dan juga melakukan riset untuk mengetahui apakah perubahan kebijakan
akuntansi yang dilakukan oleh para manajer memiliki konsekuensi ekonomi, baik
bagi perusahaan (manajer), investor, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 11

3. teori akuntansi normatif yang mencakup rerangka konseptual dan standar akuntansi
sebenarnya saling melengkapi dengan teori akuntansi positif yang lebih menekankan
pada “kenyataan” di praktik.
4.
UTS_TEORI AKUNTANSI_FRANS ALFIAN _217017019 12

DAFTAR PUSTAKA

Bwarleling, Theresia Hesti (2007). Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 2 No. 2. Universitas Bunda
Mulia

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes, (2010). Accounting
Theory, Seventh Edition, Australia: John Wiley & Sons.

Januarti, Indira, (2004). Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif, Jurnal Akuntansi dan
Auditing, Vol. 01 (01), November.
Krismiaji dan Ani Sri Murwani, (2013). Teori Akuntansi : Telaah Literatur Terhadap Teori
Normatif dan Teori Positif. Vol. 16, No. 1, Februari, Wahan
Setijaningsih , (2012). Teori Akuntannsi dan Konsekuensi Ekonomi. Jurnal Akuntansi, Volume
XVI, No. 03, September 2012:427-438
Sterling, Robert R., (1990). Positive Accounting: An Assessment, ABACUS, Vol. 26, (2). Watts,
R. L. Dan J. L. Zimmerman, (1978). Towards a Positive Theory of The
Determination of Accounting Standard, Accounting Review.
Watts, R. L. Dan J. L. Zimmerman, (1986). Positive Accounting Theory, Prentice Hall
International Inc, Englewood Cliffs, NJ, USA.
Watts, R. L. Dan J. L. Zimmerman, (1990). Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective, the Accounting Review.

Anda mungkin juga menyukai