Anda di halaman 1dari 16

SISTEM KEUANGAN DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Paper
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah di Lingkungan
Program Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Oleh
Sri Apriyanti Husain
146020300111009

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAB BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG,
2015

A. LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Lembaga keuangan adalah Badan usaha yang kekayaannya terutama berbentuk aset
keuangan atau tagihan (claims); yang fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan
antara unit defisit dengan unit surplus dan menawarkan secara luas berbagai jasa keuangan
(mis: simpanan, kredit, proteksi asuransi, penyediaan mekanisme pembayaran & transfer
dana) dan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern dalam melayani
masyarakat.
Sedangkan lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang menjalankan
kegiatannya dengan berlandaskan prinsip syariah Islam. Lembaga Keuangan Syariah terdiri
dari Bank dan non Bank (Asuransi, Pegadaian, Reksa Dana, Pasar Modal, BPRS, dan BMT).
1) Bank Syariah
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi utamanya adalah
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang, pada awalnya
istilah bank memang tidak di dikenal di dunia islam, yang lebih dikenal adalah jihbiz yang
mempunyai arti penagih pajak yang pada waktu itu jihbiz dikenal dengan penagih dan
penghitung pajak pada benda yang kena pajak yaitu barang dan tanah.
Pada zaman Bani Abbasiyyah, jihbiz lebih dikenal dengan profesi penukaran uang yang
pada waktu itu diperkenalkan mata uang yang dikenal dengan fulus yang terbuat dari
tembaga, dengan adanya fulus para gubernur pemerintahan cenderung mencetak fulusnya
masing-masing sehingga akan berbeda-beda nilai dari fulus tersebut, kemudian ada sistem
penukaran uang. Selain melakukan penukaran uang jihbiz juga menerima titipan dana,
meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang.
Ide untuk menggunakan bank dengan sistem bagi hasil telah muncul sejak lama dan
ditandai dengan munculnya para pemikir islam yang menulis mengenai bank syariah, mereka
diantaranya Anwar Quraeshi (1946), Naiem Siddiqi (1948), dan Mahmud Ahmad (1952) dan
ditulis kembali secara terperinci oleh Mawdudi (1961), selain itu tulisan-tulisan Muhammad
Hamidullah pada tahun 1944-1962 bisa dikatakan sebagai pendahulu mengenai perbankan
syariah.
2) Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Menurut undang-undang (UU) Perbankan No. 7 tahun 1992, BPR adalah lembaga
keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu dan menyalurkan dana sebagai
usaha BPR. Pada UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adlah lemabaga

keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah.
Pengaturan pelaksanaan BPR yang menggunakan prinsip syariah tertuang pada surat
Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah tanggal 12 Mei 1999. Dalam hal ini pada teknisnya BPR syariah beroperasi
layaknya BPR konvensional namun menggunakan prinsip syariah.
3) Pegadaian Syariah
Dalam fiqh muamalah, perjanjian gadai disebut rahn. Istilah rahn secara bahasa berarti
menahan. Maksudnya adalah menahan sesuatu untuk dijadikan jaminan hutang. Sedangkan
pengertian gadai menurut hukum syara adalah Menjadikan sesuatu barang yang mempunyai
nilai harta dalam pandangan syara sebagai jaminan hutang, yang memungkinkan untuk
mengambil seluruh atau sebagian utang dari orang tersebut.
Istilah rahn memiliki akar yang kuat dalam al-Quran sebagaimana firman Allah: Tiap
diri terikat (tergadai) dengan apa yang telah diperbuatnya (Q.S Mudatsir : 38)
Istilah rahn menurut Imam Ibnu Mandur diartikan apa-apa yang diberikan sebagai
jaminan

atas

suatu

manfaat

barang

yang

diagunkan.

Ulama

Mazhab

Maliki mendefinisikan rahn sebagai harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan
hutang yang bersifat mengikat, Ulama Mazhab Hanafi mendefinisikan rahn dengan
menjadikan suatu barang sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan
sebagai pembayar hak tersebut, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Ulama Syafii dan
Hambali dalam mengartikan rahn dalam arti akad yakni menjadikan materi (barang) sebagai
jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berhutang tidak bisa
membayar hutangnya.
4) Asuransi Syariah
Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance. Dalam bahasa arab istilah
asuransi biasa diungkapkan dengan kata at-tamin yang secara bahasa berarti tuma ninatun
nafsi wa zawalul khauf, tenangnya jiwa dan hilangnya rasa takut.
Asuransi menurut UU RI No.2 th. 1992 tentang usaha perasuransian, yang dimaksud
dengan asuransi yaitu perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri dengan pihak tertanggung, dengan menerima premi asuransi
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tak pasti atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seeseorang yang dipertanggungkan.
Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk asset dan atau tabarru memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Pada ulasan asuransi, pada awalnya para ulama berbeda pendapat dalam menentukan
keabsahan praktek hukum asuransi, disanalah menjadi controversial, dan terhadap masalah
ini dapat dipilah menjadi dua kelompok, adanya ulama yang mengharamkan asuransi, dan
ada juga yang memperbolehkan asuransi.berikut alasan / argumentasinya :
Alasan ulama yang mengharamkan praktek asuransi, adalah :
a)

Asuransi mengandung unsur perjudian yang sangat dilarang di islam

b) Asuransi mengandung unsur ketidakpastian


c)

Asuransi mengandung unsur riba yang dilarang dalam islam

d) Asuransi termasuk jual-beli atau tukar-menukar mata uang tidak secara tunai
e)

Asuaransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup matinya seseorang, yang berarti
mendahului takdir Allah SWT

f)

Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan

Argumentasi ulama dalam memperbolehkan asuransi, adalah :


a)

Tidak terdapat nash Al-Quran atau Hadist yang melarang asuransi

b) Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak
c)

Asuransi menguntungkan kedua belah pihak

d) Asuransi mengandung unsur kepentingan umum, sebab premi-premi yang dapat


diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan
e)

Asuransi termasuk akad mudharobah antara pemegang polis dengan perusahaan asuransi

f)

Asuransi termasuk syirikah at-taawuniyah, usaha bersama yang didasarkan pada prinsip
tolong-menolong

5) Baitul Maal Wattamwil (BMT)


Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu, adalah lembaga
keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas

prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada
system ekonomi yang salaam.
6) Pasar Modal Syariah
Istilah sekuritas (securities) seringkali disebut juga dengan efek, yakni sebuah nama
kolektif untuk macam-macam surat berharga, misalnya saham, obilgasi, surat hipotik, dan
jenis surat lain yang membuktikan hak milik atas sesuatu barang. Dengan istilah yang hamper
sama, sekuritas juga dapat dipahami sebagai promissory notes/commercial bank notes yang
menjadi bukti bahwa satu pihak mempunyai tagihan pada pihak lain. Adapun, yang dimaksud
dengan sekuritas syariah atau efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan,
maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.
7) Reksa Dana Syariah
Reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunkanan untuk menghimpun dana dari
masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Reksa dana merupakan investasi campuran yang menggabungkan saham dan
obligasi dalam satu produk.
Sedangkan Reksa Dana Syariah merupakan sarana investasi campuran yang
menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh manajer
investasi. Manajer investasi menawarkan Reksa Dana Syariah kepada para investor yang
berminat, sementara dana yang diperoleh dari investor tersebut dikelola oleh manajer
investasi untuk ditanamkan dalam saham atau obligasi syariah yang dinilai menguntungkan.
8) Obligasi Syariah
Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan sukuk. Sukuk berasal dari
bahasa Arab sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat
atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan.
Sebuah sukuk mewakili kepentingan, baik penuh maupun proporsional dalam sebuah atau
sekumpulan asset.
Berbeda dengan konsep obligasi konvensional selama ini, yakni obligasi yang bersifat
hutang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga, obligasi syariah adalah suatu surat
berharga berjangka panjang berdasarka n prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada

pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo (lihat Fatwa DSN, 2004).
Jika ditinjau dari aspek akad, obligasi dapat dimodifikasi ke pelbagai jenis seperti
obligasi saham, istisna, murabahah, musyarakah, mudharabah ataupun ijarah, namun yang
lebih populer dalam perkembangan obligasi syariah di Indonesia hingga saat ini adalah
obligasi mudharabah dan ijarah.
Obligasi syariah di Indonesia mulai diterbitkan pada paruh akhir tahun 2002, yakni
dengan disahkannya Obligasi Indosat obligasi yang diterbitkan ini berdasarkan prinsip
mudharabah. Obligasi mudharabah mulai diterbitkan setelah fatwa tentang obligasi syariah
(Fatwa DSN-MUI No.32/DSN-MUI/ /2002)dan obligasi syariah mudharabah (Fatwa DSNMUI No.33/DSN-MUI/ /2002). Sedangkan obligasi syariah ijarah pertama kali diterbitkan
pada tahun 2004 setelah dikeluarkannya fatwa tentang obligasi syariah ijarah (Fatwa DSNMUI No.41/DSN-MUI/ /2003).
9) Lembaga Zakat
Zakat dalam arti fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan
kepada orang-orang yang berhak. Dalam sebuah hadist tentang penempatan Muaz di Yaman,
Rasulullah berkata Terangkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan sedekah yang
dikenakan pada kekayaan orang-orang kaya. Dalam beberapa ayat zakat diterangkan sebagai
sedekah.
10) Koperasi Syariah
Koperasi sebagai sebuah istilah yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata
Cooperation (Inggris). Secara semantic koperasi berarti kerja sama. Kata koperasi
mempunyai padanan makna dengan kata syirkah dalam bahasa Arab.1[3] Syirkah ini
merupakan wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, kebersamaan usaha yang sehat baik
dan halal yang sangat terpuji dalam islam.
Menurut Row Ewell Paul koperasi merupakan wadah perkumpulan (asosiasi)
sekelompok orang untuk tujuan kerja sama dalam bidang bisnis yang saling menguntungkan
diantara anggota perkumpulan.

11) Wakaf Tunai


1

Wakaf diambil dari kata waqafa yang berarti menahan atau berhenti. Dalam hukum
islam wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepada seseorang
atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa perorangan maupun badan pengelola dalam hal ini
bisa bank syariah maupun lembaga swasta dalam ketentuan hasil atau manfaatnya digunakan
sesuai dengan syariat islam. Harta yang telah diwakfkan keluar dari hak milik yang
mewakafkan, dan bukan pula menjadi hak milik nadzir tetapi menjadi hak milik Allah dalam
pengertian masyarakat umum.
B. SISTEM KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Praktik sistem keuangan syariah telah dilakukan sejak zaman kejayaan islam. Namun
seiring

melemahnya

sistem

khalifa.

Pada

akhir

abad

ke-19,

dinasti

onttoman

memperkenalkan sistem perbankan barat pada dunia islam. Perkembangan selanjutnya pada
akhir 1970-an mulailah berdiri bank yang mengadopsi sistem syariah kemudian berkembang
pesat dan saat ini banyak negara telah melakukan kegiatan perdagangan dan bisnis.
Filosofi sistem keuangan bebas bunga (larangan riba) tidak hanya melihat interaksi antara
faktor produksi dan prilaku ekonomi seperti yang dikenal pada sistem keuangan
konvensional, melainkan juga harus menyeimbankan berbagai unsur etika, moral, sosial dan
dimensi keagamaan untuk meningkatkan pemerataan dan keadilan menuju masyarakat yang
sejahtera secara menyeluruh. Melalui sistem kerjasama bagi hasil maka akan ada pembagian
resiko. Resiko yang timbul dalam aktivitas keuangan tidak hanya di tanggung penerima
modal atau pengusaha saja, namun juga resiko diterima oleh pemberi modal.
Berikut ini adalah sistem keuangan islam sebagaimana diatur melalui Al-Quran dan
As-sunah.
1) Pelarangan Riba. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan
dan hak atas barang. Oleh karena sistem riba hanya menguntungkan para pemberi
pinjaman /pemilik harta, sedangkan pengusaha tidak di perlakukan sama. Padahal untung
itu baru diketahui setelah berlakunya waktu bukan hasil penetapan dimuka.
2) Pembagian Resiko. Hal ini merupakan konsekuensilogis dari pelarangan riba yang
menetapkan hasil pemberi modal dimuka. Sedangkan melalui pembagian resiko maka
pembagian hasil akan dilakukan dibelakang yang besarannya tergantung dari hasil yang
diperoleh. Hal ini juga membuat kedua belha pihak saling membantu untuk bersamasama memperoleh laba, selain lebih mencerminkan keadilan.
3) Tidak Menganggap Uang sebagai Modal Potensial. Dalam fungsinya sebagai komoditas,
uang dipandang dalam kehidupan yang sama dengan barang yang dijadikan engan

barang yang dijadikan sebagai objek transaksi untuk mendapatkan keuntungan (laba).
Sedang dalam fungsinya sebagai modal nyata (capital), uang dapat menghasilkan sesuatu
(bersifat produktif) baik menghasilkan barang maupun jasa. Oleh sebab itu, sistem
keuangan islam memandang uang boleh dianggap sebagai modal kalau digunakan
bersama dengan sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.
4) Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan pelanggaran untuk
transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan transaksi
yang memiliki resiko yang sangat besar.
5) Kesucian Kontrak. Oleh karena itu islm menilai perjanjian sebagai suatu yang tinggi
nilainya sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengan kontrak
harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi resiko atas informasi yang asimetri dan
timbulnya moralhazard.
6) Aktifitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha tersebut haruslah
merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah.
Jadi, prinsip keuangan syariah mengacuh pada prinsip rela sama rela (antaraddim
minkum) tidak ada pihak disalimi dan mensalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil biaya
muncul bersama biaya, dan untung muncul bersama resiko.
1) Konsep Memelihara Harta Kekayaan
Memelihara harta bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia diperoleh dan di
gunakan sesuai dengan syariah sehingga harta yang dimiliki halal dan sesuai dengan
keinginan pemilik mutlak dari harta kekayaan tersebut yaitu Allah SWT.
Anjuran Bekerja atau Berniaga Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau
berniaga, dan menghindari kegiatan meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia
memerlukan harta kekayaan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
termasuk unuk memenuhi sebagian perintah Allah seperti infak, zakat, pergi haji, perang
(jihad), dan sebagainya.
Apabilah telah di tunaikan shalat, maka bertabaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62:10)
Harta yang paling baik , menurut Rasulullah SAW, adalah yang diperoleh dari hasil
kerja atau perniagaan, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits-hadits berikut. Harta yang
paling baik adalah harta yang di peroleh lewat tangan sendiri(HR. Bazzar At Thabrani)
Sesungguhnya Allah suka kalau dia melihat hamba-nya berusaha mencari barang
dengan cara yang halal.(HR. Ath-Thabrani dan Ad Dailami)

2) Konsep Kepemilikan
Harta yang baik harus memiliki dua kriteria, aitu di peroleh dengan cara yang sah dan
benar (legal and fair), serta di pergunakan dengan hal yang baik-baik di jalan Allah SWT.
Allah SWT adalah pemilik mutlak segalah sesuatu yang ada di dunia ini (QS 57:2),
sedangkan manuia adalah wakil ( khalifa) Allah di muka bumi ini yang diberi kekuasaan
untuk mengelolahnya. Jadi menurut islam, kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas
pada kepemilikan kemamfaatannya selama masih hidup di dunia, dan bukn kepemilikan
secara mutlak.
3) Penggunaan Dan Pendistribusian Harta
Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta, antara lain:
a)

Tidak boros dan tiak kikir


Wahai anak cucu adam! Pakailah pakaianmu yang bangus pada setiap(memasuki)

mesjid, makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan. Sunnguh, Allah tidak menyukai oran
yang berlebih-lebihan.(QS 7:31)
Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula)
enggkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercelah dan
menyesal.(QS 17:29)
b) Memberi infak dan shadaqah
Sesungguhnya uang yang di infaqkan adalah reseki yang nyata bagi manusia karen aada
imbalan yang di lipat gandakan Allah (dan di dunia dan di akhirat), serta akan menjadi
penolong di hari akhir nanti pada saat dimana sesuatupun yang dapat menolong kita,
sebagaimana bunyi hadits berikut.
Apabilah anak adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali 3
perkara: shadaqah jariah (infak dan sadakah), ilmu yan bermanfaat dan anak saleh yang
mendoakan.(HR Muslim)
c)

Membayar zakat sesuai ketentuan


Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan

berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa
bagi mereka, Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.(QS 9:103)
d) Memberi pinjaman tampa bunga
Memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang membutuhkan, dengan tidak
menambah jumah yang harus dikembalikan (bunga/riba)

e) Meringankan kesulitan orang yang berutang


Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia
memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedehkah,itu lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.(QS 2:280)
4) Perolehan Harta
Memperoleh harta adalah aktivitas ekonomi yang masuk dalam kategori ibadah
muamalah (mengatur hubungan manusia dengan manusia). Harta di katakan halal dan baik
apabla niatnya benar, tujuannya benar dan cara atau sarana untuk memperolehnya juga benar,
sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam Al Quran dan as sunah.
5) Akad/Kontrak/Transaksi
Akad dalam bahasa arab al- aqd ,jamaknya al-uqud berati ikatan atau mengikat (alrabth). Menurut terminologi hukum islam, akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan
penerimaan (qabul) yang di benarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum
terhadap objeknya. Menurut abdul Razak Al-sanhuri dalam nadhariyatul aqdi ,akad adalah
kesepakatan dua bela pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban hukum yaitu
konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat pihak-pihak yang terkait langsung maupun
tidak langsung dalam kesepakatan tersebut.(Ghufron Masadi,2002)
Jenis Akad
a)

Akad Tabarru
Akad Tabarru (gratuitous contract) adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang

tidak di tujukan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini tolong
menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru pihak yang berbuat kebaikan
tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya karena ia
mengharapkan imbalan dari Allah SWT dan bukan dari manusia. Ada 3 bentuk akad tabarru:
(1) Meminjamkan uang
Meminjamkan uang termasuk akad tabarru karena tidak boleh melebihkan pembayaran
atas pinjaman yang kita berikan, karena setiap kelebihan tanpa iwad adalah riba, ada
minimal 3 jenis pinjaman, yaitu (1) Qardh merupakan pinjaman yang di berikan tampa
mensyaratkan apapun, selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu
tertentu. (2) Rahn meruakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam bentuk atau
jumlah tertentu. (3) Hiwalah adalah benuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang dari
pihak
(2) Meminjamkan jasa

lain.

Memijamkan jasa berupa keahlian atau keterampilan termasuk akad tabarru. Ada
minimal 3 jenis pinjaman, yaitu: (1) Wakalah memberikan pinjaman berupa kemampuan kita
saat ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain. (2) Wadiah merupakan bentuk
turunan akad wakalah,dimana pada akad ini telah di rinci tentang jenis pemeliharaan dan
penitipan. (3) Kafalah juga merupakan turunan wakalah dimana pada akad ini terjadi atas
wakalah bersyarat.
(2) Memberikan sesuatu
Dalam akad ini pelaku memberikan sesuatu ke orang lain. Ada minamal 3 bentuk akad.
(1) Wakaf merupakan pemberiaan dan penggunaan pemberian yang dilakukan tersebut untuk
kepentingan umu dan agama, serta pemberian itu tidak dapat di pindah tangankan. (2) Hibah,
shadaqah merupakan pemberiaan sesuatu secara suka rela kepada orang lain. Akad tabarru
tidak bisa di pindahkan menjadi akad tirajah, dan tidak bisa di gunakan untuk memperoleh
laba. Karena sifatnya yang khas seperti itu. Diperbolehkan Tidak diperbolehkan
b) Akad Tijarah
Akad Tijarah (compensational contract) merupakan akad yang di tujukan untuk
memperoleh keuntungan. Dari sisi kepastian yang di peroleh, akad ini dibagi 2, yaitu:
(1) Natural Uncertainty Contract, merupakan kontrak yang di turunkan dari teori
pencampuran, dimana pihak bertransaksi saling mencampurkan aset yang mereka miliki
menjadi satu, kemudiaan menanggung resiko bersama-sama untuk

mendapatkan

keuntungan.
(2) Natural Certainly Contract, merupakan kontrak yang di turunkan dalam teori pertukaran,
dimana keda bela pihak saling mempertukarkan aset yang di milikinya.
5) Transaksi Yang Di Larang
Hal-hal

yang

termasuk transaksi

yang

di

larang

adalah

sebagai

berikut.

Aktivitas Bisnis yang Terkait Barang dan Jasa yang Diharamkan Allah: Sesungguhnya Allah
hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang di sembelih
dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan
mereka menginginkannya dan tidak pula melampaui batas , maka sungguh Allah maha
pengampun, maha penyayang.(QS 16:115)
a)

Riba
Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (Al-Ziyadah), berkembang (An

Nuwuw), meningkat (Al-Irtifah), dan membesar (Al-uluw). Dalam ayat Al Quran,riba dan
shadaqah dipertentangkan, praktik riba yang dapat memberikan keuntungan secara berlipat

ganda dipertentangkan dengan pahala shadaqah yang spektakuler. Riba karena pinjaman
kepada manusia di pertentangkan dengan shadaqahyang di nyatakan sebagai pinjaman kepada
Allah yang pasti akan di ganti secarah berlipat ganda. Jenis Riba terdiri dari: (1) Riba Nasiah
Adalah ribah yang muncul karena utag piutang yang dapat terjadi dalam segalah jenis
transaksi kredit atau utang piuang dimana satu pihak harus membayar lebih besar dari pokok
pinjamannya. Kelebihan tersebut dapat berupa suatu tambahan yang melebihi pokok
pinjamannya karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu
yang telah ditentukan. Atas kelebihnnya ada yang menyebut riba jahiliyyah, misalnya
pengenaan bunga pada transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya pada
waktu yang di tetapkan. (2) Riba Fadhl Adalah riba yang muncul karena transaksi pertukaran
atau barter. Terjadi apabila ada kelebihan /penambahan pada salah satu dari barang
ribawi/barang sejenis yang dipertukarkan baik pertukaran yang di lakukan dari tangan ke
tangan(tunai) atau kredit. Contohya menukar perhiasan perak seberat 40 gram dengan uang
perak senilai 3 gram. Yang di maksud dengan barang ribawi/barang sejenis adalah barang
yang secara kasat mata tidak dapat di bedakan satu dan lainnya. Pertukaran barang yang
sejenis mengandung ketidak jelasan bagi kedua bela pihak yang bertransaksi atas nilai
masing-masing barang yang di pertukarkan. Ketidak jelasan tersebut dapat merugikan salah
satu pihak, sehingga ketentuan syariah mengatur kalaupun akan di pertukarkan harus dalam
jumlah yang sama, jiak ia tidak mau menerima dengan jumlah yang sama karena
menganggap mutuhnya berbeda. Jalan keluarnya adalah barang barang yang di milikinya
terlebih dahulu dijual kemudian dari uang yang dapat di gunakan untuk membelih barang
yang dibutuhkannya.
b) Penipuan
Penipuan terdiri atas 4, penipuan dalam kualitas misalnya mencampur barang baik
dengan barang yang buruk atau barang yang dijual memliki cacat tapi disembunyikan.
Penipuan dalam kuantitas misalnya mengurangi timbangan. Penipuan dalam harga misalnya
menjual barang dengan harga yang terlalu tinggi pada orang yang tidak mengetahui harga
wajar barang tersebut. Penipuan dalam waktu, misalnya seorang penyedia jasa menyanggupi
menyelesaikan pesanan pada waktu tertentu tetapi tidak menyelesaikan pada waktu yang di
janjikan.
c)

Perjudian
Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih, dimana

mereka menyerahkan uang atau harta kekayaan lainnya, kemudian mengadakan permainan
tertentu, baik dengan kartu, adu ketangkasan atau media lainnya. Pihak yang menang berhak

atas hadiah yang dananya di kumpulkan dari kontribusi para pesertanya. Sebaliknya, bila
dalam undian itu kalah, maka uangnya itu harus direlakan untk di ambil oleh yang menang.
d) Transaksi yang Mengandung ketidakpastian/Gharar
Gharar tejadi ketika terdapat incomeplate income information, hingga ada
ketidakpastian anatara dua belah pihak yang bertransaksi. Kidak jelasan ini dapat
menimbulkan pertikaian antara pihak dan ada pihak yang dirugikan. Ketidakjelasan dapat
terjadi dalam 5 hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga, waktu penyerahan dan akad. Hal
ini terjadi bila ada dua akad yang dapat memenuhi ketiga faktor yaitu objek akad sama,
pelaku sama, jangka waktu sama. Contohnya transaksi leaseand purchase (sewa-beli),
mengandung gharar, karena ada ketidak jelasan akad mana yang berlaku;akad beli atau akad
sewa.(karim, 2003)
e)

Penimbunan Barang/Ihtikar
Penimbunan adalah membeli sesuatu yang di butuhkan masyarakat, kemudiaan

menyimpannya, hingga barang tersebut berkurang dipasaran hingga mengakibatkan


peningkatan harga. Contohnya di awal tahun 2008, saat terjadi peningkatan harga kedelai
yang luar biasa, ada pengusaha yang menimbun kedelai dalam jumlah yang sangat besar di
surabaya. Kenaikan harga kedelai menghambat proses produksi barang berbahan baku
kedelai seperti tahu dan tempe, hingga mengakibatkan banyak produsen tempedan tahu tidak
dapat bereproduksi, dan akhirnya menderita kerugiaan.
f)

Monopoli
Alasan monopoli sama dengan larangan menimbun barang (ihtikar), walaupun seorang

monopolis tidak selalu melakukan penimbunan barang. Monopoli, biasanya dilakukan


dengan membuat entry barrier, untuk menghambat produsen atau penjualmasuk kepasar agar
ia menjadi pemain tunggal di pasar dan dapat menghasilkan keuntungan yng tinggi.
Ketentuan syariah hanya membolehkan intervensi harga pada kondisi mendesak dengan
pengawasan yang ketat.
g) Rekayasa Permintaan (Baian Najsy)
An-Najsy termasuk dalam kategori penipuan (tadlis), karena merekayasa permintaan,
dimana satu pihak berpura-pura mengajukan penawaran dengan harga yang lebih tinggi, agar
calon pembeli tertarik dan membeli barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
h) Suap
Suap dilarang karena suap dapat merusak sistem yang ada didalam masyarakat, hingga
menimbulkan ketidak adilan sosial dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap
pasti akan diuntungkan daripada yang tidak membayar.

i)

Penjual Bersyarat/Taalluq
Taalluq terjadi apabila ada dua akad yang saling dikaitkan dimana berlakunya akad

pertama tergantung pada akad kedua, hingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun
(sesuatu yang harus ada dalam akad. Misalkan A bersedia menjual barang X ke B asalkan B
kembali menjual tersebut kepada A, atau A bersedia menerima pesanan B asalkan C dapat
memenuhi pesanan A.
j)

Pembelian Kembali oleh Penjual dari Pihak Pembeli (Baial Inah)


Misalnya, Amenjual secara kredit kepada B kemudiaan A membeli kembali barang

yang sama dari B secara tunai. Dari contoh ini, kita lihat ada dua pihak yang seolah-olah
melakukan jual beli. Namun tujuannya bukan untuk mendapatkan barang melainkan A
mengharapkan untuk mendapatkan uang tunai sedangkan B mengharapkan kelebihan
pembayaran.
k) Jual Beli dengan Cara Talaqqi Al-Rukban
Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pembawa barang
perniagaan dan membelinya, dimana piha penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang
dagangan yang dibawanya sementara pihak pembeli mengharapkan keuntungan yang berlipat
dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka.
C. PRINSIP

OPERASIONAL

DAN

STRUKTUR

LEMBAGA

KEUANGAN

SYARIAH
Lembaga Keuangan Syariah sebagai bagian dari Sistem Ekonomi Syariah, dalam
menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari saringan Syariah. Oleh karena itu,
Lembaga Keuangan Syariah tidak akan mungkin membiayai usaha-usaha yang di dalamnya
terkandung hal-hal yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
masyarakat luas, berkaitan dengan perbuatan mesum/ asusila, perjudian, peredaran narkoba,
senjata illegal, serta proyek-proyek yang dapat merugikan syiar Islam. Untuk itu dalam
struktur organisasi Lembaga Keuangan Syariah harus terdapat Dewan Pengawas Syariah
yang bertugas mengawasi produk dan operasional lembaga tersebut.
Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam koridor-koridor
prinsip-prinsip:
1) Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko
masing-masing pihak;

2) Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana,
serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi
untuk memperoleh keuntungan;
3) Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya;
4) Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Lembaga Keuangan Syariah, dalam setiap transaksi tidak mengenal bunga, baik dalam
menghimpun tabungan investasi masyarakat ataupun dalam pembiayaan bagi dunia usaha
yang membutuhkannya.
Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1) Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus sesuai dengan
fatwa Dewan Pengawas Syariah;
2) Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan
Syariah sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan
debitur-kreditur;
3) Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit orianted, tetapi juga
falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat;
4) Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip kemitraan
bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-meminjam
(qardh/ kredit) guna transaksi sosial;
5) Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan tidak
menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Syafii. 2003. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank. Jakarta: Djambatan
Antonio, M.Syafii. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
Buhanudin S. 2009. Fiqh Muamalah Pengantar Kuliah Ekonomi Islm (Yogyakarta: the
syariah institute.
Euis Amalia,dkk. 2007. Serial Buku Pedoman Praktyekum Fakultas Syariah dan Hukum No
1, Buku Modul Praktekum Bank Mini, Konsep dan Mekanisme Bank Syariah. Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
M. Nadratuzzaman Hosen, AM Hasan Ali, dan A. Bahrul Muhtasib. 2008. Materi Dakwah
Ekonomi Syariah.
Muhamad. 2000. Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Quran, UII Press Yogyakarta.
Muhammad, 2007. Lembaga Ekonomi Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Nejatullah. S, Muhammad.1985. Asuransi di Dalam Islam. Bandung: Pustaka.
Sabiq, Sayyis. 1995. al-Fiqh As Sunnah. Beirut: Dar Al Fikr
Saladin, Djaslim dan Abdus Salam DZ. 2000. Konsep Dasar Ekonomi Dan Lembaga
Keuangan. Bandung: Linda Karya
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIA
Kampus Fakultas Ekonomi UII.

Anda mungkin juga menyukai