Anda di halaman 1dari 6

RESUME PES

Nama : Rezi Fatiha Kirana

NIM : 742352021086

HTN 4

KELOMPOK 9 : PERBANKAN SYARIAH

A. Pengertian dan Landasan Hukum Perbankan Syariah


Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga
keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara dua belah pihak, yaitu pihak yang
berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di
Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan pihak bank dan pihak yang lain
untuk menyimpan dana dan/untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan usaha dan kegiatan
lainnya sesuai dengan prinsip syariah.
B. Landasan hukum perbankan syariah
Landasan hukum perbankan syariah menjadi landasan hukum konstitusional yang berdasarkan UUD
dan landasan hukum menurut nash baik Al-Qur’an dan hadist.
1. UU No.7 Tahun 1992
2. UU No.10 Tahun 1998
3. UU No.10 Tahun 1998

Jika ditinjau dari segi hukum dalam nash-nash Al-Qur’an tidak didapati dalil yang mengenai hal ini,
akan tetapi karena bank syariah menggunakan prinsip tolong menolong maka terdapat dalil yang
menjadi landasan eksistensi perbankan syariah di tengah-tengah masyrakat . Adapun dalil tersebut
yaitu;

1. Q.S. Al- Maidah : 2


2. Q.S. An-Nisa: 160-161
C. Latar Belakang Lahirnya Perbankan Syariah di Indonesia
Didirikannya bank syariah selain dilatarbelakangi oleh keinginan umat Islam untuk segera
menghindari riba di dalam semua kegiatan muamalahnya, tetapi juga untuk memperoleh
kesejahteraan lahir batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah Islam, sebagai
alternatif lain dalam menikmati jasa-jasa perbankan yang dirasakanya lebih sesuai, yaitu bank-bank
yang berusaha sebisa mungkin untuk beroperasi berlandaskan kepada hukum-hukum syariat Islam.
D. Tujuan, dan Prinsip Operasional Perbankan Syariah
Tujuan Bank Syariah Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba.
Prinsip Operasional Bank Syariah
1. Prinsip Mudharabah
2. Prinsip Musyarakah
3. Prinsip Wadi’ah
4. Prinsip Jual Beli
5. Jasa-Jasa
6. Prinsip Kebajikan
E. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
1. Cara Pengelolaan Dana
Untuk pengelolaan dana ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Untuk Bank Syariah,
pengelolaan dana nasabah harus sesuai dengan syariat Islam, dengan memberikan pembiayaan
kepada kegiatan yang dapat dinilai Halal. Lain halnya dengan Bank Konvensional yang bebas
menerima dan menyalurkan dana asalkan menguntungkan dan tidak menyalahi aturan
Pemerintah yang berlaku. Hal ini penting diketahui karena pada dasarnya bank memiliki
kewajiban terkait dana simpanan dan investasi kepada nasabah.

KELOMPOK 10 : ASURANSI SYARIAH

A. Pengertian Asuransi Syariah


Dalam bahasa Arab asuransi disebut dengan “ta’min”, penaggung disebut dengan “muammin”
sedangkan tertanggung disebut dengan “muamman lahu atau musta’min”.
Menurut terminologi asuransi syariah adalah sebagai salah satu cara untuk mengatasi
terjadinya musibah dalam kehidupan, di mana manusia senantiasa dihadapkan pada
kemungkinan bencana yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai ekonomi
seseorang baik terhadap diri sendiri, atau perusahaan yang diakibatkan oleh meninggal dunia,
kecelakaan, sakit dan usia tua.
B. Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi
syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan
yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam. Yaitu Al-qur’an dan Al-hadits, maka
landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh
sebagian ahli hukum islam.
1. Allah SWT Untuk Mempesiapkan Hari Depan
2. Perintah Allah Untuk Saling Bertanggung Jawab
3. Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah
C. LATAR BELAKANG LAHIRNYA ASURANSI SYARIAH
Lahirnya perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah penduduk yang
beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga keuangan islami sehingga setiap interaksi
muamalah yang dilakukannya sesuai dengan syariah.
D. TUJUAN ASURANSI SYARIAH
Asuransi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perjuangan umat dengan
mengemban misi aqidah, misi ibadah, misi iqtishodi, dan misi keumatan. Jadi tujuan utamanya
bukan mendapatkan laba besar seperti asuransi konvensional.
E. OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH
1. Saling bertanggung jawab
2. Saling bekerja sama atau saling membantu
3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain
F. AKAD DALAM ASURANSI SYARIAH
1. Akad Tijarah
2. Akad Tabarru’
3. Akad Mudharabah Musytarakah

KELOMPOK 11 : PEGADAIAN SYARIAH

A. PENGERTIAN PEGADAIAN SYARIAH


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gadai didefinisikan sebagai meminjam uang dalam
batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan, jika telah sampai pada
waktunya tidak ditebus, barang itu menjadi hak yang memberi pinjaman
B. Landasan hukum
1. Al-Qur’an
Q.S Al-Baqarah: 283
C. LATAR BELAKANG LAHIRNYA PENGADAIAN SYARIAH
Perubahan masyarakat terus berkembang sesuai kemajuan zaman, dengan hal ini manusia perlu
dan diizinkan untuk mengembangkan ketentuan dan petunjuk sesuai dengan apa yang
diperlukannya dalam rangka menjalankan kehidupan di dunia, asalkan tidak bertentangan
dengan tujuan hukum Islam. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk saling membantu dan
tolong-menolong. Saling membantu dapat diwujudkan dalam bentuk yang berbeda-beda.
D. SYARAT PEGADAIAN SYARIAH
1. Shighat
2. Pihak-Pihak yang Berakad Cakap Menurut Hukum
3. Utang (Marhun Bih)
4. Marhun
E. PRINSIP OPERASIONAL PEGADAIAN SYARIAH
Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 dengan semua ketentuan pelaksanaannya baik
berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan menteri Keuangan, dan Edaran Bank Indonesia,
pemerintah telah memberi peluang berdirinya lembaga-lembaga keuangan syari'ah berdasarkan
sistem bagi hasil. Salah satu produk perbankan syari'ah
sebagai akad pelengkap adalah Rahn (Gadai).
F. AKAD DALAM PEGADAIAN SYARIAH
Adapun akad dalam pegadaian terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Gadai Qard Al-Hasan
2. Gadai al-Mudharabah
3. Gadai Bai‟ al-Muqayadah
KELOMPOK 12 : KOPEEASI SYARIAH

A. Pengertian dan Landasan Hukum Koperasi Syariah


Koperasi berasal dari kata cooperation (bahasa Inggris), yang berarti adalah kerja sama.
Sedangkan menurut istilah,Koperasi adalah suatu perkumpulan yang dibentuk oleh para anggota
peserta yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya dengan harga yang relatif
rendah dan bertujuan memajukan tingkat hidup bersama
B. Landasan Koperasi Syariah, antara lain:
Koperasi jasa keuangan syariah berlandaskan atas syariat islam yakni al-qur’an dan hadis,
sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 2
Undang-undang Republik Indonesia No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian,
C. Latar Belakang Lahirnya Koperasi Syariah
Di Indonesia, koperasi berbasis syariah atau nilai Islam hadir pertama kali dalam bentuk
paguyuban usaha bernama Syarikat Dagang Islam (SDI). SDI didirikan oleh H. Samanhudi di Solo,
Jawa Tengah. Adapun anggotanya berasal para pedangang muslim, dengan mayoritas pedagang
batik.
Dalam konteks kemitraan dan perdagangan, koperasi tipe kemitraan modern barat kini mirip
dengan kemitraan Islam terdahulu. Dan telah dipraktekan oleh umat Islam hingga abad 18. Baik
bentuk syirkah Islam dan syirkah modern, dimana kemitraan dibentuk oleh para pihak atas
kesepakatan mereka sendiri untuk mencari keuntungan secara proposional dan mutual (saling
menguntungkan) berdasarkan hukum negara.
D. Fungsi Koperasi Syariah
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, koperasi Syariah memiliki beberapa fungsi yang
dijalankan sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan segala potensi yang ada pada setiap anggotanya
2. Memperbaiki atau meningkatkan kualitas sumber daya manusia para anggota
3. Berupaya mewujudkan dan meningkatkan perekonomian nasional
E. Prinsip Operasional Koperasi Syariah
1. Kekayaan merupakan amanah dari Allah swt dan tidak bisa dimiliki sepenuhnya oleh
siapapun secara mutlak.
2. Setiap manusia berhak dan diberi kebebasan untuk bermu’amalah selama hal tersebut
sesuai dengan ketentuan syariah.
3. manusia adalah khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi ini.
4. Menjunjung tinggi keadilan, serta menolak semua yang berhubungan dengan ribawi dan
pemusatan sumber ekonomi pada sekelompok orang.

KELOMPOK 13 : PASAR MODAL SYARIAH

A. Pengertian Pasar Modal Syariah


Pengertian pasar dalam arti sempit adalah tempat para penjual dan pembeli bertemu untuk
melakukan transaksi. Pembeli dan penjual langsung bertemu untuk melakukan transaksi dalam
suatu tempat yang disebut dengan pasar. Dalam pengertian yang luas, pasar merupakan tempat
melakukan transaksi dan pembeli.
B. Dasar Hukum Pasar Modal Syariah
Tidak dijumpai baik dalam Al-Qur'an maupun Hadist nash yang membicarakan tentang masalah
pasar modal dan juga hukumnya. Namun demikian, perdagangan saham tidak bertentangan
dengan hukum Islam. Akan tetapi, kebolehan jual beli saham ini terbatas pada saham-saham
yang bidang usahanya tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam.
C. Fungsi Pasar Modal Syariah
1. Fungsi Ekonomi
Pasar biasa difungsikan sebagai media untuk mempertemukan pihak yang dana (issuer),
bisa berupa lembaga, institusi, atau perusahaan, dengan pihak yang memiliki kelebihan
dana.
2. Fungsi Keuangan
Dari sisi keuangan, masyarakat umum dapat membeli berbagai instrumen investasi seperti
saham, reksadana, obligasi, maupun yang lainnya.
3. Sumber Pendanaan Pengembangan Perusahaan
Perusahaan-perusahaan yang nilai sahamnya melantai di Bursa Efek Indonesia
dimungkinkan untuk menghimpun dana sebanyak mungkin dari pasar modal sebagai moral
bisnis atau sumber pendanaan untuk kegiatan pengembanhan perusahaan dalam jangka
panjang.
4. Sebagai Medium Resmi Jual Beli Surat Berharga
5. Tambahan Pendapatan
6. Pemerataan Pendapatan
7. Meningkatkan Pendapatan Negara
8. Menciptakan Lapangan Pekerjaan.
9. Menjadi Indikator Perekonomian Negara
D. Instrumen Pasar Modal Syariah
1. Saham Syariah
2. Sukuk
3. Reksa dana Syariah
4. ETF Syariah

E. Prinsip Operasional Pasar Modal Syariah


1. Pembiayaan atau investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang halal,
spesifik, dan bermanfaat.
2. Karena uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, di mana pemilik harta akan
memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, maka pembiayaan dan investasi harus
pada mata uang yang sama dengan pembukuan kegiatan usaha.
3. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas. Tindakan maupun
informasinya harus transparan dan tidak boleh menimbulkan keraguan yang dapat
menimbulkan kerugian di salah satu pihak.
4. Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil risiko yang
melebihikemampuannya dan dapat menimbulkan kerugian.
5. Penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik pada investor
maupun emiten.

Anda mungkin juga menyukai