Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI NORMATIF

KELOMPOK 1

1. HALIM PUTRA SETIAWAN (15 320 082)

2. SITTI RAHMI USA (15 320 072)

3. RISKA PURWANTI (15 320 050)

4. WAODE NILAM AULIA (15 320 025)

5. FEBRI DIAN PRASETYO (15 320 010)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan ke Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Akuntansi

Normatif “ ini tanpa ada kendala dan hambatan yang berarti.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah

Manajemen Strategi. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam

pemahaman mahasiswa tentang Teori Akuntansi Normatif

Saya menyadari bahwa terlaksananya dan terselesesaikannya makalah ini

adalah berkat dukungan dan bantuan semua pihak. Dan dalam penyusunannya,

kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami

mengharap sumbangan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi

kemajuannya kami dimasa mendatang.

WassalamualikumWr.Wb

Baubau, 21 Juni 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Pengertian dan Sifat Teori Akuntansi .............................................. 3

2.2 Teori Akuntansi Normative ............................................................. 5

2.3 Hubungan Teori Akuntansi Normative dan Positif ......................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori merupakan hasil dari kristalisasi fenomena empiris, yang diambil
dari berbagai riset, dan pada suatu kesimpulan yang bersifat universal, logis,
konsisten, prediktif, dan objektif. Tujuan utama dari teori akuntansi adalah
memberikan seperangkat prinsip yang logis, saling terkait, yang membentuk
kerangka umum, dan dapat dipakai sebagai acuan untuk menilai dan
mengembangkan praktik akuntansi
Teori positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori
oleh Watt &
Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku dengan
munculnya
hipotesis pasar efisien dan teori agensi.
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi
tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan
bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi
praktik-praktik akuntansi.
Sedangkan teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang
subjektif, sehingga tidak dapat diterima begitu saja dan harus dapat diuji secara
empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Dalam praktik, para profesional
dalam bidang akuntansi telah menyadari sepenuhnya bahwa teori akuntansi positif
lebih cendrung diterapkan dibanding teori akuntansi normatif
Dalam makalah ini akan dijelasan lebih rinci tentang akuntansi positif dan
juga akuntansi normatif, baik itu sejarah awal mula, perkembangannya perbedaan
ataupun perbandingan antara keduannya serta hal-hal yang berhubungan dengan
akuntansi positif maupun normatif.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori akuntansi dan bagaimana sifat teori akuntansi ?
2. Bagaimana teori akuntansi normative ?
3. Bagaimana hubungan teori akuntansi positif dan normatif ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian teori akuntansi dan
bagaimana sifat teori akuntansi ?
2. Untuk mengetahui dan memahami teori akuntansi normative ?
3. Untuk mengetahui dan memahami hubungan teori akuntansi positif dan
normatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Sifat Teori Akuntansi


Teori merupakan hasil dari kristalisasi fenomena empiris, yang diambil
dari berbagai riset, dan pada suatu kesimpulan yang bersifat universal, logis,
konsisten, prediktif, dan objektif. Teori akan berguna apabila rumusan teori
tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi sesuatu yang mungkin
terjadi dimasa mendatang. Teori akuntansi dapat dirumuskan sebagai suatu
susunan konsep, defenisi, dan dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran
fenomena akuntansi, serta menjelaskan hubungan antar variabel dalam struktur
akuntansi, dengan maksud untuk dapat memprediksi fenomena yang muncul
(fenomena sosial dan ekonomi).
Fungsi teori akuntansi adalah :
1. Sebagai pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi,
2. Memberikan kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang
tidak ada standar resminya,
3. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan,
4. Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan, dan
5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktik akuntansi.

Menurut Vernon Kam (1986), teori adalah suatu sistem yang menyeluruh,
dimana meliputi asumsi dasar, defenisi, tujuan, prinsip atau standar, dan prosedur
atau metode. Oleh sebab itu, teori adalah penjelasan, tetapi tidak semua penjelasan
dapat dikategorikan sebagai teori. Teori akuntansi memiliki tiga dimensi, yaitu:

3
1. Reductionism
Teori di mulai dari asumsi-asumsi, di mana tidak langsung merujuk ke
objek yang diobservasi, dan bukan merupakan pernyataan yang dapat diuji
kebenarannya. Tetapi teori merupakan bahan rujukan untuk mengamati fenomena.
2. Instrumentalism
Teori merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai pernyataan
tentang hasil dari suatu observasi. Di sini, teori berperan untuk menjelaskan untuk
memprediksi.
3. Realism
Teori adalah sekumpulan proposisi atau dalil yang merupakan pernyataan
kebenaran atau ketidakbenaran tentang dunia nyata, fenomena, atau suatu objek.

Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan seperangkat prinsip


yang logis, saling terkait, yang membentuk kerangka umum,dan dapat dipakai
sebagai acuan untuk menilai dan mengembangkan praktik akuntansi.

2.1.1 Periodisasi Teori Akuntansi


Periodisasi teori akuntansi dapat digolongkan menjadi:
1. Pre-Theory Period (1492-1800)
Dalam periode ini belum ada teori akuntansi yang dirumuskan, melainkan
hanya sebatas pada saran-saran atau pernyataan-pernyataan yang tidak dapat
dianggap sebagai teori.

2. General Scientific Period (1800-1955)


Dalam periode ini sudah ada pengembangan teori, namun hanya berupa
penjelasan terhadap praktik akuntansi. Di sini, juga sudah ada kerangka kerja
untuk menjelaskan dan mengembangkan prakti akuntansi. Akuntansi
dikembangkan berdasarkan metode empiris yang menekankan pada hasil
observasi atas peristiwa yang terjadi sehari-hari (realitas), bukan berdasarkan pada
logika.

4
3. Normative Period (1956-1970)
Dalam periode ini, perumusan teori mulai mendefenisikan norma-norma
atau praktik akuntansi yang baik, dan pengembangan teori akuntansi lebih
menekankan pada “apa yang seharusnya”. Akuntansi dianggap sebagai norma
peraturan yang harus diikuti. Di sini, mulai muncul berbagai kritikan terhadap
konsep biaya historis (historical cost). Informasi yang disajikan berdasarkan nilai
pasar wajar ternyata lebih relevan bagi pengguna laporan keuangan dibandingkan
dengan biaya historis. Pengukuran dengan menggunakan nilai wajar,
menyediakan gambaran yang lebih baik tentang nilai aktiva dan kewajiban
perusahaan serta menyediakan dasar lainnya untuk menilai prospek arus kas di
masa mendatang.

4. Spesific Scientific Period (1970-sekarang)


Periode ini disebut juga sebagai era positif, di mana teori akuntansi tidak
cukup hanya dengan berdasarkan pada normatif saja (“apa yang seharusnya”),
tetapi juga harus dapat diuji kebenarannya. Perumusan atau pendefenisian norma
yang terjadi dalam periode sebelumnya dianggap terlalu subjektif, sehingga harus
dapat di uji terlebih dahulu keabsahannya secara positif. Pendekatan normatif
telah banyak mendatangkan kritikan karena teori normatif ini tidak melibatkan
pengujian hipotesa, melainkan hanya berdasarkan peda pertimbanga subjektif
semata. Ditahun 1970-an, data empiris sudah mulai tersedia, demikian juga hal
nya dengan teknik-teknik statistik yang memungkinkan untuk dilakukannya
pengujian.

2.2 Teori Akuntansi Normative

Teori akuntansi normative disebut juga teori preskriptif, yang mencoba


menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap sebagai
norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan
sekarang atau tidak.

5
Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya
dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan
seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson
(1973) dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan
teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori
normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan
“semi-research”. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang
bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut.
Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan
pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat
akuntansi.

Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun


1950 dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada
rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang
sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih
berkonsentrasi pada:

1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)

Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan
benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap
apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.

2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah


untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data
akuntansi yang relevan atau bermanfaat. Pada kebanyakan kasus, teori ini
didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba dankemakmuran (wealth)
atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut
didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai
pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi.
Teori tersebut bersifat normative karena didasarkan pada anggapan:

6
a. Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran
b. Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
c. Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
d. Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
e. Ada beberapa pengukur laba yang unik.

Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif


maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar
memiliki dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan
system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan
penggantian system akuntansi cost histories dan pemakaian teori normatif oleh
semua pihak.

2.3 Hubungan Teori Akuntansi Normative dan Positif

Teori akuntansi berdasarkan tujuan perumusannya ada dua yaitu teori


akuntansi normatif dan positif. Dalam penjelasan mengenai teori akuntansi positif
tidak dapat dilepaskan dari adanya teori ekonomi positif.

Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori
ini berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi
realitas praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat—what it is (Watts dan
Zimmerman, 1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan
dengan dengan akutansi normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik
akuntansi yang seharusnya berlaku—it should be. Teori ini bertujuan menjelaskan
meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik akuntansi. Di samping itu, teori
ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan
bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Validitas teori
akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang
nyatanya terjadi (what it is).

7
Jensen (1976) me-listing berbagai perbedaan dari pertanyaan riset normatif
dan positif. Kalau normatif kebanyakan bertanya tentang apa yang seharusnya
dilakukan, sedangkan kalau positif lebih hanya bertanya tentang apa, mengapa
dan bagaimana. Yang kedua, kalau normatif lebih banya mendeskripsikan entitas
akuntansi (Kohler, 1975). Sebaliknya untuk positif lebih banyak mendeskripsikan
dan menjelaskan perilaku akuntan.

Pendekatan positif atau empiris berkaitan dengan usaha menguji atau


menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau fakta-fakta
dunia nyata. Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empirik
terhadap asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normative. Misalnya
menggunakan kuesioner dan teknik survei lainnya, peneliti akan menguji sikap
menajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu. Pendekatan
khusus dapat dilakukan dengan cara mensurvei pendapat-pendapat analisis
keuangan, manajer bank, atau akuntan terhadap tugas atau kasus tertentu yang
dibuat peneliti (misalnya prediksi kebangkrutan, keputusan membeli atau menjual
saham dll).

Jansen (1976) menyatakan bahwa riset dalam akuntansi saat itu tidak
saintifik, karena fokusnya hanya pada riset yang bersifat normatif dan
definisional. Dalam terminologi teori, dikatakannya bahwa akuntansi lebih
bermakna sebagai sesuatu yang bersifat normatif. Dan dia juga berkata bahwa
teori akuntansi hanya bersifat menjawab pertanyaan tentang “apa yang seharusnya
terjadi”. Dengan pengembangan positive accounting theory, akan lebih
menjelaskan mengenai: “apa, mengapa akuntan mengerjakan sesuatu, apa
pengaruhnya terhadap orang lain dan utilisasi sumberdaya. Tanpa positive theory,
tidak ada satupun baik akademisi maupun praktisi yang bisa membuat langkah
maju lebih signifikan untuk menghasilkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
normatif yang selama ini dipertanyakan (http://massatya.blog.com/2008/5/)

Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik
akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning

8
management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi
ini sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya
pada kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini
mengakibatkan krisis kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah
meruntuhkan KAP Arthur Andersen, tidak saja keluar dari The big five, bahkan
sampai pencabutan ijin usaha. Kasus inilah yang menjadi titik tolak bagi para
auditor dan lembaganya untuk meningkatkan kembali jaminan terhadap hasil
audit mereka.

Sedangkan akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan


sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama
Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil
dari PABU adalah SAK atau standar akuntansi Keuangan. SAK yang ada
sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita kenal dengan Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk menyusun draft
standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut terlebih
dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
(DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan,
dilakukan sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak
lagi dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada
masalah lagi, maka IAI akan mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan
secara efektif.

Dapat disimpulkan bahwa hubungan teori akuntansi normative dan teori


akuntansi positif yaitu teori akuntansi positif pada dasarnya merupakan alat untuk
menguji secara empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif.
Karena teori normatif pada dasarnya merupakan pendapat pribadi yang subyektif
yang tidak dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan. Oleh sebab
itu dibutuhkan pengembangan teori akuntansi yang sekarang disebut teori
akuntansi positif yang bertujuan untuk menguji teori akuntansi normatif secara
empiris agar memiliki dasar teori yang kuat.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori merupakan hasil dari kristalisasi fenomena empiris, yang diambil


dari berbagai riset, dan pada suatu kesimpulan yang bersifat universal, logis,
konsisten, prediktif, dan objektif. Tujuan utama dari teori akuntansi adalah
memberikan seperangkat prinsip yang logis, saling terkait, yang membentuk
kerangka umum, dan dapat dipakai sebagai acuan untuk menilai dan
mengembangkan praktik akuntansi. Teori akuntansi normative disebut juga teori
preskriptif, yang mencoba menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Dimana
akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli
apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Simamora, Henry. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba empat


Suwardjono. 2000. Teori Akuntansi, Yogyakarta: BPFE UGM
https://www.scribd.com/document/144975456/Teori-Akuntansi-Normatif-Dan

http://msa15.blogspot.com/2012/02/teori-akuntansi-normatif-dan-positif.html

http://sangmerdeka.blogspot.com/2009/04/hubungan-antara-teori-akuntansi-
positif.html

Anda mungkin juga menyukai