KELOMPOK 1
FAKULTAS EKONOMI
BAUBAU
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan ke Allah SWT, karena atas rahmat dan
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah
adalah berkat dukungan dan bantuan semua pihak. Dan dalam penyusunannya,
kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharap sumbangan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
WassalamualikumWr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori akuntansi dan bagaimana sifat teori akuntansi ?
2. Bagaimana teori akuntansi normative ?
3. Bagaimana hubungan teori akuntansi positif dan normatif ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Vernon Kam (1986), teori adalah suatu sistem yang menyeluruh,
dimana meliputi asumsi dasar, defenisi, tujuan, prinsip atau standar, dan prosedur
atau metode. Oleh sebab itu, teori adalah penjelasan, tetapi tidak semua penjelasan
dapat dikategorikan sebagai teori. Teori akuntansi memiliki tiga dimensi, yaitu:
3
1. Reductionism
Teori di mulai dari asumsi-asumsi, di mana tidak langsung merujuk ke
objek yang diobservasi, dan bukan merupakan pernyataan yang dapat diuji
kebenarannya. Tetapi teori merupakan bahan rujukan untuk mengamati fenomena.
2. Instrumentalism
Teori merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai pernyataan
tentang hasil dari suatu observasi. Di sini, teori berperan untuk menjelaskan untuk
memprediksi.
3. Realism
Teori adalah sekumpulan proposisi atau dalil yang merupakan pernyataan
kebenaran atau ketidakbenaran tentang dunia nyata, fenomena, atau suatu objek.
4
3. Normative Period (1956-1970)
Dalam periode ini, perumusan teori mulai mendefenisikan norma-norma
atau praktik akuntansi yang baik, dan pengembangan teori akuntansi lebih
menekankan pada “apa yang seharusnya”. Akuntansi dianggap sebagai norma
peraturan yang harus diikuti. Di sini, mulai muncul berbagai kritikan terhadap
konsep biaya historis (historical cost). Informasi yang disajikan berdasarkan nilai
pasar wajar ternyata lebih relevan bagi pengguna laporan keuangan dibandingkan
dengan biaya historis. Pengukuran dengan menggunakan nilai wajar,
menyediakan gambaran yang lebih baik tentang nilai aktiva dan kewajiban
perusahaan serta menyediakan dasar lainnya untuk menilai prospek arus kas di
masa mendatang.
5
Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya
dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan
seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson
(1973) dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan
teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori
normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan
“semi-research”. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang
bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut.
Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan
pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat
akuntansi.
Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan
benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap
apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.
6
a. Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran
b. Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
c. Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
d. Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
e. Ada beberapa pengukur laba yang unik.
Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori
ini berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi
realitas praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat—what it is (Watts dan
Zimmerman, 1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan
dengan dengan akutansi normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik
akuntansi yang seharusnya berlaku—it should be. Teori ini bertujuan menjelaskan
meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik akuntansi. Di samping itu, teori
ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan
bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Validitas teori
akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang
nyatanya terjadi (what it is).
7
Jensen (1976) me-listing berbagai perbedaan dari pertanyaan riset normatif
dan positif. Kalau normatif kebanyakan bertanya tentang apa yang seharusnya
dilakukan, sedangkan kalau positif lebih hanya bertanya tentang apa, mengapa
dan bagaimana. Yang kedua, kalau normatif lebih banya mendeskripsikan entitas
akuntansi (Kohler, 1975). Sebaliknya untuk positif lebih banyak mendeskripsikan
dan menjelaskan perilaku akuntan.
Jansen (1976) menyatakan bahwa riset dalam akuntansi saat itu tidak
saintifik, karena fokusnya hanya pada riset yang bersifat normatif dan
definisional. Dalam terminologi teori, dikatakannya bahwa akuntansi lebih
bermakna sebagai sesuatu yang bersifat normatif. Dan dia juga berkata bahwa
teori akuntansi hanya bersifat menjawab pertanyaan tentang “apa yang seharusnya
terjadi”. Dengan pengembangan positive accounting theory, akan lebih
menjelaskan mengenai: “apa, mengapa akuntan mengerjakan sesuatu, apa
pengaruhnya terhadap orang lain dan utilisasi sumberdaya. Tanpa positive theory,
tidak ada satupun baik akademisi maupun praktisi yang bisa membuat langkah
maju lebih signifikan untuk menghasilkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
normatif yang selama ini dipertanyakan (http://massatya.blog.com/2008/5/)
Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik
akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning
8
management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi
ini sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya
pada kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini
mengakibatkan krisis kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah
meruntuhkan KAP Arthur Andersen, tidak saja keluar dari The big five, bahkan
sampai pencabutan ijin usaha. Kasus inilah yang menjadi titik tolak bagi para
auditor dan lembaganya untuk meningkatkan kembali jaminan terhadap hasil
audit mereka.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
http://msa15.blogspot.com/2012/02/teori-akuntansi-normatif-dan-positif.html
http://sangmerdeka.blogspot.com/2009/04/hubungan-antara-teori-akuntansi-
positif.html