Anda di halaman 1dari 12

Teori Akuntansi Positif 

Akuntansi Positif dan Akuntansi Normatif 

MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

Latarbelakang
Teori merupakan hasil dari kristalisasi fenomena empiris, yang diambil dari berbagai
riset, dan pada suatu kesimpulan yang bersifat universal, logis, konsisten, prediktif, dan
objektif. Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan seperangkat prinsip yang
logis, saling terkait, yang membentuk kerangka umum,dan dapat dipakai sebagai acuan
untuk menilai dan mengembangkan praktik akuntansi
Teori positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori oleh Watt &
Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku dengan
munculnya
hipotesis pasar efisien dan teori agensi.
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan
akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang.
Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi
adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Sedangkan teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subjektif,
sehingga tidak dapat diterima begitu saja dan harus dapat diuji secara empiris agar
memiliki dasar teori yang kuat. Dalam praktik, para profesional dalam bidang akuntansi
telah menyadari sepenuhnya bahwa teori akuntansi positif lebih cendrung diterapkan
dibanding teori akuntansi normatif
Dalam makalah ini akan dijelasan lebih rinci tentang akuntansi positif dan juga
akuntansi normatif, baik itu sejarah awal mula, perkembangannya perbedaan ataupun
perbandingan antara keduannya serta hal-hal yang berhubungan dengan akuntansi
positif maupun normatif.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Sifat Teori Akuntansi


Teori merupakan hasil dari kristalisasi fenomena empiris, yang diambil dari berbagai
riset, dan pada suatu kesimpulan yang bersifat universal, logis, konsisten, prediktif, dan
objektif. Teori akan berguna apabila rumusan teori tersebut dapat dijadikan sebagai alat
untuk memprediksi sesuatu yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Teori akuntansi
dapat dirumuskan sebagai suatu susunan konsep, defenisi, dan dalil yang menyajikan
secara sistematis gambaran fenomena akuntansi, serta menjelaskan hubungan antar
variabel dalam struktur akuntansi, dengan maksud untuk dapat memprediksi fenomena
yang muncul (fenomena sosial dan ekonomi).

Fungsi teori akuntansi adalah:


1. Sebagai pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi,
2. Memberikan kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang
tidak ada standar resminya,
3. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan,
4. Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan, dan
5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktik akuntansi.
Menurut Vernon Kam (1986), teori adalah suatu sistem yang menyeluruh,
dimana meliputi asumsi dasar, defenisi, tujuan, prinsip atau standar, dan
prosedur atau metode. Oleh sebab itu, teori adalah penjelasan, tetapi tidak semua
penjelasan dapat dikategorikan sebagai teori. Teori akuntansi memiliki tiga
dimensi, yaitu:
A.Reductionism
1. Teori di mulai dari asumsi-asumsi, di mana tidak langsung merujuk ke objek
yang diobservasi, dan bukan merupakan pernyataan yang dapat diuji
kebenarannya. Tetapi teori merupakan bahan rujukan untuk mengamati
fenomena.
1. Instrumentalism
2. Teori merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai pernyataan tentang
hasil dari suatu observasi. Di sini, teori berperan untuk menjelaskan untuk
memprediksi.
2. Realism
3. Teori adalah sekumpulan proposisi atau dalil yang merupakan pernyataan
kebenaran atau ketidakbenaran tentang dunia nyata, fenomena, atau suatu objek.
4. Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan seperangkat prinsip yang
logis, saling terkait, yang membentuk kerangka umum,dan dapat dipakai sebagai
acuan untuk menilai dan mengembangkan praktik akuntansi.
5. Periodisasi Teori Akuntansi
6. Periodisasi teori akuntansi dapat digolongkan menjadi:
1. Pre-Theory Period  (1492-1800)
7. Dalam periode ini belum ada teori akuntansi yang dirumuskan, melainkan hanya
sebatas pada saran-saran atau pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dianggap
sebagai teori.
2. General Scientific Period (1800-1955)
8. Dalam periode ini sudah ada pengembangan teori, namun hanya berupa
penjelasan terhadap praktik akuntansi. Di sini, juga sudah ada kerangka kerja
untuk menjelaskan dan mengembangkan prakti akuntansi. Akuntansi
dikembangkan berdasarkan metode empiris yang menekankan  pada hasil
observasi atas peristiwa yang terjadi sehari-hari (realitas), bukan berdasarkan
pada logika.
3. Normative Period (1956-1970)
Dalam periode ini, perumusan teori mulai mendefenisikan norma-norma atau
praktik akuntansi yang baik, dan pengembangan teori akuntansi lebih
menekankan pada “apa yang seharusnya”. Akuntansi dianggap sebagai norma
peraturan yang harus diikuti. Di sini, mulai muncul berbagai kritikan terhadap
konsep biaya historis (historical cost). Informasi yang disajikan berdasarkan
nilai pasar wajar ternyata lebih relevan bagi pengguna laporan keuangan
dibandingkan dengan biaya historis. Pengukuran dengan menggunakan nilai
wajar, menyediakan gambaran yang lebih baik tentang nilai aktiva dan
kewajiban perusahaan serta menyediakan dasar lainnya untuk menilai prospek
arus kas di masa mendatang.
4. Spesific Scientific Period (1970-sekarang)
Periode ini disebut juga sebagai era positif, di mana teori akuntansi tidak cukup
hanya dengan berdasarkan pada normatif saja (“apa yang seharusnya”), tetapi
juga harus dapat diuji kebenarannya. Perumusan atau pendefenisian norma yang
terjadi dalam periode sebelumnya dianggap terlalu subjektif, sehingga harus
dapat di uji terlebih dahulu keabsahannya secara positif. Pendekatan normatif
telah banyak mendatangkan kritikan karena teori normatif ini tidak melibatkan
pengujian hipotesa, melainkan hanya berdasarkan peda pertimbanga subjektif
semata. Ditahun 1970-an, data empiris sudah mulai tersedia, demikian juga hal
nya dengan teknik-teknik statistik yang memungkinkan untuk dilakukannya
pengujian.

B.     Defenisi Teori Akuntansi positif

Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan


kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan
kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu
dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa
tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-
praktik akuntansi. Teori akuntansi positif merupakan studi lanjut dari teori
akuntansi normatif karena kegagalan normatif dalam menjelaskan fenomena
praktik yang terjadi secara nyata. Teori akuntansi positif mempunyai peranan
sangat penting dalam perkembangan teori akuntansi. Teori akuntansi positif
dapat memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan akuntansi dalam
menentukan konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori akuntansi positif
berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas
praktik akuntansi yang ada dalam masyarakat sedangkan akuntansi normatif
lebih menjelaskan praktik akuntansi yang seharusnya berlaku.
Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktik akuntansi dan/atau teori
akuntansi berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan
dan/atau meramalkan peristiwa akuntansi. Karenanya, pendekatan positif
berusaha untuk menentukan berbagai faktor yang mungkin memengaruhi faktor
rasional dalam bidang akuntansi. Pada dasarnya ia berusaha untuk menentukan
suatu teori yang menjelaskan fenomena yang diamati.
Teori yang dikemukakan Friedman (1953) ini merupakan sekumpulan proposisi
(penjelasan sifat dan realita) yang terdiri dari konstruk yang didifinisikan secara
luas dan menghubungkan berbagai unsur yang terdapat dalam proposisi tersebut.
Teori ekonomi positif, menurut Friedman (1953), pada`hakekatnya terbebas dari
ikatan berbagai aspek etika—sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih
mengacu ke istilah “apa adanya” (what it is) daripada ke istilah “seharusnya
demikian” (it should be). Dengan demikian, fungsinya harus dinilai berdasarkan
ketepatan (precision), bidang kajian (scope), dan kesesuaian peramalan
berdasarkan pada pengalaman. Ringkasnya, ekonomi positif adalah, atau dapat
dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan yang objektif (objective science),
seperti halnya ilmu fisika.

C.                  Teori Akuntansi Normatif vs Teori Akuntansi Positif


Teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subjektif, sehingga
tidak dapat diterima begitu saja dan harus dapat diuji secara empiris agar
memiliki dasar teori yang kuat. Dalam praktik, para profesional dalam bidang
akuntansi telah menyadari sepenuhnya bahwa teori akuntansi positif lebih
cendrung diterapkan dibanding teori akuntansi normatif. Teori akuntansi positif
memiliki ciri pemecahan masalah yang disesuaikan dengan realitas praktek
akuntansi. Pendekatan yang digunakan dalam teori akuntansi positif adalah
pendekatan ekonomi dan prilaku.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori
positif adalah hipotesa mengenai program pemberian bonus. Hipotesa ini
menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus,
akan berusaha memaksimalisasi bonusnya melalui penggunaan metode
akuntansi yang dapat menaikkan laba dan pada akhirnya memperbesar bonus.
Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen dalam
hal program pemberian bonus.
Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan
tekhnologi akan menghsilkan teori akuntansi normative. Klasifikasi ini terjadi
karena sasaran yang berbeda-beda yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh teori
akuntansi.
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian, tindakan atau
perbuatan) seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi atas
dasar pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk memberikan
jawaban apakah sesuatu pernyataan itu benar atau salah atas dasar kriteria
ilmiah. Penjelasan normativ berisi pernyataan dan penalaran untuk menilai
apakah sesuatu itu baik atau buruk atau relevan atau tak relevan dalam kaitannya
dengan kebijakan ekonomi atau sosial tertentu. Penjelasan normativ diarahkan
untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat
pembuatan kebijakan.
Dengan pemikiran diatas Blaug (1992) menjelaskan bahwa teori positif
berkepentingan dengan masalah fakta sedangkan teori normative berkepentingan
dengan masalah nilai .
Aspek Sasaran Teori
Unsur pembeda                       masalah fakta              masalah nilai
Sasaran pemaparan                  positif                          normative
Bentuk pernyataan                  is                                  ought/should
Bahan pertimbangan               facts                            values
Dasar penyimpulan                 objective                      subjective
Nada pernyataan                     descriptif                     prescriptif
Metode pengujian validasi      science                         art
Kriteria penerimaan teori        true/false                     good/bad
Atas dasar perbedaan aspek diatas, sasaran teori akuntansi positif adalah
menghasilkan penjelasan tentang apa nyatanya terjadi secara objektif tanpa
dilandasi oleh pertimbangan nilai. Teori akuntansi positif mengajukan proposisi
atau hipotesis bahwa perusahaan manufakturan FIFO sedangkan perusahaan
perdagangan cendrung memilih LIFO. Teori akuntansi positif berusaha
menentukan apakah hipotesis tersebut benar atau salah dengan menggunakan
metode ilmiah atas dasar pengamatan data yang nyatanya terjadi. Bila hipotesis
terbukti, penjelasan dijelaskan dalam bentuk pernyataan misalnya bahwa
perusahaan yang memilih FIFO adalah perusahaan manufakturan. Karena tujuan
teori positif adalah untuk mendeskripsi (membuat pertimbangan nilai) apakah
metode FIFO lebih baik atau lebih bermanfaat dari metode LIFO.
Dilain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah menjelaskan penjelasan
atau penalaran mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik tau lebih efektif
dari pada perlakuan akuntansi alternative karena tujuan akuntansi tertentu harus
dicapai. Hasil akhir teori akuntansi normative adalah suatu pernyataan atau
proposal yang menganjurkan tindakan tertentu. Misalnya, teori akuntansi akan
menghasilkan pernyataan yang berbunyi bahwa asset tetap harus dinilai dan
dicantumkan dalam neraca atas dasar kos historis. Teori akuntansi positif dan
normative timbul karena perbedaan sasaran teori dan bidang masalah yang
menjadi perhatian masing-masing teori. Bila dikaitkan dengan dikotomi sains
dan tekhnologi, teori akuntansi positif lebih erat kaitannya dengan akuntansi
sebagai sains sedangkan teori akuntansi normative lebih erat kaitannya dengan
akuntansi sebagai tekhnologi.

D.    Contoh Teori Akuntansi Positif


Berikut adalah contoh teori akuntansi, antara lain creative accounting, earning
management, big bath, income minimization, income maximization, timing
revenue and expense recognition.
-          Creative Accounting adalah semua proses dimana beberapa pihak menggunakan
kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik,
dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan
Dowd, 1999). Pihak-pihak yang terlibat di dalam proses creative accounting, seperti
manajer, akuntan (sepengetahuan saya jarang sekali ditemukan kasus yang melibatkan
akuntan dalam proses creative accounting karena profesi ini terikat dengan aturan-
aturan profesi), pemerintah, asosiasi industri, dll.

-          Earning management dibagi dalam dua definisi, yaitu:


a. Definisi sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Earning management dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai
perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals
dalam menentukan besarnya earnings.

b. Definisi luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer
bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Jika Sugiri (1998) memberikan definisi earning management secara teknis, maka
Surifah (1999) memberikan pendapatnya mengenai dampak earning management
terhadap kredibilitas laporan keuangan. Menurut Surifah (1999) earning
management dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan
untuk pengambilan keputusan, karena earning management merupakan suatu bentuk
manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer
dan pihak eksternal perusahaan.
Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan (2000:19):
menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa
”praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan
manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya”.
- Taking Bath, atau disebut juga ‘big bath’. Pola ini dapat terjadi selama ada
tekanan organisasional pada saat pergantian manajemen baru yaitu dengan
mengakui adanya kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan
manajemen baru ingin menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga dapat
mengakui adanya biaya-biaya pada periode mendatang dan kerugian periode
berjalan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan yang tidak bisa
dihindari pada periode berjalan. Konsekuensinya, manajemen melakukan
‘pembersihan diri’ dengan membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang
dan melakukan ‘clear the decks’. Akibatnya laba periode berikutnya akan lebih
tinggi dari seharusnya.
- Income minimization. Cara ini mirip dengan ‘taking bath’ tetapi kurang ekstrem.
Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan
maksud agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (aspek political-cost). Kebijakan yang diambil dapat berupa
write-off atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan biaya iklan,
biaya riset dan pengembangan, atas barang modal dan aktiva tak berwujud,
pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, metode successfull-
efforts untuk perusahaan minyak bumi dan sebagainya. Penghapusan tersebut
dilakukan bila dengan teknik yang lain masih menunjukkan hasil operasi yang
kelihatan masih menarik minat pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari
penghapusan ini adalah untuk mencapai suatu tingkat return on assets yang
dikehendaki.
- Income maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh
bonus yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas
yang ditetapkan.
- Income smoothing. Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan
sering dilakukan. Perusahaan-perusahaan melakukannya untuk mengurangi
volatilitas laba bersih. Perusahaan mungkin juga meratakan laba bersihnya untuk
pelaporan eksternal dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal
perusahaan kepada pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang
perusahaan.
- Timing revenue and expense recognition. Teknik ini dapat dilakukan dengan
membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi
seperti adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.

E.       Politik Biaya
- Konsisten dengan karya awal Watt dan Zimmerman (1978) telah berpendapat bahwa
untuk mengurangi kemungkinan perhatian politik yang merugikan dan biaya yang
terkait perhatian ini (Misalnya, biaya yang terkait dengan pajak meningkat,
peningkatan jumlah upah, atau boikot produk), perusahaan politik yang sensitif
(biasanya perusahaan besar) harus mengadopsi metode akuntansi yang mengarah
pada pengurangan keuntungan. Bagaimana melaporkan, pandangan bahwa yang
lebih rendah melaporkan laba akan mengakibatkan menurunkan pengawasan politik
(dan akhirnya untuk transfer kekayaan yang lebih rendah dari perusahaan)
mengasumsikan bahwa pihak yang terlibat dalam proses politik tidak dapat atau
tidak siap untuk "mengungkap" implikasi dari pilihan manajer. Akuntansi manajer
adalah entah bagaimana bisa menipu mereka yang terlibat dalam proses politik
dengan hanya mengadopsi satu metode akuntansi (penurunan pendapatan) dalam
preferensi untuk yang lain. Tapi, mengapa ini menjadi kasus ketika di tempat lain
telah diasumsikan (konsisten dengan EMH) bahwa individu dalam pasar lainnya
seperti pasar modal, seperti pasar modal, efisien dapat mengungkap pilihan
manajemen metode akuntansi.
Dari perspektif ekonomi ada pandangan bahwa di pasar politik yang terbatas
diharapkan "membayar - off".. yang dapat hasil dari tindakan individu (Downs,
1957) misalnya, jika seorang individu berusaha untuk mengetahui alasan sebenarnya
mengapa pemerintah terpilih untuk mengadopsi tindakan tertentu dari antara
tindakan yang mungkin banyak, maka pertemuan informasi tersebut akan
mahal. Namun bahwa suara individu akan memiliki kemungkinan sangat sedikit
mempengaruhi keberadaan pemerintah. Hence, individu akan memilih untuk tetap
rasional kurang informasi. Namun, harus membentuk kelompok kepentingan
tertentu, maka biaya informasi tersebut dapat dibagi dan kemampuan untuk
menyelidiki tindakan pemerintah dapat meningkat. Sebuah perspektif yang sama
diambil dengan kelompok lain dari pemerintah, misalnya, perwakilan serikat buruh,
lembaga konsumen dan sebagainya. Pejabat badan-badan respresent berbagai
kelompok orang, dengan konstituen secara individu lagi memiliki insentif yang
terbatas untuk diberi informasi yang lengkap tentang kegiatan kantor - pembawa.
Karena PAT mengasumsikan bahwa semua tindakan oleh semua orang (termasuk
pejabat dari kelompok kepentingan, politisi, dan sebagainya) didorong oleh
kepentingan pribadi, perwakilan kelompok kepentingan ditautkan untuk mengadopsi
strategi yang memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri dalam pengetahuan
bahwa konstituen mereka akan memiliki motivasi terbatas untuk diberi informasi
yang lengkap tentang kegiatan mereka.
Dengan argumen di atas dalam pikiran, kita dapat mempertimbangkan tindakan
politisi, politisi karena tahu bahwa perusahaan-perusahaan yang sangat
menguntungkan bisa menjadi tidak populer dengan sejumlah besar konstituen
mereka, politisi bisa "menang" suara dengan mengambil tindakan terhadap
perusahaan tersebut. Namun, watt dan Zimmerman (1979) berpendapat bahwa
politisi akan mengklaim bahwa tindakan mereka telah mengambil berada di
"kepentingan umum" sebagai jelas mereka harus menyembunyikan fakta bahwa
tindakan tersebut baik dilayani para politisi sendiri interests.  Watt dan Zimmerman
(1979 ) berpendapat:
Dalam beberapa tahun terakhir ekonom mempertanyakan
apakahasumsi kepentingan umum konsisten dengan penomena
yang diamati .merekatelah mengusulkan asumsi bahwa individu-alternatif yang
terlibat dalam tindakan proses politik di sendiri kepentingan diri mereka
(asumsi egoisme).Asumsi ini menghasilkan implikasi yang lebih konsisten
dengan fenomenayang diamati daripada yang didasarkan pada
asumsi kepentingan umum.

Untuk membenarkan tindakan mereka sendiri, politisi mungkin hanya


mengandalkan keuntungan dilaporkan perusahaan untuk memberikan alasan atas
tindakan mereka, mengetahui bahwa konstituen secara individu tidak mungkin
menghadapi biaya menyelidiki motif politisi, atau biaya menyelidiki bagaimana
keuntungan korporasi adalah ditentukan (yaitu apakah laba yang dihasilkan karena
metode akuntansi tertentu digunakan dalam kurang dari secara objektif).

       
Tinjauan Kritis Teori Akuntansi Positif
Peneliti Topik Kritikan

Ball dan Foster (1982) Review atas penelitian a.ukuran perusahaan dan
akuntansi secara perencanaan
Empiris bonus dapat sebagai
proksi untuk
melupakan variabel —
variabel lainnya.
b.kelemahan teori yang
mendukung
konstruksi pondasi untuk
besaran biaya
politik
c.Sampel yang
digunakan tidak dapat
dipertahankan
Tinker et.al. 1982 Teori Positif vs teori a.Teori positif
normatif merupakan nilai muatan
dan pelindung untuk
mencegah adanya
bias.
b.Mengabaikan
penekanan kelas yang
diperebutan
Christenson (1983) Metodologi dari teori a .Logikal positif
positif menggunakan
metodologi yang sudah
usang.
b.Pendekatan dalarn ''
Sosiologi
Akuntansi "di dalam
teori akuntansi.
c.Mengenalkan standar
pengujian suatu
argumentasi tentang
perkecualian
pembatalan pada teori.
d.Tidak layaknya metode
yang digunakan
untuk menjelaskan
konstruksi teori.
Holthausen & Leftwich Review konsekuensi a.Keterbatasan
(1983) literatur ekonomi. interpretasi yang
dihasilkan, disebabkan
oleh :
b.Tidak lengkapnya teori
politik dan
kontrak.
c.Problem khusus dalam
dependen dan
independen variabel.
Lowe et.al (1983) W & Z (1979) a.Kerangka ekonomi
tidak bisa
dijustifikasi.
b.Pendekatan positif
membuka suatu
perselisihan.
c.Kesepakatan alami
bukan merupakan
suatu ilmu pengetahuan.
d.Adanya perbedaan
bukti yang disajikan.
McKee et.al (1984) Replicasi dari W &.Z a.Hasilnya tidak dapat
(1978) diterapkan pada
sampel yang bani.
b.Diluar sampel itu tidak
dapat digunakan.
c.Pengetahuan kedepan
dari proporsi
sampel bias pada
estimasi parameter.
Whittington (1987) Review W & Z (1986) a.Antara argumentasi
dan bukti yang
disajikan tidak seimbang.
b.Metodologinya ekstrim
c.Teori positif berrnuatan
nilai.
d.Pendekatan " sosiologi
akuntansi
didalam teori akuntansi.
Hines (1988) Christenson (1983) dan Kelayakan evaluasi yang
metodologi ditunjukkan
tidak dapat dipraktekkan
dalam penelitian
akuntansi empiris.

G.           Kontrak Antara Pemilik Dan Manager


Jika manajer yang dimiliki perusahaan, maka manajer yang akanmenanggung biaya
yang berkaitan dengan konsumsi penghasilan
tambahan milikmereka. konsumsi penghasilan
tambahan bisa mencakup konsumsi sumber dayaperusahaan untuk kepentingan
pribadi (misalnya, manajer dapat memperolehperawatan perusahaan terlalu mahal,
memperoleh kantor terlalu mewah, tinggal diakomodasi hotel terlalu mahal) atau
generasi yang berlebihan dan digunakan waktu siaga. sebagai persentase
kepemilikan dipegang oleh manajer menurun, manajeryang
mulai menanggung kurang dari biaya / nya konsumsi penghasilan
tambahannyasendiri. biaya mulai diserap oleh pemilik perusahaan.
seperti disebutkan sebelumnya, PAT mengadopsi sebagai asumsi sentral bahwa
semua tindakan oleh individu didorong oleh kepentingan diri, dan bahwa
kepentingan utama dari individu adalah memaksimalkan kekayaan mereka
sendiri.asumsi ini sering disebut sebagai seorang ekonomi rasional asumsi. jika
semuaindividu diasumsikan untuk bertindak sendiri kepentingan diri mereka, maka
pemilikakan mengharapkan manajer (agen) untuk melakukan kegiatan yang mungkin
tidak selalu berada dalam kepentingan pemilik (prinsipal). lebih jauh, karena posisi
mereka dalam perusahaan, para manajer akan memiliki akses ke informasi tidak tersedia
bagi kepala sekolah (masalah ini sering disebut sebagai information asimetri) dan ini
dapat makin meningkatkan kemampuan manajer untuk melakukan tindakanbermanfaat
bagi diri mereka di biaya pemilik. biaya dari perilaku yang berbeda yang timbul
sebagai akibat dari agen biaya (Jensen dan Meckling, 1976)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Teori positif berkembang karena ketidakpuasan terhadap teori normatif :


 1. Ketidakmampuan normatif untuk menguji secara empiris,
 2. Normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu dari pada
kemakmuran secara luas,
 3. Normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya
ekonomi secara optimal di pasar modal.
Teori positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori oleh Watt &
Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku dengan
munculnya
hipotesis pasar efisien dan teori agensi. Hipotesa yang digunakan oleh Watt &
Zimmerman
ada 3, yaitu :
 1.  Perencanaan bonus,
 2.  Perjanjian hutang  
 3.  Biaya proses politik.

Anda mungkin juga menyukai