175020300111044
Teori Akuntansi Keuangan CE
Untuk menjelaskan fenomena adanya konsekuensi ekonomi, kita harus menjelaskan sebuah teori yang
konsisten dengan adanya konsekuensi ekonomi, yaitu teori akuntansi positif.
Teori akuntansi positif berkaitan dengan prediksi seperti tindakan sebagai pilihan dari kebijakan
akuntansi oleh perusahaan dan perusahaan akan menanggapi usulan standar akuntansi baru.
Teori akuntansi positif beranggapan bahwa perusahaan akan mengorganisir diri dalam cara yang efisien
sehingga memaksimalkan prospek untuk bertahan hidup. Perusahaan dapat dipandang sebagai kumpulan
kontrak ( nexus of contract ) artinya pengorganisasiannya dapat ditentukan oleh kontrak yang dijalinnya.
Akan muncul biaya kontrak dan kontrak yang efisien.
Teori akuntansi positif berpendapat kebijakan akuntansi akan dipilih sebagai bagian dari masalah yang
lebih dari pencapaian manajemen perusahaan yang lebih efisien. Teori akuntansi positif tidak menyarankan
perusahaan harus menjelaskan sepenuhnya kebijakan akuntansi yang dipergunakan. Teori akuntansi positif
berpendapat bahwa manajer sifatnya rasional dan memilih kebijakan akuntansi demi kepentingan
perusahaan.
Tujuan Teori akuntansi positif adalah untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akutansi
manajerial dalam perusahaan yang berbeda-beda. Akan muncul teori normatif. Baik-tidaknya kemampuan
teori normatif melakukan prediksi tergantung sampai sejauh mana setiap individu sungguh-sungguh
mengambil keputusan sesuai teori tersebut.
Hipotesis rencana bonus (The Para manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih
bonus plan hypothesis) mungkin memilih prosedur akuntansi yang menggeser
pendapatan yang dilaporkan dari masa datang ke saat
ini.
Hipotesis biaya politik Semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh
(The political cost hypothesis) perusahaan, semakin besar kemungkinan
manajer memilih prosedur akuntansi yang
menangguhkan pendapatan yang dilaporkan dari
periode berjalan ke periode akan datang
Ketiga hipotesis tersebut membentuk komponen yang penting dari Teori akuntansi positif. Ketiga
hipotesis Teori akuntansi positif dapat juga ditafsirkan dari perspektif perjanjian kontrak yang
efisien.
Banyak penelitian Teori Akuntansi Positif untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy (1985)
yang meneliti hipotesis rencana bonus. Hasil penelitiannya adalah menemukan bukti bahwa manajer
perusahaan yang memiliki rencana bonus berdasarkan pada laba bersih mereka yang dilaporkan secara
sistematis menggunakan kebijakan akrual sedemikian rupa untuk memaksimalkan bonus yang mereka
harapkan.
Dichev dan Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman. Mereka meneliti sampel
yang terdiri dari banyak persetujuan pemberian pinjaman privat (pinjaman yang tidak dapat
diperdagangkan). Mereka memusatkan perhatian pada perjanjian-
perjanjian dengan persyaratan yang didasarkan pada dipertahankannya rasio lancar tertentu atau pada
dipertahankannya jumlah nilai bersih tertentu.
Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan laba bersih selama penelitian
keringanan impor. Pemberian keringanan kepada perusahaan yang dipengaruhi oleh persaingan dengan luar
negeri sebagian merupakan keputusan politik.
Hipotesis tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensinya, atas asumsi kontrak kompensasi,
sistem kontrol internal, manajemen perusahaan yang baik, dapat membatasi oportunisme dan
memotivasi manajer memilih kebijakan akuntansi untuk mengendalikan biaya kontrak.
Christie dan Zimmerman (1994) menyelidiki mengenai tingkat pilihan kebijakan akuntansi yang
meningkatkan pendapatan dalam sampel yang terdiri dari perusahaan yang menjadi target pengambilalihan.
Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi yang oportunis sedang terjadi, pilihan
seperti ini akan lebih tak terkendali dalam
perusahaan yang kemudian akan diambil, karena manajemen yang saat itu berusaha menepis tawaran
pengambilalihan dengan memaksimalkan posisi keuangan dan laba bersih yang dilaporkan.
Guay (1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank perusahaan pada tahun pertama perusahaan
melakukannya. Ia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien akan mendorong manajer untuk
mengurangi resiko-resiko harga yang spesifik bagi perusahaan (misalnya perusahaan migas menerapkan cegah
resiko harga produksi tahun depan), karena
pengurangan resiko tersebut mendorong para manajer untuk mengambil resiko-resiko lain yang spesifik bagi
perusahaan.
Watts (2003) menyatakan bahwa akuntansi konservatif juga dapat berperan dalam kontrak yang efisien.
Disini berlaku hipotesis rencana bonus dimana hipotesis tersebut menyiratkan bahwa para manajer tergoda
untuk meningkatkan estimasi – estimasi aliran kas akan datang lebih tinggi, dan menggunakannya untuk
membenarkan pencatatan pendapatan secara premature dan penilaian aktiva terlalu tinggi, yang keduanya
menggeser pendapatan dari masa akan datang ke masa kini.
Penelitian Basu (1993) mendapati bahwa semakin konservatif akuntansinya, semakin tinggi rating
hutang perusahaan yang mengakibatkan rendahnya biaya bunga, dengan semua hal dianggap sama. Hasil
tersebut sesuai dengan kontrak hutang yang efisien karena perusahaan menjadi semakin konservatif
jika kebutuhannya makin besar. Jika manajer berperilaku oportunistis, mereka tidak akan begitu
memperhatikan biaya bunga dan karenanya akan berusaha mengeluarkan diri dari ancaman pelanggaran
persyaratan pinjaman hutang dengan menggeser ke pendapatan periode berjalan dari pendapatan yang akan
datang.
Dari perspektif Teori Akuntansi Positif, bukan suatu hal yang sulit untuk memahami mengapa kebijakan
akuntansi dapat memiliki konsekuensi ekonomi.
Dari perspektif efisiensi, kumpulan kebijakan yang tersedia mempengaruhi fleksibilitas perusahaan.
Dari perspektif opportunis, kemampuan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi untuk
keuntungannya sendiri pun terpengaruhi.