Anda di halaman 1dari 162

http://jibonkrocksite.blogspot.co.id/2014/03/beberapa-pernyataan-keuanganalternatif.

html

Beberapa Pernyataan Keuangan & Alternatif Metode Akuntansi

5.1

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas (1) masalah dan bukti terkait dengan pilihan
metode akuntansi dan (2) pilihan yang tersedia untuk analis ketika menghadapi
keragaman dalam metode akuntansi serta pro dan kontra dari isu-isu akuntansi individu
seperti perubahan harga dan kurs.

5.2

DILAPORKAN ANGKA DAN METODE AKUNTANSI: SEBUAH PERSPEKTIF


INTERAKTIF
Empat faktor orientasi perusahaan (tidak mutually exclusive atau collectively
exhaustive) adalah:
1. Campuran dari bisnis. Misalnya, perusahaan akan beroperasi dalam satu lini
bisnis, satu set bisnis yang terintegrasi secara vertikal, suatu set bisinis yang
terintegrasi secara horizontal, satu suatu set bisnis yang terkair teknologi,
atau diversifikasi dari suatu set bisnis.
2. Keputusan pembiayaan. Contoh, keuangan perusahaan akan dinaikkan oleh
pembiayaan ekuitas, pinjaman bank, utang publik, penyewaan, atau
kemitraan R&D.
3. Keputusan
operasi.
Contoh,
apa campuran produk akan
diproduksi, berapa tingkat upah akan
dibayar, berapa tingkat persediaan akan
diadakan, dan
berapa
banyak biaya akan
dihabiskan pada
item
seperti penelitian
dan
pengembangan serta eksplorasi.
4. Metode akuntansi dan keputusan pelaporan keuangan. Contoh, aturan apa
yang akan diadopsi untuk aset dan kewajiban dari pilihan yang
tersedia, aturan apa yang diadopsi untuk pengakuan pendapatan dan
beban serta item apa yang akan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa.

Mengapa perspektif interaktif.


Abdel Khalik (1981) melaporkan hasil studi tentang konsekuensi ekonomi dari
FASB Statement No. 13 (Akuntansi Sewa Guna Usaha). FASB Statement menguraikan
tentang kriteria yang digunakan untuk membedakan antara sewa guna usaha (yang
harus dilaporkan sebagai kewajiban pada neraca) dan operasi sewa.
Salah
satu
temuan adalah bahwa sebagian
besar
perusahaan yang
disurvei melakukan strukturisasi terhadap persyaratan kontrak sewa baru
untuk
menghindari kapitalisasi,
yaitu keputusan pembiayaan dari perusahaan dipengaruhi
oleh representasi keseimbangan neraca mereka. Laporan yang
dibuat
oleh
manajemen berkaitan keputusan FASB dalam transaksi valuta asing juga mendukung
perspektif interaktif. Evans, Folks, dan Jilling (1978) menemukan interaksi antara
FASB Statement No. 8 (akuntansi untuk transaksi valuta asing dan dalam mata uang
asing) dan kontrak berjangka dibuat oleh perusahaan multinasional. Andrews (1983-84)
melaporkan interaksi yang sama dengan menemukan pengganti FASB Statement No.
8, yaitu FASB Statement No. 52.

5.3

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN METODE AKUNTANSI

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan manajemen ketika membuat pilihan


metode akuntansi (tidak mutually exclusive), yaitu:
a.

Kepatuhan dengan mandat peraturan


Ketika
dihadapkan
dengan mandat peraturan, kepatuhan bukan
merupakan
pilihan satu-satunya yang tersedia bagi perusahaan. Misalnya, perusahaan dapat
memilih untuk menerima opini audit yang memenuhi syarat yang berkaitan
dengan ketidakpatuhan terhadap standar FASB. Untuk perusahaan milik pribadi dan
perusahaan-perusahaan
swasta,mandat oleh
badan
pengawas, seperti FASB atau SEC tidak berlaku.

b.

Konsistensi dengan model akuntansi


Segmen utama dari pendapat literatur akuntansi bahwa pilihan metode alternatif harus
didasarkan pada model akuntansi yang sudah diterapkan sebelumnya seperti
pencocokan biaya dengan pendapatan, konservatisme, dan objektivitas.

c.

Presentasi realitas ekonomi atau kebenaran


Istilah-istilah seperti "realitas ekonomi" dan "kebenaran" sering digunakan oleh
manajemen ketika menjelaskan perubahan akuntansi dan membenarkan akuntansi
yang mereka terapkan atau mengkritik metode akuntansi yang diamanatkan.

d.

Perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama


Keinginan untuk mencapai perbandingan dengan perusahaan lain di industri ini sering
disebut sebagai faktor penting dalam pilihan metode akuntansi. Sebagai contoh:

Perubahan dilakukan agar sesuai dengan metode penyusutan yang digunakan oleh
perusahaan lain dalam industri (produksi gula dan real estate). (Alexander dan Baldwin)

e.

Untuk mencapai perbandingan yang lebih besar dengan praktek akuntansi


perusahaan lain dalam industri, perusahaan mengubah metode akuntansi atas biaya
keuangan
yang
menimbulkan
piutang agen
yang
ditransfer dengan cara
lain untuk pembiayaan perusahaan. (Hesston Corporation)
Konsekuensi ekonomi untuk perusahaan
Terdapat lima cara dalam pemilihan metode akuntansi yang dapat mempengaruhi nilai
pasar ekuitas perusahaan atau efek hutang, yaitu:

Pengaruh beban perpajakan

Pengumpulan data dan pengaruh biaya operasi

Pengaruh biaya pembiayaan

Politik dan pengaruh biaya regulasi

Klaim atas redistribusi kekayaan

f.

Konsekuensi ekonomi terhadap manajemen


Kekayaan manajemen dapat dipengaruhi oleh pilihan metode akuntansi. Banyak paket
kompensasi eksekutif seperti skema bonus atau rencana opsi saham yang secara
eksplisit berbasis pada komponen kunci dalam laporan keuangan. Misalnya, skema
bonus didasarkan pada persentase laba yang dilaporkan perusahaan. Dalam konteks
ini, manajemen memiliki potensi untuk mempengaruhi kompensasi mereka dengan
memilih metode akuntansi yang dirasakan untuk meningkatkan nilai sekarang dari
paket kompensasi mereka. Manajemen juga mungkin menganggap bahwa pilihan
metode akuntansi dapat mempengaruhi kemungkinan pengambil-alihan, atau biaya
pengambil-alihan.

g.

Ikhtisar komentar

Terdapat enam faktor baru yang tidak mutually exclusive.

Bukti tentang keberadaan atau relatif pentingnya enam faktor tersebut berasal dari
berbagai sumber.

Beberapa faktor penting yang dikutip berasumsi bahwa pihak lain tidak otomatis
membuat penyesuaian untuk menetralisir pengaruh dari setiap perubahan akuntansi.

5.4

PERBEDAAN METODE AKUNTANSI: BUKTI POLA YANG SISTEMATIS

Ada bukti yang cukup dari pola yang sistematis dalam metode akuntansi yang
dipilih perusahaan. Hal ini dibahas pada bagian di bawah ini.
a.

Profil Perusahaan yang Menggunakan Perbedaan Alternatif Akuntansi


Keanggotaan industri merupakan salah satu variabel yang menjelaskan perbedaan
pemilihan metode akuntansi yang berbeda antar perusahaan. Menurut Gilman (1939)
mengamati bahwa metode persediaan berbasis biaya penilaian yang digunakan oleh
perusahaan sebagian besar industri adalah berbasis metode pasar misalnya digunakan
oleh perusahaan goldmining dan perusahaan pengepakan daging. Salah satu alasan
untuk perbedaan adalah kesulitan dalam mengalokasikan biaya bersama untuk produk
individu dalam kedua industri. Pola industri juga menyebabkan dalam mengadopsi
metode persediaan LIFO. Pendekatan terkait dengan memeriksa faktor yang
menyebabkan penggunaan metode akuntansi berbeda adalah untuk menyajikan profil
keuangan perusahaan dan karateristik mengadopsi metode yang berbeda. Misalnya
memeriksa profil perusahaan minyak dan gas yang mengunakan full-costing untuk
biaya eksplorasi.

b.

Profil Perusahaan yang Melakukan Perubahan Akutansi


Temuan yang telah disebutkan menyebutkan bahwa perusahaan yang secara sukarela
melakukan perubahan akuntansi mempunyai kinerja yang lebih rendah baik dalam
kinerj harga saham datau profitabilitas yang berkaitan dengan sampel acak dari semua
atau berkaitan denan sampel perusahaan yang tidak melakukan perubahan akuntansi.

c.

Bukti Perbandingan Internasional


Di beberapa daerah terdapat keragaman metode akuntansi yang mendominasi
perusahaan di negara bebeda. Survei membuktikan menurut Choi dan Bavishi (1983)
yaitu 1000 perusahaan menerbitkan laporan tahunan dari 24 negara berbeda. Jumlah
laporan tahunan perusahaan diperiksa untuk beberapa negara realtif kecil sehingga
kesimpulan yang dihasilkan tentang metode utama yang digunakan dapat dilihat
pada sampling error.

5.5

KERAGAMAN
METODE
ANTARPERUSAHAAN

AKUNTANSI

DAN

PERBANDINGAN

Sering terjadi kritik dalam laporan keungan perusahaan yang berkaitan dengan
keragaman dalam metode akuntansi yang digunakan perusahaan. Keragaman tersebut
menyebabkan laporan keuangan tidak dapat dibandingkan dari angka yang berasal
pada laporan keuangan perusahaan yang berbeda.
a.

Penyesuaian Menggunakan Estimasi Berdasarkan Perusahaan


Dalam beberapa kasus, informasi yang memadai disediakan oleh perusahaan untuk
analisis eksternal. Perusahaan yang menggunakan metode persediaan yang berbeda
pada laporan utama mereka sesuai pada metode keseragaman FASB 33
pengungkapan tambahan.

b.

Penyesuaian Menggunakan Pendekatan Teknikal


Upaya khusus telah dikembangkan untuk pendekatan teknikal dalam mengestimasi
jumlah laporan keuangan yang dilaporkan dengan metode akuntansi alternatif. Setiap
penyesuaian teknikal mengkombinasikan:

5.6

Informasi perusahaan dan informasi level harga umum


Asumsi tentang perputaran aset dan kewajiban serta pola pendapatan dan biaya
selama periode tersebut.
METODE ALTERNATIF AKUNTANSI DAN VARIABEL KEUANGAN

a.

Keseragaman dan Variabel Keuangan


Efek angka laporan keuangan pada metode akuntansi alternatif dapat diilustrasikan
pada acuan akuntansi mengenai isu pergantian harga. Pertimbangan informasi tersebut
tentang korelasi antara biaya historis berdasarkan jumlah pendapatan dan current-cost
atau harga konstan beradasarkan jumlah pendapatan.

b.

Keragaman dan Variabel Keuangan


Isu kedua yang didiskusikan jika perusahaan menggunakan alternatif akuntansi A
(misalnya depresiasi garis lurus) dan yang lain menggunakan alternatif B ( misalnya
depresiasi akselerasi). Beberapa faktor harus dipertimbangkan pada isu ini yaitu:

Konteks data keuangan


Tersedianya metode penyesuaian jumlah yang dilaporkan untuk mengurangi
keragaman
Tersedianya informasi yang memadai

5.7

BEBERAPA KOMENTAR UMUM


a.

Perspektif yang dipakai dalam artikel ini adalah bahwa metode keputusan akuntansi
berinteraksi dengan kunci keputusan perusahaan lainnya seperti campuran bisnis,
keuangan, dan keputusan operasi. Sebuah perspektif alternatif adalah bahwa metode
akuntansi adalah filter yang mengubah arus kas dan hasil lainnya dari serangkaian
usaha tetap mix-financing-operasi keputusan menjadi angka keuangan yang dilaporkan
seperti laba dan aset.

b.

Faktor yang mendasari pemilihan metode akuntansi yang dapat diperoleh dari
beberapa sumber:

Laporan oleh manajemen tentang faktor-faktor penting dalam pilihan mereka. Laporan
dapat dibuat pada saat perubahan akuntansi, dalam wawancara pribadi, atau melalui
kuesioner mail.

Submissions oleh manajemen untuk badan kebijakan akuntansi. Badan


kebijakan akuntansi sering meminta pendapat dari perusahaan yang berpotensi
terpengaruh oleh keputusan mereka. Biasanya bagian kecil dari perusahaan
memberikan masukan tertulis.

Analisis variabel berkorelasi dengan metode akuntansi yang diadopsi oleh


perusahaan. Sebuah literatur yang berkembang baik menggunakan analisis crosssectional atau time-series di mana variabel dependen adalah metode akuntansi yang
diadopsi dan variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai penentu pilihan
metode akuntansi oleh perusahaan.

c.

Metode pilihan akuntansi sering dilakukan di daerah-daerah di luar domain badan


pengatur seperti FASB atau SEC. Sebagai contoh, metode pilihan akuntansi yang
dibuat:

Dengan perusahaan swasta ketika melaporkan kepada pemegang saham mereka.


Dalam perjanjian pinjaman pribadi antara perusahaan dan pemberi pinjaman jangka
panjang mereka (bank, perusahaan asuransi, dll).

Dalam perjanjian karyawan bagi hasil.

Dalam perjanjian kompensasi eksekutif untuk manajemen senior.

Dengan manajemen dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya internal dan
ketika mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kegiatan individu atau karyawan mereka.

d.

Badan pengawas akuntansi bisa mengambil salah satu dari beberapa ekstrem ketika
mengeluarkan standar akuntansi yang berkaitan dengan alternatif metode akuntansi:

Masalah serangkaian luas standar yang menyatakan kualitas informasi keuangan


yang diperlukan (misalnya, relevansi, keandalan, dan ketepatan waktu) tetapi tidak
meresepkan satu set rinci metode akuntansi yang akan digunakan.

Masalah seperangkat pedoman yang rinci mengatur bagaimana setiap transaksi atau
peristiwa yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan

Read More on : http://jibonkrocksite.blogspot.com/2014/03/beberapa-pernyataankeuangan-alternatif.html#ixzz3rKbSyUu9

n Keuangan
Pendahuluan
Bab ini membahas masalah yang berkaitan dengan penjelasan perilaku sepanjang
waktu dari financial series seperti laba, penjualan, dan return to equity. Topik ini penting
karena peramalan memiliki peranan penting dalam konteks pengambilan keputusan,
seperti model penilaian ekuitas digunakan dalam keputusan investasi dan pendekatan
penilaian digunakan dalam keputusan akuisisi. Ramalan berdasarkan analisis timeseries merupakan sumber data yang penting dalam pengambilan keputusan. Analisis
time-series juga penting dalam evaluasi lanjutan dari ramalan dan dalam revisi dari
model yang digunakan dalam peramalan.

Analisis time-series juga penting dalam berbagai konteks non-peramalan seperti:


1.

Evaluasi kinerja manajemen dimana yang menjadi perhatian penting adalah


persentase perubahan laba yang disebabkan karena faktor-faktor berorientasi nonperusahaan.

2.

Menguji dugaan bahwa manajemen memanipulasi laba untuk menghindari


pelanggaran persyaratan hutang dalam perjanjian pinjaman bank.

3.

Mendesain komponen profit sharing dari rencana kompensasi eksekutif dimana


perhatian utama adalah sharing risiko antara manajemen dengan pihak-pihak lain yang
berhubungan dengan perusahaan.

4.

Keputusan manajemen dalam metode akuntansi alternatif dimana faktor penting


adalah variabiliats time-series dalam laba yang dilaporkan.

5.

Litigasi dimana dugaan kelebihan laba dibuat dan perhatian utama adalah
menjelaskan sumber laba yang dilaporkan.

6.

Litigasi dimana operasi bisnis diganggu oleh kebakaran atau pemogokan dan
estimasi laba harus dibuat yang terjadi secara normal.

Masalah-masalah dalam Menganalisis Data Keuangan Time-Series


A.

Masalah

perubahan

struktural

Suatu time-series bersifat statis ketika properti statistik (seperti mean dan varian) pasti
konstan sepanjang waktu. Perubahan struktural bisa menyebabkan asumsi ini menjadi
validitas yang dipertanyakan. Perubahan struktural bisa dihasilkan dari faktor-faktor
seperti: (1) perubahan karena deregulasi pemerintah, (2) perubahan dalam kompetisi,
baik dari produk lain atau dari perusahaan baru, (3) pengembangan teknologi yang
secara substansial mengubah hubungan biaya-volume-laba, (4) akuisisi atau
divestitures.
Ada dua pertimbangan yang mengimbangi ketika perubahan struktural. Untuk efisiensi
estimasi, diperlukan ukuran sampel yang besar. Dalam time-series, ini berarti kembali
ke periode waktu yang lama. Analisis visual akan sering mengidentifikasi kemungkinan
masalah perubahan struktural. Analisis statistik bisa digunakan untuk menguji secara
formal persamaan varian subperiode dari seri yang diuji.

B.

Perubahan metode akuntansi


Periode waktu yang digunakan dalam model data akuntansi time-series biasanya
memiliki rentang dari 10 sampai 50 tahun untuk data tahunan dan 5 sampai 15 tahun
untuk data interim. Perubahan akuntansi yang dimaksud disini adalah perubahan
sukarela atau diwajibkan oleh badan regulator. Opsi yang tersedia dalam analisis timeseries ketika terjadi perubahan akuntansi adalah sebagai berikut:

1.

Opsi satu: jangan membuat suatu penyesuaian pada asumsi bahwa perubahan
bersifat immaterial atau bahwa perubahan tersebut merupakan suatu respon tepat oleh
manajemen terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis yang melandasi.

2.

Opsi dua: menyimpan semua pengamatan dalam time-series, namun membuat


penyesuaian sehingga suatu kumpulan aturan akuntansi secara konsisten digunakan
pada time-series.

3.

Opsi tiga: hanya menguji pengamatan dalam time-series yang berasal dari metode
akuntansi yang sama. Opsi ini bisa dihasilkan hanya satu tahun pengamatan jika
terdapat perubahan berulang yang diwajibkan oleh badan regulator atau secara
sukarela dibuat oleh manajemen.

C.

Masalah klasifikasi akuntansi


Perusahaan memiliki fleksibelitas yang bisa dipertimbangkan pada waktu dari beberapa
kejadian dan dalam klasifikasi yang digunakan untuk menyajikan kejadian tersebut
dalam laporan keuangan. Seorang analis mungkin berharap mengadopsi bentuk yang

berbeda dari waktu atau klasifikasi kejadian dari yang disajikan dalam laporan
keuangan.

D.

Perlakuan pengamatan ekstrem


Alat-alat time-series terdiri dari stationarity, differencing, submartingales, martingales,
random walk, fungsi autokorelasi, dan variasi sampel dan identifikasi model. Alat-alat ini
bisa sangat sensitif pada pengamatan ekstrem yang bisa terjadi dengan financial series
seperti laba bersih dan laba bersih pada ekuitas pemegang saham. Secara empiris,
pengamatan ekstrim lebih mungkin menjadi negatif daripada positif.

Pendekatan-pendekatan Analisis Time-Series


Paling tidak ada tiga pendekatan untuk menganalisis data time-series yang bisa
digunakan:
1.

Ekonomi. Ini bisa melibatkan hipotesis ex ante mengenai bentuk sistematis yang
diharapkan dalam data time-series dan analisis ex post faktor-faktor kausal yang
melandasi perilaku time-series.

2.

Visual. Ini melibatkan plotting data dan selanjutnya mengkaji secara visual plot untuk
suatu bentuk sistematis.

3.

Statistical. Ini melibatkan penggunaan alat statistik seperti suatu autokorelagram


untuk mendeteksi bentuk sistematis dalam data.
Suatu segmen yang cukup besar dari literature bermaksud untuk mengidentifikasi
bentuk statistikal sistematis dalam data keuangan time-series. Bentuk sistematis ini
kemudian dimodel dan bisa dieksploitasi untuk tujuan peramalan. Percobaan kecil
dibuat untuk memberikan suatu rasionalitas ekonomi untuk model statistik yang diuji.

Analisis Ekonomi dari Data Time-Series


A.

Analisis Faktor Kausal


Empat kategori penting keputusan manajemen yang bisa mempengaruhi time-series
dari angka-angka laporan keuangan yang dilaporkan adalah: (1) keputusan gabungan
bisnis, (2) keputusan pendanaan, (3) keputusan operasional, dan (4) keputusan
pelaporan keuangan. Percobaan dalam laporan tahunan untuk mengukur secara detail
dampak relatif dari setiap faktor-faktor terdahulu (dan kemungkinan lain) adalah jarang.

B.

Seasonality
Ketidakpahaman mengenai faktor-faktor yang melandasi angka-angka laporan
keuangan yang dilaporkan, bisa mempermudah penarikan kesimpulan dari angkaangka tersebut. Sebagai ilustrasi, asumsikan seorang analis mengamati bukti kuat dari
bentuk musiman dalam laba interim yang dilaporkan dan penjualan perusahaan.
Kemungkinan sumber-sumber dari bentuk musiman ini adalah: (1) pengaruh tanggal
kejadian, (2) pengaruh cuaca, dan (3) pengaruh siklus pelaporan. Dua teori perhitungan
laba bersih interim dengan seasonality yang berlawanan adalah teori integral dan teori
terpisah. Pada teori integral, setiap periode interim diperlakukan sebagai suatu bagian
integral dari tahun fiskal. Ramalan dibuat pada awal tahun fiskal dan biaya-biaya
dialokasikan berdasarkan prediksi (atau aktual) penjualan setiap periode interim. Pada
teori terpisah, setiap periode interim diperlakukan sebagai periode pelaporan
independen. Pengeluaran yang dikeluarkan selama periode interim dicatat sebagai
biaya periode tersebut.

C.

Analisis ex post versus analisis ex ante


Ketika mencoba mengikuti faktor-faktor, sangat berguna untuk membedakan antara
analisis ex post (memahami apa yang terjadi) dengan analisis ex ante (meramalkan apa
yang akan terjadi). Ketika analis menghadapi ketidakpastian mengenai bagaimana
faktor-faktor kausal berinteraksi, secara khusus nilai aktual faktor-faktor kausal akan
tersedia dalam analisis ex post. Sebaliknya, nilai aktual dari faktor-faktor kausal tidak
akan tersedia dalam konteks ex ante.

Manajemen Laba, Perataan, dan Big Bath


Perspektif umum dalam laporan keuangan adalah perilaku manajamen mengelola
atau meratakan laba yang dilaporkan pada suatu waktu. Pada satu tingkatan, laporan
ini sulit untuk diungkapkan, namun pada tingkatan lain laporan manajemen laba atau
perataan laba lebih mudah diketahui.

A.

Area intervensi manajemen potensial


Terdapat banyak area dimana manajemen bisa secara sengaja menyajikan secara
salah waktu, jumlah, atau maksud dari transaksi atau kejadian dalam laporan
keuangan. Misalnya yang berhubungan dengan penjualan (waktu faktur, pesanan

palsu, penurunan mutu produk), dan berhubungan dengan biaya (membagi faktur,
mencatat pemabayaran dimuka sebagai biaya). Manajemen juga bisa menggunakan
transaksi substantive untuk mempengaruhi angka-angka laporan keuangan yang
dilaporkan, misalnya biaya riset dan pengembangan atau anggaran eksplorasi.

B.

Keputusan hukum dan regulator


Terdapat area abu-abu antara manajemen laba yang ekstrim (melalui praktik bisnis) dan
manipulasi laba (melalui cooking the book/paper entrepreneurialism). Suatu analisis
yudisial dan keputusan regulator adalah salah satu cara untuk memperoleh wawasan
dalam praktik, yang beberapa pihak melihat sebagai bagian luar dari area abu-abu dan
dalam area cooking the books.

C.

Big Bath
Satu fenomena yang berhubungan dengan manajemen laba disebut dalam beberapa
label seperti big bath, clean sweep, clearing the decks, dan housekeeping. Tema yang
melandasinya adalah pada saat manajemen menghadapi tahun kerugian, langkah
tambahan diambil untuk menambah magnitude kerugian. Hasilnya adalah penurunan
besar pada laba yang dilaporkan dan diharapkan suatu peningkatan laba yang akan
dilaporkan pada tahun berikutnya.

Beberapa Komentar Umum


1.

Literatur mengenai manipulasi laba atau perataan laba keduanya besar dan tersebar
dalam beberapa publikasi. Literatur ini termasuk: (a) artikel dalam koran keuangan
(Slick Accounting Ploys Help Many Companies Improve Their Income: By Proper or
Improper Means, They Manage Earnings for the Desired Effect; Manipulating Profits:
How Its Done), (b) studi kasus individu yang menguji akun-akun keuangan
perusahaan selama periode pengujian, (c) studi riset empiris yang menguji banyak
sampel perusahaan yang menguji hipotesis dimana manajemen mencoba untuk
meratakan laba yang dilaporkan.
Beragam motivasi dari perilaku manipulasi laba atau perataan laba telah diungkapkan
misalnya: (1) untuk mempromosikan suatu persepsi ekstenal bahwa perusahaan
memiliki risiko yang rendah, (2) untuk menyampaikan informasi yang relevan dengan
prediksi laba masa depan, (3) untuk memelihara kepuasan hubungan industrial, (4)
untuk meminimalkan pajak, (5) untuk mempromosikan suatu persepsi eksternal

mengenai kompentensi manajemen, dan (6) untuk meningkatkan pembayaran


kompensasi manajemen.

Read More on : http://jibonkrocksite.blogspot.com/2014/03/analisis-time-seriesterhadap-informasi.html#ixzz3rKcP2HVHCross-Sectional Terhadap Informasi Laporan


Keuangan
Pendahuluan
Data laporan keuangan sering digunakan dalam model perbandingan, seperti:
a.

Aplikasi cross-sectional: perbandingan antara satu entitas dengan entitas lain pada
titik waktu yang sama

b.

Aplikasi time-series: perbandingan dari satu entitas pada titik waktu yang berbeda.
Analisis cross-sectional digunakan di banyak area, misalnya:

1.

Analisis penilaian untuk merger atau akuisisi di mana laporan keuangan perusahaan
lain digunakan untuk membuat kesimpulan tentang undervaluation atau overvaluation
dari target perusahaan atau divisi

2.

Evaluasi kinerja manajemen dan kompensasi eksekutif di mana satu input adalah
profitabilitas perusahaan dibandingkan dengan tolok ukur perusahaan yang beroperasi
dalam lingkungan kompetitif yang sama

3.

Prediksi kesulitan keuangan menggunakan model berbasis perusahaan dalam satu


industri

4.

Keputusan kebijakan publik tentang kelebihan laba pajak perundang-undangan di


mana satu input adalah profitabilitas perusahaan dalam satu industri dibandingkan
dengan perusahaan dalam industri lain.

Kriteria yang Digunakan Untuk Memilih Perbandingan


Banyak konteks keputusan menggunakan analisis cross-sectional untuk
membandingkan entitas yang "serupa" setidaknya dalam satu atribut. Pendekatanpendekatan alternatif untuk mendefinisikan entitas "serupa" diilustrasikan sebagai
berikut:
1.

Kesamaan pada sisi penawaran. Perusahaan dapat dikelompokkan atas dasar


kesamaan kepemilikan bahan baku, proses produksi yang serupa, jaringan distribusi

yang mirip, dan sebagainya. Sisi penawaran ini fokus digunakan dalam skema
Enterprise Standard Industrial Classification (SIC) untuk mendefinisikan industri; faktor
utama yang dipertimbangkan adalah "fisik atau teknologi struktur" dan "homogenitas
produksi." Skema The Enterprise SIC bertujuan untuk mengelompokkan seluruh
perusahaan menjadi dua -, tiga-, dan empat digit industri.
2.

Kesamaan pada sisi permintaan. Pendekatan ini menekankan "serupa" dalam hal
produk akhir dan kesamaan persepsi pelanggan terhadap produk substitusi. Walaupun
fokus perbandingan sisi permintaan biasanya adalah pada level produk, perbandingan
dapat dibuat antara perusahaan yang memproduksi produk serupa. Perbandingan
dapat memiliki perspektif jangka pendek atau perspektif jangka panjang.

3.

Kesamaan pada atribut pasar modal. Dari perspektif investasi, saham yang memiliki
atribut yang sama seperti risiko, rasio price-to-earnings, atau kapitalisasi pasar mungkin
menarik.

4.

Kesamaan dalam kepemilikan hukum. Manajerial perlu menggunakan analisis crosssectional dalam mengalokasikan sumber daya antara anak perusahaan yang berbeda
(atau jalur bisnis). Anak perusahaan tersebut mungkin sangat beragam dalam
karakteristik sisi penawaran dan sisi permintaan karakteristik.

Pilihan-pilihan Agregasi Pada Analisis Cross-Sectional


Ketika membandingkan rasio perusahaan, para analis memiliki berbagai pilihan tentang
bagaimana untuk menggabungkan rasio dari perusahaan-perusahaan:
1.

Menggunakan satu ringkasan ukuran tendensi sentral, misalnya, median, rata-rata


tertimbang, atau nilai rata-rata tertimbang

2.

Menggunakan kedua ukuran tendensi sentral dan ukuran dispersi, misalnya, median
dan kisaran interkuartil (.75 persentil - .25 persentil) atau rata-rata dan deviasi standar

3.

Menggunakan ukuran seperti ringkasan atau fractiles persentil dari distribusi rasio

4.

Menggunakan peringkat dan rasio dari setiap perusahaan.

Masalah Ketersediaan Data Dalam Analisis Cross-Sectional


A.
1.

Ketidaktersediaan Data
Sebuah masalah yang sering dihadapi adalah bahwa data tidak tersedia untuk entitas
yang menarik. Alasan ketidaktersediaan termasuk:

2.

Entitas adalah preusan milik pribadi dan tidak mengumumkan informasi laporan
keuangan.

3.

Entitas ini dimiliki oleh sebuah perusahaan asing yang menyediakan pengungkapan
keuangan yang terbatas.

Data Berkenaan Dengan Perusahaan yang Dimiliki Secara Pribadi


Beberapa perusahaan milik pribadi berukuran relatif besar. Di beberapa industri,
perusahaan milik peibadi memegang saham pasar utama. Faktor yang meningkatkan
pentingnya perusahaan menjadi milik pribadi adalah fenomena going private.
Sebagian dari perusahaan milik pribadi secara sukarela menerbitkan laporan keuangan.
Motivasi untuk pengungkapan sukarela seperti itu bisa sangat beragam. Misalnya,
perusahaan milik pribadi mungkin akan melakukan perluasan melalui waralaba, dan
setiap calon waralaba dapat menggunakan laporan keuangan yang dipublikasikan
dalam aplikasi pinjaman ke bank-bank, perusahaan asuransi, dan sebagainya. Motivasi
lain yakni bahwa perusahaan milik pribadi merencanakan isu publik dan berusaha untuk
membangun hubungan yang berkelanjutan dengan analis sekuritas.

B.

Periode Pelaporan yang Tidak Sinkron


Ada banyak keragaman di seluruh perusahaan dalam tahun fiskal periode pelaporan.
Tidak semua perusahaan menggunakan cutoff akhir bulan untuk tahun fiskal mereka,
dan tidak semua memiliki jumlah yang sama dalam hari kalender di setiap tahun fiskal.
Ketika perusahaan tidak dapat dibandingkan akhir tahun fiskalnya, masalah dapat
muncul dalam membuat kesimpulan mengenai profitabilitas relatif atau ukuran
perusahaan relatif. Dalam beberapa kasus, penyesuaian dapat dilakukan dengan
menempatkan perusahaan dalam tahun fiskal noncomparable ke periode pelaporan
comparable. Kkk

C.

Ketidakseragaman Dalam Metode Akuntansi


Dalam banyak perusahaan, keragaman dalam pilihan metode akuntansi akan dijumpai.
Ketidakseragaman metode akuntansi di perusahaan tidak selalu berarti bahwa laporan
keuangan tidak dapat diperbandingkan-berbasis rasio. Namun, jika seorang analis
memutuskan bahwa keseragaman metode akuntansi merupakan yang diinginkan, maka
salah satu dari beberapa pilihan berikut dapat diadopsi:

1.

Membatasi sampel hanya perusahaan yang mengadopsi metode akuntansi seragam

2.

Menggunakan informasi yang disediakan perusahaan untuk menyesuaikan angkaangka yang dilaporkan kepada mereka menggunakan metode alternatif

3.

Menggunakan approximating techniques untuk menyesuaikan angka-angka yang


dilaporkan kepada mereka menggunakan metode alternatif.
Dalam beberapa konteks keputusan, ketidakseragaman dalam pilihan metode
akuntansi tidak akan menimbulkan masalah.

Informasi Lini Bisnis (Line-Of-Business)


Pentingnya perusahaan multiactivity berarti bahwa analisis cross-sectional perusahaan
dalam industri-industri tertentu akan sering menggunakan informasi line-of-business
(LOB) yang disajikan dalam laporan tahunan dan interim.

A.

Insentif Perusahaan untuk Mengungkapkan Data Line-of-Business


Argumen yang diberikan untuk investor yang biasanya menuntut data LOB berkaitan
dengan penilaian risiko, return, dan prospek pertumbuhan dari masing-masing aktivitas
individual. Jika aktivitas individual berbeda dalam aspek-aspek ini, data LOB secara
potensial dapat menyoroti fakta ini. Tanpa mengabaikan argumen ini, banyak
perusahaan multiactivity menyediakan pengungkapan LOB yang terbatas sebelum
dimandatkan oleh badan pengatur. Badan pengatur biasanya telah mengizinkan
perusahaan multiactivity dalam kebijaksanaan menyajikan data LOB.

B.

Struktural dan Implikasi Perubahan Organiational


Bila menggunakan data LOB, penting untuk mengenali faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi angka-angka yang dilaporkan. Hal ini termasuk akuisisi, divestasi,
perubahan organisasi, dan perubahan dalam sistem pelaporan internal.

Perbandingan Industri Dari Rasio Keuangan


A.

Definisi Industri
Tidak ada satu definisi "industri" yang secara universal diterima. Pendekatan alternatif
mencakup fokus pada satu atau lebih dari atribut berikut:

Kesamaan dalam penggunaan bahan baku

Kesamaan dalam proses produksi

Kesamaan dalam produk akhir seperti yang dirasakan oleh konsumen

Kesamaan dalam kelompok konsumen akhir

B.

Sumber Informasi tentang Perusahaan dalam Industri


Beberapa sumber informasi yang dapat digunakan dalam menentukan perusahaan
yang akan disertakan dalam industri:

1.

Diterbitkan coding atau klasifikasi perusahaan ke industri individual.

2.

Perusahaan yang disebutkan oleh para analis sekuritas dan sumber-sumber lain
bersaing di pasar yang sama.

3.

Hasil dari sebuah proyek di mana perusahaan dikelompokkan ke dalam industri


berdasarkan kesamaan empiris mereka. Teknik seperti analisis faktor dan analisis
cluster dapat digunakan untuk menentukan pengelompokan perusahaan yang relevan.

C.

Bukti Dari Perbedaan Industri


Basis data yang paling komprehensif dari perusahaan-perusahaan AS adalah rekaman
Compustat, yang berfokus pada sisi penawaran serupa dalam pengertian
operasionalisasi industri. 12 rasio keuangan terdiri dari:

1.

Kas dan surat berharga / total aset, (C + MS) / TA

2.

Aktiva lancar / kewajiban lancar, CA / CL

3.

Arus kas dari operasi / penjualan, CFO / S

4.

Kewajiban jangka panjang / modal pemegang saham, LTL / SE

5.

Pendapatan operasional / pembayaran bunga, IO / INA

6.

Laba bersih / ekuitas, NI / SE

7.

Penjualan / total aktiva, S / TA

8.

Penjualan / piutang, S / AR

9.

Harga pokok penjualan / persediaan, roda gigi / INV

10. Harga-ke-penghasilan rasio, PE


11. Pembayaran dividen, DIV.PAY
12. Total aset, TA ($ juta)

Perbandingan internasional Terhadap Rasio Keuangan


Dalam banyak situasi, para analis memberi perhatian pada perbandingan laporan
keuangan perusahaan dari berbagai negara. Masalah yang timbul dalam perbandingan
internasional terhadap rasio keuangan meliputi
1.

Perbedaan dalam serangkaian prinsip akuntansi yang diterapkan dalam masingmasing negara

2.

Perbedaan dalam peraturan perpajakan yang diadopsi di setiap negara dan dalam
hubungan antara prinsip akuntansi yang digunakan untuk pajak dan untuk pelaporan
keuangan

3.

Perbedaan dalam pendanaan, operasi, dan pengaturan bisnis lainnya di setiap


negara

4.

Perbedaan dalam budaya, kelembagaan, dan lingkungan politik di setiap negara.

Beberapa Komentar Umum


1.

Studi kecil telah menyajikan bukti-bukti empiris yang berkaitan dengan homogenitas
perusahaan diklasifikasikan ke dalam kelompok industri yang berbeda. Sudarsanam
dan Taffler (1984) memeriksa sampel dari 250 perusahaan Inggris yang masing-masing
diklasifikasikan ke dalam salah satu dari 14 kode dari sistem (London) Stock Exchange
Industrial Classification (SEIC). Penelitian tersebut merupakan isu penting dari
homogenitas perusahaan diklasifikasikan ke dalam kelompok industri yang berbeda.
Mengadopsi pendekatan yang dapat diperluas menggunakan skema pengkodean
industri alternatif, tambahan variabel independen, dan teknik-teknik klasifikasi selain
analisis diskriminan.

2.

Banyak penulis telah berusaha untuk menjelaskan perbedaan dalam ukuran


profitabilitas akuntansi baik dengan asumsi kepastian atau asumsi pasar yang
sempurna. Dalam asumsi kepastian, Stigler (1963) menghipotesiskan bahwa
perbedaan dalam tingkat return akuntansi dapat dijelaskan oleh perbedaan dalam risiko
bisnis. Bowman (1980) meneliti korelasi antara rata-rata return on equity (ROE) dan

varians dari ROE untuk 387 perusahaan dari 11 industri di periode 1972-1976. Marsh
dan Swanson (1984) menguji kembali isu-isu ini dalam 13 industri selama periode
1963-1981. Weiss (1971) mensurvei lebih dari 30 penelitian dari era 1950-an dan 1960an; banyak laporan yang signifikan (walaupun kecil) yakni hubungan positif antara
profitabilitas dan konsentrasi industri. Ravenscraft (1983) melaporkan bahwa "variabelvariabel yang paling penting merupakan pengaruh positif dari pemanfaatan kapasitas
lebih tinggi dan pertumbuhan industri, dengan pengaruh positif pangsa pasar".
3.

Faktor-faktor penentu profitabilitas antar industri dan antar perusahaan juga menjadi
fokus penelitian dalam strategi bisnis dan literatur pemasaran. Buzzell, Gale, dan Sultan
(1975) menguji basis data PIM (profit impact of market strategies), yang meliputi
informasi profitabilitas pada setiap "unit bisnis" perusahaan. Saat ini, belum ada teori
yang berkembang dengan baik mengenai bagaimana variabel seperti periklanan,
struktur biaya, pangsa pasar, dan kualitas produk mempengaruhi profitabilitas.

4.

Adanya perbedaan yang cukup besar dalam leverage keuangan industri diukur
dengan kewajiban jangka panjang-pada rasio ekuitas pemegang saham dibuktikan oleh
Bowen, Daley, dan Huber (1982) dan Bradley, Jarrel, dan Kim (1984). Penjelasan untuk
perbedaan ini meliputi:

Pajak dan Biaya Kepailitan

Sinyal Manajerial

Kunci Kepribadian

Sedikit kemajuan telah dicapai dalam pengujian validitas deskriptif dan penjelasan lain.
Myers (1984) menemukan bahwa pengguna laporan keuangan memiliki sedikit teori
yang dapat diandalkan untuk menjelaskan perbedaan cross-sectional perusahaan di
dalam struktur modal mereka atau rasio kepentingan.

Read More on : http://jibonkrocksite.blogspot.com/2014/03/analisis-cross-sectionalterhadap.html#ixzz3rKceeqhD

1. Sebutkan 4 langkah penting dalam melakukan analisis strategi bisnis dengan


menggunakan laporan keuangan! Mengapa pada setiap langkah, analisis dalam
konteks lintas negara lebih sulit daripada analisis negara tunggal.
Jawab :
4 langkah dalam melakukan analisis usaha dengan menggunakan laporan keuangan
yaitu :
a. Analisis Strategi Usaha Internasional
b. Analisis Akuntansi
c. Analisis Keuangan
d. Analisis Prospektif Internasional
Analisis dalam konteks lintas negara lebih sulit daripada analisis negara tunggal, hal ini
karena :

Kurang andalnya informasi mengenai perkembangan makro ekonomi.


Memperoleh informasi mengenai industry juga sukar dilakukan di banyak Negara
dan jumlah serta kualitas informasi perusahaan sangat berbeda-beda.
Keterbatasan data membuat upaya untuk melakukan analisis strategi usaha
dengan menggunakan metode riset tradisional menjadi sukar dilakukan.
Ketepatan waktu laporan keuangan, laporan tahunan, laporan kepada pihak
regulator, dan siaran pers yang menyangkut laporan akuntansi berbeda-beda di tiap
negara, sehingga menambah beban para pembaca laporan keuangan perusahaan
asing.
Akun-akun yang berdenominasi dalam mata uang asing membuat para analis
menghadapi permasalahan, yaitu : Berkaitan dengan kenyamanan dan menyangkut isi
informasi.
Bahasa dan terminologi yang berbeda-beda pada setiap Negara bisa
menghadirkan batasan informasi bagi para pengguna laporan keuangan.
Perbedaan format laporan keuangan yang berbeda-beda pada setiap Negara

2. Jelaskan pengaruh keragaman antar negara pada analisis akuntansi dalam praktikpraktik pengukuran akuntansi dan pengungkapan!
Jawab :

Pengaruh keragaman antar negara pada analisis akuntansi, yaitu :


Perbedaan antarnegara dalam kualitas pengukuran, kualitas pengungkapan, dan
kualitas audit. Karakteristik nasional menyebabkan perbedaan yang mencakup praktik
yang diwajibkan dan diterima secara umum, pengawasan dan penegakan aturan, dan
ruang lingkup direksi manajemen atas pelaporan keuangan.
Kesulitan dalam memperoleh informasi yang diperlukan untuk analisis akuntansi.
3. Apa saja resiko umum yang harus dihindari dalam melakukan analisis prospektif
internasional.
Jawab :
Analisis prospektif mencakup tahap peramalan dan penilaian. Ketika melakukan
peramalan para analis membuat ramalan mengenai prospek perusahaan secara
eksplisit berdasarkan strategi usaha, catatan akuntansi, dan analisis keuangan. Ketika
melakukan penilaian, analis merubah ramalan kuantitatif menjadi suatu estimasi nilai
perusahaan. Penilaian digunakan secara implisit maupun eksplisit dalam banyak
kegiatan usaha.
Adapun risiko umum yang harus dihindari dalam melakukan analisis prospektif
internasional, yakni :

Setiap aturan yang telah anda pelajari di negara asal anda menjadi tidak berlaku
diluar negeri.
Terjadinya fluktuasi kurs dalam menganalisis.
Adanya perbedaan prinsip akuntansi.
Adanya perbedaan praktik akuntansi yang berjalan.
Adanya perbedaan kebiasaan bisnis.
Adanya perbedaan pasar modal.
Dan banyak faktor lainnya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
peramalan dan penilaian analisis prospektif internasional

http://mochapoch.blogspot.co.id/2013/04/akuntansi-internasional_3.html
Akuntansi Internasional

PENDAHULUAN

Pada tahun 1971, Prof. Thomas R. Weirich, Clarence G. Avery dan Henry R. Anderson
mengemukakan tiga pendekatan berbeda:

Sistem universal

Pendekatan deskriptif dan informative yang mencakup semua metode dan


standar dari semua negara, dan

Praktik-praktik akuntansi dari anak-anak perusahaan yang ada di luar negeri dan
perusahaan-perusahaan induk.

Mereka menamai dan menjelaskan pendekatan-pendekatan defisional ini, masingmasing sebagai berikut:
Akuntansi Dunia. Dalam kerangka konsep ini, akuntansi internasional dianggap
sebagai suatu sistem universal yang bisa diadopsi oleh semua negara. Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk seluruh dunia, semacam yang ada di AS,
akan dibentuk. Praktik-praktik dan prinsip-prinsip akan dikembangkan sehingga bisa
diterapkan di semua negara. Konsep ini akan menjadi tujuan akhir dari sistem akuntansi
internasional.
Akuntansi Internasional. Konsep utama kedua dari istilah akuntansi internasional
melibatkan pendekatan yang deskriptif dan informatif.Berdasarkan konsep ini, akuntansi
internasional meliputi semua ragam prinsip, metode dan standar akuntansi dari semua
negara.Konsep ini melibatkan GAAP masing-masing negara, sehingga akuntan perlu
menyadari sejumlah prinsipberbeda ketika mempelajari akuntansi internasional.Tidak
ada prinsip-prinsip universal atau sempurna yang perlu dibentuk. Kumpulan semua
prinsip, metode dan standar dari semua negara akan disebut sebagai sistem akuntansi
internasional. Perbedaan-perbedaan ini muncul karena perbedaan-perbedaan dalam
geografis, pengaruh social, ekonomi, politik, dan hukum.

Akuntansi Bagi Perusahaan Anak di Luar Negri. Konsep utama ketiga yang bisa
diaplikasikan ke akuntansi internasional mengacu kepada praktik-praktik akuntansi
perusahaan induk dan perusahaan anak-nya di luar negeri.Acuan atas negara tertentu
atau tempat domisili perusahaan diperlukan dalam konsep ini agar pelaporan keuangan
internasional efektif.Kepentingan akuntan yang utama adalah translasi dan
penyesuaian laporan keuangan anak perusahaan. Masalah-masalah akuntansi yang
berbeda akan timbul dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda harus diikuti
tergantung negara mana yang digunakan sebagai acuan bagi translasi dan
penyesuaian.
Akuntansi internasional memperluas akuntansi yang bertujuan umum (general
perpose), yang berorientasi nasional, dalam arti yang luas untuk:

analisa komparatif internasional,

pengukuran dan isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi transaksitransaksi bisnis multinasional dan bentuk bisnis perusahaan multinasional,

kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional, dan

harmonisasi akuntansi di seluruh dunia dan harmonisasi keragaman pelaporan


keuangan melalui aktivitas-aktivitas polotik, organisasi, profesi dan pembuatan
standar.

Harmonisasi dan Konvergensi Akuntansi Internasional


Dalam kaitannya dengan standar internasional, terdapat beberapa macam langkah
yang dilakukan oleh banyak negara sehubungan dengan perbedaan dengan standar
yang mereka buat sebelumnya.Secara garis besar langkah-langkah yang dapat diambil
tersebut dapat dibagi menjadi harmonisasi dan konvergensi.
Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan komparabilitas (kesesuaian)
praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik
tersebut dapat beragam. Secara sederhana pengertian harmonisasi standar akuntansi
dapat diartikan bahwa suatu negara tidak mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku
secara internasional.Negara tersebut hanya membuat agar standar akuntansi yang
mereka miliki tidak bertentangan dengan standar akuntansi internasional.

Keuntungan Harmonisasi Internasional:

Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia
tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan
secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.

Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik portofolio akan lebih
beragam dan risiko keuangan berkurang.

Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan


strategi dalam bidang merger dan akuisisi.

Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan
dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Konvergensi dalam standar akuntansi dan dalam konteks standar internasional berarti
nantinya ditujukan hanya akan ada satu standar. Satu standar itulah yang kemudian
berlaku menggantikan standar yang tadinya dibuat dan dipakai oleh negara itu
sendiri.Sebelum ada konvergensi standar biasanya terdapat perbedaan antara standar
yang dibuat dan dipakai di negara tersebut dengan standar internasional. Konvergensi
standar akan menghapus perbedaan tersebut perlahan-lahan dan bertahap sehingga
nantinya tidak akan ada lagi perbedaan antara standar negara tersebut dengan standar
yang berlaku secara internasional.

IFRS (Internasional Financial Accounting Standard)


IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standar Board (IASB).Standar Akuntansi Internasional disusun oleh empat
organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi
Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi
Akuntansi Internasional (IFAC).
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap
kurangnya transparansi informasi keuangan.
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk
periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung
informasi berkualitas tinggi yang:

Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode


yang disajikan.


Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS.

Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh adanya suatu perubahan sistem IFRS
sebagai standar global yatitu :
Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan
secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.

Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik

Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan


mengenai merger dan akuisisi

Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan
dalam mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.
Selain peran regulator, AEI punya kepentingan sebagai asosiasi harus memberdayakan
anggotanya supaya investor di luar negeri bisa melihat acuan yang sama kalau kita
sudah beradaptasi ke IFRS. Tentang tujuan penerapan IFRS adalah memastikan
bahwa penyusunan laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang
dimasukkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas
tinggi yang terdiri dari :

Memastikan bahwa laporan keuangan internal perusahaan mmengandung


infomasi berkualitas tinggi

Tranparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang
disajikan

Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna

Meningkatkan investasi

Demikian peran regulator dalam mensosialisasikan betapa besar tujuan dan manfaat
yang diperoleh menuju ke IFRS .Perusahaan juga akan menikmati biaya modal yang
lebih rendah, konsolidasi yang lebih mudah, dan sistem teknologi informasi yang
terpadu, kata Patrick Finnegan, anggota Dewan Standar Akuntansi International
(International Accounting Standards Board/IASB), dalam Seminar Nasional IFRS di
Jakarta

Perkembangan Dan Klasifikasi Akuntansi Internasional


Dalam berkembangnya kesadaran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan akuntansi dalam konteks global, para ahli ada yang berpendapat bahwa
secara sistematis terdapat perbedaan pola perilaku akuntansi yang diterapkan di
berbagai Negara. Hal ini dapat dilketahui dengan mengidentifikasi perbedaan dan
kesamaan system akuntansi pada suatu Negara. Esensinya adalah bahwa klasifikasi
akuntansi dan system pelaporan yang dipengaruhi seperti oleh masalah ekonomi dan
politik.
Tujuan pengklasifikasian adalah:

Dapat membantu mengetahui sejauh mana suatu sistem memiliki kesamaan dan
perbedaan

Bentuk-bentuk perkembangan sistem akuntansi suatu Negara dengan Negara lain


serta kemungkinannya untuk berubah

Alasan mengapa suatu sistem mempunyai pengaruh dominan dibandingkan


dengan yang lain. PERKEMBANGAN Di bawah ini adalah faktor yang memiliki
pengaruh signifikan dalam perkembangan bunia akuntansi

Sumber pendanaan Amerika dan Inggris yang memiliki kekuatan perdagangan


yang cukup kuat memiliki focus atas seberapa baik manajemen menjalankan
perusahaan (profitabilitas), dan dirancang untuk membantu investor menganalisis arus
kas masa depan dan resiko terkait

Sistem hokum Di duni abarat memiliki dua orientasi dasar, hokum kode (sipil) dan
hokum (kasus)

Perpajakan Peraturan pajak secara efektif dapat menentukan standar akuntansi


karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun dikalim untuk
keperluan perpajakan

Ikatan politik dan ekonomi Beberapa Negara berkembang menggunakan sistem


akuntansi yang dianut Negara maju, namun hal tersebut ada yang Karen paksaan
namun ada jug yang karena pilihan sendiri

Inflasi Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya historis dan


mempengaruhi kecenderungan (tendensi) suatu Negara untuk menerapkan perubahan
harga terhadap akun-akun perusahaan

Tingkat perkembangan ekonomi Faktor ini mempengaruhi jenis transaksi usaha


yang dilaksanakan dalam suatu perekonomian dan menentukan manakah yang paling
utama


Tingkat pendidikan Standar dan praktik akuntansi yang sangat rumit
mumbutuhkan tenaga ahli dalam penerapannya, kalau tidak maka kemungkinan besar
bisa disalahgunakan

Budaya Budaya sendiri berpengaruh terhadap perilaku masing-masing individu


dalam mendasari pengaturan kelembagaan di suatu Negara yang nantinya akan secara
tidak alangsung akan berpengaruh terhadap akuntansinya.

KLASIFIKASI
Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara yaitu: dengan
pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada
pengetahuan, intuisi dan pengalaman. Klasifikasi secara empiris menggunakan metode
statistik untuk mengumpulkan basis data prinsip dan prektik akuntansi seluruh dunia.
Empat Pendekatan terhadap Perkembangan Akuntansi Klasifikasi awal yang dilakukan
adalah yang diusulkan oleh Mueller pada pertengahan tahun 1960-an, dimana
diidentifikasikan empat pendekatan terhadap perkembangan akuntansi di Negaranegara barat dengan sistem ekonomi berorientasi pasar:

Berdasarkan pendekatan makro ekonomi Berdasarkan pendekatan ini praktik


akuntansi didapatkan dari dan dirancang untuk meningkatkan tujuan makro ekonomi
nasional

Berdasarkan pendekatan mikro ekonomi Pada pendekatan ini akuntansi


berkembang dari prinsip-prinsip mikro ekonomi yang fokusnya terletak pada
perusahaan secara individu yang memiliki tujuan untuk bertahan hidup dengan
mempertahankan modal fisik yang dimiliki

Berdasarkan pendekatan independen Pada pendekatan ini akuntansi berasal dari


prektik bisnis dan berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dari
pertimbangan, coba-coba dan kesalahan

Berdasarkan pendekatan yang seragam Pada pendekatan ini akuntansi


distandardisasi dan digunakan sebagai alat untuk kendali

BUDAYA, DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI INTERNASIONAL


Proses klasifikasi membantu kita menjelaskan dan membandingkan sistem akuntansi
internasional dalam cara yang akan meningkatkan pemahaman realitas yang kompleks
dari praktek akuntansi. Skema klasifikasi harus memberikan kontribusi untuk
peningkatan pemahaman

sejauh mana sistem nasional mirip atau berbeda satu sama lain,

pola pengembangan sistem nasional individu dengan menghormati satu sama lain
dan potensi mereka untuk berubah, dan

alasan beberapa sistem nasional memiliki pengaruh yang dominan sedangkan


lainnya tidak.

PENGARUH BUDAYA PADA SISTEM AKUNTANSI


Dalam akuntansi, pentingnya budaya dan sejarah kini semakin diakui. Meskipun
kurangnya perhatian terhadap dimensi ini di masa lalu dalam literatur klasifikasi
internasional, Harrison dan McKinnon (1986) mengusulkan suatu kerangka metodologi
menggabungkan budaya untuk menganalisis perubahan dalam peraturan pelaporan
perusahaan keuangan di tingkat negara secara spesifik. Budaya dianggap sebagai
elemen penting dalam kerangka untuk memahami bagaimana sistem sosial berubah
karena pengaruh budaya dan nilai-nilai norma dan perilaku kelompok dalam dan di
seluruh sistem. Melengkapi pendekatan ini, Gray (1988) mengemukakan bahwa
kerangka teoritis yang menggabungkan budaya dapat digunakan untuk menjelaskan
dan memprediksi perbedaan-perbedaan internasional dalam sistem akuntansi dan
untuk mengidentifikasi pola perkembangan akuntansi internasional. Gray berpendapat
bahwa budaya, atau nilai-nilai sosial, pada tingkat nasional dapat diharapkan untuk
menyerap subkultur organisasi dan kerja, meskipun dengan berbagai tingkat integrasi.
Sistem akuntansi dan praktek dapat mempengaruhi dan memperkuat nilai-nilai sosial.

BUDAYA, NILAI-NILAI SOSIAL, DAN AKUNTANSI


Unsur Struktural Kebudayaan yang Mempengaruhi Bisnis Penelitian Hofstede pada
tahun 1970 bertujuan mendeteksi elemen struktur budaya yang paling kuat
mempengaruhi perilaku dalam situasi kerja organisasi dan institusi. Analisis statistik
Hofstede mengungkapkan empat dimensi nilai sosial yang mendasari, yaitu
Individualisme, Jarak kekuatan, Penghindaran Ketidakpastian, dan Maskulinitas.
Penelitian selanjutnya oleh Hofstede dan Bond (1988) ke nilai-nilai Cina
mengungkapkan dimensi kelima: orientasi jangka pendek vs jangka panjang, atau apa
yang disebut Dynamisme Konfusianisme. Hal ini juga menunjukkan bagaimana negaranegara dapat dikelompokkan ke dalam wilayah budaya, berdasarkan skor mereka pada
empat dimensi nilai, menggunakan analisis cluster dan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor geografis dan historis. Dalam penelitian selanjutnya, Hofstede tidak
mengakui bahwa nilai-nilai budaya cenderung berubah sepanjang waktu dan bahwa

penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai sejauh mana dan alasan untuk
perubahan. Makna dari empat dimensi nilai Hofstede (1984) : 1) "Individualisme vs
Kolektivisme Individualisme menekankan pada kerangka sosial yang longgar pada
individu masyarakat dimana seharusnya mengurus diri sendiri dan keluarga mereka
saja. Berlawanan dengan itu, kolektivisme, menekankan pada kerangka sosial yang
erat dimana individu sangat loyalitas terhadap keluarga ataupun kelompoknya. 2) Jarak
kekuatan besar vs kecil, Jarak kekuatan adalah sejauh mana anggota masyarakat
menerima gagasan bahwa kekuatan dalam lembaga-lembaga dan organisasi
didistribusikan tidak merata. Isu mendasar oleh dimensi ini adalah bagaimana
masyarakat menangani ketidaksetaraan antara orang-orang. 3) Penghindaran
Ketidakpastian lemah versus kuat, Penghindaran Ketidakpastian adalah sejauh mana
anggota masyarakat yang merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas.
Isu mendasar ditangani oleh dimensi ini adalah bagaimana masyarakat bereaksi
terhadap fakta bahwa waktu hanya berjalan satu kali dan bahwa masa depan tidak
dapat diketahui, dan apakah akan mencoba untuk mengendalikan masa depan atau
hanya membiarkan itu terjadi. 4) Maskulinitas vs Feminitas, Maskulinitas merupakan
preferensi dalam masyarakat untuk prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan
kesuksesan materi. Lawannya, Feminitas, merupakan preferensi untuk hubungan,
kesopanan, merawat yang lemah, dan kualitas hidup. Isu mendasar ditangani oleh
dimensi ini adalah cara di mana masyarakat mengalokasikan peran gender.

Nilai Akuntansi dan Klasifikasi Internasional


Nilai Akuntansi sangat relevan dengan profesional atau otoritas hukum untuk sistem
akuntansi serta penegakannya yang sama baiknya dengan munculnya paksaan untuk
menjadi profesionalisme dan keseragaman. Keduanya menitikberatkan pada peraturan
dan tingkat penegakan hukum atau kesesuaian. Oleh karena itu, kita dapat
mengklasifikasikan wilayah berdasarkan budaya. Nilai akuntansi juga sangat relevan
pada pengukuran dan pengungkapan informasi secara konservatisme dan secara
kerahasiaan. Oleh karena itu, negara-negara dapat dikelompokan sebagai optimisme
dan transparansi dan kelompok Konservatisme dan kerahasiaan. klasifikasi
pengelompokan negara Ini dengan wilayah budaya dapat digunakan sebagai dasar
untuk menilai lebih lanjut hubungan antara budaya dan sistem akuntansi. Klasifikasi ini
sangat relevan untuk memahami karakteristik sistem otoritas dan penegakan hukum,
dan karakteristik pengukuran dan pengungkapan.

TEKANAN INTERNASIONAL UNTUK PERUBAHAN AKUNTANSI

Model yang dikembangkan oleh Gray (1988) menguraikan proses perubahan akuntansi
yang mengidentifikasikan sebuah jumlah tekanan internasional yang mempengaruhi
perubahan akuntansi, termasuk menumbuhkan interdependensi ekonomi / politik
internasional, tren baru dalam investasi langsung asing (FDI), perubahan dalam strategi
perusahaan multinasional, dampak dari teknologi baru, pertumbuhan yang cepat dari
pasar keuangan internasional, ekspansi di layanan bisnis, dan kegiatan organisasi
peraturan internasional. Beberapa tekanan untuk perubahan yang timbul dari saling
ketergantungan internasional yang terus berkembang dan dari kekhawatiran untuk
menyelaraskan kerangka peraturan hubungan ekonomi dan keuangan internasional.
Meskipun perbedaan dasar telah dibuat dan mungkin sampai batas tertentu masih
harus dibuat antara Timur dan Barat (yaitu, negara-negara sosialis dan negara-negara
kapitalis Barat) dan Amerika Utara dan Selatan (yaitu, negara maju dan berkembang),
perubahan dramatis yang terjadi di tingkat politik, yang pada gilirannya menyebabkan
perubahan ekonomi yang restrukturisasi lanskap bisnis internasional dan akuntansi.
Paling menonjol, ekonomi perencanaan pusat sampai saat Uni Soviet dan Eropa Barat
lebih berorientasi pasar pendekatan pembangunan ekonomi, seperti Republik Rakyat
Cina. Selanjutnya, tren di seluruh dunia berkembang menuju deregulasi pasar dan
privatisasi perusahaan sektor publik di banyak negara maju berkembang serta telah
membuka peluang baru bagi investasi internasional dan joint venture dan aliansi
internasional. Pengelompokan ekonomi, seperti Uni Eropa, telah menjadi pengaruh
besar dalam mempromosikan integrasi ekonomi melalui pergerakan bebas barang,
orang, dan modal antar negara. Untuk mencapai tujuannya, Uni Eropa telah memulai
program utama harmonisasi, termasuk langkah-langkah untuk mengkoordinasikan
hukum perusahaan, akuntansi, perpajakan, pasar modal, dan sistem moneter di
negara-negara Uni Eropa. Organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan
(OECD), juga sangat terlibat dalam pengembangan bisnis internasional dalam skala
global. PBB bertanggung jawab bagi munculnya organisasi seperti Bank Dunia, Dana
Moneter Internasional (IMF), Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan
(UNCTAD), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Akuntansi Komparatif
Standar akuntansi adalah regulasi atau aturan (termasuk pula hukum dan anggaran
dasar) yang mengatur penyusunan laporan keuangan. Penetapan standar adalah
proses perumusan atau formulasi standar akuntansi. Standar merupakan hasil dari
penetapan standar. Namun, praktek sebenarnya berbeda dari yang ditentukan standar.
Hal itu disebabkan 4 hal: di kebanyakan negara hukuman atas ketidakpatuhan dengan
ketentuan akuntansi resmi cenderung lemah dan tidak efektif; secara sukarela
perusahaan boleh melaporkan infomasi lebih banyak daripada yang diharuskan;

beberapa Negara memperbolehkan perusahaan untuk mengabaikan standar akuntansi


jika dengan melakukannya operasi dan posisi keuangan perusahaan akan tersajikan
secara lebih baik hasil; dan di beberapa Negara standar hanya berlaku untuk laporan
keuangan perusahaan secara tersendiri, dan bukan untuk laporan konsolidasi.
Penetapan standar akuntansi melibatkan gabungan kelompok sector swasta yang
meliputi profesi akuntansi, pengguna dan penyusun laporan keuangan, para karyawan
dan kelompok public yang meliputi badan-badan seperti otoritas pajak, kementrian yang
bertanggungjawab atas hukum komersial dan komisi pasar modal. Bursa efek yang
merupakan sector swasta atau public (tergantung negaranya) juga mempengaruhi
proses tersebut. Di Negara-negara hukum umum, sector swasta lebih berpengaruh dan
profesi auditing cenderung untuk dapat mengatur sendiri dan untuk lebih dapat
melakukan pertimbangan atas atestasi terhadap penyajian wajar laporan keuangan. Di
Negara-negara hukum kode, sector public lebih berpengaruh dan profesi akuntansi
cenderung untuk lebih diatur oleh Negara. Hal ini yang menyebabkan mengapa standar
akuntansi berbeda-beda di seluruh dunia. PERANCIS Akuntansi di Perancis sangat
terkait dengan kode sehingga sangat mungkin melewatkan kenyataan bahwa legislasi
hukum komersial (Code de Commerce) dan hukum pajak sebenarnya menentukan
banyak praktek akuntansi dan pelaporan keuangan di Perancis. Dasar utama aturan
akuntansi adalah Hukum Akuntansi 1983 dan Dekrit akuntansi 1983 yang memuat Plan
Compatible General wajib digunakan oleh seluruh perusahaan. Setiap perusahaan
harus memiliki manual akuntansi. Ciri khusus akuntansi di Perancis adalah terdapatnya
dikotomi antara laporan keuangan perusahaan secara tersendiri dengan laporan
kelompok yang dikonsolidasikan. Hukum Perancis memperbolehkan perusahaan
Perancis untuk mengikuti Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International
Financial Reporting Standards-IFRS). Alasannya, banyak perusahaan multinasional dari
Perancis yang mencatat sahamnya di luar negeri. Lima organisasi utama yang terlibat
dalam proses penetapan standard di Perancis:
a.

Counseil National de la Comptabilite atau CNC (Badan Akuntansi Nasional)

b.

Comite de la Reglementation Comptable atau CRC (Komite Regulasi Akuntansi)

c.

Autorite des Marches Financiers atau AMF (Otoritas Pasar Keuangan)

d.

Ordre des Experts-Comptables atau OEC (Ikatan Akuntan Publik)

e. Compagnie Nationale des Commisaires aux Comptes atau CNCC (Ikatan Auditor
Kepatuhan Nasional) JERMAN Lingkungan akuntansi di Jerman mengalami perubahan
terus menerus dan hasilnya luar biasa sejak berakhirnya Perang Dunia I. Hukum
komersial pada secara khusus menuntut adanya berbagai prinsip tata buku yang teratur
dan audit secara independen hampir tidak tersisa setelah perang usai. Hukum
perusahaan tahun 1965 mengubah sistem pelaporan keunagan Jerman dengan

mengarah pada ide-ide Inggris Amerika tetapi hanya berlaku bagi perusahaan besar.
Pada awal tahun 1970an, Uni Eropa mulai mengeluarkan direktif harmonisasi, yang
harus diadopsi oleh Negara-negara anggotanya ke dalam hukum nasional. Direktif Uni
Eropa yang keempat, ketujuh, dan kedelapan seluruhnya masuk ke dalam hukum
Jerman melalui Undang-Undang Akuntansi Komprehensif yang diberlakukan pada
tanggal 19 Desember 1985. Dua undang-undang baru diberlakukan pada tahun 1998,
yang pertama menambah sebuah paragraf baru dalam buku ketiga Hukum Komersial
Jerman sehingga memungkinkan perusahaan yang menerbitkan saham/utang pada
sebuah pasar modal yang terorganisir untuk menggunakan prinsip akuntansi yang
diterima secara internasional dalam laporan keuangan konsolidasi yang dibuatnya.
Kedua, memperbolehkan pendirian organisasi sektor swasta untuk menetapkan standar
akuntansi atas laporan keuangan konsolidasi. Hukum pajak secara garis besar
menentukan akuntansi komersial. Prinsip penentuan (Massgeblichkeitsprinzip)
menentukan bahwa laba kena pajak ditentukan oleh apa yang tercatat dalam catatan
keuangan perusahaan. Undang-undang tentang pengendalian dan transparansi tahun
1998 memperkenalkan keharusan bagi kementrian kehakiman untuk mengakui badan
swasta yang menetapkan standard nasional untuk memenuhi tujuan berikut:
1. Mengembangkan rekomendasi atas penerapan standar akuntansi dalam laporan
keuangan konsolidasi
2. Memberikan nasehat kepada kementrian kehakiman atas legislasi akuntansi yang
baru
3. Mewakili Jerman dalam organisasi akuntansi internasional seperti IASB Undangundang Akuntansi tahun 1985 secara khusus menentukan ketentuan akuntansi,
auditing, dan pelaporan keuangan yang berbeda-beda menurut ukuran perusahaan,
bukan menurut bentuk orgasisasi. Undang-undang Akuntansi 1985 secara khusus
menentukan isi dan bentuk laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi,
catatan atas laporan keuangan, laporan manajemen, dan laporan auditor. Berdasarkan
hukum komersial (HGB), metode pembelian/akuisisi adalah metode konsolidasi yang
utama, meskipun penyatuan kepemilikan juga dapat diterapkan dalam kondisi yang
terbatas. Dua bentuk metode pembelian yang diizinkan adalah metode nilai buku dan
metode revaluasi. HGB tidak mengatur translasi mata uang asing dan perusahaan di
Jerman menggunakan sejumlah metode. Perbedaan translasi diperlakukan dengan
beberapa cara, akibatnya perhatian khusus harus diberikan terhadap catatan laporan
keuangan di mana metode translasi mata uang asing harus dijelaskan.

http://intanayurubbiyati.blogspot.co.id/2013/06/tugas-minggu-ke-7-harmonisasiakuntansi.html
TUGAS MINGGU KE-7
HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL
1.

Memahami perbedaan harmonisasi dan standarisasi yang berlaku dalam


standar akuntansi.
Jawab:
Harmonisasi Standar akuntansi Internasional
Sejak tahun 1982, tujuan IASC telah berubah dari tujuannya semula untuk menyusun
satu standar akuntansi yang seragam untuk semua negara menjadi suatu proses
harmonisasi SAI. IASC mulai menyadari bahwa standardisasi merupakan usaha yang
sulit. Oleh karena itu alternatif lain adalah melakukan harmonisasi standar akuntansi
internasional. Harmonisasi adalah suatu usaha atau proses untuk meningkatkan
keserupaan atau kecocokan antara praktik akuntansi antarnegara dengan batasanbatasan tertentu, selama perbedaan tersebut tidak berkaitan dengan konflik logis (Meek
dan Saudagaran, 1990). Ada beberapa alas an diperlukannya untuk melaksanakan
harmonisasi, yaitu:
a) Fakta bahwa beberapa negara telah memberikan kontribusinya bagi pengembangan
akuntansi, seperti USA;
b) Pesatnya pertumbuhan dan perdagangan ekonomi dunia dan banyaknya
perusahaan multinasional yang beroperasi di suatu negara;
c) Beberapa negara sudah mengadopsi SAI untuk memecahkan masalah akuntansi
yang relevan bagi negaranya;
d) Harmonisasi sangat bermanfaat bagi suatu negara.
Ada 3 model pendekatan harmonisasi, yaitu: a) absolut uniformity, b) circumstantial
uniformity, dan c) purposive uniformity (Alhashim, 1982). Model pertama sama
denganstandardisasi yaitu mensyaratkan satu standar internasional untuk semua
negara.Pendekatan kedua membolehkan adanya perbedaan sebatas perbedaan
tersebut tidaksignifikan. Model ketiga diterapkan dengan mempertimbangkan kegunaan
dan kebutuhanpemakai. Harmonisasi merupakan usaha meningkatkan komparabilitas
praktik akuntansi.
Standardisasi Standar Akuntansi
Standardisasi akuntansi internasional adalah proses membuat satu standar yang umum
untuk semua negara. Hal ini berarti setiap negara wajib menerapkan satu standar
akuntansi internasional tanpa mempertimbangkan faktor-faktor beda yang ada pada
setiap negara. Pelaporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan. Akan tetapi
penerapan satu standar ini menyebabkan standar akuntansi menjadi sangat kaku dan
tidak dapat mengakomodasi perbedaan yang ada di antara negara yang satu dengan

negara yang lain. Perusahaan-perusahaan di suatu negara harus menghadapi dan


mengantisipasi tekanan sosial, politik, dan ekonomi dalam negeri, sementara harus
menyesuaikan diri dengan standar internasional yang sangat kompleks. Standardisasi
beranggapan bahwa tidak ada perbedaan antar negara yang satu dengan negara yang
lain. Anggapan ini sama sekali tidak benar sebab setiap negara memiliki
karakteristiknya masing-masing yang nyata berbeda. Standardisasi akuntansi
internasional dapat dicapai dengan tiga model pendekatan, yaitu a)international and
political agreement, b) profesional agreement, dan c) voluntary. Model pertama adalah
model penerapan standar karena ada perjanjian internasional atau perjanjian politik
yang bisa menyangkut wilayah regional tertentu atau lebih dari wilayah regional. Model
kedua standar akuntansi internasional diterapkan karena adanya perjanjian profesional
antara organisasi profesi akuntansi yang tergabung dalam sutau organisasi
akuntansi internasional seperti IASC/IASB. Dengan demikian IASC/IASB dapat
meminta anggotanya untuk mengadopsi dan menerapkan Standar Akuntansi
Internasional (SAI/IFRS). Model ketiga adalah pendekatan penerapan SAI secara
sukarela karena ada kepentingan atau motivasi tertentu dari suatu negara untuk
mengadopsi SAI.
2.

Menjelaskan pro dan kontra harmonisasi standar akuntansi internasional.


Jawab:
Keuntungan harmonisasi akuntansi internasional:
Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia
tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan
secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portfolio akan lebih
beragam dan risiko keuangan berkurang.
Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
strategi dalam bidang merger dan akuisisi.
Kritik atas standar internasional
Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971
(sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar
internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit.
Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah memiliki fleksibilitas yang
terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang
dimilikinya.
Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan
standar yang berlebihan. Perusahaan harus merespons terhadap susunan tekanan
nasional, social, politik, dan ekonomi yang semakin meningkat dan semakin dibuat
untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar.
Argumen terkait adalah perhatian politik nasional sering kali berpengaruh terhadap

standar akuntansi dan bahwa pengaruh politik internasional tidak terhindari lagi akan
menyebabkan kompromi standar akuntansi.
3.

Memahami arti rekonsiliasi dan pengakuan bersama (timbal balik) terhadap


perbedaan standar akuntansi.
Jawab:
Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama
Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk
mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas: (1)
rekonsiliasi dan (2) pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai imbal
balik/resiporitas). Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan
keuangan dengan menggunakan standar akuntansi Negara asal, tetapi harus
menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba
bersih dan ekuitas pemegang saham) di Negara asal dan di Negara dimana laporan
keuangan dilaporkan. Sebagai contoh, Komisi Pasar Modal AS (SEC).
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar Negara asal menerima
laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip Negara asal.
Sebagai contoh, Bursa Efek London menerima laporan keuangan berdasarkan GAAP
AS untuk pelaporan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan asing.

4.

Mengidentifikasi organisasi yang mempromosikan hormonisasi dan memiliki


peran penting dalam penetapan standar akuntansi internasional.
Jawab:
Enam organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi
internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional:
1. Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB)
2. Komisi Uni Eropa (EU)
3. Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
4. Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
5. Kelompok Kerja Ahli antar pemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar
Internasional Akuntansi dan Pelaporan (Internationals Standards of Accounting and
Reporting ISAR), bagian dari Konferensi PBB dalam Perdagangan dan Pembangunan
(United Nations Conference on Trade and Development UNCTAD).
6. Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi (Kelompok Kerja OECD).

5.

Mendeskripsikan pendekatan baru Uni Eropa dan mengaitkannya dengan


integrasi pasar keuangan Eropa.
Jawab:
Komisi mengumumkan bahwa EU perlu untuk bergerak secara tepat dengan
maksud untuk memberikan sinyal yang jelas bahwa perusahaan yang sedang berupaya

untuk melakukan pencatatan di Amerika Serikat dan pasar-pasar dunia lainnya akan
tetap dapat bertahan dalam kerangka dasar akuntansi EU. EC juga menekankan agar
EU memperkuat komitmennya terhadap proses penentuan standar internasional, yang
menawarkan solusi paling efisien dan cepat untuk masalah-masalah yang dihadapi
perusahaan yang beroperasi dalam skala internasional.
Pada tahun 2000, EC mengadopsi strategi pelaporan keuangan yang baru. Hal
yang menarik dari strategi ini adalah usulan aturan bahwa seluruh perusahaan EU yang
tercatat dalam pasar teregulasi, termasuk bank, perusahaan asuransi dan SME
(perusahaan berukuran kecil dan menengah), menyusun akun-akun konsolidais sesuai
dengan IFRS.
DAFTAR PUSTAKA
Meek, Gary. and Saudagaran S. (1990). A Survey of Research on Financial Reporting in
a
Transnational Context. Journal of Accounting Literature, 9, pp. 145-182.
Alhashim, D.D. (1982). International Dimensions in Accounting and Implications for
Developing Nations. Management International Review ($th Quarter), pp. 4-11.
Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional Buku 1,
Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.
Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional Buku 2,
Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.
TUGAS MINGGU KE-8
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL
1.

Memahami kesulitan-kesulitan analisis strategi bisnis internasional dan


strategi dasar untuk pengumpulan informasi.
Jawab:
Analisis strategi usaha sering kali rumit dan sukar dilakukan dalam lingkungan
internasional karena pendorong keuntungan yang utama dan jenis risiko usaha
berbeda-beda di tiap Negara. Seperti risiko aturan, risiko kurs valuta asing, dan risiko
kredit yang perlu dievaluasi dan dilihat secara koheren.
Analisis strategi usaha sulit dilakukan khususnya di beberapa Negara karena kurang
andalnya informasi mengenai perkembangan makroekonomi.
Memperoleh informasi mengenai industry juga sukar dilakukan di banyak Negara dan
jumlah serta kualitas informasi perusahaan sangat berbeda-beda. Ketersediaan
informasi khusus mengenai perusahaan sangat rendah di banyak Negara berkembang.
Akhir-akhir ini banyak perusahaan besar yang melakukan pencatatan dan memperoleh
modal di pasar luar negeri telah memperluas pengungkapan mereka dan secara

sukarela beralih ke prinsip akuntansi yang diakui secara global seperti Standar
Pelaporan Keuangan Internasional.
2.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

3.

Menjelaskan langkah-langkah analisis akuntansi.


Jawab:
Langkah-langkah melakukan analisis akuntansi :
Identifikasi kebijakan akuntansi utama
Dalam analisis akuntansi, analis harus mengidentifikasi dan mengevaluasi kebijakan
danperusahaan menggunakan untuk mengukur faktor-faktor kritis dan risiko.
Menilai fleksibilitas akuntansi
Tidak semua perusahaan memiliki fleksibilitas yang sama dalam memilih kebijakan
akuntansi utama
mereka dan
estimasi. Beberapa pilihan akuntansi
perusahaan ini sangat dibatasi oleh standar dan konvensi akuntansi.
Evaluasi strategi akuntansi
Ketika manajer memilih fleksibilitas akuntansi, mereka dapat menggunakannya untuk
menyampaikan situasi ekonomi perusahaan mereka atau untuk menyembunyikan
kinerjayang sebenarnya.
Evaluasi kualitas pengungkapan
Manajer dapat membuatnya lebih atau kurang mudah bagi seorang analis untuk menilai
kualitas akuntansi perusahaan
dan menggunakan laporan
keuangan untuk
memahamirealitas bisnis. Sementara aturan
akuntansi memerlukan
sejumlah
pengungkapanminimum, manajer memiliki pilihan yang cukup besar dalam masalah ini.
Identifikasi potensi adanya red flag
Sebuah pendekatan umum untuk analisis akuntansi yang berkualitas adalah mencari
"red flag" yang menunjuk pada keraguan kualitas akuntansi. Indikator-indikator
inimenunjukkan
bahwa
analis harus
memeriksa barang-barang
tertentu lebih
dekat ataumengumpulkan informasi lebih lanjut tentang mereka.
Membatalkan penyimpangan akuntansi
Jika analisis akuntansi menunjukkan angka yang dilaporkan perusahaan menyesatkan,
maka
analis harus
berusaha untuk
menyajikan
kembali
laporan
untuk
mengurangipenyimpangan sejauh mungkin.
Memahami pengaruh analisis akuntansi terhadap akuntansi antar negara dan
kesulitannya dalam memperoleh informasi yang diperlukan.
Jawab:
Tujuan analisis akuntansi adalah untuk menganalisis sejauh mana hasil yang
dilaporkan perusahaan mencerminkan, realitas ekonomi. Para analis perlu untuk
mengevaluasi kebijakan dan estimasi akuntansi, serta menganalisis sifat dan ruang
lingkup fleksibilitas akuntansi suatu perusahaan. Yang terakhir ini mengacu pada
diskresi manajemen dalam menentukan kebijakan dan estimasi akuntansi yang harus
diterapkan dalam suatu peristiwa akuntansi tertentu.72 Untuk memperoleh kesimpulan

yang dapat diandalkan, analis harus menyesuaikan jumlah akuntansi yang dilaporkan
untuk menghilangkan distorsi yang disebabkan oleh penggunaan metode akuntansi
yang menurut analis itu tidak layak. Sebagai contoh, analis mungkin menyakini bahwa
revaluasi atas aktiva tetap suatu menghasilkan nilai tercatat aktiva yang terlalu tinggi.
Para manajer perusahaan diperbolehkan untuk membuat banyak pertimbangan
yang terkait dengan akuntansi, karena merekalah yang tahu paling banyak mengenai
kondisi operasi dan keuangan perusahaan mereka. Fleksibilitas dalam pelaporan
keuangan merupakan hal penting karena memungkinkan manajer untuk menggunakan
pengukuran akuntansi yang paling mencerminkan situasi dan keadaan operasi tertentu
dari perusahaan. Namun demikian, manajer memiliki insentif untuk mendistorsikan
kenyataan operasi dengan menggunakan diskresi akuntansi yang dimiliki untuk
mendistorsikan laba yang dilaporkan. Satu alasannya adalah bahwa laba yang
dilaporkan sering kali digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja manajemen mereka.
Dua isu utama menjadi tantangan bagi mereka yang melakukan analisis akuntansi
dalam lingkungan internasional. Yang pertama adalah perbedaan antarnegara dalam
kualitas pengukuran, kualitas pengungkapan, dan kualitas audit; sedangkan yang
kedua menyangkut kesulitan dalam memperoleh informasi yang diperlukan untuk
melakukan analisis akuntansi.
Perbedaan antarnegara dalam kualitas pengukuran akuntansi, pengungkapan, dan
audit sangat dramatis. Karakteristik nasional yang menyebabkan perbedaan ini
mencakup praktik yang diwajibkan dan diterima secara umum, pengawasan dan
penegakan aturan, dan ruang lingkup diskresi manajemen atas pelaporan keuangan.
Auditor eksternal memainkan peranan yang penting dalam memastikan apakah
standar akuntansi dipatuhi. Sistem hukum memberikan mekanisme penegakan aturan
yang memastikan para auditor untuk tetap independen dalam praktiknya. Namun
demikian, lingkungan audit tidak seragam di seluruh dunia.
4.

Mengenali mekanisme untuk mengatasi perbedaan prinsip akuntansi antar


negara.
Jawab:
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi perbedaan prinsip
akuntansi antar Negara yaitu:
1.
Beberapa analis menyajikan ulang ukuran akuntansi asing menurut sekelompok
prinsip yang diakui secara internasional, atau sesuai dengan dasar lain yang lebih
umum.
2.
Beberapa yang lain mengembangkan pemahaman yang lengkap atas praktik
akuntansi di sekelompok Negara tertentu dan membatasi analisis mereka terhadap
perusahaan-perusahaan yang berlokasi di Negara-negara tersebut.

5.

Memahami kesulitan dan kelemahan dalam analisis laporan keuangan


internasional.

Jawab:
Kesulitan dan kelemahan dalam analisis laporan keuangan internasional:
a. Akses informasi Informasi mengenai ribuan perusahaan dari seluruh dunia telah
tersedia secara luas dalam beberapa tahun terakhir. Sumber informasi dalam jumlah
yang tak terhitung banyaknya muncul melalui World Wide Web (WWW). Perusahaan di
dunia saat ini memiliki situs web dan laporan tahunannya tersedia secara Cuma-Cuma
dari berbagai sumber lainnya.
b. Ketepatan waktu informasi Ketepatan waktu laporan keuangan, laporan tahunan,
laporan kepada pihak regulator berbeda-beda di tiap Negara.
c. Hambatan bahasa dan terminology.
d. Masalah mata uang asing.
e. Perbedaan dalam jenis dan format laporan keuangan.
6.

Memahami bagaimana menggunakan www untuk memperoleh informasi


penelitian perusahaan.
Jawab:
World Wide Web atau disingkat dengan WWW merupakan teknologi yang berkembang
dengan pesat dan inovatif. Karena teknologi tersebut, maka para penggunjung dunia
Internet dapat melihat halaman-halaman yang berisi teks, grafik, suara dan video yang
berisi gambar bergerak. Untuk berpindah dari satu halaman ke halaman lainnya kita
dapat menggunakan sarana penghubung yang disebut hypertext links. Bahasa yang
memungkinkan kita dapat menggunakan sarana penghubung tersebut dan melihat-lihat
halaman-halaman di Web ialah Hypertext Markup Language atau yang popular disebut
HTML.
Agar peneliti dapat mencari lokasi halaman Web tertentu, maka yang bersangkutan
harus mengaktifkan browser di layar monitor kemudian menuliskan alamat atau lokasi
dimana halaman-halaman yang akan kita cari tersebut berada. Nama lokasi Web
tersebut disebut sebagai URL atau Uniform Resource Locator. Sarana yang
memungkinkan terjadi komunikasi antara Web browser yang mengirimkan URL tertentu
dengan Web server ialah Hypertext Transfer Protocol atau HTTP. Oleh karena itu setiap
penulisan lokasi Web tertentu harus dimulai dengan kata http. Ketika server
menemukan halaman utama suatu situs, dokumen atau objek yang dicari maka server
yang bersangkutan kemudian mengirimkan kembali halaman utama suatu situs,
dokumen atau objek yang diminta tersebut ke browser klien dan memunculkan ke layar
monitor komputer peminta.
DAFTAR PUSTAKA
Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional Buku 1,
Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.

Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional Buku 2,
Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.
Ball, R. (2006). International Financial Reporting Standards (IFRS): Pros and Cons for
Investors. Accounting and Business Research. Vol 36. International Accounting Policy
Forum. pp. 5 27

http://dillalnc.blogspot.co.id/2012/03/akuntansi-internasional-tulisan-1.html
Akuntansi Internasional (Tulisan 1)
Nama : Ladilla Nur Chlorella
Kelas : 4EB14
NPM : 20208720
Akuntansi Internasional

Definisi Akuntansi Internasional :


Akuntansi internasional memperluas akuntansi yang bertujuan umum (general
purpose yang berorientasi nasional, dalam arti luas untuk
-

Pengukuran dari isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi transaksi2 bisnis
mulitnasional
-

Analisa komparatif internasional

Kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional

Harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-aktivitas politik,


organisasi, profesi dan pembuatan standar
Ada 3 kekuatan utama yang mendorong bidang akuntansi kedalam dimensi
internasional yang terus tumbuh. Kekuatan kekuatan itu adalah (1) Faktor lingkungan,
(2) Internasionalisasi dan disiplin akuntansi, dan (3) Internasionalisasi dari profesi
akuntansi.
Faktor-Faktor Lingkungan :
Baik Negara maju atau Negara berkembang besar atau kecil pada belahan bumi
yang satu ataupun yang lain, semuanya mengalami hubungan internasional yang lebih
erat dan ketergantungan ekonomi yang tinggi. Ada 15 faktor lingkungan yang memberi
dampak pada akuntansi. Pemilihan bersifat subyektif dan daftarnya bisa berubah
dengan
berlalunya
waktu.
Internasionalisasi Disiplin Akuntansi :

Tiga faktor Kunci telah memainkan peranan yang menentukan dalam


internasionalisme (bidang atau disiplin) akuntansi:
1.
Spesialisasi
Seperti halnya ilmu kedokteran, pada saat ini spesialisasi dalam akuntansi adalah suatu
fakta misal di USA dan Jerman.akuntansi internasionak adalah satu bidang keahlian
yang diakui dalam bidang akuntasi bersama-sama dengan akuntansi pemerintahan,
akuntansi perpajakan, auditing, akuntansi manajemen, akuntansi perilaku dan sistem
informasi.
2.
Sifat internasional dari sejumlah masalah teknis
Perdagangan internasional, operasi bisnis multinasinal, investasi asing dan transaksitransaksi pasar merupakan masalah yang unik dalam internasionalisme akuntansi
3.
Alasan historis
Sejarah akuntansi adalah sejarah internasional .Pembukuan double entry yang
dianggap sebagai asal mula akuntansi yang ada sekarang yang bermigrasi ke
beberapa negara termasuk indonesia. Wansan akuntasi dengan demikian, bersifat
internasional.

Jurnal Akuntansi Internasional


Sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip
akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di
seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi internasional adalah
pada saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi ekspor atau impor. Ekspor
diartikan sebagai penjualan ke luar negeri dan dimulai saat perusahaan penjual
domestic mendapatkan order pembelian dari perusahaan pembeli asing. Kesulitan
kesulitan mulai timbul pada saat perusahaan domestik ingin melakukan investigasi
terhadap kelayakan perusahaan pembeli asing. Jika pembeli diminta untuk memberikan
informasi finansial berkaitan dengan perusahaannya, ada kemungkinan bahwa
informasi finansial tersebut tidak mudah diinterpretasikan, mengingat adanya asumsiasumsi akuntansi dan prosedur akuntansi yang tidak lazim di perusahaan penjual.
Sebagian besar perusahaan yang baru terjun di bisnis internasional bisa
meminta bantuan kepada bank atau kantor akuntan dengan keahlian internasional
untuk menganalisis dan mengintepretasikan informasi finansial tersebut. Hal lain yang
harus diantisipasi adalah jika pembeli membayar dalam mata uang asing. Misalnya,
sebuah perusahaan di Indonesia melakukan ekspor hasil produksinya kepada
perusahaan di Amerika Serikat, dan pembeli membayar dalam dollar Amerika Serikat.
Perusahaan domestik harus mengantisipasi adanya rugi atau untung potensial yang

mungkin timbul karena perubahan nilai tukar antara saat order pembelian dicatat
dengan saat pembayaran diterima.
Pelaksanaan ekspor melibatkan banyak pihak seperti perusahaan pengiriman,
asuransi, bea cukai serta dokumen-dokumen penunjang lainnya yang disyaratkan luas
di seluruh dunia. Dalam hal ini tentunya juga perlu adanya antisipasi atas segala biaya
yang pada umumnya melibatkan pemakaian mata uang yang berbeda. Untuk impor,
kondisi-kondisi di atas sebaliknya akan ditemui oleh perusahaan penjual asing. Kondisi
yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan pembeli domestik adalah nilai tukar mata
uang domestik terhadap mata uang asing yang disepakati sebagai denominasi
pembayaran. Termasuk di dalamnya adalah pembayaran kepada forwarder dan
perusahaan pengiriman jika impor dilakukan dengan syarat free on board. Keterlibatan
perusahaan dalam akuntansi internasional juga tidak dapat dihindarkan saat
perusahaan membuka operasi di luar negeri, baik yang hanya berupa pemberian lisensi
produksi terhadap perusahaan milik pihak lain di luar negeri maupun pendirian anak
perusahaan di luar negeri. Dalam hal pemberian lisensi, perusahaan perlu
mengembangkan sistem akuntansi yang memungkinkan pemberi lisensi untuk
melakukan pengawasan atas pelaksanaan perjanjian kerja, pembayaran royalty dan
bimbingan teknis serta pencatatan pendapatan dari luar negeri dalam kaitannya dengan
pajak yang harus dibayar perusahaan.
Akuntansi untuk operasi anak perusahaan di luar negeri harus sesuai dengan
aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan institusi yang berwenang di negara
yang bersangkutan, yang berbeda dengan aturan-aturan di negara induk perusahaan.
Selain itu harus dibuat juga sistem informasi manajemen untuk memonitor, mengawasi
dan mengevaluasi operasi anak perusahaan serta membuat sistem untuk melakukan
konsolidasi hasil operasi perusahaan induk dan anak.
Akuntansi internasional menjadi semakin penting dengan banyaknya perusahaan
multinasional (multinational corporation) atau MNC yang beroperasi di berbagai negara
di bidang produksi, pengembangan produk, pemasaran dan distribusi. Di samping itu
pasar modal juga tumbuh pesat yang ditunjang dengan kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi sehingga memungkinkan transaksi di pasar modal internasional
berlangsung secara real time basis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Akuntansi :


Seperti halnya dunia bisnis pada umumnya, praktik-praktik akuntansi beserta
pengungkapan informasi finansial di perusahaan di berbagai negara dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Radebaugh dan Gray (1997:47) menyebutkan sedikitnya ada empat

belas faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi perusahaan. Faktor-faktor tersebut


adalah sifat kepemilikan perusahaan, aktivitas usaha, sumber pendanaan dan pasar
modal, sistem perpajakan, eksistensi dan pentingnya profesi akuntan, pendidikan dan
riset akuntansi, sistem politik, iklim sosial, tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan, tingkat inflasi, sistem perundang-undangan, dan aturan-aturan
akuntansi. Lebih rinci, Radebaugh dan Gray menjelaskan hubungan antara faktor-faktor
tersebut di atas dengan sistem akuntansi perusahaan sebagai berikut :
E Sifat kepemilikan perusahaan
Kebutuhan akan pengungkapan informasi dan pertanggungjawaban kepada publik lebih
besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang dimiliki publik dibandingkan dengan
pada perusahaan keluarga.
E Aktivitas usaha
Sistem akuntansi dipengaruhi oleh jenis aktivitas usaha, misalnya agribisnis yang
berbeda dengan manufaktur, atau perusahaan kecil yang berbeda dengan perusahaan
multinasional.
E Sumber pendanaan
Kebutuhan akan pengungkapan informasi dan pertanggungjawaban kepada publik lebih
besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan sumber pendanaan
dari para pemegang saham eksternal dibandingkan dengan pada perusahaan dengan
sumber pendanaan dari perbankan atau dari dana keluarga.
E Sistem perpajakan
Negara-negara seperti Perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan
perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negaranegara seperti Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang telah
disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang pajak dan
disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang saham.
E Eksistensi dan pentingnya profesi akuntan
Profesi akuntan yang lebih maju di negara-negara maju juga membuat system
akuntansi yang dipakai lebih maju dibandingkan dengan di negara-negara yang masih
menerapkan sistem akuntansi yang sentralistik dan seragam.
E Pendidikan dan riset akuntansi

Pendidikan dan riset akuntansi yang baik kurang dijalankan di negara-negara yang
sedang berkembang. Pengembangan profesi juga dipengaruhi oleh pendidikan dan
riset akuntansi yang bermutu.
E Sistem politik
Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada sistem
akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik di negara
tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat (central planning) atau
swastanisasi (private enterprises).
E Iklim sosial
Iklim sosial diartikan sebagai sikap atas penghargaan terhadap hak-hak pekerja dan
kepedulian terhadap lingkungan hidup. Informasi yang berkaitan dengan hal-hal
tersebut pada umumnya dipengaruhi atas sistem sosial tersebut.
E Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan menampilkan sisi
lain dari sistem akuntansi, antara lain dengan mulai diperhitungkannya depresiasi
mesin. Industri jasa juga memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak
berwujud seperti merek, goodwilldan sumber daya manusia.
E Tingkat inflasi
Timbulnya hyperinflation di beberapa negara di kawasan Amerika Selatan membuat
adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari
pendekatan historical cost.
E Sistem perundang-undangan
Di negara-negara seperti Perancis dan Jerman yang menggunakan civil codes, aturanaturan akuntansi yang dipakai cenderung rinci dan komprehensif, berbeda dengan
Amerika Serikat dan Inggris yang menggunakan common law.
E Aturan-aturan akuntansi
Standar dan aturan akuntansi yang ditetapkan di negara tertentu tentunya tidak
sepenuhnya sama dengan negara lain. Peran profesi akuntan dalam menentukan
standar dan aturan akuntansi lebih banyak ditemukan di negara-negara yangtelah
memasukkan aturan-aturan profesional dalam aturan-aturan perusahaan, seperti di
Inggris dan Amerika Serikat. Sementara itu Christopher Nobes dan Robert Parker
(1995:11)menjelaskan adanya tujuh faktor yang menyebabkan perbedaan penting yang
berskala internasional dalam perkembangan sistem dan praktik akuntansi. Faktor-faktor

tersebut antara lain adalah (1) sistem hukum, (2) pemilik dana, (3) pengaruh system
perpajakan, dan (4) kemantapan profesi akuntan. (5) inflasi, (6) teori akuntansi dan
(7) accidents of history .
E Sistem hukum
Peraturan perusahaan, termasuk dalam hal ini adalah sistem dan prosedur akuntansi,
banyak dipengaruhi oleh sistem hukum yang berlaku di suatu negara. Beberapa negara
seperti Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, Belanda menganut Sistem hukum yang
digolongkan dalam codified Roman law. Dalam codified law, aturan-aturan dikaitkan
dengan ide dasar moral dan keadilan, yang cenderung menjadi suatu doktrin.
Sementara itu negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat,dan negara-negara
persemakmuran Inggris menganut sistem common law. Dalam common law, dicoba
adanya suatu jawaban untuk kasus-kasus yang spesifik dan tidak membuat suatu
formulasi umum.
E Sumber pendanaan
Berdasarkan sumber pendanaan, perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua.
Kelompok yang pertama adalah perusahaan yang mendapatkan sebagian besar
dananya dari para pemegang saham di pasar modal (shareholder). Kelompok kedua
adalah perusahaan yang mendapatkan sebagian besar dananya dari bank, negara atau
dana keluarga. Umumnya di negara-negara dengan sebagian besar perusahaan yang
dimiliki olehshareholders namun para shareholders ini tidak mempunyai akses atas
informasi internal, lebih banyak tuntutan atas adanya pengungkapan (disclosure),
pemeriksaan (audit) dan informasi yang tidak bias (fair information).
E Sistem perpajakan
Sejauh mana sistem perpajakan dapat mempengaruhi sistem akuntansi adalah dengan
melihat sejauh mana peraturan perpajakan menentukan pengukuran akuntansi
(accounting measurement). Di Jerman, pembukuan menurut pajak harus sama dengan
pembukuan komersial. Sedangkan di banyak negara lain seperti Inggris, Amerika
Serikat dan juga termasuk Indonesia, terdapat aturan aturan yang berbeda antara
perpajakan dan komersial perusahaan. Contoh yang paling jelas mengenai hal ini
adalah depresiasi.
E Profesi akuntan
Badan-badan yang dibentuk sebagai wadah profesi ternyata berbeda-beda di setiap
negara, dan hasil yang berupa aturan-aturan atau standar dipengaruhi oleh bentuk,
wewenang dan anggota dari badan-badan tersebut. Di beberapa negara ditemui
adanya pemisahan profesi akuntan, sebagai ahli perpajakan atau hanya sebagai

akuntan perusahaan. Anggota suatu badan yang mengatur standar akuntansi bisa
terdiri hanya dari kalangan akuntan publik atau mengikutsertakan pihak-pihak dari
kalangan dunia usaha, industri, pemerintah dan kalangan pendidik. Tingkat pendidikan
dan pengalaman dalam dunia praktis sebagai syarat seseorang untuk bisa menjadi
anggota badan tersebut juga akan menentukan kualitas standar dan aturan akuntansi
sebagai keluaran yang dihasilkan.
E Inflasi
Di negara-negara dengan tingkat inlasi mencapai ratusan persen setiap tahun, seperti
di Amerika Selatan, penggunaan metode general price level adjustment menjadi relevan
mengingat adanya kebutuhan untuk menganalisis laporan keuangan secara lebih tepat
dibandingkan tetap menggunakan historical cost.
E Teori Akuntansi
Teori akuntansi sangat mempengaruhi pelaksanaan praktik-praktik akuntansi seperti
halnya yang terjadi di Belanda. Di negara ini para ahli teori akuntansi mengatakan
bahwa pengguna laporan keuangan akan mendapatkan penilaian atas kinerja yang
wajar
dari
sebuah
perusahaan
jika
akuntan
diperbolehkan
untuk
menggunakan judgment untuk memilih dan menampilkan angka-angka tertentu. Dalam
hal ini disarankan penggunaanreplacement cost information. Salah satu contoh
pengaruh
teori
akuntansi
terhadap
praktik
akuntansi
adalah
dengan
disusunnya conceptual framework.
E Accidents of History
Sistem dan praktik akuntansi tidak bisa lepas dari kondisi politik dan ekonomi di negara
yang bersangkutan. Kejadian-kejadian tertentu biasanya memberikan pengaruh yang
langsung terasa dalam penerapan metode tertentu. Krisis ekonomi di Amerika Serikat di
akhir tahun 1920-an memunculkan standar akuntansi yang mengharuskan adanya
pengungkapan (disclosure) data keuangan. Untuk Indonesia, krisis nilai tukar di
pertengahan tahun 1997 menyebabkan munculnya pernyataan atau interpretasi yang
berkaitan dengan penggunaan mata uang asing dalam pelaporan keuangan serta
perlakuan atas selisih kurs. Kolonialisasi juga menyebabkan negara yang diduduki
dengan sendirinya mengikuti sistem dan praktik akuntansi negara yang mendudukinya.
Standar akuntansi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dan kondisi hukum,
sosial dan ekonomi suatu negara tertentu. Hal-hal tersebut menyebabkan suatu standar
akuntansi di suatu negara berbeda dengan di Negara lain. Globalisasi yang tampak
antara lain dari kegiatan perdagangan antar Negara serta munculnya perusahaan
multinasional mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang
berlaku secara luas di seluruh dunia.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1204/3/akuntansi-firman.pdf.txt
. 2002 digitized by USU digital library
1
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
FIRMAN SYARIF, SE, MSI, AK
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
BAB 2. MENYEDIAKAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN
1. Pendahuluan
Faktor desakan pasar dan desakan peraturan mempengaruhi penyediaan informasi
keuangan kepada pihak luar perusahaan, dan mempengaruhi isi maupun
menyampaikan laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan manajemen
kepada pemegang saham untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan manajemen
mengenai keadaan perusahaan secara rinci. Bermujla dari tanggapan lisan hingga
tertulis yang juga meliputi misalnya laporan produksi dan eksplorasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemberian informasi kepada pihak luar mempertimbangkan
juga keputusan perusahaan dan keputusan pihak lain misalnya serikat industri dan
dagang serta pialang.
Manajemen mempunyai kebijaksanaan dalam mengungkapkan isi maupun waktu
penyampaian laporan keuangan tersebut dengan cara bervariasi.
2. Kekuatan Peraturan dan Ketersediaan Informasi Laporan Keuangan
Negara-negara seperti Jerman, Jepang, Swedia, Inggris dan Amerika Serikat dalam
mengungkapkan laporan keuangannya terikt dengan peraturan-peraturan seperti
perpajakan, compaines acts, dan SecurityExchange Commision (SEC) yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan perundang-undangan.
A. Kerangka Institusional di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat ada 4 pihak yang berperan menentukan laporan keuangan yaitu
pihak eksekutif, legislatif dan pihak pengadilan tertinggi. Pada level kedua terdapat
Dpartemen Perbendaharaan, SEC dan perwakilan-perwakilan pemerintah lainnya
(kedua level ini disebut institusi sektor publik). Pada level ketiga terdapat FASB,
AICPA dan NYSE, ASE. Sedangkan pada level keempat terdiri dari FAF, FEL dan
organisasi-organisasi yang berpengaryh lainnya (kedua level ini disebut institusi
sektor swasta). Level 1 memberikan wewenang kepada level 2 dan 3 untuk
mengumumkan standar laporan keuangan perusahaan, tetapi mempunyai
kemampuan untuk memusatkan kembali kekuasaannya. Misalnya pemberlakuan

metode akuntansi investment tax credit dan akuntansi untuk minyak dan gas bu,i.
SEC yang ada di Amerika Serikat telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan tentang
isi maupun kapan laporan keuangan itu diumumkan. FASB sudah banyak
mengeluarkan aturan-aturan standar laporan keuangan antara lain mengenai metode
akuntansi dan pengungkapan-pengungkapan yang dilaporkan perusahaan.
Selanjutnya NYSE mengeluarkan aturan mengenai perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di NYSE yang harus mengumumkan laporan keuangannya kepada
masyarakat, dan yang harus segera diumumkan antara lain dividen tahunan, laba
tahunan maupun dividen dan laba sementara.
B. Pengaruh Kekuatan Peraturan
Kekuatan peraturan merupakan faktor lain yang mempengaruhi laporan keuangan
misalnya, SEC memerintahkan kepada para manajer untuk mengungkapkan
replacement-cost pada alporan tahunanya, demikian juga untuk perusahaan minyak
dan gas bumi agar manajemen menggunakan Reserve Recognition Accounting (RRA)
terhadap cadangannya. Selanjutnya FASB mengamanatkan agar para manajer
Constant-Dollar dan Current Cost. Hal-hal lain yang diamanatkan SEC antara lain
. 2002 digitized by USU digital library
2
tentang perusahaan yang harus melaporkan 10.k-nya dalam 90 hari setelah akhir
tahun fiskal. Demikian pula FASB menginginkan perusahaan yang multi aktif untuk
mengungkapkan bagian data yang menyinggung pendapatan dan laba. Kebijakankebijakan diatur oleh pihak wewenang inipun juga berpengaruh tentang estimasi
penyesuaian laba dari perusahaan asurani jiwa sudah tidak menggunakan lagi
prinsip lamanya.
3. Bukti Pengungkapan yang tidak diatur
Pada tahun 1784, Bank Of New York mengeluarkan statement of condition dari
perusahaan dan tahun 1874 the Atchison, Topeka dan Santa Fe Railroad Co,
mengeluarkan laporan tahunan setebal 48 halaman yang isinya bermacam-macam,
Days Inn of America, Icn merupakan perusahaan penginapan sejak tahun 1976
mengeluarkan laporan tahunan yang demikian rincinya. Beberapa perusahaan
mengumumkan laporan bulanan, beberapa perusahaan di Austaralia, Inggris dan
Amerika Serikat mengungkapkan nilai pasar tanah pada laporan tahunannya yang
sebenarnya semua hal diatas tidak dikehendaki oleh peraturan-peraturan.
4. Kekuatan Pasar dan Penyediaan Informasi Laporan Keuangan
A. Kekuatan Pasar Modal
Perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar modal, dapat dilihat dari berbagai
dimensi seperti pinjaman bank. saham istimewa, tingkat bunga pinjaman, pajak
pembayaran dividen, hutang yang dapat dikonversi, yang akan mendesak

perusahaan untuk menyajikan informasi keuangan yang berhubungan dengan faktorfaktoe yang dijelaskan sebelumnya.
Ada dua hal yang penting mengenai padar modal ; (1) ketidakpastian tentang mutu
suatu produk, contohnya ada perusahaan yang mengeluarkan obligasi, tetapi
selanjutnya tidak mampu membayar pokok dan bunganya; (2) Ada biaya untuk
membayar tingkat bunga yang tinggi atas pinjaman bank.
Dari keadaan diatas, perusahaan mempunyai dorongan untuk menyediakan
informasi yang diyakini dapat menaikkan modal. Ada 4 mekanisme untuk
mengurangi kemungkinan kesalahan penyajian laporan keuangan yaitu ; (1) nama
baik poerusahaan; (2) nama baik manajemen; (3) jaminan pihak ketiga; (4)
hukuman atau denda.
B. Kekuatan Pasar Tenaga Kerja
Manajer dapat mengurangu komponen hutang perusahaan dengan cara menjual
semua asset selanjutnya menyelesaikan hutangnya, menginvestasikan kembali
semua asset perusahaan dalam jumlah tinggi dan membayar gaji tinggi, dan
mengurangi nilai komponen hutang. Para manajer yang merasa mampu untuk
menaikkan nilai perusahaannya, dapat menerima suatu kontrak untuk memperoleh
kebebasan kompensasi. Untuk memonitor kinerja manajemen dapat dilihat dapri
laporan keuangan. Mutu manajemen dapat dilihat dari kesimpulan yang ditarik dari
laporan keuangan tersebut.
C. Desakan pasar untuk mengendalikan perusahaan
Para manejer berusaha untuk mengendalikan perusahaannya terhadap kegiatan
pendanaan, investasi dan operasi dan ada usaha-usaha pihak ketiga untuk
mengendalikan ini tapi menemui kekakuan. Terdapat perseteruan antara para
manejer dengan pihak-pihak terteb\ntu lainnya. Untuk menguasai ini, maka
mereka berusaha untuk menguasai pengendalian di perusahaan.
5. Biaya-biaya dihubungkan dengan pengungkapan, meliputi : (a) biaya-biaya
pengumpulan dan pemrosesan (b) biaya-biaya proses pengadilan; (c) Biaya politik;
(d) biaya-biaya kerugian bersaing; (e) desakan kepada manajer.
6. Beberapa Komentar Umum
. 2002 digitized by USU digital library
3
1. Beberapa perbedaan pendapat mengenai peraturan-peraturan laporan keuangan
adalah dari penelitian (a) Arrow (1962), Gonedes dan Dopuch (1974); (b) Burton
(1974); (c) Watts dan Zimmerman (1978), Patell dan Wolfson (1982).
2. Terdapat pengakuan bahwa perusahaan yang mengungkapkan item-item yang tidak
dianjurkan bukan suatu sampel yang random, misalnya dari penelitian : (a) Anton
(1954); melaporkan bahwa 1 dari 3 perusahaan pasar menyajikan Fund Statement

secara teratur kepada pemegang saham; (b) Ruland (1979) melaporkan bahwa
variabel laba dalah lebih rendah untuk perubahan yang melaporkan labanya
sebaliknya lebih tinggi untu perusahaan yang tidak melaporkan labanya; (c) P.
Salmon dan Dhaliwal (1980) menemukan bahwa beberapa perusahaan yang
mengungkapkan segmen penjualan dan data laba secara signifikasi lebih besar
dibandingkan perusahaan yang tidak mengungkapkan data tersebut. Hal ini
berkaitan dengan pengungkapan line f business issue-issue yang belum terpecahkan
sampai saat ini adalah mengenai penelitian ukuran perusahaan yang dikaitkan
dengan biaya politik.

. 2002 digitized by USU digital library


4
BAB 3. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN: TEHNIK-TEHBIK DASAR
1. Pendahuluan
Analisis laporan keuangan adalah studi mengenai hubungan laporan keuangan pada
saat itu (at a point in time) dan dengan kecenderungan waktu yang sudah berlalu
(over time).
2. Tehnik-tehnik Cross-sectional
A. Common-Size Statemens
Salah satu dorongan untuk mengembangkan Commons-Size Statement adalah
masalah membandingkan laporan keuangan perusahaan yang berbeda ukurannya
berdasarkan persentase tertentu. Misalnya : PT A mempunyai hutang jangka
panjang $ 95.719 juta, PT B $ 76.810 juta. Ini bukan berarti bahwa PT A
mempunyai leverage yang lebih tinggi dari PT B. Statemen yang diperoleh
membentuk common-size statement. Contoh : PT A mempunyai total asset =
$530.301 juta, maka hutang jangka panjang
95719
76810
PTA=
x 100 % = 18 %, PTB =
x 100 % = 31,5 %
530301 243,915
Presentase-presentase pada neraca maupun laba rugi itu mencerminkan suatu
metode akuntansi (historical cost) dari masing-masing perusahaan yang
diperbandingkan investasi dan operasinya tentu berbeda.
B. Analisis Rasion Keuangan
Ada 7 kelompok rasio yang selalu disesuaikan dalam menganalisis laporan keuangan
dengan menggunakan tehnik cross-sectional, yaitu : (1) posisi kas, semakin tinggi

rasionya, semakin tinggi pula sumber-sumber kas yang tersedia diperusahaan; (2)
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan membayar kewajiban jagka pendak,
semakin tinggi rasio perusahaan, semakin tinggi pula posisi likuiditas nya; (3) Modal
Kerja/Arus kas, semakin tinggi rasionya, semakin besar modal kerja atau arus kas
yang dihasilkan perusahaan dalam operasinya; (4) Struktur Mddal, rasio struktur
modal menyediakan wawasan pengetahuan yang luas di mana nonequity capital
digunakan untuk mendanai asset perusahaan, semakin tinggi rasio-rasio di ats,
maka semakin tinggi pula bagian dari asset yang didanai oleh pihak-pihak yang
bukan pemegang saham; (5) Debt Sevice Coverage adalah kemampuan perusahaan
unuk membayar bunga tas kegiatan perusahaan yang harus diunasi kepada inon
equity suppliers of capital (pemberi modal), semakin tinggi rasionya, maka semakin
tinggi pula kemampuan perusahaan untuk melunasi pemnbayaran bunga kepada
pihak-pihak luar perusahaan. Rasio Debt Service Coverage dapat didasarkan pada
pembayaran bunga kepada pemberi modal pinjaman (pihak eksternal); (6)
Profitability adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan atas
biaya, semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pula kemampulabaan perusahaan; (7)
Turn Over assets, piutang dagang dan persediaan.
3. Tehnik-tehnik time-Series
Tehnik-tehnik ini digunakan untuk memperoleh wawasan mengenai kinerja
perusahaan, meliputi : (a) Tend Statement digunakan dengan memilih tahun
tertentu sebagai tahun dasar dan menyatakan nilai tahun berikutnya relatif terhadap
tahun dasar dan menyatakan nilai tahun beritutnya relatif terhadap tahun dasar.
Berdasarkan kesepakatan, bahwa tahun dasar diberi nilai 100; (b) Analisis Rasio
Keuangan adalah tehnik lain yang digunakan dalam anaslisis laporan keuangan; (c)
Ukuran-ukuran Variabilitas yang rasionya adalah
* Rasio tertinggi - rasio terendah
. 2002 digitized by USU digital library
5
Rasio Keuangan rata-rata
Bertujuan untuk memperluas satu tahun fiskal pada informasu yang dimiliki dalam
satu ukuran rasio tunggal.
4. Menggabungkan Laporan Keuangan dengan Informasi Laporan non
Keuangan.
A. Informasi - Pasar Produksi
Analisis ini memberikan wawasan pada pergeseran - Market Share dari contoh yang
bersifat tehnis terhadap perusahaan bir di Amerika Serikat, terlihat adanya
pergeseran-pergeseran market share, didasarkan pada jumlah yang dijual informasi
laba operasi yang diungkapkan pada laporan tahunan merupakan informasi lain yang

digunakan selain penjual per-barrelnya.


B. Informasi - Pasar Modal
Pasar modal akan memberikan informasi yang sangat luas dan dengan mengetahui
market capitalization (harga pasar per-equity share x jumlah sham biasa yang
beredar) akan diperoleh informasi mengenai hungan antara Profitability sekarang
maupun yang akan datang. Dalam analisis ini sering digunakan Price Earning Ratio (
PER).
* Market Capiotalization of Equity Shares
Net Income Available to Common
Semakin tinggi PER, maka semakin tinggi pula pendapatan yang akan datang relatif
terhadap pendapatan yang dilaporkan sekarang. Variabel pasar modal lainnya yang
sering didiskusikan adalah dividend pay out rasio :
* Dividen yang dibayar
Laba Bersih
C. Beberapa Komentar-komentar Umum. antara lain (1) Kecenderungan dalam
laporan keuangan adalah meningkatkan jumlah informasi pada laporan tahunan
bukan pada laporan keuangan yang utama ; (2) Issue-issue tentang pengelompokan,
pendefenisian saat menghitung rasio keuangan, menemui kesulitan bila menghiotung
debt to equity ratio, sebab pemakai dapat menggunakan pengklasifikasian yang
berbeda; (3) Faktor lain yang meningkatkan ketidakjelasan adalah pada saat
menghitung debt-to-equity ratio yaitu adanya metode-metode off-balance-sheet
financing yang berneda; (4) Rasio keuangan selalu dihubungkan dengan laporan
tahunan yang diterbitkan pada tahun 1982 Gibson meneliti laporan tahunan di
Amerika Serikat yang hasilnya bahwa banyak perusahaan melaporkan rasio
keuangan dengan tidak konsisten; (5) Beberapa kuesioner yang disebarkan kepada
para manejer dalam penelitian menunujukkan bahwa manajer akan melakukan
pengambilan keputusan yang bervariasi terhadap rasio-rasio keuangan dan
indikator-indikator keuangan lain yang diperolehnya; (6) Arus kas dikaitkan dengan
variabel-variabel lain adalah merupakan suatu hal pokok terhadap kepentingankepentingan manajemen dan pihak-pihak lain di luar perusahaan.

. 2002 digitized by USU digital library


6
BAB 4. Angka Laporan Keuangan : Beberapa Isu Dan Bukti Empiris

4.1. Pendahuluan
Bila menggunakan angka laporan keuangan, maka penting untuk mengkui (1)
asumsi-asumsi yang mendasari ukuran-ukurannya, seperti dalam bentuk rasio-rasio;
(2) Bukti empiris dari ukuran dan rasio-rasio tersebut.
Kegagalan mempertimbangkan kedua isu di atas, penggunaan alat statistik
yang tidak tepat serta pengumpulan data yang berlebih-lebihan dapat menghasilkan
penarikan kesimpulan yang salah.
4.2. Asumsi-asumsi analisis rasio
Data laporan keuangan biasanya diringkas dalam bentuk rasio. Motivasi
untuk meringkas data ini adalah (1) untuk mengontrol pengaruh perbedaanperbedaan ukuran perusahaan; (2) supaya data tersaji dengan baik, dan
memudahkan untuk analisis statistik misalnya analisis regresi dan alat-alat statistik
untuk mengobati gangguan-gangguan homoskedastisitas; (3) Untuk menyelidiki
bahwa teori mengenai rasio adalah merupakan variabel yang penting; (4) untuk
memanfaatkan observasi empiris, misalnya antara rasio keuangan dengan prediksi
kebangkrutan.
Keempat hal diatas dapat memotivasi untuk menganalisis data dalam bentuk
rasio-rasio. Suatu asumsi yang penting dalam menggunakan rasio-rasio tersebut
adalah adanya proporsi yang tegas antara numerator dan denominator.
Pada alasan-alasan ekonomi menganalisa laporan keuangan tidak dalam
bentuk rasio-rasio, walaupun asumsi-asumsinya tepat, namun penggunaan rasio
keuangan dapat kehilangan informasi yang penting.
4.3. Isue- isue Dalam Perhitugan Rasio
A. Denominator Negatif
Dimisalkan PT. A mempunyai shareholders equity yang negatif, maka pada
perhitungan rasio earning-to- shareholders dapat menghasilkan rasio yang salah
tafsir. Kemungkinan yang terjadi yaitu : (1) menghilangkan observasi sample; (2)
menyelidiki alasan-alasan mengapa denominatornya negatif dan selanjtnya
membuat penyesuaian-penyesuaian; (3) menggunakan rasio alternatif yang dapat
menangkap beberapa aspek profitability.
Dengan datangnya komputer yang dapat menghitung analisis rasio, analis dapat
mengetahui rasio itu, tetapi tidak dapat menelusuri komponen-komponennya. Oleh
sebab itu diperlukan tambahan pengecekan pada program komputer itu.
B. Observasi Outlier
Outlier adalah observasi yang muncul tidak konsisten, ada beberapa langkah yang
perlu dipertimbangkan bahwa observasi-observasi itu outlier.
Langkah pertama meliputi : (1) Apakaha da nilai yang berbeda dari suatu kesalahan
pencatatan. Pendekatannya adalah dengan melihat laporan tahunan, kemudia
membandingkannya dengan angka-angka yang mendasari perhitungan rasio itu; (2)

Apakah ada denominator dalam rasio itu mendekati nol.


Langkah kedua meliputi : (1) Menyelidiki accounting classification, kemungkinan
pencantuman net income yang keliru dapat menyebabkan outlier pada rasio earningto-sales; (2) Menyelidiki metode akuntansi, misalnnya rasio times interest-earned
yang kemungkinan melibatkan off-balance-sheet financing; (3) Menyelidiki hal yang
berkaitan dengan ekonomi, misalnya perusahaan menggunakan capital intensive
dibandingkkan labor intensive sehingga dengan volume sales yang tinggi
berpengaruh pada Rasio Profit Margin; (4) Menyelidiki perubahan struktural,
misalnya merger dapat menyebabkan observasi outlier, khususnya rasio-rasio yang
membandingkan neraca dan rugi laba post merger dan pre merger.
. 2002 digitized by USU digital library
7
Kemungkinan-kemungkinan lain yang dilakukann para analis dalam menghadapi
observasi-obsernvasi yang ekstrim tersebut meliputi; (1) Menghilangkan observasiobservasi ektrim sehingga menyajikan suatu yang sesuai dengan karakteristiknya;
(2) Menahan observasi-observasi ekstrim sehingga menyajikan suatu yang sesuai
dengan karakteristiknya; (3) Membuat adjustment-adjusment terhadap faktor-faktor
ekonomi dan akuntansi yang menyebabkan observasi ektrim; (4) Melakukan
winsorizing the sample, dengan merubah nilai observasi yang terdekat yang tidak
mencurigakan; (5) Trimming the sample dengan menghilangkan observasi Top N dan
Bottom N.
4.4. Pendistribusian Angka Laporan Keuangan
A. Pentingnya bukti distribusi
Beberapa contoh mengenai pentingnya pendistribusian angka-angka pelaporan
keuangan meliputi : (1) Dalam memutuskan meminjam uang di banh,s eorang analis
akan mempertimbangkan distribusi rasio keuangan peminjam; (2) Suatu keputusan
strategi perusahaan, yang memfokuskan kepada pergerakan rasio earning-to-sales;
(3) Keputusan untuk melakukan audit, dengan merancang pendekatan sampling,
apakah dengan random sampling approach aau stratified sampling approach yang
kesemuanya menggunakan karakteristik-karakteristik populasi keuangan; (4) Suatu
keputusan untuk menggunakan alat-alat statistik dalam menganalisis data laporan
keuangan, misalnya menggunakan t-test, probit, logit, pada situasi tertentu.
B. Fokus Pada Normalitas
Alasan Pertama, adalah bahwa distribusio angka-angka laporan keuangan yang
dianalisis, menyelidiki bahwa distribusi normal akan digunakan untuk menjelaskan
angka-angka tersebut. Alasannya adalah distribusi normal mempunyai ketertarikan
dengan mean dan standar deviasi saja yang cukup untuk mengkarakteristikkan
seluruh distribusi normal.
Alasan Kedua, adalah bahwa banyak analisis data ,laporan keuangan mendasarkan

asumsi bahwa data terdistribusi normal. Ahli-ahli statistik dan ekonomometri


menemukan suatu ketertarikan bila bekerja dengan data yang terdistribusi normal.
Disamping perhatian tertuju pada variable-variabel yang terdistribusi normal, jika
proporsi yang tegas tidak ada antara numerator dan denominator pada rasio
keuangan, maka dapat terjadi skewness (kemiringan) dalam distribusi seperti riset
yang dilakukan oleh Barnes 91982).
Apabila diasumsikan bahwa suatu distribusi normal adalah tidak valid untuk diteliti,
maka pilihan-pilihan yang tersedia meliputi : (1) Tentukan normalitas data, caranya
adalah dengan me-ranking observasi pada data yang diteliti dan mengkonversi
ranking ini pada angka distribusi normal yang diteliti dan mengkonversi ranking ini
pada angja distribusi normal yangb terstandrisir; (2) Usaha untuk mentransformasi
data; (3) Winsorizing data yaitu usaha untuk menentukan normality dengan cara
menghimpun kembali (resetting) observasi-observasi ekstrim menjadi lebih sedikit;
(4) Trimming the sample maksudnya adalah usaha untuk menentukan normality; (5)
Mengakui non normality tanpa mencoba untuk mengindentifikasi distribusi non
normal yang khusus, contohnya a) dengan data analisys menyelidiki distribusi
fractile dan precentile di samping hanya memfokuskan mean dan standar deviasi; b)
dengan menggunakan pemilihan alat statistik, meggunakan statistik non parametrik
yang disebut distribution free; c) menarik kesimpulan, jika alat-alat seperti regresi
ordinary least square digunakan, tidak menarik kesimpulan-kesimpulan dari hasilhasil yang kontijen pada asumsi normality; (6) Mengidentifikasi bentuk distribusi non
normal yang khsusu, yang mengkarakteristikkan data. Identifikasi ini didasarkan
pda a) suatu analisis dari bukti sampel; b) ketersediaan bukti sebelumnya; c) Suatu
analisis ekonomi dari distribusi rasio.
C. Aspek-aspek Distribusi, meliputi : (1) Central Tendency, diukur dengan
beberapa statistik, salah satunya adalah median (nilai tengah)( yaitu dihitung
. 2002 digitized by USU digital library
8
dengan meranking observasi yang tertinggi ke observasi yang terendah dan memilih
rasio nilai tengah dari distribusi itu; (2) Dispersi, Standard deviasi dan variance
adalah suatu contoh dispersi; (3) Skewness; (4) Kurtosis; (5) Studentized Range;
(6) Fractiles of the Distribution
D. Bukti yang diumumkan terhadap pendistribusian
1. Deakin (1976) meneliti distribusi 11 rasio keuangan di Amerika Serikat, pada
perusahaan manufaktur sejak 1953-1973, hasilnya adalah bahwa akan muncul
asumsi-asumsi normality untuk rasio akuntansi keuangan kecuali dalam kasus rasio
debt terhadap total asset.
2. Rickett dan Stover (1978) meneliti distribusi dari 11 rasio keuangan Bank-bank di
Amerika Serikat pada periode 1965-1974, hasilnya adalah suatu asumsi normality
dapat ditolak untuk sebagian besar rasio Bank komersial yang diteliti.

3. Frecka dan Hopwood (1983), meneliti 11 rasio keuangan seperti yang dilakukan
Deakin (1976). Fokusnya adalah mengenai pengaruh outlier pada distribusi rasio
keuangan, hasilnya adalah bahwa dengan menghilangkan outlir, maka normality
atau taksiran normality dapat diperoleh untuk populasi dari industri manufaktur dan
untuk kelompok industri yang khusus.
4. Bougen dan Druy (1980), yang meneliti distribusi dari 7 rasio keuangan di
Inggris pada lebih dari 700 perusahaan pada tahun 1975, hasilnya adalah bukti di
Inggris seolah-olah menunjukkkan bahwa non-normality disebabkan oleh tingkat
yang bervariasi terhadap skewness dan keberadaan dari outlier-outlier yang ekstrim.
5. Buijink dan Jegers (1984), yang meneliti sifat-sifat distribusi dari 11 rasio
keuangan untuk suatu sampel yang besar pada perusahaan-perusahaan di Belgia
pada periode tahun 1977-1981, hasilnya adalah bahwa rasio-rasio yang diberikan
menunuukkan adanya keadaan yang terus menerus dalam aspek-aspek distribusinya
masing-masing periode 1977-1981.
E. Beberapa bukti tambalan
Pendekatan-pendekatan yang ada untuk mengurangi sesuatu dari nrmality
meliputi a) Trimming the sample yang secara subtansial mengurangi sesuatu uang
diobservasi dari normality; b) Transforming rasio-rasio keuangan yang biasanya
digunakan untuk suatu distribusi skewness positif adalah 1) Tranformasi logaritmic
natural dan 2) Transformasi akar kuadrat. Kedua transformasi ini mengurangi
sesuatu yang diobservasi dari normality. Rasio-rsio CA/CL, CA+LTL/shareholders
equity, sales/A/R menyajikan semua observasi-observasi positif untuk masingmasing perusahaan dalam distribusi ini. Terhadap rasio-rasio yang lain, perusahan
dengan observasi-observasi yang negatif akan dihilangkan, ketika menggunakan 2
transformasi.
4.5. Kolerasi dan Comevement (pergerakan) diantara angka-angka laporan
keuangan.
Angka rasio-rasio yang digunakan untuk menghitung masing-masing
kelompok akan tergantung pada konteks keputusan yangdipertimbangkan. Satu
faktor yang penting adalah tingkatan rasio yang memberikan informasi overlap.
Suatu langkah awal yang bermanfaat dalam meneliti isue ini adalah pada masingmasing kelompok.
a) Kolerasi Cross-Sectional
Kolerasi cross-sectional antara rasio-rasio keuangan adalah penting bila
menggunakan rasio dalam suatu model statistik, misalkan adanya dua rasio yang
merupakan variabel independent dan dua rasio ini coliniear sempurna, maka dalam
hal ini, akan tidak dapat menghiotung estimasi koefisien-koefisien dari model itu.
Statistik untuk menyelidiki kolerasi antara 2 variabel adalah 1) Pearson Moment
Correlation statistic, dan 2) the Spearmen Rank Correlatrion statistic. Pearson
statistic adalah tepat jika distribusi untuk 2 variabel ditaksir normal, Spearmen tidak

mengasumsikan distribusi untuk 2 variabel tertentu.


. 2002 digitized by USU digital library
9
b) Time-Series Comovement
Rasio keuangan juga digunakan untuk menaksir perubahan-perubahan liquidity,
profitability, dan sebagainya. Satu pendekatan untuk memperoleh bukti atas isue
time-series comovement adalah dengan menyelidiki tingkat rasio keuangan yang
bergerak bersama.
c) Beberapa tambahan bukti
Dengan menggunakan compustant tape pada tahun 1983, (Text book table 4.4).
Secara umum kolerasi dab pergerakan rasio-rasio pada masing-masing kategori
adalah lebih tinggi daripada kolerasi dan pergerakan dari rasio-rasio yang diwakilkan
dan kategori-kategori yang berbed.

. 2002 digitized by USU digital library


10
BAB 5
ANGKA LAPORAN KEUANGAN DAN ALTERNATIF METODE AKUNTANSI
5.1. Pendahuluan
Bab ini membaahs : 1. Masalah-masalah dan bukti yang berhubungan
dengan metode akuntansi; 2. Pilihan-pilihan yang tersedia bagi para analis bila
menghadapi perbedaan metode-metode akuntansi. Banyaknya tekana-tekanan
untuk perubahan akuntansi menempatkan pemahaman pemilihan metode akuntansi
menjadi lebih tinggi. Perusahaan seperti Kabel Televisi mempunyai masalahmasalah istimewa membutuhkan metode akuntansi tertentu.
5.2. Angka yang dilaporkan dan Metode Akuntansi
Suatu perspektif interaktif angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, industri dan orientasiperusahaan. Faktorfaktr orientasi perusahaan meliputi : 1) Campuran bisnis terpadu vertikal, horizontal,
bisnis yang berhubungan dengan teknologi, atau bisnis konglomerat.; 2) Keputusan
perdanaa, contohnya, apakah pendanaan dinaikkan dengan equity, pinjaman bank,
hutang kepada masyarakat, leasing atau partner riset dan pengembangan. Apkah
bunga pinjaman bank, tetap atau berubah-ubah.; 3) Keputusan-keputusan operasi,
contohnya, apakah produk campuran akan dibuat, tingkat upah bagaimana yang
akan dibayar, tingkatr inventory bagaimana yang akan dilakukan, dan berapa biaya

yang dikeluarkan untuk penelitian dan pengembangan serta eksplorasi.; 4) Metode


akuntansi dan keputusan laporan keuangan yang lain, contohnya, aturan asset dan
hutang yang bagaimana akan diadopsi, aturan-atruan apa yang akan diadopsi untuk
pengakuan pendapatan dan beban, dan item-item apa saja yang akan
dikelompokkan sebagai extra ordinary..
Mengapa suatu perspektif interaktrif.
HASil riset Abdell-khalik (1981) melaporkan mengenai konsekuensi ekonomik pada
FASB statement no. 13 (Akuntansi untuk leaing). Statement ini menguraikan tentang
capital lease dan operting lease. Temuannya menjelaskan bahwa mayoritas
perusahaan memilih lease contract untuk menghindari kapitalisasi, hal ini meliputi
kebijakan-kebijakan penmdanaan perusahaan yang dipengaruhi oleh penyajian
neraca.
bukti riset yang dilakukan oleh Evans, Folks dan Jilling (1978) menemukan adanya
suatu interaksi antara FASB statement No. 8 (akuntansi untuk transaksi mata uang
asing) dan forward contract pada banyak negara.
Hasil riset Andrew (1983-1984) juga melaporkan hasil yang sama dan menghasilkan
FASB statement No.52.
5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi
A. Ketaatan terhadap peraturan
Banyak perusahaan menaati standar akuntansi yang dikeluarkan oleh pembuat
peraturan ketika menjelaskan perubahan dalam metode akuntansinya ; Du pont
mengadopsi SFAS No. 34 mengenai capitalization of interest cost, Mc Dermott sudah
mengadopsi metode persentase penyelesaian pengakuan pendapatan untuk kontrak
monstruksi kelautan dan mentaati kriteria yang tercantum pada The Statement of
Position Accounting for Performance of Construction-Type Contract yang dikeluarkan
oleh AICPA.
Perusahaan akan memperoleh opini .kulaifikasi. bila tidak butuh pada standar yang
diberikan oleh FASB.
B. Konsistensi dengan model akuntasi
Sebagian besar segmen literatur akuntansi menempatkan pemilihan metode
akuntansi alternatif harus didasarkan pada model akuntansi seperti matching cost
with revenues, conservatism dan objectivity.
. 2002 digitized by USU digital library
11
Statement yang diberikan manajemen pada laporan tahunannya terhadap perubahan
akuntansi sebagai berikut ; Perubahan dari FIFO ke LIFO dilakukan untuk
memperoleh kecocokan terhadap current cost dengan revenue, Perubahan dari LIFO
ke FIFO dilakukan karena pengaruh teknologi dan hasil cost of inventory dalam suatu
kecocokan current cost dengan current yang menggunakan FIFO.

C. Presentasi kenyataan ekonomi atau kebenaran


Manajemen selalu menggunakan .kenyataan ekonomi. dan kebenaran biula
menjelaskan suatu perubahan akuntansi. Dengan adopsi FASB statement No. 52
dan No. 8, maka ; kita meyakini bahwa adopsi FASB No. 52 akan menghapuskan
perubahan non ekonomi yang sudah mengganggu laporan earning perusahaan yang
beroperasi secara internasional, laba secara lebih jelas menyajikan suatu indikasi
yang benar terhadap kenyataan operasi ekonomi perusahaan, perusahaan telah
mengadopsi standar yang baru karena lebih tepat merepleksikan kenyataan ekonomi
dari pengelolaan suatu perusahaan internasional.
D. Membandingkan kenyataan ekonomi atau kebenaran
Hal diatas merupakan suatu faktor yang penting dalam memilih metode akuntansi
misalnya : perubahan yang dilakukan untuk mencocokkan metode penyusutan yang
okok dan digunakan oleh peruhahaan-perusahaan lain (produksi gula dan real
estate), untuk memperoleh perbandingan yang besar dengan praktek-praktek
akuntansi perusahaan-perusahaan industri yang lain, perusahaan merubah metode
akuntansinya untuk financial cost yang mendatangkan transfer piutang dengan
tanggung renteng (with resource) kepada perusahaan-perusahaan finance.
Komentar manajemen antara lain adalah karena adanya hubungan antara laba
dengan harga saham.
E. Konsekuensi ekonomi terhadap perusahaan
Pemilihan metode akuntansi dapat mempengaruhi nilai apsar atau suart-surat
berharga utang perusahaan setidak-tidaknya ada 5; 1) Pengaruh beba pajak, ada
hubungan antara metode akuntansi yang digunakan untuk tujuan akuntansi dan
untuk tujuan perpajakan; 2) Pengaruh pengumpulan data dan biaya operasi.
Pelaporan tanah dan bangunan berdasarkan historical cost lebih sedikit biayanya
dibandingkan dengan nilai pasar yang wajar; 3) Pengaruh biaya pendanaan
(financing cost). Jika perjanjian pinjam-meminjam tidak mengkhususkan metodemetode akuntansi tertentu, manajemen dapat membuat perubahan akuntansi untuk
mencegah adanya kecurangan teknis; 4) Pengaruh politik dan biaya pembuat
peraturan (regulatory). Pemerintah dan penyusun undang-undang mempunyai
kekuasaan untuk mentransfer kesejahteraan dari perusahaan ke pihak-pihak lain
dengan cara mengatur pemilihan metode akuntansi; 5) Redistribusi kekayaan
diantara para penuntut. Angka laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar
untuk mendistribusikan kekayaan berbagai pihak.
F. Konsekwensi ekonomi kepada manajemen
Kesejahteraan manajemen dapat dipengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi .
Pada beberapa cara misalnya program pemberian bonus yang didasarkan pada
persentase laporan laba. Dalam konteks ini manajemen berpotensi untuk memilih
metode akuntansi yang dapat meningkatkan present value dari paket
kompensasinya.

5.2. Perbedaan-perbedaan Metode Akuntansi: bukti dari Rumusan yang


Sistematis
A. Profil Perusahaan yang menggunakan alternatif akuntansi yang berbeda.
Keanggotaan industri adalah suatu variabel yang menjelaskan perbedaan-perbedaan
pada perusahaan yang memilih metode akuntansinya. Pola industri juga
dipertimbangkan untuk mengadopsi metode inventory LIFO.
. 2002 digitized by USU digital library
12
Foster (1980) meneliti profil perusahaan minyak dan gas yang menggunakan full
cost dan succesful-efforts pada akuntansi untuk biaya eksplorasi. Perbedaan yang
utama diantara dua metode ini adalah luasnya cost center yang digunakan untuk
mengakumulasikan biaya eksplorasi, akuntansi full-costy menggunakan suatu cost
center yang luas (misalnya di Amerika Serikat), sedangkan succesfull-effort
menggunakan suatu cost center yang sempit (misalnya di Alaska).
B. Profil Perusahaan yang membuat perubahan akuntansi
Ada beberapa penelitian sehubungan dengan hal ini antara lain; 1) Ball (1972)
melaporkan bahwa lima tahun sebelum perubahan akuntansi, suatu sampel terhadap
267 perusahaan yang membaut perubahan mempunyai pengalaman penurunan
harga surat-surat berharganya; 2) Bremser (1975) menjelaskan dari 80 perusahaan
yang mealaporkan kebebasan untuk memilih perubahan akuntansi menyatakan
adanya suatu pola yang lemah atau trend laba per lembar saham dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak melaporkan perubahan-perubahan akuntansi selama
periode yang sama; 3) Archibald (1976) melaporkan adanya pengaruh yang positif
dari pergantuian laporan laba rugi dan menjadi motivasi manajemen untuk
memperbaharui laporan labanya.
C. Bukti dari perbandingan Internasional
Perbedaan pada negara-negara yang penting untuk memahami bermacam-macam
metode akuntansinya mencakup adanya peran pemerintah dan penyusun peraturan
sektor publik, hubungan antara metode akuntansi yang digunakan untuk pajak dan
untuk pelaporan keuangan dan luasnya pasar modal.
5.5. Aneka Ragam Metode Akuntansi dan Perbandingan antar Perusahaan
Seorang analis harus mempertimbangkan sedikit-dikitnya 3 pilihan yang
dihadapi dengan aneka ragam metode akuntansi.
Pilihan 1. Jangan membuat penyesuaian-penyesuaian pada angka laporan
keuangan. Ada beberapa motivasi untuk mengadopsi pilihan ini; a) Perusahaan
secara nasional harus memilih metode akuntansinya yang akan memberikan yang
terbaik untuk kebijaksanaan ekonominya; b) Informasi yang tidak cukup tersedia

untuk membuat penyeseuaian-penyeseuaian di mana analis memandangnya sebagai


sesuatu yang dapat dipercaya; c) Konteks keputusan terhadap pemakaian angka
akuntansi adalah sebagai insentif terhadap pemilihan metode akuntansi.
Pilihan 2. Membuat penyesuaian-penyesuaian dengan menggunakan informasi yang
tersedia, oleh sebab itu semua perusahaan akan mempunyai metode akuntansi yang
seragam. Informasi ini dapat berupa footnote, diskusi manajemen dan sebagainya.
Pilihan 3. Membuat penyesuaian-penyesuaian menggunakan tehnik-teh nik
approximasi, oleh sebab itu semua perusahaan mempunyai metode akuntansi yang
seragam.
A. Penyesuaian yang digunakan perusahaan berdasarkan pada taksiran.
Dalam beberapa hal, informasi disediakan kepada para analis eksternal untuk
menggunakan sekumpulan metode akuntansi.
FASB statement No. 33 yang memberikan wewenang kepada perusahaanperusahaan di Amerika Serikat melaporkan tambahan informasi current cost.
Perusahaan yang menggunakan metode inventory yang berbeda pada laporan
utamanya semua menggunakan metode yang seragam (current cost).
B. Penyesuaian-penyesuaian yang menggunakan teknik-teknik aproksimasi.
FASB statement No. 33 mengungkapkan banyaknya perusahaan yang mendasarkan
pada teknik-teknik aproksimasi. USAha untuk mengevaluasi manfaat teknik yang
utama dengan melihat alasan dari asumsi-asumsi sederhananya, mengabaikan
pentingnya penyelidikan dalam konteks keputusan teknik-teknik penyesuaian.
5.6. Metode Akuntansi Alternatif dan Variabel Keuangan
. 2002 digitized by USU digital library
13
Ada 2 masalah yang berhubungan dengan pengaruh metode akuntansi
alternatif pada rasio-rasio keuangan dan variabel keuangan lainnya.
1. Apakah pengaruh rasio keuangan dari semua perusahaan yang secara konsisten
menggunakan metode akuntansi A sebagi lawan dari semua perusahaan yang secara
konsisten menggunakan model B .
2. Apakah pengaruh rasio keuangan jika suatu sub bagian perusahaan
manggunakan metode akuntansi A di mana sub bagian lain menggunakan metode B
.
A. Keseragaman dan variabel-variabel keuangan
Pengaruh dari angka-angka laporan keuangan terhadap alternatif metode akuntansi
akan diillustrasikan dengan referensi pada akuntansi untuk masalah perubahan
harga.
B. Keanekaragaman dan variabel-variabel keuangan
Beberapa argumen mengatakan bahwa keanekaragaman di akuntansi pada metode
akuntansi adalah suatu keterbatasan dari akuntansi konvensional. Beberapa faktor

harus dapat dipertimbangkan sehubungan dengan masalah keanekaragaman ini ; 1)


Konteks dalam hal menggunakan data keuangan; 2) Ketersediaan dari metode
penyesuaian angka yang dilaporkan untuk mengurangi diversitas; 3) Ketersediaan
dari sumber-sumber informasi yang bersaing.
Riset mengenai dioversitas metode akuntansi dilakukan oleh Dawson, Neupert, dan
Stickney (1980). Fokusnya adalah kolerasi antara 1) Variabel yang didasarkan pada
angka laporan keuangan; 2) Variabel yang dipicu setelah mengkonversi angka yang
dilaporkan kepada hal yang didasarkan suatu metode akuntansi yang seragam.
Hasilnya bahwa semakin tinggi kolerasinya, maka sedikit kemungkinan kesmipulan
yang ditarik dari rasio keuangan yang dipengaruhi oleh keaneka ragaman metode
akuntansi.

. 2002 digitized by USU digital library


14
BAB 6 : Analisis Cross-Sectional Terhadap Informasi Laporan Keuangan
6.1. Pendahuluan
Data laporan keuangan selalu digunakan dalam bentuk komparatif seperti 1)
Aplikasi Cross-Sectional dengan membandingkan satu entity dengan entity lainnya
pada waktu yang sama; 2) Aplikasi Time-Series dengan membandingkan satu entity
pada angka yang berbeda saat itu.
Analisis Cross-Sectioanal digunakan pada : 1) Penilaian merger atau akusisi
2) Penilaian kinerja manajemen dan kompensasi eksekutif 3) Prediksi keuangan dan
4) Keputusan kebijakan publik mengenai kelebihan laba pajak.
6.2. Kriteria yang Digunakan Untuk Memilih Perbandingan
Pendekatan-pendekatan alternatif untuk mendefenisikan entity yang sama
yaitu : 1) Kesamaan pada sisi penawaran misalnya sama pada proses produksi,
sama pada distribusi jaringan kerja, dan seterusnya. Faktor-faktor utama yang perlu
dipertimbangkan adalah fisikal atau struktur teknolgi dan kesamaan produksi.
Standar Industrial Classification bertujuan mengelompokkan perusahaan pada 2-3-4
digit industri. 2) Kesamaan pada sisi permintaan, menekankan kesamaan pada
produk akhir dan persepsi pelanggan terhadap subtitusi produk. Perbandingan sisi
pendapatan dapat pada perspektid jangka pendek atau jangka panjang. 3)
Kesamaan dalam atribut pasar moda, di mana saham mempunyai atribut yang sama
seperti, resiko, kepemilikan yang saha. Alokasi sumber daya pada perusahaan anak
mempunyai perbedaan karakteristik pada sisi penawaran dan permintaan. Rasio
seperti return on capital, cash flow per sales dapat menjadi input pada keputusan

alokasi sumber daya manejerial.


Robert Morris Associates 91983) menerbitkab data cross-sectional pada industri yang
sama dengan menggunakan fokus sisi penawaran dan ukuran perusahaan. Dun dan
Bradstreet menggunakan bentuk yang sama dengan data pada rasio-rasio bisnis.
Lisciandro.s 91983), menganalisis perusahaan truk Amerika dengan
mengelompokkan data secara cross-sectional.
6.3. Pemilihan yang Aggregate pada Analisis Cross-Sectional
Analisis mempunyai bermaca pilihan untuk mengumpulkan rasio-rasio
perusahaan-perusahaan dengan cara: 1) Menggunakan ukuran central tendency
seperti media, ataupun mean; 2) Menggunakan central tendency dan ukuran dispersi
misalnya media dan interquartile range, mean dan standar deviasi; 3) Menggunakan
prcentile atau fractile dari distribusi rasio dan 4) Menggunakan ranking dan rasio
masing-masing perusahaan.
6.4. Masalah Ketersediaan Data pada Analisis Cross-Sectional
Pertimbangan harus dilakukan bila membuat kesimpulan pada data crosssectioanal
A. Ketidak tersediaan Data
Dengan alasan: 1) entity yang dimiliki oleh perusahaan multiactivity menyediakan
laporan keuangan yang terbatas; 2) entity tidak melaporkan informasi laporan
keuangannya ke publik; 3) entity dimiliki perusahaan asing yang menyediakan
laporan keuangan yang terbatas. Pada beberapa negara seperti Singapura, Inggris,
Malasya ada beberapa pesaing domestik yang efisien perusahaannya dapat
dibandingkan dengan negara-negara lain.
B. Periode Pelaporan Non Synchronous
Tabel 6.4. menyajikan periode laporan tahun fiskal perusahaan di beberapa negara.
Tidak semua perusahaan menggunakan cut off akhir bulan pada tahun fiskalnya, dan
tidak semua mempunyai angka kalender yang sama pada masing-masing tahun
fiskal.
. 2002 digitized by USU digital library
15
Jika semua perusahaan dalam sampel tidak mempunyai akhir tahun fiskal yang
dapat dieprbandingkan, masalah dapat muncul dalam membuat kesimpulan
mengenai profitability atau ukuran perusahaan yang relatif. Ketika membuat
perbandingan antar perusahaan dari negara-negara yang berneda, data
nonsynchronous menajdi masalah. Negara-negara membedakan rumus laporan
tahun fiskal dan juga membedakan periode laporan interim.
C. Ketidakseragaman Metode Akuntansi
Dalam situasi ini, ketidakseragaman metode akuntansi dapat dieprbandingkan atas

dasar rasio. Tetapi bila analis memutuskn bahwa keseragaman metode akuntansi
diinginkan, maka satu dari beberapa pilihan dapat diadopsi; 1) Keterbatasan sampel
dalam mengadopsi metode akuntansi yang seragam; 2) Menggunakan teknik-teknik
penaksiran untuk menyesuiakan angka-angka yang dapat dilaporkan yang dipicu
dengan menggunakan metode alternatif.
6.5. Informasi Line-of-Business (LOB)
Analisis cross-sectional perusahaan pada industri-industri tertentu akan
menggunakan informasi LOB yang disajikan pada laporan tahunan dn interim.
A. Insentif dari Perusahaan terhadap Pengungkapan Data LOB
Argumen ditujukan kepada invetor yang meminta data LOB berhubungan dengan
penaksiran resiko, teturn dan prospek-prospek pertumbuhan dari masing-masing
kegiatan individu. Jika kegiatan individu berbeda dalam aspek ini, data LOB
berpotensi dapat menunjukkan fakta ini. Banyak perusahaan-perusahaan
mulstiactivity menyediakan laporan LOB yang terbatas sebelum diberi wewenang.
Pihak membuat undang-undang telah mengizinkan perusahaan-perusahaan
multiactivity berbeda dalam menyajikan data LOB. Perusahaan-perusahaan Amerika
mempunyai perbedaan yang dapat dipertimbangkan dengan aspek-aspek sebagai
berikut : 1) Apakah perusahaan memandang entity-nya sebagai multi-activity entuty
atau ingle-activity entity; 2) Bagaimana kegiatan-kegiatan indivisu dikelompokkan
menjadi LOB individu; 3) Bagaimana tranfer-transfer intersegmen akan dihargai
dengan menghitung penjualan dan laba LOB individual; 4) Bagaimana alokasialokasi biaya bunga dan sumber daya dibuat pada LOB individual.
B. Implikasi Perubahan Struktural dan Organisational
Bila menggunakan data LOB, adalah penting untuk mengakui faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi angka-angka yang dilaporkan, meliputi : 1) Akuisisi bila
perusahaan baru diperoleh, keputusan harus dilakukan apakah perusahaan baru
akan ditujukan sebagai LOB yang terpisah atau mempunyai kegiatan-kegiatan
individu yang dialokasikan pada keberadaan LOB; 2) Pembebasan, 3) Perubahan
organisasi dalam struktur organisasi perusahaan dapat terjadi dengan berbagai
alasan disamping akusisi dan divestitures (pembebasan) untuk memperoleh suatu
fokus operasi yang lebih baik atas pasar-pasar barang jadi, mengurangi biaya
overhead yang berlebihan dan sebagainya; 4) Perubahan-perubahan dalam sistem
pelaporan internal laba dan penjualan yang dilaporkan untuk LOB individual adalah
suatu fungsi dalam abgian metode transfer pricing yang digunakan dan metode
alokasi biaya oberhead yang diterapkan.
6.6. Perbandingan-perbandingan Rasio-rasio Keuangan Suatu Industri
Jika distribusi current ratio masing-masing industri sama, akan ada sedikit
penyelidikan yang terpisah terhadap deviasi current ratio perusahaan dari rata-rata
industrinya.

A. Defenisi dari Suatu Industri


Pendekatan-pendekatan alternatif meliputi fokus dari suatu atau lebih atribut-atribut
berikut mengenai defenisi industri yang diterima secara universal.
1) sama dalam pemakaian bahan baku; 2) sama dalam proses produksi; 3) sama
dalam produk akhir; 4) sama dalam kelompok pelanggan.
. 2002 digitized by USU digital library
16
Penelitian mengenai organisasi industrial antara lain dilakukan oleh Bain (1952),
Stigler dan Sherwin (1983).
B. Sumber informasi mengenai perusahaan dalam suatu industri meliputi: 1) Suatu
kode yang sudah diumumkan atau dikelompokkan perusahaan kepada industri
tertentu; 2) Perusahaan yang telah ditunjuk oleh analis surat-surat berharga dan
sumber-sumber lain sebagai persaingan pada pasar yang sama; 3) Hasil dari suatu
proyek di mana perusahaan dikelompokkan ke dalam industri-industri yang
didasarkan pada commonalities empiris.
C. Bukti Pada Perbedaan-perbedaan Indutri
Tabel 5.. menyajikan bukti adanya perbedaan-perbedaan numerikal pada median
rasio-rasio keuangan meliputi 12 rasio yakni: 1) Cash + Marketable Securities/Total
Asset; 2) Current Asset/Current Liabilities; 3) Cash Flow from Operation/Sale; 4)
LOB Term Liabilities/Stockholders Equity; 5) Operating Income/Interest Payment; 6)
Net Income/Stockholders; 7) Sales/Total Asset; 8) Sales/Account Reseivable; 9) Cast
of Goods Sold/Inventory; 10) Price to Earning Ratio; 11) Dividentd Payout; 12) Total
Asset.
6.7. Perbandingan Rasio-rasio Keuangan Internasional
Maslah yang muncul pada perbandingan rasio keuangan Internasional
meliputi: 1) Perbedaan prinsip-prinsip akuntansi yang diadopsi masing-masing
negara; 2) Perbedaan aturan-aturan perpajakan yang diadopsi masing-masing beraa
dan hubungan antara prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan untuk pajak dab
yang digunakan untuk pelaporan keuangan; 3) Perbedaan-perbedaan dalam
pendanaan, operasi dan pengaturan bisnis lainnya pada masing-masing negara; 4)
Perbedaan-perbedaan dalam kultur, institusional dan lingkungan politik masingmasing negara.
Banyak peneliti-peneliti dari Jepang, Korea dan Amerika meneliti mengenai
rasio keuangan seperti kisalnya Choi et.al (1983) menelitu apakah perbedaanperbedaan dalam prinsip akuntansi menjelaskan perbedaan-perbedaan observasi
pada rasio keuangan perusahaan pada industri yang sama dengan negara yang
berbeda.

BAB 7 : Analisis Time-Series Terhadap Informasi Laporan Keuangan


7.1. Pendahuluan
Bab ini meneliti perilaku earning, sales dan return on equity. Topik ini
penting dengan alasan; 1) berperan untuk ramalan; 2) Untuk menilai ramalan
selanjutnya dan menilai revisi model yang digunakan untuk ramalan. Analisis time. 2002 digitized by USU digital library
17
series juga penting dalam konteks non ramalan seperti : 1) Mengevaluasi kinerja
manajemen; 2) Meneliti dugaan manajemen melakukan manipulasi earning; 3)
Merancang suatu komponen Profit Sharing terhadap program kompensasi eksekutif;
4) Keputusan-keputusan manajemen atas alternatif metode-metode akuntansi; 5)
Dugaan kelebihan profit dilakukan dan menjelaskan sumber-sumber earning yang
dilaporkan; 6) Proses di mana kegiatan bisnis tergnggu oleh bencana.
7.2. Masalah Perubahan Struktural
A. Masalah Perubahan Struktural
Banyak dari perhitungan statistik dibentuk pada data laporan keuangan
mengasumsikan bahwa time-series adalah seimbang. Struktur perubahan dapat
terjadi dari faktor-faktor seperti: 1) Perubahan deregulasi pemerintah; 2) Perubahan
dalam persaingan produk-produk lain atau dari perusahaan yang baru; 3)
Perkembangan teknologi yang merubah hubungan antara cost-volume dan profit; 4)
Akusisi atau pembebasan.
Mengenai mergernya Dupont dengan Conoco, (Tabel 7.1) menyajikan keuangan
kedua perusahaan. Jika salah satunya merger, maka akan ada perubahan struktural
dengan beberapa opsi sebagai berikut: 1) Mengkombinasikan Dupont dan Conoco

untuk periode pre merger dab membangun model time-series pada seri gabungan
ini; 2) Mengkombinasikan Dupont dan Conoco untuk periode sebelum merger dan
membuat penyesuaian-penyeseuaian untuk opsi 1; 3) Mengabaikan pre merger dan
Conoco dan memfokuskan pada Dupont series; 4) Meneliti hanya post merger
terhadap Dupont.
B. Perubahan-perubahan Metode Akuntansi
Periode waktu yang digunakan pada model time-series dari kata akuntansi menurut
jenisnya mempunyai range dari 10 s/d 50 tahun untuk data tahunan dan 5 s/d 15
tahun untuk data interim.
Pilihan yang tersedia pada analisis time-series bila perubahan-perubahan akuntansi
terjadi meliputi : 1) Jangan membuat adjustment dengan anggapan abhwa
perubahan itu adalah immaterial atau bahwa perubahan itu adalah suatu anggapan
yang tepat oleh manajemen; 2) Memperhatikan semua-semua observasi pada timeseries tetapi membuat adjusment; 3) Meneliti observasi-observasi itu dalam timeseries yang dipicu dari metode akuntansi yang sama.
C. Masalah-masalah Pengelompokan Akuntansi
Seorang analis akan mengadopsi suatu pola waktu yang berbeda atau
pengelompokan kejadian-kejadian yang diwakilkan dalam laporan keuangan.
D. Perlakuan dari Obervasi-observasi Analisis Time-Series.
Ada tiga: 1) Ekonomi, meliputi hypothesis ex ante mengenai pola yang sistematik
yang diharapkan pada data time-series dan analisis ex post dari faktor-faktor
penyebab yang melandasi perilaku time-series; 2) Visual, meliputi kumpulan data
dan selanjutnya menyelidiki untuk setiap pola yang sistematis; 3) Statistikal,
meliputi penggunaan alat-alat statistik sperti auto correlogram untuk menmdeteksi
pola-pola yang sistematik di dalam data. Dalam contoh data keuangan kwartalan
PT. Dayton-Hudson, revenue dan net earning-nya naik karena: 1) meningkat pada
skala operasi dengan perluasan toko yang baru dan meningkatkan ukuran toko; 2)
akusisi dan rantai eceran lainnya; 3) inflasi menyebabkan naiknya revenue nominal
dan net earning nominal.
7.4. Analisis Ekonomik Data Time-Series
A. Analisis Faktor Kasual
Ada 4 kelompok penting dari keputusan manajemen yang dapat mempengaruhi
time-series dari angka-angka laporan keuangan yaitu: 1) Mix of business Decision,
misalnya akankah perusahaan mengoperasikan single line of business (LOB),
sekumpulan bisnis yang terpadu secara vertikal dan horizontal. Teknologi yang
. 2002 digitized by USU digital library
18
berhubungan dengan bisnis, atau suatu kumpulan bisnis konglomerat.; 2)
Keputusan pendanaan (financing) misalnya, akankah uang perusahaan ditingkatkan

dengan leasing, meminjam di bank, surat-surat berharga dan lain-lain, akankah


pinjaman uang dari bank dengan bunga tetap atau berubah. Akankah saham dibeli
kembali .; 4) Keputusan laporan keuangan meliputi: aturan-aturan asset dan liability
yang bagaimana akan diadopsi, aturan-aturan apa yang akan diadopsi untuk ukuran
revenue dan expense dan item apa yang akan dikelompokkan sebagai extra ordinary
.
B. Seasonality
Dengan mengasumsikan bahwa seorang analis mengobservasi bukti yang kuat dari
pola seasonal dalam laporan interim earning dan sales series dari suatu perusahaan.
Sumber-sumber yang memungkinkan dari pola seasonal ini meliputi: 1) Event date
induced, misalnya pada hari besar tertentu pembelian produk eceran sangat tinggi
pada saat cuaca panas; 2) penyebab cuaca, misalnya penjualan soft drink yang
tinggi pada saat cuaca panas; 3) sebab dari siklus pelaporan, misalnya perusahaan
mempunyai siklus pelaporan 12 minggu, 12 minggu, 12 minggu dan 16 minggu
maka tidak mengherankan bila pada kwartal ke sales san net earningnya tinggi. Dua
teori untuk perhitungan net income interim untuk perusahaan-perusahaan dengan
seasoality adalah toeri intergral dan teori discrete. Menurut teori discrete, masingmasing periode laporan independen apa yang dikeluarkan dalam peiode interim itu
untuk iklan, biaya tetap dan sebagainya dicatat sebagai beban pada periode itu.
C. Analisis Ex Post Versus Analisis Ex Ante
Analisis ex post berarti memahami apa yang terjadi dan analisis ex ante meramal
apa yang akan terjadi. Ex post sesungguhnya lebih hebat daripada ramalan.
7.5. Manajemen Earning, Perataan (Smoothing) dan Big Bath
Presfektif yang biasa dalam laporan keuangan adalah bahwa manajemen
manages atau smooth prilaku earning, manajemen yang membuat keputusan
mengenai campuran bisnis, pilihan financing dan kegiatan operating dapat
mempengaruhi prilaku time-series dan earning yang dilaporkan.
Statement earnings manajement atau smoothing berarti bahwa manajemen
manipulasi angka.
A. Daerah-daerah yang potensi terhadap Investasi Manajemen meliputi : 1) Sales,
misalnya dengan memindahkan penjualan yang dilakukan pada periode berikutnya
ke periode yang sekarang; 2) Expenses, misalnya pelanggan dipecah dari yang
hanya memesan satu ke beberapa pesanan.
B. Keabsahan dan Keputusan Perundag-undangan
Ada gray area antara earning manajement melalui praktek-praktek bisnis dan
earning manipulation.
C. Big Bath
Satu fenomena berhubungan dengan earning manajement muncul pada beberapa
label misalnya the big bath, the clean sweep, clearning the decks dan house keeping.

. 2002 digitized by USU digital library


19

BAB 8. PERAMALAN INFORMASI KEUANGAN


8.1. Pendahuluan
Ramalan keuangan dibuat atau diguanakan oleh banyak pihak termasuk para
analis sekuritas, lembaga pinjaman dan manajemen; a) Analis sekuriras meramal
earning dan variabel lain mulai dari jangka pendek sampai dengan jangka panjang
(tingkat pertumbuhan earning 5 tahun); b) Lembaga pinjaman. Prosedur pinjaman
yang diikuti pada banyak istitusi keuangan meliputi ramalan earning klien dan arus
kas sesuia perjanjian pinjaman; c) Manajemen. Suatu aktivitas manajemen yang
penting adalah analisis strategi perusahaan dan bagian integral dimana ramalan arus
kas atau implikasi earning dari alternatif kombinasi financing, investing dan perating
termasuk pengumuman ramalan earning ke publik.
8.2. Alternatif Pendekatan-pendekatan Peramalan, meliputi : 1) Pendekatan
mekanikal versus non mekanikal. Pada pendekatan mekanikal, data input digabung
dalam suatu cara tertentu dengan diberikan data base dan model yang dipilih sama,
serta ramalan yang sama akan selalu dibuat. Pada pendekatan non mekanikal, tidak
. 2002 digitized by USU digital library
20
terdapat hubungan tertentu antara data yang diselidiki dengan ramalan yang buat;
2) Pendekatan single-variabel (univerbal) versus multiple-variable (multivariate).
Pendekatan univariate hanya meneliti satu variabel saja untuk meramal. Pendekatan
multivariate, menyelidiki lebih dari satu variabel serta digunakan bila meramal.
Terdapat beberapa pendekatan yang digunakan untuk meralmal variabel-variabel
laporan keuangan meliputi ; 1) Univariate/Mechanical contohnya: The equality
weighted moving average model; 2) Univariate/non Mechanical seperti Freehand
perhitungan perencanaan earning dengan time series; 3) Multivariate/Mechanical,
contohnya pendekatan ini didasarkan pada analisis statistikal yang sistematis dan
model-model ekonometrik dab skala yang luas dapat juga dijadikan pendekatan; 4)
Multivariate/non Mechanical, dimana para analis sekuritas mengadopsi pendekatan
ini terhadap peramalan earning.
Banyak sumber-sumber informasi kuantitatif dan kualitataif diperhitungkan
misalnya ramalan macro economics, laporan asosiasi dagang industri, laporan

tahunandan interim kunjungan perusahaan dan interview dengan manajemen.


8.3. Kriteria untuk Mengevaluasi Peramalan
Penilaian yang rinci dari mutu ramalan menginginkan analisis keputusan
khusus yang menggunakan ramalan. Illustrasinya meliputi :
. Konteks investasi yang tujuannya adalah untuk mendeteksi salah penilaian
sekutitas.
. Konteks investasi dimana tujuannya adalah untuk menyeimbangkan pembayaran
bunga yang tinggi.
. Konteks divestiture dengan tujuan untuk meramal earnings masa depan yang
dipicu dari pembagian perusahaan. Ramalan diniali dalam literatur peneitian dengan
menggunakan ukuran kesalahan.
A. Ukuran Kesalahan Ramalan meliputi: 1) Dispersi yang diukur dalam Mean
Absolute Error (MABE) dan Mean Square Error (MSE). Semakin besar MABE (MSE),
maka semakin besar pula besarnya kesalahan peramalan. Keakuratan biasanya
dihubungkan dengan dispersi kesalahan ramalan. Variabel-variabelnya yang dapat
digunakan untuk mendeflaasi kesalahan ramalan meliputi ; a) ukuran tinggi
peramalan; b) ukuran variabilitas ramalan c) variabel dalam tingkat keputusan
dimana ramalan digunakan. 2) Bias, ramalan dikatakan tidak bias, jika expected
value dari kesalahan ramalannya adalah nol.
B. Masalah-masalah Ramalan Masa Yang Akan Datang
Penelitian yang dilakukan oleh Moizer dan Arnold (1982) dan Arnold, Moizer dan
Noreen (1983) menunjukkan bahwa analisis sekuritas menuntut untuk mempunyai
ramalan masa depan bertahun-tahun. 84 % dari analis Amerika dan 75 % dari
Inggris menggunakan ramalan masa depan lebih dari 12 bulan ke depan.
8.4. Properti-properti dari Ramalan Analisis Surat-surat Berharga
Peramalan earning dapat diperoleh dari: 1) Sumber-sumber primer berupa
laporan-laporan yang dikeluarkan oleh apra analis; 2) Sumber-sumber sekunder
laporan-laporan yang memilih dan mendistribusikan ramalan earning yang dibuat
oleh para analis pada berbagai institusi, contohnya sumber-sumber sekunder
meliputi a) Lynch, Jones dan Ryan.s Institusional Brokers Estimate System (IBES), b)
Standard & Poor.s the earnings Forecaster, dan c) Zacks Investment Research Icarus
Service. IBES dan Icarus pada gambar 8.2 dan 8.3 mengumpulkan rincian-rincian
analis sekuritas mengenai ramalan laba per lembar saham untuk 1 tahun ke depan
(FY1) dan 2 tahun ke depan (FY2) dan taksiram tingkat pertumbuhan laba per
lembar saham 5 tahun . Para pemesan dapat memperolehnya dari para analis
sekuritas maupun pada perusahaan tertentu. Masing-masing ringkasan data
didasarkan pada; 1) Kumpulan-kumpulan dari para analis untuk masung-masing

. 2002 digitized by USU digital library


21
perusahaan; 2) Kumpulan-kumpulan dari para anlis untuk semua perusahaan dalam
suatu industri.
A. Bukti Revisi Peramalan
Penelitian atas revisi peramalan analis skuritas telah menemukan beberapa hasil
sebagai berikut : 1) Pada setiap satu bulan kalender, beberapa analis sekuritas akan
melaporkan suatu revisi dari peramalan earnings, seperti yang dialkukan Brown,
Foster dan Noreen (1985). Buchenroth dan Jennings (1984) memberikan bukti
terahdap frekuensi perubahan dalam ramalan laba per lembar saham mingguan
yang dialporkan pada data base Icarus. Periode riset, 1978-1983, sampel sebanyak
805 peruasahaan, ukuran yang diteliti adalah mean dari ramalan-ramalan para
analis. Hasilnya adalah sebagaimana dengan ramalan masa depan, ada sedikit
eprubahan minguan dalam ramalan earning mingguan dan perubahannya yang lebih
laus; 2) Ketika para analis meramal laba per lembar saham untu beberapa tahun
peramalan, ada kolerasi yang positif terhadap revisi peramalan yang kontemporer
pada tahun-tahun ke depan. Brown, Foster dan Noreen (1985) juga melaporkan
hasil penelitiannya dari para analis sekuritas di Wells Fargo Investement Advisor.
Pada periode 1977-1980, para analis ini meramal laba per lembar saham tiap
tahunnya untuk ramalan 5 tahun k e depan. Dari data yang ada, satu konsekuensi
dari kolerasi positif ini didalam revisi peramalan yag kontemporaneous pada tahuntahun yang akan datang adalah pengurangan dari tambahan kandeungan infomasi
dari reviai peramalan pada tahun-tahun kemudian masa yang akan datang.
B. Bukti Kesalahan Peramalan
Banyak pelaksanaan penelitian mengenai kesalahan peramalan yang dibuat oleh
para analis sekuritas. Temuan di dalam literatur adalah bahwa besarnya kesalahan
peramalan yang dibuat oleh para analis surat berharga dikurangi sebagaimana
pendekatan pengumuman laba per lembar saham yang diramal. pada penelitian
Brown, Foster dan Noreen (1985), kesalahan peramalan dihitung dengan 4 cara: 1)
Yang tidak dideflasi (undeflated); 2) Deflasi oleh perubahan laba per lembar saham
rata-rata pada peride 1976-1980; 3) Deflasi oleh harga surat-surat beharga pada
akhir bulan; 4) Deflasi oleh laba per lembar saham aktual.
Pada tabel 8.3 adalah daftar rata-rata (mean) kesalahan peramalan yang absolut
dan berpengaruh luasnya ramalan untuk perusahaan pada data base 1 BES. Ada 2
rata-rata (mean) yang dihitung dengan mengeluarkan 10 perbedaan yang negatif
dan 10 perbedaan yang positif. Pada tabel 8.3 dan figur 8.4 menjelaskan suatu
rumus yang sama. Analis laba per lembar saham meramalkan bahwa pengumuman
pendekatan laba per lembar saham aktual menjadi lebih akurat. Crichfield,
Dyekman, dan lakonishok (1978I juga meneliti hal yang sama, hasilnya sama untuk
peramalan yang dibuat pada periode 1967-1976.

Penelitian mengenai sumber-sumber kesalahan peramalan earning dilakukan oleh


Elton, Gruber, dan Gultekin (1984). Mereka meneliti mengenai kesalahan
peramalan, tentang: 1) Ketidakmampuan para analis untuk memprediksi laba per
lembar saham bagaimana sebaiknya; 2) para analis salah menafsirkan kinerja
industri yang berbeda; 3) ketidak mampuan untuk meramal bagaimana masingmasing perusahaan berbeda dari rata-rata industrinya. Kesimpulannya adalah
bahwa mayoritas kesalahan dalam peramalan muncul dari kesalahtafsiran kinerja
industri dan kinerja perusahaan.
C. Para Analis Surat Berharga versusu Mode Time-Series
Ada 2 sumber yang dapat diakses terhadap peramalan earning yaitu; 1) para analis
surat-surat bergharga, dan 2) model mekanikal yang menurut jenisnya yaitu
univariate time series. Sudah banyak penelitian yang meneliti tentang keakuaratan
peramalan laba per lembar saham yang dilakukan dengan 2 cara di atas. Hasil
risetnya adalah para analis menyediakan peramalan yang akurat dari model timeseries, seperti yang sudah dilakukan Brown, Griffin, Hagerman, dan Zmijewski
. 2002 digitized by USU digital library
22
(1984). Ada beberapa penjelasan mengenai keakuratab meramal dengan model
univariate time-series: 1) Para analis mempunyai keuntungan dengan model
univariate time series; 2) Para analis mempunyai akses informasi yang lebih luas
dibandingkan dengan hanya penggunaan time-series dengan model univariate
sebagai contoh, para analis dapat juga mengakses informasi peramalan macro
economics.
8.5. Hal-hal Mengenai Manajemen
Ramalan laab, penjualan atau variabel lain yang diumumkan manajemen
berbeda dengan dikeluarkan oleh para analis atas beberapa dimensi: 1) Ramalan
manajemen diumumkan pada beberapa bagian tertentu saja dari perusahan,
sementara para analis meramal dengan lebih luas; 2) Tiap tahun, ramalan
manajemen hanya pasa satu ramalan saja, sementara itu, para analis merevisi
ramalannya bertahun-tahun; 3) Ramalan manajemen tidak selalu dikeluarkan
dengan satu point estimates. Figuir 8.5 menyajikan ramalan tingkat pertumbuhan 5
tahun untuk penjualan ditambah ramalan arus kas lima tahun dan juga
mengungkapkan asumsi-asumsi yang digunakan. Laporan tahunan Masco telah
memenangkan awards untuk Excellence In Financial Reporting.
A. Karakteristik Perusahaan yang Melaporkan Ramalan
Ada beberapa penelitian yang meneliti tentang karakteristik-karakteriktik
perusahaan yang melaporkan ramalan dan perusahaan-perusahaan yang tidak
mengungkapkan ramalannya. Satu temuan yang selau konsisten adalah laporan
perusahaan yang mempunyai suatu kekurangan pada variabel earning atau laba per

lembar saham. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Imhoff (1978) yang
menemukan bahwa untuk net income, net income before extraordinary items,
operating income dan earning per share, ramalan mempunyai variability earning
yang lebih rendah. Waymire (1985) lebih jauh lagi meneliti masalah ini dalam suatu
analisis terhadap 466 ramalan laba per lembar saham tahunan perusahaan yang
dilaporkan pada The Wall Street Journal menemukan bahwa perusahaan
mengeluarkan ramalan earning lebih sering dikarakteristikkan dengan kurangnya
proses volatilitas earning relatif dibandingkan dengan perusahaan yang
mengeluarkan proyeksi tersebut atas suatu dasar yang infrequent (tidak sering).
Variabel lain yang diteliti adalah mengenai ukuran perusahaan.
B. Bukti Kesalahan Peramalan
Penelitian yang dilakukan oleh Hegerman dan Ruland (1979) menyimpulkan tentang
adanya suatu kolerasi yang signifikan antara ramalan masa yang akan datang
dengan keakuratan ramalan manajemen,
C. Manajemen Versus Para Analis Sekuritas
Manajemen secara potensial dapat melakukan ramalan. Rencana produksi masa
yang akan datang dan anggaran iklan. Masalah yang penting adalah apakah
ramalan manajeme lebih akurat dari ramalan para analis. Penelitian Hassel dan
Jennings (1984) menemukan bahwa ramalan npara analis lebih akurat dibanding
ramalan manajemen yang diumumkan setelah minggu ke-0. Waymire (1984) juga
menemukan temuan yang sama. Hasil penelitian Schroeder dan Klaassen (1984)
menemukan bahwa ramalan Revenue, semua kesalahan prediksi lebih kecil bagi
manajemen dibanding analis, walaupun perbedaannya sangat tidak impresive.
Untuk ramalan profit, manajemen dan analis meliputi: 1) Kehilangan fungsi yang
dihadapi manajemem dan para analis bila ramalannya tidak membutuhkan
kesamaan; 2) Analis-analis dan manajemen mempunyai manfaat resiprocal dari
interaksi satu sama lainnya dan ada insentif dari komunikasi satu sama lainnya; 3)
Manajemen mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi variabel-variabel
peramalan melalui financing, operating ataupun keputusan produksi dan mempunyai
insentif ekonomi yang kuat untk memiliki laporan tingkat earning perusahaan.

. 2002 digitized by USU digital library


23
8.6. Gain yang Diperoleh Terhadap Peramalan
A. Aggregating dari Para Peramal
Suatu temuan penting pada beberapa konteks adalah bahwa konsensus peramalan
adalah lebih akurat dibandingkan dengan peramalan individual. Penelitian yang
dilakukan oleh Zarnowitz (1982) tentang ramalan makro ekonomi menjelaskan
bahwa kesalahan peramalan yang dilakukan oleh para ekonomi kurang dari kolerasi
yang sempurna dan mengenai proses aggregation, kebanyakan dari kesalahan para

ekonom tertunda dari satu sama lainnya. Caoggin dan Hunter (1982-1983) meneliti
ramalan laba per lembar saham yang kesimpulannya : .Konsensus adalah ramalan
laba per elmbar saham yang terbaik untuk satu tahun kedepan. pada tahun-tahun
tertentu yang ditargetkan.
B. Aggregating terhadap Pendekatan Peramalan
Penelitian Cooper dan Nelson (1975) mengilustrasikan tentang bagaimana
menggabungkan peramalan model ekonometrik dan model time series Box Jenkis
dapat memperbaharui peramalan atas variabel-variabel seperti GNP dan tingkat
pengangguran. Kesimpulannya adalah bahwa tidak ada model tunggal tertentu atau
predicator yang dapat dikatakan mendominasi yang lainnya dalam hal kandungan
informasinya, selanjutnya secara umum berisikan suatu tambahan informasi yang
marjinal yang dapat berguna untuk eksploitisir.
Penelitian yang dilakukan oleh Makridakis dan Winkler (1983) menemukan bahwa
dengan menggunakan manfaat praktikal yang dapat dipertimbangkan untuk
peramalan, dalam hal menjadikan ramalan lebih baik dan menrunkan variabilitas
keakuratan.
Aplikasi laporan keuangan untuk pendekatan ini adalah penggabungan time-series
dan ramalan analis ke dalam suatu ramalan laba per lembar saham, earnings dan
sebagainya.
BAB 9. Pasar Modal dan Informasi yang Efisien
9.1. Pendahuluan
Laporan keuangan berperan penting dalam pasar modal; 1) Bagi Investor.
Fokus disini adalah dalam pemilihan Portofolio, obligasi dan investasi lainnya oleh
perorangan, perusahaan atau institusi; 2) Pasar Aggregate. Fokusnya adalah apda
keseibangan harga sekuritas, obligasi dan investasi lainnya. Peranan ini meliputi
harga sekuritas yang relatif dan absolut, obligasi dan investasi0investasi lainnya.
9.2. Pasar yang Efisien
A. Masalah Defenisi
Pasar modal dikatakan efisien terhadap suatu informasi jika harga pasarnya secara
penuh mempunyai implikasi terhadap return dari informasi tersebut. Ada tiga aspek
penting dalam hal pendefenisian pasar yang efisien yaitu: 1) Berfokus pada variabelvariabel para aggregate seperti harga sekuritas atau return sekurits, dan bukan pada
perilaku para partispan; 2) Berfokus pada hubungan ex ante antara distribusi return
dan informasi sekuritas; 3) Pasar yang efisien didefenisikan dengan kaitannya pada
informasi tertentu.
B. Mekanisme Efisien yang Diperoleh
Ada dua penjelasan sehubungan dengan pasar modal informationality efficient dan
information inefficiencies; 1) Satu penejelasan untuk pasar yang efisien adalah
adanya kegiatan persaingan dari para analis sekuritas. Masing-masing analis

mendeteksi mispriced securities dan menciptakan hedging portfolio yang sempurna


dengan net investment 0 (null) tetapi expected returns yang bukan 0 (null).
Penjelasan pasar yang efisien dihubungkan dengan persaingan pasar; 2) Penjelsan
yang kedua adalah mengenai angka-angka. Tiap-tiap analis dapat membuat
kesalahan keputusan atau kesalahan estimasi. Kesahan-kesahan ini akan
didiverdifikasi dalam proses penetapan harga. Dalam penejelasan ini, bahwa
. 2002 digitized by USU digital library
24
semakin besar jumlah para analis, semakin rendah kolerasi antara kesalahan
keputusan atau kesalahan estimasi yang dibuat oleh para analis, maka pasar
semakin efisien. Ada beberapa faktor penting yang menjelaskan hubungan antara
informasi dengan harga sekuritas:1) Pengungkapan informasi perusahaan,
contohnya dengan pengungkapan informasi, akan meminimalisir pengabaian pasar
dan menyebabkan harga pasar sekuritas yang benar; 2) Faktor kedua yang penting
adalah luasnya hubungan antara informasi dengan harga sekuritas serta insider
trading. Bahwa informasi dari dalam akan lebih cepat mempengaruhi harga.
C. Prespektif pasar Modal yang Tidak Efesien
Model pasar yang efisien adalah seperti model ekonomi yang lain. Sudah banyak
penelitian empiris yang mendukung pernyataan ini, tetatpi tidak secara universal
menerima model ini.
Return sekuritas dan laporan laba yang tidak efesien
Hipotesis mengenai hubungan antara return sekuritas dan laporan laba per lembar
daham tidak konsistensi dengan pasar efisien yang mempunyai akses pada informasinformasi tertentu: 1) Hypothesis Mekanistik menyatakan bahwa pasar modal
berkaitan dengan laporan laba per lembar saham, tanpa pertimbangan metodemetode akuntansi yang digunakan untuk menghitung laba per saham, atau
keuntungan serta kerugian yang mendasari laba per lembar di samping berfokus
pada periode ke depan untuk beberapa tahun. Contoh Hypothesis mechanistic adalah
penelitian yang dilakukan olah Briloff.s (197) skenario Ajax Aero Computer dengan
illustrasi Dirty Pooling pada akuntansi untuk akuisis.

9.3. Alternatif Invesrment Styles


Satu cara pengelompokan investment adalah dengan pendekatan aktif atau
pasif: 1) Pendekatan aktif mengasumsikan bahwa pasar modal misprice assets dan
bahwa investor mengadopsi pendekatan ini merasa bahwa investor mempunyai
kemampuan untuk mendeteksi dan menyelidiki mispricing ini; 2) Pendekatan pasif
yang mengasumsikan bahwa pasar modal tidak misprice sekuritas atau jika benar,
investor tidak mempunyai kemampuan untuk mendeteksi mispricing.

9.4. Pendekatan Investasi Aktif


A. Analisis Teknikal
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa ada systematic dependencies pada market
return sekuritas yang dapat dieksploitasi pada hasil abnormal returns. Contoh
Analisis Teknikal adalah Analisis Trend dan Realtive Strength Analysis. Analisis
Teknikal mengasumsikan bahwa pasar modalnya adalah tidak efisien dan bahwa ada
informasi harga terdahulu yang diabaikan dari pasar modal. Data laporan keuangan
jarang b erperan dalam pendekatan ini. Pembuktian suksesnya Analisis Teknikal ini
dapat diklasifikasikan pada dua kategori; 1) Bukti Systematic dependensi pada
return sekuritas (contohnya: autokolerasi return sekuritas); 2) Bukti-bukti pada
return yang diperoleh dengan aturan-aturan dagang yang dirancang untuk
mengeksploitisir possible dependencis pada return sekuritas.
Bukti Systematic Dependencies
Kendall (1953) melaporkan hasil penelitiannya mengenai perubahan-perubahan
mingguan 19 Indices Brtish Industrial Share Prices dan pada in Spot Prices untuk dua
komoditas. Fama (1965) meneliti sampel auto kolerasi dari return harian untuk tiaptiap 30 Dow Jones Industrial pada periode 1957-1962. Fama menyimpulkan bahwa
model Random Walk menyediakan suatu taksiran proses pelaksanaan return
sekuritas harian dari saham Dow Jone. Granger (1972) menyimpulkan bahwa
kebanyakan penelitian menemukan hypothesis random walk, dalam sati bentuk atau
yang lain, untuk memberikan sedikit-dikitnya suatu penaksiran ekstrim terhadap
apapun yang dapat menjadi kebenaran.
. 2002 digitized by USU digital library
25
Seasonality
Keim (1983) melaporkan bahwa distribusi abnormal return harian oada bulan Janury
mempunyai rata-rata (mean) yang positif relatif dari biasa 11 bulannya. Gibbons
dan Hess (1981) melaporkan rata-rata (mean) return `negatif yang kuat pada hari
Senin transaksi saham.
Dependencies Transaksi ke Transaksi
Bukti penelitian dari independencies yang berurutan pada perubahan-perubahan
harga sekuritas pada suatu hari perdagangan. Penelitiannya telah dilakukan seperti
yang telah oleh Patell dan Wolfson (1984).
Bukti penelitian atas return strategi perdagangan.
Penelitian Levy (1967), telah menemukan abnormal returns dari strategi
perdagangan seperti investasi dalam saham yang mempunyai penghargaan dengan
harga yang tinggi dalam 6 bulan sebelumnya. Studi yang dilakukan oleh Levy ini
didasarkan pada periodde waktu yang singkat dan sampel yang kecil. Penelitian
yang menyelidiki dengan sample yang besar dan periode waktu yang panjang, serta
pertimbangan untuk masalah rancangan penelitian eksperimental telah melaporkan

bahwa skema Analisa Teknikal tidak diluar perhitungan strategi-strategi benchmark.


B. Market Timing
Market timing adalah suatu variant analisis teknikal yang bertujuan untuk
mengidentifikasi suatu rumusan sistematik pasar secara keseluruhan. Investor yang
menggunakan pen dekatan market timing dapat melakukan investasi pada index
funds yang menutupi investasi-investasi alternatif (saham, obligasi, dan lain-lain)
juga menggunakan pasar masa yang akan datang dalam media investasi.
Data laporan keuangan perusahaan menurut jenisnya tidak memainkan peran utama
dalam pendekatan terhadap pemilihan investasi. Variabel-variabel yang digunakan
untuk memprediksi return pasar yang menurut jenisnya didasarkan pada bukti
kolerasi tanpa usaha untuk mendiskusikan penyebabnya.
C. Analisis Fundamental
Pendekatan ini mengasumsikn bahwa setiap sekuritas mempunyai suatu nilai
intrinsik yang dapat ditetapkan atas dasar fundamental seperti earning, devidens,
struktur modal, dan potensi untuk bertumbuh. Seorang analis menetapkan nilai
intrinsik atas dasar fundamental-fundamental ini dan membandingkan nilai ini
dengan harga pasar sekarang untuk menetapkan jika sekuritas under value atau
over value. Didasarkan pada bukti interview dan kuesioner, analisis fundamental
adalah pendekatan yang digunakan oleh analis-analis sekuritas. Sebagai contoh.
penelitian Arnold dan Moizer (1984), Arnold, Moizer dan Noreen (1983) dab Chugh
dan Meador (1984). Graham dan Dodd berperan penting dalam pengembangan
analisis fundamental.
Satu implikasi dari pasar model efisien adalah bahwa harga-harga capital asset
menyesuaikan secara cepat terhadap informasi yang baru. Komentar dari penelitian
Graham (1962) secara tegas mengasumsikan suatu perbedaan adjustment. Graham
et.al memfokuskan analisisnya pada informasi laporan keuangan perusahaan dan
menekankan pentingnya pemahaman masing-msaing perusahaan terhadap
industrinya.
Pada pendekatan analiisis fundamental, fokus utamanya adalah pada masalahmasalah seperti kemungkinan pengenalan prodk-produk dbaru dan kemungkinan
menenmukan teknologi-teknologi produksi dengan biaya terendah.
9.5. Pendekatan-pendekatan Passive
A. Elemen-elemen Pendekatan Passive
Jika seorang investor meyakini bahwa pasar modalnya adalah efisien dengan
tersedianya informasi, maka adalah tepat kalu menggunakan pendekatan pasif.
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengkonstruk suatu portfolio tabf fits
kepercayaan dan keistimewaan dari seorang investor yang merasa bahwa pasar
. 2002 digitized by USU digital library
26

secara penuh berkaitan dengan implikasi-implikasi harga dari ketersediaan informasi.


Elemen-elemen yang penting dari suatu pendekatan yang pasif meliputi hal-hal
berikut; 1) Diversifikas. Elemen ini bertujuan untuk mengurang ketidakpastian
tentang return yang direalisir. Teori Portofolio mengilustrasikan bagaimana variance
return dari suatu portofoilio dapat ditiurunkan dengan meningkatkan jumlah sahamsaham pada portofolio itu; 2) Risk Control.Para investor membedakan risk return
seorang investor yang mencari suatu portofolio dengan expected return yang sama
sebagimana pasar dapat melakukan investasi dalam suatu index fund yang menutupi
pasar secara keseluruhan; 3) Taxation Bracket-Devident Payout Aligment. Dimana
capital gain dikenalkan pajak secara berbeda dari devidend pay out atas saham yang
diinvestasikan. Sebagai contoh, para investor pada bracket pajak yang tinggi akan
lebih suka devidend pay out saham yang rendah jika deviden-deviden dikenakan
pajak dengan tingkat yang tinggi dari capital gain; 4) Biaya transaksi yang rendah.
Biata transaksi mengurangi return investasi. Seorang investor dalam suatu pasar
yang efisien menurut jenisnya lebih suka seorang broker yang hanya membebankan
transaction services. Maslah-masalah yang berhubungan dengan diversifikasi, risk
control, taxation, dan pengurangan biaya transaksi selalu didiskusikan dalam bukubuku yang berhubungan dengan invesytment.
B. Non Implikasi Pasar Efisien
Implikasi pasar efisien untuk pemilihan investasi selalu salah pengertian, dua jenis
pernyataan adalah; a) Pemilihan sekuritas secara random adalah sebaik yang lain;
b) Kebijakan buy and hold adalah sebaik yang lain.
Pemilihan sekuritas secara random adalah tidak tepat sebagaimana para investor
membedakan pada dimensi-dimensi yang penting seperti risk return preference dan
status tax-barcket.

. 2002 digitized by USU digital library


27

BAB 10. ASSET PRICING DAN INFORMASI KEUANGAN


10.1. Pendahuluan
Ada 2 atribut sehubungan dengan keseimbangan harga sekuritas; 1)
Covariance return equity security dengan return portfolio pasar; 2) Variance return
security equity.
Fokus utama Bab ini adalah mengenai peran informasi keuangan yang dapat
memainkan estimasi atribut-atribut ini. Ada notasi-notasi yang sering digunakan
pada bab ini 1) .i = beta dari return sekuritas; 2) V (Ri) = Variance dari return
sekuritas 3) .i dab V (Ri) = estimasi .i dan V (Ri); 4) .i dan V (Ri) = estimasi .i dan
V (Ri) yang dihitung dengan hanya menggunakan informasi return sekuritas.

10.2. Teori ekuilibrium equity sekuritas pada expected return


Ada 2 teori sehubungan dengan pengembangan dan pengujian Teori
equilibrium equity sekuritas pada expected return; 1) The Capital Asset Pricing Model
(CAPM); 2) Arbitrage Pricing Theory (APT). Secara umum, teori ini membicarakab
hubungan antara sekuritas dengan expected return.
A. The Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Ada 2 asumsi mengenai keistimewaan investor menerapkan CAPM; 1) Mean dn
variance, yang menjelaskan distribusi return portfolio untuk masa yang akan datang;
2) Para investor lebih manyukai expected return yang lebih tinggi daripada yang
rebdah untuk variance portfolio dan menyukai variance yang lebih rendah daripada
variance return potrtfolio yang lebih tinggi untuk level expected return; 3) Semua
investor mempunyai ekspektasi yang sama terhadap mean, variance dan covariance
return sekuritas; 4) Semua investor mempunyai horizon waktu yang sama (common
time horizon) suatu periode tunggal untuk membuat keputusan investasi.
B. Artbitrage Pricing Theory (APT)
Adalah suatu model yang menjelaskan hubungan antara return sekuritas return pada
suatu atau beberapa faktor. APT mengasumsikan bahwa return sekuritas dilakukan
oleh suatu model faktor yang sapat diidentifikasi. APT tidak membuat asumsiasumsi mengenai keinginan-keinginan investor.
C. Hubungan Antara CAPM dan APT
Beta dari suatu sekuritas ditunjukkan menjadi berat rata-rata dari beta atas faktorfaktor yang relevan. CAPM tidak mengasumsikan bahwa return diselenggarakan
dengan suatu model faktor. Kelebihan dari CAPM adalah bahwa jika CAPM
dasumsikan returnnya diselenggarakan dengan suatu model faktor. Selanjutnya
CAPM akan membuat prediksi premium expected return. CAPM memprediksi
. 2002 digitized by USU digital library
28
premium yang positif untuk fakto-faktor yang bergerak secara positif dengan
portfolio pasar.
10.3. Teori ekuilibrium dari pilihan pricing
Call (put) option pada suatu sekuritas adalah suatu kontrak yang
memberikan satu pihak untuk membeli atau menjual sejumlah saham yang diberikan
dari sekuritas itu dengan harga-harga tertentu dan dengan perjanjian tertentu pula.
Teori equilibrium terhadap penilaian call option dilakukan oleh Black and Scholes
(1973) yang model penilaiannya dikembangkan dengan menggunakan argumenargumen arbitrage.

10.4. Determinat-determinat Ekonomi Pada Beta dan Variance


A. Financial leverage
Ada beberapa penilaian yang melaporkan adanya hubungan antara 1) Financial
levarage dan .i; 2) Financial leverage dan V (Ri). Semakin tinggi financial leverage,
maka semakin tinggi pula teori yang memprediksi .i dan V (Ri). Penelitian yang
dilakukan Hamada (1972) menemukan bukti yang signifikan bahwa ada hubungan
yang positif antara financial leverage dengan .
1
s
dari 304 saham NYSE pada periode
1948-1967. Selanjutnya Mandekler dan Rhee (1984) lebih jauh meneliti masalah ini
dengan menggunakan sampel sebanyak 255 perusahaan pada periode 1975-1976.
Hasilnya adalah bahwa ada kolerasi yang positif dan signifikan antara .i dari financial
leverage.
B. Operating Leverage
Operating leverage adalah rasio antara biaya tetap dengan biaya variabel. Beberapa
penelitian telah membuktikab bahwa semakin tinggi rasio operating leverage, maka
semakin tinggi pula .i dan V (Ri). Koefisien output index (VCi) adalah estimasi
komponen variabel cost pada total cost. Semakin tinggi komponen biaya variabel
terhadap total cost, maka semakin rendah .i dan V (Ri). Secara keseluruhan
dinyatakan bahwa operating leverage adalah suatu determinan ekonomi terhadap .i
dan V (Ri). Salah satu masalah dalam menguji hypothesis operating leverage adalah
kesulitan untuk mengestimasi komponen-komponen fixed cost dan variabel cost.
C. Covariability Unexpected earning dan Variability
Ada beberapa peneliti yang meneliti hubungan antara : 1) Ketidak pastian mengenai
permintaan untuk output perusahaan, harga jual per unit, biaya operating variabel
per unit dan; 2) Variabel-variabel pasar modal seperti V (Ri) dan .i. Sebagian besar
model-model analitikal memprediksi hubungan positif antara ketidakpastian
mengenai determiant-determinant dari resiko bisnis (volume penjualan, harga jual
per unit, biaya operating variabel per unit) dan V (Ri). Model-model yang
memfokuskan pada .i memprediksi bahwa ketidakpastian systematic dan
determinant-determinant resiko bisnis yang mempengaruhi .i. Ball and Brown
(1969) mengestimasi beta akuntansi (bi) untuk masing-masing perusahaan dengan
model single-factor.
D. Lines of Busines
Beta atau resiko relatif dari suatu portfolio adalah berat rata-rata dari beta sekuritas
portfolio. Beta dari sekuritas perusahaan multiactivity adalah berat rata-rata dari
beta aktifitas-aktifitas individual. Teori portfolio memprediksi bahwa hubungan
antara V (Ri) dari suatu perusahaan multi activity dan variance dari aktivitasaktivitas individual adalah lebih kompleks, yang akan tergantung pada variance-

variance individu dan covariance antara masing-masing kegiatan individu.

. 2002 digitized by USU digital library


29
10.5. Estimasi Beta dan Variance
Estimasi .i atau V (Ri) digunakan dalam banyak konteks di samping
keputusan-keputusan investasi sekuritas. Pada dunia akademis dan eprusahaanperusahaan investasi, parameter-parameter ini (.i dan V (Ri)) banyak
diperhitungkan.
A. Return Sekuritas didasarkan pada pendekatan-pendekatan estimasi
Suatu pendekatan masalah-masalah estimasi muncul bila menggunakan pada return
sekuritas untuk mengestimasi .i atau V (Ri). Ada tiga pilihan pokok dari suatu
interval waktu untuk analisis: hatian, mingguan, atau bulanan. Satu keuntungan
dengan menggunakan data harian adalah bahwa observasi-observasi dapat
digunakan untuk estimasi. Masalah yang muncul dengan menggunakan data harian
adalah apa yang disebt dengan fenomena non trading. Masalah estimasi kedua
dengan data return sekuritas adalah pemilihan periode waktu untuk analisis data.
Penelitian di universitas dan perusahaan-perusahaan investasi telah menghasilkan
berbagai tehnik estimasi beta.
B. Laporan Keuangan didasarkan pada pendekatan-pendekatan estimasi
1. Analisis Kolerasi
Masalah pokok disini adalah bahwa laporan keuangan yang didasarkan pada
variabel-variabel secara signifikan berkolerasi dengan estimasi return sekuritas .i,
analisis univariate dan multivariate sudah dilakukan. Bildersee (1975) menerapkan
pendekatan in termasuk juga Beaver, Ketller dan Scholes (1970) serta Thompson
(1976).
2. Analisis Prediktif
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi beta sekuritas masa yang akan
datang yang didasarkan pada teori antara variabel-variabel laporan keuangan
dengan estimasi return sekuritas beta, seperti penelitian Beaver, Kettler dan Scholes
(1970) serta Rosenberg dan Mc Kibben (1970).
C. Produk-produk Jasa Komersial
Pada tahun 1970 banyak penelitian dilakukan oleh para akademis terhadap
tehnik-tehnik mengestimasi .i dan V (Ri). Penelitian ini adalah pengembangan dari
produk-produk komersial dan eprusahaan-perusahaan konsultasi investasi.
Perusahaan ini selanjutnya telah memainkan suatu peranan yang penting dalam
melanjutkan momentum-momentum penelitian. Penelitian mengenai produk-produk
jasa komersial ini, pernah dilakukan oleh Barr Rosenberg dan rekan. Ada beberapa
hal penting sehubungan dengan jasa pelayanan BARRA. Antara lain adalah bahwa

BARRA menggabungkan security return dan informasi keuangan. Hal lainnya yaitu
adanya analisis data yang mendasari penggunaan tehnik-tehnik khusus.

. 2002 digitized by USU digital library


30
BAB 11. PASAR MODAL DAN PENGUMUMAN INFORMASI PERUSAHAAN
11.1. Pendahuluan
Informasi keuangan adalah salah satu dari sekian banyak sumber yang
digunakan oleh apsar modal untuk merevisi harga saham baisa, saham istimewa,
obligasi perusahaan dan sekuritas-sekuritas perdagangan lainnya. Informasi
keuangan berperan dalam proses revaluasi pasar modal. Buktinya adalah bahwa
pasar modal bereaksi terhadap earning akuntansi yang dilaporkan.
11.2. Reaksi Pasar Modal Terhadap Pengumuman Perusahaan
Satu masalah penting di sini adalah apakah pengumuman-pengumuman ini
dihubungkan dengan aktivitas volume perdagangan yang meningkat pada waktu
pengumuman. Masalah kedua adalah apakah pengumuman-pengumuman ini
dihubungkan dengan suatu perubahan dalam distribusi return sekuritas pada waktu
pengumuman.
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan informasi
1. Pengharapan pasar modal dari isi dan waktu pengumuman. Bahwa ada
ketidakpastian pada kandungan atau waktu pengumuman perusahaan. Sebagai
ketentuan umum, semakin besar ketidak apstian, maka semakin besar pula potensi
untuk setiap pengumuman yang menyebabkan suatu revissi dalam harga-harga
sekuritas. Suatu faktor penting yang mempengaruhi ekspestasi apsar modal adalah
adanya ketersediaan informasi.
2. Implikasi dari pengumuman untuk distribusi return sekuritas masa yang akan
datang sebagi ketentuan umum, semakin besar revisi dalam arus kas yang
diharapkan, maka semakin besar impikasi revaluasi harga sekuritas terhadap
pengumuman tersebut.
3. Kredibilitas sumber informasi. Sebagai ketentuan umum bahwa semakin kredibel
sumber pengumuman informasi, maka semakin besar implikasi dari revaluasi
pengumuman itu.

B. Pengatuh dari pengumuman earning terhadap Volume perdagangan


dan variabilitas sekuritas.
Suatu dari temuan-temuan penting dalam penelitian laporan keuangan adalah
pengumuman interim tahunan dihubungkan dengan meningkatnya volume
perdagangan dan meningkatnya variabilitas ari return sekuritas seperti penelitian
Beaver (1968) yang mengemukakan usaha-usaha untuk mengendalikan faktor-faktor
non earning berkaitan dengan volume perdagangan pada waktu pengumuman
earning. Beaver meneliti volume perdagangan pada periode pengumuman earning
relatif terhadap yang bukan periode pengumuman. Penelitian yang dilakukan oleh
Patell dan Wolfson (1984) yang menggunakan informasi ini untuk meneliti perilaku
return sekuritas pada periode pengumuman earning mengemukakan bahwa terdapat
78 % peningkatan pada variabilitas return sekuritas relatif terhadap variabilitas
return sekuritas 2 hari pada periode pengumuman non earning. Beberaoa variabel
telah diidentifikasikan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam besaran
variabilitas return sekuritas yang dihubungkan dengan pengumuman-pengumuman
earning. Peneliti lainnya melakukan hal yang hampir sama seperti Richardson tahun
1984. Hasil penelitian Maingot (1984) menyimpulkan bahwa pengumuman angkaangka earning tahunan oleh perusahaan Inggris beanr-benar mempunyai informasi.

C. Pengaruh dari pengumuman-pengumuman earning pada return


sekuritas rata-rata.
. 2002 digitized by USU digital library
31
Ada 2 variabel yang mendukung penelitian mengenai faktor-faktor yang
menjelaskan arah dan besaran reaksi pasar modal terhadap pengumumanpengumuman earning; 1) Besarnya komponen perubahan earning yang unexpected
2) Ukuran perusahaan. Dari hasil penelitian Foster, Olsen dan Shelvlin (1984)
meneliti langsung bukti kuat bahwa besaran perubahan earning yang unexpected
berkolerasi positif dengan besaran return sekuritas pada 2 hari perdagangan secara
langsung terhadap pengumuman earning. Chambers dan Penman (1984) meneliti
sebanyak 100 perusahaan di NYSE pada periode 1970-1976. Hasilnya adalah bahwa
pada periode antara tangggal pengumuman expected dan sebelum tanggal
pengumuman yang aktual, terdapat adanya abnormal return yang negatif.
D. Pengaruh dari pengumuman-pengumuman lainnya atas return
sekuritas
Peramalan Earning
Waymire (1984) meneliti perilaku return sekuritas dari 3 hari periode

perdagangan pada tanggal pengumuman the Wall Street Journal dari peramalan
manajemen. Kesimpulannya adalah bahwa ada suatu hubungan yang positif dan
signifikan antara besarnya deviasi peramalan dan besarnya abnormal return dalam
periode langsung sekitar tanggal pelaporan peramalan.
Pengumuman devidend
Sudah banyak peneliti meneliti perilaku harga-harga sekuritas pada waktu
pengumuman devident, contohnya : Asquith dan Mullins (1983), Brickley (1983),
Dielman dan Oppenheimer (1984). Perusahaan yang menurunkan atau menghapus
pembayaran deviden mempunyai abnormal return yang negatif dan signifikan.
E. Pengaruh dari pengumuman inforamsi atas perusahaan yang tidak
mengumumkan return sekuritas.
Foster (1981) meneliti informasi yang mentransfer antara perusahaanperusahaan dalam industri yang sama pada waktu pengumuman earning. Hasilnya
adalah bahwa ada hubungan antara pengumuman-pengumuman earning dengan
peningkatan yang tinggi dalam variabilitas return sekuritas untu perusahaan yang
mengumumkan juga ada hubungan dengan kenaikan yang tinggi dalam variabilitas
return sekuritas untuk perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut.
11.3. Hubungan antara return sekuritas dengan earning
A. Pembuktian terdahulu
Ball dan Brown (1968) yang meneliti perilaku return sekuritas. Pemisahan
pada periode 12 bulan ke atas dan meliputi earning tahunan yang diumumkan. Dua
potfolio yang diteliti; 1) Pemisahan-pemisahan yang earning-nya meningkat tahun
sebelumnya; dan 2) Perusahaan-perusahaan yang earningnya menurun tahun
sebelumnya. Hasilnya adalah bahwa perusahaan yang melaporkan
kenaikan/penurunan earning mempunyai abnormal return sekitar 5,6 % s/d 11,3 %
pada 12 bulan ke atas dan meliputi bulan-bulan pada saat pengumuman earning.
B. Bukti Selanjutnya
McEnally (1971), Beaver, Clarke dan Wrigth (1979) melaporkan adanya
kolerasi yang signifikan dan kontempoer antara besaran dan sinyal perubahanperubahan earning tahunan yang unexpected dengan besar dan sinyal dari abnormal
return pada periode sebelum pengumuman earning tahunan. Foster, Olsen dan
Shevlin (1984) memperluas hasil ini terhadap earning interim dan juga untuk
analisis pengaruh dari ukuran perusahaan. Foster (1975) melaoprkan hasil untuk 63
perusahaan-perusahaan asuransi di Amerika Serikat yang terdaftar pada pasar OTC
menyimpulkan bahwa pada 12 bulan ke atas, dan meliputi pengumuman earning.
Perusahaan-perusahaan mempunyai 5% kenaikan 5,2 % penurunan pada abnormal
return suatu sekuritas.

. 2002 digitized by USU digital library

32
11.4. Bukti yang mendukung suatu hubungan non mechanistic antara
return sekuritas dan EPS yang dilaporkan
A. Pengumuman-pengumuman estimasi EPS oleh perusahaan
Sterling (1970) meneliti volume perdagangan dan reaksi harga sekuritas untuk
mengestimasi EPS, yang diumumkan oleh perusahaan setelah akhir tahun fiskal dans
ebelum pengumuman actual earnings. Hasilnya adalah bahwa pasar bereaksi
terhadap informasi yang ada dalam pengumuman.
B. Perubahan-perubahan Akuntansi
Ball (1972) meneliti reaksi apsar modal pada sebanyak 267 perubahan-perubahan
pada periode 1947-1960. Kesimpulannya adalah pada tahun perubahan akuntansi
tidak muncul perilaku yang tidak biasa untuk rata-rata perusahaan. Rata-rata
abnormal return dalam perubahan akuntansi adalah 0,2 dari 1%. Singkatnya,
perubahan-perubahan teknik akuntansi tidak muncul dihubungkan dengan
penyesuaian-penyesuaian pasar dalam suatu arah yang konsisten untuk rata-rata
perusahaan.
Ball juga menghitung chi-square statistic (X
2
) antara sinyal perubahan
earning dengan sinyl abnormal return dalam pengumuman untuk sebanyak 267
observasi perubahan akuntansi. Semakin tinggi statistiknya, semakin tinggi
persetujuan antara sinyal perubahan earning dan sinyal abnormal return.
11.5. Anomali-anomali pasar yang efisien
A. Anomaly Pengumuman Post Earning
Dalam suatu apsar yang efisien, satu kali pengumuman earning diumumkan, tidak
akan mungkin mengembangkan suatu strategi dagang yang dapat mendatangkan
laba didasarkan pada besarnya iunexpected earning. Rendleman, Jones dan Latane
(1982) meneliti pengumuman-pengumuman earning kwartalan pada periode 19711980. Hasilnya adalah konsistgen dalam menyarankan bahwa pasar tidak
mengasimilasi informasi earning kwartalan yang menguntungkan atau merugikan
pada hari pengumuman earning.
B. Anomaly Price to Earning Ratio
Basu (1983) meneliti Aomaly Price Earning dengan sample sebanyak 1300 Etiten
pada periode 1963-1980. Hasilnya adalah ada hubungan yang signifikan antara Price
Earning Ratio dan resiko return yang adjust pada 12 bulan setelah pembentukan
Price Earning Quintile didasarkan atas portfolio.
C. Fenomena Briloff
Briloff membuat analisis yang rinci terhadap pemilihan-pemilihan metode akuntansi
dan kebijakan-kebijkan laporan perusahaan. Tema pokoknya adalah abhwa
manajemen menggunakan fleksibel GAAP untuk menunjukkan perataan peningkatan

EPS. Briloff juga mengkritik keputusan-keputusan bisnis yang dimuat manajemen.


Foster (1985) juga meneliti perilaku return sekuritas harian perusahaan yang dikritik
Briloff.

. 2002 digitized by USU digital library


33
BAB 12. Equity Sekuritas dan Laporan Keuangan
12.1. Pendahuluan
Bab ini mendiskusikan penggunaan informasi keuangan dalam pricing equity
sekuritas. Topik ini membahas : 1) Pendekatan investasi aktif; 2) Keputusan yang
dibuat oleh manajemen, 3) Penilaian secara privat oleh eprusahaan, 4) Penelitian
akademik.
12.2. Sumber-sumber nilai dan model penilaian equity
Model penilaian equity dapat memfokuskan pada sedikit-sedikitnya satu dari
4 atribut berikut; A) Aliran (Stream) earning masa yang akan datang; B) Aliran arus
masa yang akan datang; C) Aliran Devidend masa yang akan datang; D) Nilai asset
dan kewajiban individual yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan.
A. Pendekatan aliran earning masa yang akan datang
Bentuk yang paling sederhana dari model penilaian untuk kasus yang pasti atas
semua asset yang menghasilkab suatu stream earning adalah yang seragam dan
kekal. Keseimbangan nilai pasar dari satu atau semua equity perusahaan adalah :
Xi
Vi.t =
r
Vi,t = nilai pasar perusahaan i pada akhir periode t
Xi = stream earning yang pasti dan seragam dari perusahaan
r = rate of interest pasar untuk investasi yang tidak berisiko.
Pengembangan dari rumus di atas berupa: 1) Earning yang seragam dari periode
yang diasumsikan; 2) asumsi yang sudah pasti.
Pengembangan lainnya dari model diatas; 1) untuk mengakui resiko yang
dihubungkan dengan ketidakpastian, resiko ini dapat diakui i) via penggunaan
dicount rate; ii) dengan memasukkan suatu variabel yang terpisah dalam persamaan
penilaian; 2) Pendekatan yang kedua untuk mengkaui resiko adalah untuk meliputi
suatu bentuk resiko yang terpisah dalam penilaian persamaan. Penelitian litzenberg
dan Rao (1971) melakukan riset dengan pendekatan ini. Model penilaian yang
diteliti meliputi suatu earning yang terpisah dan suatu bentuk resiko yang terpisah

pula. Koefisien resiko diprediksi menjadi negatif, semakin besar resiko dari stream
earning maka semakin negatif adjustment yang dinuat untuk resiko dalam penilaian
model.
B. Pendekatan-pendekatan arus kas
Discounted cash flow (DCF) digunakan oleh manajemen dalam capital budgeting
dengan alasan; 1) DCF membawa peranan dalam cash in flow dan outflows yang
terjadi; 2) Accounting earning dipengaruhi oleh pilihan-pilihan arbitrary dalam halhal yang penting seperti harga pokok penjualan, penyusutan dan beban pensiun.
Sebagian pengarang dan praktisi telah mengkritik penerapan untuk alasan 1 dan 2 di
atas, seperti penelitian yang dilakukan oleh Stern (1980).
C. Pendekatan-pendekatan didasarkan pada dividend
Dengan mengasumsikan suatu periode holding yang infinitife, rumusan untuk nilai
equity sekuritas pasar didasarkan pada stream dividend yang akan datang adalah :
d
1+2
d
1+2
d
1+n
Vi.t =
+
+ ...+
(1+ r
1+1
)
(1+ r
1+1
)(1+ r
1+2
)
(1+ r
1+1
)(1+ r
1+2
)....(1+ r
1+n
)
Vi,t = nilai pasar dari perusahaan i poada akhir periode
d
t
= dividend yang dibayarkan pada periode t
r
t
= rate of interest pasar pada periode t untuk investasi yang

tidak berisiko
D. Pendekatan-pendekatan yang didasarkan pada asset dan liability
individual
. 2002 digitized by USU digital library
34
Asset dan liability individual yang melandasi suatu sekuritas berperan penting dalam
penilaian pasar sekuritas. Nilai pasar saham disarkan pada nilai pasar sekuritas
individual diselenggarakan oleh suatu fund. Suatu analisis investasi membrikan
beberapa perbedaan persfektif atas bagaimana menilai asset dan memberikan
beberapa perbedaan perspeftif atas bagaimana menilai asset dan liabilitas
perusahaan. Satu perpektif adalah dari sudut pandang replacement. Prespekftif
yang lain adalah untuk mengadopsi market selling price (realization).
12.3. Komunitas Investasi Model Penilaian Equity
Komunitas investasi telah mengembangkan banyak model-model penilaian
yang berbeda untuk digunakan dalam keputusan-keputusan pemilihan sekuritas.
Sebagai contoh adalah penggunaan data informasi keuangan.
A. Perubahan yang berkelanjutan dalam model atau inputnya
Bila meneliti model institusi investasi, adalah penting untuk mengakui bahwa
perubahan yang berkelanjutan dalam struktur modelnya, atau inputnya adalah
norma. Sumber-sumber ini meliputi; 1) Wawasan analitikal yang baru.
Pengembangan-pengembangan seperti CAPM (Sharpe, 1964), the option pricing
model (Black and Scholdes, 1973) dan Arbitrage Pricing Model (Ross, 1976) telah
membiarkan perubahan-perubahan dalam model yang digunakan pada komunitas
investasi; 2) Wawasan empiris yang baru. Penelitian empiris melaporkan hasil-hasil
yang baru secara berkelanjutan dan melihat hasil-hasil sebekumnya yang syah untuk
dipercaya. 3) Wawasan empiris yang baru. Analisis data base dengan komputer
menajdi penting dalam penelitian investasi. Ada insentif yang kuat kepada institusi
untuk mengembangkan data abse yang baru, dan untuk memasarkannya pada
komunitas investasi. 4) Pelaporan yang baru oleh perusahaan. Perusahaan secara
berkelanjutan merubah informasi yang mereka laporkan, apakah dilaporkan secara
suka rela atau berdasarkan ketentuan-ketentuan. 5) Sekuritas yang baru.
Perubahan-perubahan di dalam sekuritas yang diperdagangkan terjadi secara
berkelanjutan, 6) Alat-alat statistik yang baru. Penelitian terhadap teknik-teknik
seperti analisis faktor dan regresi non linier berpotensi untuk menyediakan institusiinstitusi dengan cara-cara statistical yang baru dari analisis data. 7) Perkembangan
baru dalam teknologi komputer. Perkembangan-Perkembangan di sini banyak,
contoh : mengurangi biaya-biaya hardware dapat membuat analisis data dengan
skala yang besar lebih cost effective.
B. Model Wells Fargo
Model yang digunakan oleh Wells Fargo Investment Advisors menggabungkan teori

penilaian tradisional dengan pengembangan teori asset pricing dan ada 2 langkah
dalam menerapkan model ini :
1) Mengestimasi the expected internal rate of return masing-masing sekuritas.
Estimasi ini didasarkan pada suatu model penilaian dividend discount equity. 2)
Mengestimasi keseimbangan rate of return masing-masing securitas. Estimasi ini
didasarkan pada CAPM. Untuk masing-masing sekuritas dalam Wells Fargo, inputinput berikut ini digunakan : 1) Dividend per share yang diestimasi untuk masingmasing 5 tahun ke depan; 2) Earning per share yang diestimasi untuk tahun kelima;
3) Tingkat pertumbuhan earning per share yang diestimasi untuk tahun kelima; 4)
Rasio divident pay out yang diestimasi untuk tahun kelima; 5) Tahun, yang tingkat
pertumbuhan dan rasio dividend pay outnya akan direalisir; 6) Pola pertumbuhan
earning per share yang diharapkan antara tahun kelima dan tahun t. model yang
digunakan untuk mengestimasi E (Ri) telah mengalami beberapa modifikasi untuk
menangkap perubahan. Persepsi-persepsi sebagaimana dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi equilibrium return sekuritas. Model yang pertama menerapkan single
factor (beta atau resiko negatif), yang kedua menambahkan suatu faktor tambahan
yang berhubungan dengan likuiditas, yang ketiga dimotivasi oleh Wells Fargo dengan
mengadopsi suatu versi setelah pajak dari CAPM. Dengan model ini, adjustment. 2002 digitized by USU digital library
35
adjustment dibuat untuk beta dan dividend yield. Yang keempat adalah
menggunakan faktor likuiditas.
C. Model .Value Line.
Model value line adalah merupakan suatu kepentingan yang luas terhadap beberapa
pembuktian kesuksesannya dalam mendeteksi sekuritas under value atau over value.
Masing-masing saham ditempatkan dalam satu dari 5 kategori didasarkan pada
kinerja harga yang diestimasi pada 12 bulan berikutnya. Pendekatan dasarnya
adalah untuk mengukur masing-masing harga saham dan karakteristik-karakteristik
earning pada karakteristik-karakteristik yang dapat diperbandingkan dari value line
stock yang lain. Ada 3 kriteria mengenai value line; 1) Posisi non parametrik value;
2) Momentum earnings; 3) Faktor earning surprise.
D. Model-model penilaian ekuitas dan analisis laporan keuangan
Ada beberapa langkah dalam menyelidiki hubungan antara analisis laporan keuangan
dengan abnormal return; 1) Memisahkan sistem investasi menjadi bagian-bagian
tertentu misalnya input dapat dipecah menjadi data dan model penialain lainnya; 2)
Mengestimasi kemungkinan abnormal return saat ini diperoleh dari sistem investasi;
3) Jika ada sesuatu kemungkinan yang tinggi mengenai perolehan abnormal return,
usaha untuk menetapkan jika sumber-sumber sistem investasi ini dihubungkan
dengan abnormal return tersebut. Ada 2 pendekatan untuk meneliti jika ramalan
earning adalah penyebab dari abnormal return : 1) Meneliti pengaruh dari

pemakaian alternatif peramalan earning; 2) Meneliti komponen-komponen ramalan


non earning individual dalam suatu sistem untuk melihat jika setiap orang adalah
sumber dari abnormal returns.
12.4. Rasio Price-to-Earnings
PE ratio =
Market Price per Equity Share
Earnings per Equity Share
A. Masalah Perhitungan
1) Pemilihan tanggal untuk mengulur numerator; 2) Pemilihan periode waktu untuk
menggunakan denominator; 3) Pemilihan ukuran laba per lembar saham untuk
digunakan dalam denominator; 4) Perlakuan terhadap laba per lembar saham yang
negatif.
B. Komponen-komponen yang permanen dan transitory dari pelaporan
earning
Ada beberapa alasan untuk mengharapkan konsep earning secara implisit. Pada
harga-harga sekuritas untuk membedakannya dari konsep-konsep earning secara
implisit dalam GAAP: 1) Konsep earning secara implisit dalam GAAP didasarkan pada
pemikiran akuntansi seperti realisasi dan konservatif. 2) Fokus dari GAAP earnings
adalah untuk periode masa lalu. Padahal fokus dari konsep earnings secara implisit
dalam harga-harga sekuritas adalah untuk periode masa yang akan datang.
C. Menjelaskan diversitas p dalam price to earning ratio
Tabel 12.1 menyajikan data time-series dan cross-sectional dari distribusi price to
earning ratio pada periode 1964-1983. Penjelasan-penjelasan untuk variasi pada
waktu tertentu meliputi perbedaan-perbedaan pada perusahaan dalam: a) Sinyal dan
besaran komponen transitory satu tahun dalam laporan earning; b) Pertumbuhan
earning yang diharapkan permanen; c) Resiko; d) Metode-metode akuntansi.

12.5. Model-model penilaian equity dan laporan earning


1. Hypothesis Mechanistic. Menyatakan bahwa pasar modal ditentukan oleh laporan
earning tanpa pertimbangan metode-metode akuntansi yang digunakan untuk
menghitung laporan earning, atau terhadap sumber-sumber untung atau rugu yang
mendasari laporan earning.
. 2002 digitized by USU digital library
36
2. Hyphothesis Myopic menyatakan bahwa pasar modal mempunyai suatu fokus
jangka pendek atas laporan earning kuartalan atau tahunan, disamping
memfokuskan pada tahun yang akan datang.

. 2002 digitized by USU digital library


37
BAB 13. Restrukturisasi Perusahaan Dan Informasi Keuangan
13.1. Pendahuluan
Terdapat beberapa aktivitas yang berbeda sehubungan dengan restrukturisasi
perusahaan yaitu : merger, konsoslidasi, akusisi, divestiture (pembebasan),
privatitasi, leveraged buyout, spin off. Informasi keuangan dapat menjadi input
yang penting terhadap banyak keputusan yang penting dari berbagai aktifitas seperti
: manajemen memberikan nilai atas perusahaan yang lain sebagai bagian dari
strategi akusisi perusahaan, manajemen memberikan nilai pada perusahaanya untuk
menetapkan equitity securities untuk menawarkan pada perusahaan lain didalam
suatu tender penawaran dan menetapkan jumlah yang akan ditawarkan dalam
leveraged buy out pada non management shareholders, analis sekuritas mencoba
untuk memprediksi kandidat marger sebagai bagian dari strategi investasi aktif,
investment banks dan konsultan membuat penyajian informasi keuangan dan
kosekuensi pasar modal dari suatu spin off sebagai tandingan pada suatu distiture
divisi oleh satu dari klien-klien yang lain.
13.2. Prilaku Restrukturisasi Perusahaan
Ada 2 perpektif utama mengapa eprusahaan melakukan restrukturisasi: 1)
Untuk memaksimalkan nilai pasar ekuitas yang dilakukan oleh pemegng saham; 2)
Untuk memaksimalkan kesejahteraan manajemen. Kedua perspektif ini tidak selalu
kebetulan, Contohnya manajemen lebih menyukai kebijakan pertumbuhan dan
mengimplementasikannya dengan mengakusisi perusahaan dalam lines of business
yang berbeda. Petumbuhan lebih disukai karena kompensasi eksekutif selalu
berkolerasi positif dengan ukuran perusahaan. Diversitas lines of business lebih
disukai karena akan menghasilkan konglomerat, manajemen mempunyai modal
sumber daya manusia lebih bervariasi.
13.3. Sumber nilai dalam perusahaan
A. Kesempatan Kerja
Salah satu motivasi melakukan mereger adalah pilihan untuk membeli perusahaan
yang mempunayi prospek pertumbuhan ke depan. Ada beberapa alasan strategi
mengapa perusahaan melakukan merger: 1) Memperoleh kegiatan yang sedang

berjalan dengan suatu pengembangan bagian penelitian; 2) Memperoleh keuntungan


waktu; 3) Mendapatkan suatu kesempatan membeli lebih dahulu yang dapat
menghindari saingan dari perolehan posisi yang sama dalam industri. Kesempatan
strategi lain dalam restrukturisasi perusahaan adalah penggunaan kekuatan pasar.
B. Synergy dan Pembalikan Synergy
Tabel 13.4 memberikan contoh synergy dari fungsi produksi, pemasaran, pendanaan
dan personalia. Jenis synergy akan mengarahkan sumber-sumber informasi yang
digunakan ketika menempatkan suatu nilai uang pada expected gain. Biula
mengestimasi gain dari suatu perusahaan, analis akan meneliti kolerasi antara
profitability dari tingkat kegunaan perusahaan.
C. Meningkatkan ke-efektifitasan Manajerial
Sumber potensial lain dari restrukturisasi perusahaan adalah peningkatan efektifitas
manajerial, misalnya manajemen ditempatkan pada tim yang lebih efektif lagi
setelah akusisi dan dengan disiplin yang tinggi.
D. Eksploitasi Kesalahan Harga dari Pasar Modal
Informasi keuangan selalu memberikan keterangan mengenai individu yang
memperoleh suatu perusahaan, menjual sebagian asset yang menutupi total harga
pembelian dan pengaruhnya memperoleh asset yang tersisa pada zero cost.
E. Sumber lain
Banyak pihak yang dipengaruhi oleh rtestrukturisasi perusahaan, misalnya
pemegang saham, pemegang obligasi, pekerja dan konsumen Dalam restrukturisasi,
. 2002 digitized by USU digital library
38
kekuatan tawar menawar pihak-pihak yang ada akan mempengaruhi setiap
peningkatan nilai dari restrukturisasi perusahaan adalah redistribusi kesejahetraan di
antara berbagai pihak.
13.4. Sumber Informasi nilai Perusahaan
A. Pasar sekuritas yang terorganisir
New York Stick Exchange dan London Stock Exchange dapat menyediakan informasi
nilai perusahaan secara langsung maupun tidak langsung. Informasi langsung
diperoleh bila perusahaan yang dinilai diperdagangkan umum. Ada beberapa alasan
mengapa perusahaan menawarkan dengan harga yang lebih besar dari harga pasar
saat itu; 1) Akusisi atau buy out diharapkan dapat menciptakan nilai tambah atau
dapat meningkatkan keefektifitasan manajerial; 2) Pihak yang melakukan penawaran
dan mempunyai akses untuk mendapatkan informasi tercermin dalam harga pasar
saat ini; 3) Pasar telah mengabaikan informasi pada publik domain dan
pengambilalihan adalah suatu usaha untuk mengekploitisir pasar modal yang
undervaluation; 4) Perusahaan yang melakukan tawar menawar yang telah
melakukan kesalahan dalam analisis penilaiannya atau nelakukan strategy bertujuan

memaksimalkan ukuran perusahaan dari pada kapitalisasi pasar.


B. Pasar untuk pengendalian perusahaan
Seluruh perusahaan atau sebagainya dibeli atau dijual malalui akusisi, merger dan
sebaginya disebut pasar untuk pengendalian perusahaan. Informasi langsung untuk
men\ilai suatu perusahaan datang dari pasar ini bila ada penawaran yang baik untuk
entitas yang dinilai. Informasi yang tidak langsung dari pasar pengendali perusahaan
muncu ketika perusahaan-perusahaan yang dapat diperbandingkan diperdagangkan.
C. Nilai Individual Asset dan Liability
Dalam sejumlah kasus yang terbatas, nilai perusahaan dapat dipicu dari nilai-nilai
individual asset dan liability dapat menajdi suatu sumber informasi yang penting
mengenai nilai perusahaan, keterbatasan ini meliputi: 1) Tidak semua asset dan
liability relevan dengan pembeli yang berpotensi; 2) Ada beberapa cara untuk
menilai asset dan liability dan tidak ada satupun teknik tang tepat setiap keputusan
restrukturisasi perusahaan.
D. Bermacam-macam Analis
Dalam beberapa konteks, aturan-aturan telah dikembangkan dalam negoisasi akusisi
atau divestiture (pembebasan), misalnya harga perusahaan televisi selalu
dinyarakan dalam bermacam-macam standard dari jumlah pemesan jasa kabel TV.
harga beli dari suatu apartment yang disewakan dinyatakan dalam bentuk
bermnacam-macam standard ari pembayaran rental tahunan. Beberapa perusahaan
mengumpulkan data dari kegiatan merger melaporkan ringkasan secara statistik atas
harga-harga merger dari pelipatgandaan earning saat itu.
13.5. Menghasilkan suatu distribusi nilai perusahaan
Manajer yang ingin melakukan keputusan restrukturisasi perusahaan akan
memaksimalkan nilai pasar ekuitas pemegang sahamnya. Ketika menganalisis
transaksi yang dapat merubah nilai apsar, asumsi-asumsi harus dibuat seperti
mengenai harga sekuritas dan harga ekuitas. Asumsi ini akan mempengaruhi anasis
dalam dua cara : 1) Mengkhususkan atribut-atribut di untuk meliputi penilaian.
Pendekatan yang disarankan untuk mengestimasi nilai akusisi atau divestiture
adalah metode discounted caash flow (DFC). Implementasinya meliputi: 1) Pemilihan
dari periode ke depan untuk meramal cash flow; 2) Mengestimasi cash flow atas
periode ke depan ini; 3) Mendiskontokan arus kas dari suatu epriode ke periode
dengan menggun akan discount rate.
13.6. Variabel-variabel keuangan dan analisis per meregr: karakteristik
perusahan yang diakusisi maupun yang tidak diakusisi
. 2002 digitized by USU digital library
39
A. Analissi Klasifiksi

Berfokus pada keuangan dan karakteristik lain. Perbandingan telah dibuat pada level
univerate dan multiverate. Midalnya penelitian oleh Palepu (1985 a) yang meneliti
hubungan antara karakteristik keuangan perusahaan dan akusisi dari periode yang
diberikan. Hasilnya menyimpulkan bahwa 1) Target mempunyai stock return yang
lebih rendah selama 4 tahun sebelumnya atas pengambilalihan; 2) Target
menunjukkan ketidaksebandingan sumber daya dengan pertumbuhan yang lebih
tinggi; 3) Target tidak secara lebih banyal ditempatkan di dalam industri-industri
yang mana akusisi terjadi pada tahun sebelumnya; 4)Target rata-rata adalah lebih
kecil dalam ukuran dari pada rata-rata perusahaan pengendali : 5) Rata-rata market
- to book atau rasio price-to-earnings dari target dan pengendali adalah berbeda
secara signifikan sati sama lainnya.
B. Analissi Prediktif
Berfokus pada prediksi di mana perusahaan selanjutnya menjadi target akusisi dan
dalam beberapa hal mengembangkan strategi dagang yang didasarkan pada
prediksi-prediksi ini. Dalam Dreyfus Organization pada prodpektus . Merger and
Acquisition Fund., menyatakan bahwa tujuannya adalah .Investasi dalam sekuritas
ekuitas perusahaan diyakini berpotensial untuk berhasil, tgergantung pada akusisi
oleh pihak ketiga. Selanjutnya bahwa untuk memperoleh abnormal return, model
prediksi harus mendeteksi pergerakan akusisi yang tidak secara penuh tersita dalam
harga sekuritas pasar modal.
13.7. Variabel-variabel keuangan dan analsisi post merger; kinerha dari
perusahaan-perusahaan yang diakusisi.
Penelitian Meek.s (1977) mengenai profitability dari perusahaan di United
Kingdom yang merger pada periode 1964-1972, menyimpulkan bahwa pada tahuntahun setelah merger dilaporkan adanya penurunan secara rata-rata, kemudian
Mueller (1980) meneliti pengaruh merger terhadap profitability akuntansi dari
perusahaan yang akusisi menyimpulkan bahwa tidak ada pola yang konsisten
terhadap peningkatan atau penurunan profit pada negara-negara seperti Belgia,
Jerman, Perancis, Belanda, Swedia, United Kingdon, dan Amerika Serikat.

BAB 14. Debt Ratungs, Sekuritas Hutang dan Informasi Keuangan


14.1. Pendahuluan
Bab ini membahas dua hal mengenai informasi laporan keuangan yang
berperan penting pada analisis sekuritas hutang; 1) Dalam rating sekuritas hutang
oleh sedikit-dikitnya lima perusahaan dan sejumlah kecil perusahan pada beberapa
negara. Sistem debt rating in house juga dikembangkan oleh beberapa bank dan
. 2002 digitized by USU digital library
40
eprusahaan penasehat keuangan lainnya. Ada beberapa contoh perusahaan yang
membedakan penjelasan mengenai rating.
. Ratings dirancang dengan maksud untuk grading bonds menurut mutu
investasinya.
. Perusahaan Standard dan Poor atau debt rating pemerintah adalah suatu
penetapan yang baisa dari nilai kredit seorang obligor dengan menghormati obligasi
yang spesifik.
. Suatu rating ktedit perusahaan menyediakan para peminjam suatu sistem
tingtakan yang sederhana dengan kapasitas perusahaan yang relatif untuk membuat
pembayaran kembali bunga dan pokok atas suatu jenis hutang tertentu yang dicatat.
Debt rating adalah sebuah indikator kemungkinan seorang peminjaman akan
membayar kembali pokok beserta bunganya dengan tepat waktu. Semakin tinggoi
peminjaman akan melunasi pokok dan bunganya, menurut skdul perjanjian
pinjaman, maak semakin tinggi pula penunjukkan arting untuk sekuritas utang
tersebut.
Debt rated di abwah BBB atau Baa disebut mempunyai hasil yang tinggi,
tingkat yang rendah atau junk debt. Altman dan Nammacher (1985) telah
menyajikan tingkat kegagalan hutang eprusahaan. Walaupun sebagian besar ratings
sgencies menekankan bahwa suatu hubungan mekanikal diantara rasio keuangan
dan debt rating tidak ada, pola yang sistematis dalam rasio rata-rata dari kelompok
rating yang berbeda dapat diobservasi. Faktor lain yang perlu di[ertimbangkan oleh
ratings agencies ,eliputi provisi dari perjanjian yang disyahkan, eprlindungan yang
dihasilkan oleh keberadaan asset dan mutu manajemen.
B. Fungsi Debt Ratings : 1) Sebagai sumber informasi yang utama dari
kemampuan perusahaan, pemerintah untuk membayar kembali pokok dan bunga
pinjamannya dengan tepat waktu; 2) Sebagai suatu sumber biaya yang rendah

terhadap informasi kredit berkenaan dengan bagian yang luas dari perusahaan, dan
pemerintah; 3) Sebagai sumber legal insurance untuk suatu pinjaman investasi; )
Sebagai sumber tambahan sertifikasi keuangan dan perwakilan manajemen lainnya;
5) Untuk memonitor tindakan-tindakan manajemen; 6) Memfasilitasi kebijakan
publik yang membatasi spekulasi investasi oleh institusi seperti bank, perusahaan
asuransi, dan dana pensiun.
C. Model Kuantitatif Debt Ratings
Zi : f (X
i1
,X
i2
, ....... X
in
)
Zi : Rating yang ditunjuk terhadap sekuritras hutang i
Xij : Nilai variabel j, termasuk sekuritas hutang i
Analisis diskriminasi adalah teknik statistik yang digunakan untuk sebagian
besar estimasi. Model regresi juga sangat penting bagi para investor, dan
penggunaan lain dari suatu model rating sekuritas hutang adalah untuk memberikan
penekanan kepada manajemen bahwa variabel tersebut adalah penting untuk
ranting perusahaan. Salah satu masalah dalam mengembangkan model kuantitatif
dalam hal ini adalah memilih variabel independet. Walaupun sebagian besar skema
bond rating bersifat dapat diputuskan. Suatu sub bagiannya secara langsung
didasarkan pada model-model kuantitatif.
D. Model Kuantitatif Debt Ratings Perusahaan.
Bertahun-tahun ratings perusahaan difokuskan pada corporate bond dan bond
pemerintah. Dengan meningkatkan diversitas sekuritas hutang perusahaan, rating
untuk sekuritas hutang secara lebih luas saat ini menjadi permasalahan.
Bond rating industri
Bond rating yang diteliti Belkaoni (1993) meliputi estimasi sampel dari 266
industrial bond dan validasi sampel dari 115 industrial bond. Ada 9 variabel
. 2002 digitized by USU digital library
41
independet digunakan dalam model analisis multiple diskriminant. Penelitian
sebelumnya aalah bahwa bila suatu perusahaan mempunyai subordinated bonds dan
non subordinated bond. Subordinated bond ratingnya lebih rendah satu grade
dibanding dengan non subordinated bond. Dari tiga peneltian yang dilakukan
Belkaouni (1983) melaporkan persentase klasifikasi koresi yang lebih tinggi bila

kriterianya adalah .memprediksi dalam satu klas rating: dari klas rating yang aktual.
Sekuritas Hutang lainnya
Peavy dan Edgar (1983) meneliti 1980 oleh Moody.s terhadap commercial
papaer dari 83 bank. Ada 5 variabel model linier digunakan untuk memprediksi
rating commercial papaer; 1) Net income; 2) Common stock holder equity total
assets; 3) Growth rate of assets 5 tahun terakhir; 4) Return on Equity; 5) Reserve
(cadangan) untuk keruguan pinjaman. Model ini dapat memprediksi kategori rating
Moody yang aktual dengan tingkat kesuksesan 88 %.
E. Model Kuantitatif Debt Rating Pemerintah
Sekuritas hutang yang dil\keluarkan pemerintah kota praja dikelompkkan
pada dua kategori utama: 1) General obligation bonds dikeluarkan pemerintah yang
mempunyai kekuasaan untuk memungut pajak; 2) Revenue bonds dikeluarkan untuk
mendanai suatu projek yang akan menghasilkan income (misalnya, airport,
jembatan, jalan tol, instalasi listrik). Klasifikasi tingkat kesuksesan pada beberapa
penelitian lain dari obligaion municipal bond ratings secara umum adalah; a)(
Penelitian Carleton dan Lerner (1969) melaporkan 35% tingkat kesuksesan dalam
mengklasifikasikan suatu validasi sampel; b) Michel (1977) melaporkan 58% tingkat
kesuksesan salam mengklasifikasikan bond ratings.
Ada berbagai penjelasan yang ditawarkan untuk keslitan lebih besar dari
permodelan municipal bond rating relatif terhadap corporate bond ratings; 1)
Municipal bond lebih heterogen; 2) Keseragaman dalam laporan keuangan pada
tingktan yang lebih rendah; 3) Laporan keuangan untuk pemerintah adalah sulit
sihadapi pemerintah; 5) Ratings perusahaan lebh tidak konsisten dalam rating
municipal bond di bandingkan dengan rating corporate bond.
14.3. Harga Sekuritas Hutang
A. Hasil sekuritas hutang dan rating sekuritas hutang
Hasil sekarang dan hasil maturitas adalah dua bentuk yang sering digunakan
dalam literatur investasi bond.
Coupon rate of bond
Current yield of bond =
Curent market price
Masalah yang penting adalah hubungan antara rating sekuritas hutang
dan hasil (yields) sekuritas hutang. Secara empiris kedua hal ini berkolerasi. Pola
umum dari tabel 14.5 adalah debt ratings dan debt yield berkolerasi, sebab
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang sama mendasarinya.
B. Determinan perbedan dalam corporate bond yields.
Fisher (1959) meneliti risk premiums di samping yields to maturity. Risk
premium pada suatu bond adalah perbedaan antara market yieldnya dengan

maturity dan ingkat bunga yang murni. Default risk dan marketability risk
dihipotesiskan menjadi determinant risk premium.
C. Determinant dari Bond Price dan Bond Return
Ada dua faktor determinat yang penting dari bond price perusahaan.: 1) Arus
waktu kupon pembayaran bond; 2) Karakteristik bond misalnya current yield, call
provisions. Provisi konversidan likuiditasnya). Penelitian yang dilakukan oleh
Boarman dan Mc Enally.s (19814) mengenai analsis harga dari corporate bonds.
. 2002 digitized by USU digital library
42
Peneliti mencatat bahwa kekuatan penjelasan yang lebih rendah sedikit homogen
dibanding dengan kelompok yang bermutu yang tinggi.

Bab 15. Analisis Yang Menyulitkan dan Informasi Keuangan


15.1. Pendahuluan
Prediksi kesulitan perusahaan, dan istitusi lainnya adalah sesuatu yang menarik
untuk diteliti. Pihak-pihak yang terkait dalam prediksi kesulitan keuangan meliputi :
1) peminjam; 2) investor; 3) pihak regulatory (pembuat peraturan); 4) pegawai
pemerintah; 5) auditor; 6) manajemen.
15.2. Masalah operasionalisasi kesulitan keuangan
Kesulitan keuangan berkaitan dengan masalah likuiditas yang tidak dapat
dipecahkan tanpa mengukur kembali struktur atau operasi perusahaan. Berikut
adalah kelompok perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan maupun yang
tidak dan kelompok yang bangkrut maupun tidak.
Tidak kesulitan keuangan Kesulitan keuangan
Tidak bangkrut I II
Bangkrut III IV
Misalnya pada bagian II, tidak bangkrut, tapi kesulitan keuangan maka perusahaan
dapat memecahkan masalah likuiditasnya melalui rescaling operasinya atau melalui
merger. Pada bagian III, bangkrut, tapi tidak kesulitan keuangan, perusahaan dapat
merendahkan upah per jam pekerjaan. Masalah definisi kesulitan keuangan pada
sektor non laba adalah suatu universitas yang kesulitan dapat menutup
. 2002 digitized by USU digital library
43
universitasnya dan menjual fasilitas fisiknya, merger dengan universitas lain atau
mengurangi dana penelitian secara drastis.
15.3. Indikator Kesulitan Keuangan
1) Analisis cash flow untuk periode sekarang atau yang akan datang; 2) Analisis
strategi perusahaan, meliputi antara lain mutu manajemen, perluasan pabrik dan
sebagainya; 3) Analisis laporan keuangan perusahaan dan perbandingannya; 4)
Variabel-variabel eksternal seperti return sekuritas dan pemeringkatan obligasi
(bond).
15.4. Model Univariate untuk prediksi kesulitan keuangan
Ada dua asumsi dalam pendekatan ini; 1) Distribusi variabel untuk perusahaan yang
kesulitan keuangan secara sistematik berbeda dengan distribusi variabel untuk
perusahaan yang tidak kesulitan keuangan; 2) Perbedaan distribusi yang sistematis
dapat dieksploitisir untuk maksud-maksud prediksi.
A. Studi kasus kebangkrutan perusahaan jalan kereta api di Amerika Serikat
Ada dua rasio yang dihitung sehubungan dengan prediksi kebangkrutan perusahaan
jalan kereta api di Amerika Serikat;
1) Transportation expenses to operating revenue (TE/OR).

2) Time interest Earned


Perbedaan distribusi diantara ratio perusahaan yang bangkrut dengan yang
tidak bangkrut :
Asumsi yang pertama dalam pendekatan univariate adalah bahwa distribusi rasio
berbeda diantara perusahaan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut. Asumsi
normalitas untuk masing-masing rasio menyatakan bahwa distribusi mean atau
variance diantara dua kelompok perusahaan kereta api adalah berbeda.
Uji kemampuan prediksi
Satu masalah penting adalah apakah sesuatu dapat menggunakan perbedaan dalam
nilai rasio rata-rata untuk tujuan prediksi. Pendekatan univariate untuk memprediksi
yang akan digambarkan adalah uji klasifikasi dichotomous untuk memprediksi
perusahaan kereta api sebagai perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut. Pada tabel
15.2. dijelaskan bahwa kesalahan prediksi type 1 terjadi ketika perusahaan jalan
kereta api yang bangkrut diprediksi menjadi tidak bangkrut. Kesalahan type II
terjadi bila perusahaan yang tidak bangkrut diprediksi menjadi bangkrut. Teknik
memilih cut off didasarkan pada 10 perusahaan pada sampel yang diestimasi akan
menjadi berbahaya karena karakteriktik-karakteristik khusus perusahaan dalam dua
kategori akan mempengaruhi nilai cut off point. Selanjutnya, adalah penting untuk
menyelidiki kemampuan prediksi dari model univariate atas suatu sampel yang
independent. Sampel independent dibentuk dari validasi sampel.
Beberapa komentar umum pada contoh perusahaan jalan kereta api :
1. Kriteria yang digunakan untuk memilih cut off point untuk masing-masing rasio
adalah minimisasi jumlah kesalahan klasifikasi.
2. Uji klasifikasi dichotomous yang diuraikan adalah disamping beberapa
pendekatan univariate untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Suatu
pendekatan alternatif untuk memicu suatu point cut off adalah menggunakan nilai
rasio mean atau median dalam estimasi sampel.
3. Jika beberapa model univariate digunakan, adalah memungkinkan model tersebut
dapat menghasilkan prediksi konflik untuk suatu perusahaan.
B. Perbedaan dalam distribusi variabel keuangan
Membandingkan rasio mean dari perusahaan yang kesulitan keuangan maupun yang
tidak mempunyai sejarah panjang dalam literatur yang diterbitkan, misalnya
penelitian oleh Beaver (1966) yang memasukkan perbandingan mean rasio
keuangan dari 79 perusahaan yang gagal dengan 79 perusahaan yang tidak gagal.
Satu keterbatasan dengan membandingkan uji mean rasio keuangan adalah bahwa
membandingkan tersebut hanya menyelidiki distribusi satu angka. Ada beberapa
pilihan untuk dapat menggunakan peningkatan keyakinan bahwa ada perbedaan
. 2002 digitized by USU digital library
44
distribusi dalam rasio perusahaan yang kesulitan maupun yang tidak. Pilihan

pertama adalah menetapkan point-point yang dipilih dari distribusi dua sampel dan
menyelidiki overlap. Pilihan kedua adalah menggunakan uji statistik yang formal
signifikan untuk perbedaan dalam distribusi. Pilihan ketiga adalah melakukan suatu
uji prediktiv univariate dari berbagai contoh yang dapat digambarkan dalam
kebangkrutan perusahaan jalan kereta api.
C. Uji Prediksi Univariate
Uji klasifikasi dichotomous pertama kali dilakukan oleh Beaver (1966). Sampelnya
secara random dibagi menjadi dua subgroup. Subgroup pertama digunakan untuk
mengklasifikasikan perusahaan dalam subgroup yang kedua sebagai yang gagal
maupun yang tidak gaga. Satu hasil penelitian Beaver (1966) yang penting adalah
bahwa cut off point yang meminimalkan jumlah kesalahan klasifikasi yang dihasilkan
dalam perbedaan persentase kesalahan type I dan type II. Perusahaan yang tidak
gagal telah diprediksi secara benar kepada perluasan yang lebih besar dibandingkan
perusahaan yang gagal.
D. Gambaran bukti univariate
Jumlah rasio keuangan individual dan variabel-variabel yang telah diteliti dalam
penelitian prediksi kesulitan keuangan diterbitkan dalam 20 tahun terakhir adalah di
atas 100. Ada 4 kelompok variabel yang menunjukkan perbedaan yang konsisten
diantara perusahaan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut : 1) Rate of return
perusahaan yang bangkrut mempunyai kemampuan laba yang kecil; 2) Financial
leverage perusahaan yang bangkrut mempunyai leverage yang tinggi; 3) Fixed
payment coverage perusahaan yang bangkrut mempunyai coverage yang lebih
rendah; 4) Volatilitas stock return perusahaan yang bangkrut mempunyai stock
return rata-rata yang lebih rendah dan mempunyai variabilitas stock return yang
lebih tinggi. Zmijewski melaporkan bahwa kelompok likuiditas dan activity turn over
menunjukkan perbedaan yang terbatas antara perusahaan yang bangkrut dengan
yang tidak.
15.5. Model Multivariate prediksi kesulitan keuangan
Satu keterbatasan dari pendekatan univariate adalah bahwa variabel-variabel yang
berbeda dapat menyatakan prediksi yang berbeda untuk perusahaan yang sama.
Teknik statistik yang digunakan pada sebagian besar penelitian dapat dikelompokkan
ke dalam satu dari tiga kategori sebagai berikut : 1) Analisa determinan yang
tujuannya adalah untuk mengklasifikasikan observasi ke dalam satu dari dua
kelompok didasarkan pada sekumpulan variabel yang sebelumnya dirancang; 2)
Analisis logit atau probit bertujuan untuk mengestimasi probabilitas bahwa suatu
kejadian akan terjadi didasarkan pada sekumpulan variabel yang dirancang
sebelumnya; 3) Recursive partioning, yang merupakan teknik klasifikasi non
parametrik.
A. Studi kasus dari kebangkrutan perusahaan jalan kereta api di Amerika
Sertikat.
Ada dua kelompok rahasia dan diketahui : 1) Ketidakbangkrutan perusahaan pada

tahun t atau; 2) Kebangkrutan perusahaan pada tahun t. Masing-masing


perusahaan mempunyai dua variabel keuangan yang akan digunakan di dalam model
multivariate : Beban transportasi terhadap rasio pendapatan operasi dan rasio times
interest earned. Dari persamaan 15.2. Zi = -3,336 X
i
+ 0,657 Y
i
.
Semakin rendah Z
i
Score, semakin lebih berkemungkinan perusahaan jalan kereta
api menjadi bangkrut.
B. Kinerja model mutivariate yang dipilih
Literatur yang berisi laporan penelitian melaporkan hasil kemampuan prediksi
menggunakan model multivariate. Model ini didasarkan pada variabel yang
digunakan sebelum penelitian secara individu diteliti dengan menggunakan teknik
statistik yang biasa (analisis probit). Satu aspek yang penting dari penelitian
Zmijewski (1983) adalah analisis bagaimana perbedaan kemampuan prediksi dengan
. 2002 digitized by USU digital library
45
asumsi yang berbeda sebagai biaya relatif kesalahan Type I (bangkrut diprediksi
menjadi tidak bangkrut) dan kesalahan Type II (tidak bangkrut diprediksi menjadi
tidak bangkrut), sesungguhnya model yang memprediksi semua perusahaan tidak
bangkrut mempunyai tingkat klasifikasi kebenaran 98% untuk sampel Zmijewski
(1983). Yang kedua adalah bila biaya kesalahan Type I meningkat relatif terhadap
kesalahan type II, terdapat peningkatan persentase kebangkrutan secara benar
diklasifikasikan dan penurunan persentase ketidak bangkrutan secara benar
diklasifikasikan. Yang ketiga adalah perbedaan kinerja tujuh model tersebut ditandai
sebagai relatif peningkatan kesalahan type I.
Bukti Internasional
Model kesulitan keuangan secara multivariate telah dikembangkan pada beberapa
negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris,
Irlandia, Kanada, Belanda dan Perancis. Satu masalah yang ditujukan dalam survey
ini adalah kesamaan antara rasio perusahaan yang gagal dengan yang tidak gagal
pada batasan masing-masing negara. Altman (1984) menjelaskan bahwa setiap
perusahaan dengan z-score di bawah 1,8 dipertimbangkan menjadi kandidat utama
kebangkrutan, dan semakin rendah skornya, maka semakin tinggi kemungkinan
kegagalannya.
C. Aplikasi komersial dari model multivariate
Model multivariate yang dilaporkan dalam penelitian ini didasarkan pada tujuh

variabel berikut : 1) Profitability : earning before interest and taxes/total assets; 2)


Size : total assets : 3) Debt service : earning before interest and taxes/total interest
payments; 4) Liquidity : current ratio; 5) Cumulative profitability : retained
earnings/total assets; 6) Market capitalization : Five year average of market value of
common equity; 7) Earning stability : Normalized measure of the standard error of
estimate around a ten-year trend in the overall probability variable.
15.6. Reaksi pasar modal terhadap kesulitan keuangan
Penelitian yang meneliti variabel laporan keuangan melaporkan bahwa tiga sampai
lima tahun sebelum kebangkrutan, rasio kebangkrutan keuangan perusahaan mulai
menunjukkan perilaku yang berbeda dari perusahaan yang tidak bangkrut. Hasil
penelitian mengenai hal ini antara lain : 1) Penelitian Aharony, Jones dan Swary
(1980) membandingkan return 45 perusahaan industri Amerika yang bangkrut pada
periode 1970-1978 dengan 65 perusahaan pengendali. Hasilnya adalah bahwa
investor yagn menyesuaikan secara perlahan-lahan terhadap penurunan posisi
solvency kebangkrutan perusahaan pada taksiran periode empat tahun. Penurunan
tertajam dalam penurunan return rata-rata mingguan adalah dalam tujuh minggu
sebelum kebangkrutan; 2) Clark dan Weinstein (1983) melaporkan hasil yang sama
terhadap penelitian Aharony dkk. Kesimpulannya adalah bahwa walaupun
pemegang saham sudah menderita rugi sebelum kejadian -1, pemegang saham
menderita tambahan kerugian dalam suatu periode yang sangat pendek. Ada
beberapa alasan mengenai variabel pasar modal terhadap informasi kesulitan
keuangan dalam model multivariate tambahan yang didasarkan pada laporan
keuangan : a) Pasar modal dapat mengakui hubungan non linier dan multiplicative
diantara data laporan keuangan dan kesulitan keuangan; b) Pasar modal dapat
mengakses informasi yang tidak tercermin dalam laporan keuangan.
. 2002 digitized by USU digital library
46
Bab 16. Keputusan Pinjaman dan Informasi Keuangan
16.1. Pendahuluan
Bab ini menyelidiki kegunaan laporan keuangan dan informasi lain dalam keputusan
pinjaman. Dalam perjanjian pinjaman, keputusan mengenai tingkat bunga, jumlah
pinjaman, dan keterbatasan harus ditetapkan. Bank harus merancang sistem
warning untuk mengantisipasi kegagalan pinjaman. Rancangan sistem tersebut
meliputi penggunaan model untuk memprediksi kegagalan dan variabel-variabel
yang tercakup.
16.2. Sumber informasi untuk keputusan pinjaman
Sumber informasi yang dapat diakses analis meliputi : 1) Pemohon pinjaman,
informasi yang dibutuhkan antara lain laporan keuangan, program bisnis dan
pengalaman manajemen; 2) Institusi pinjaman dan personalia, informasi mengenai

catatan pembayaran sebelumnya, catatan manajemen terhadap kemampuan masa


lalu harus tersedia. Terhadap klien yang masih baru, maka informasi dari
perusahaan yang dibandingkan dapat bermanfaat dalam membuat keputusan ; 3)
Survey kredit eksternal (external credit surveys), jasa pemeringkatan obligasi dan
credit menyediakan informasi untuk klien-klien yang potensial dari suatu institusi
peminjaman; 4) Factor, tenaga kerja dan pasar produksi, ketiga hal ini merupakan
sumber informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk menerima dukungan dari
pemasok, pelanggan dan lain-lain; 5) Pasar modal; 6) Laporan industri dan ekonomi,
seorang analis dapat mengakses berbagai sumber informasi dari laporan ini.
16.3. Analisis descriptive dari keputusan pinjaman
Figur 16.3. menjelaskan tiga tahapan dalam proses pinjaman komersial : 1)
Pengesyahan pinjaman; 2) Monitoring pinjaman; 3) Penghapusan pinjaman. Ada
dua alasan yang berkenaan dengan proses di atas : 1) Untuk memperoleh wawasan
peran laporan keuangan dan informasi lain dalam keputusan ini; 2) Untuk
menyelidiki inovasi yang dapat memperbaiki keputusan pinjaman.
A. Analisis perjanjian pinjaman
Satu sumber informasi proses keputusan pinjaman adalah perjanjian pinjaman
meliputi beban tingkat bunga, jumlah pinjaman, dan persyaratan pinjaman. Tabel
16.1. menyajikan contoh perjanjian dalam 37 perjanjian pinjaman. Perjanjian yang
dirancang tersebut adalah untuk mengurangi konflik antara pihak yang
meminjamkan dengan pihak yang meminjam. Satu wawasan yang penting dari
perjanjian pinjaman adalah insentif dari pihak yang meminjamkan untuk
mengadopsi prosedur yang menambah kekurangan yang dirasakan dalam laporan
keuangan. Suatu keberuntungan dari perjanjian pinjaman sebagai sumber informasi
atas prosedur pinjaman adalah bahwa perjanjian tersebut secara eksplisit sudah
termasuk dalam prosedur pinjaman. Dalam perjanjian tersebut akan terlihat hak
dan kewajiban kedua belah pihak.
B. Interview dengan loan officers
Backer dan Gosman (1979) melaporkan hasil interview pada sebagian besar Bank di
Amerika Serikat, Dun dan Bradstreet, perusahaan bank investasi dan agen
pemeringkatan Bond. Temuan secara umum adalah bahwa dengan perpanjangan
pinjaman, penekanan lebih ditekankan pada rasio leverage dan profitability serta
kekurangan pada rasio likuiditas dan turn over. Tabel 16.2. menyajikan 10 rasio
tertinggi yang diperingkat berdasarkan kepentingannya. Debt-to-Equity ratio adalah
rasio keuangan yang diperingkat dari rata-rata tingkat kepentingan.
C. Pemodelan klasifikasi loan office
Ada 5 kategori dalam mengklasifikasikan pinjaman : 1) Current risiko bank yang
diterima secara normal; 2) Disebutkan khusus (especialy mentioned). Bukti
kelemahan dari kondisi peminjaman dari skedul pembayaran kembali yang tidak
realistis ; 3) Substandard; 4) Keragu-raguan (doubtful); 5) Kerugian (loss) pinjaman
yang tidak dapat ditagih.

. 2002 digitized by USU digital library


47
Sudah banyak penelitian mengenai kemampuan model statistik untuk mereplikasikan
keputusan dari loan officer untuk mensyahkan pinjaman. Penelitian Dietrich dan
Kaplan (1982) meneliti mengenai pinjaman komersial dari bank komersial. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengembangkan model linier yang dapat mereplikasi
keputusan dalam mengklasifikasikan risiko pinjaman, kemungkinan semakin tinggi
pula leverage-nya, arus dana yang lebih rendah, dan penurunan penjualan.
Penelitian oleh Marais, Patell dan Wolfson (1984) meneliti klasifikasi pinjaman yang
dibuat oleh bank komersial yang besar. Dengan menggunakan 13 item laporan
keuangan. Sebagai variabel independent dalam model multivariate probit ada
klasifikasi yang dilaporkan dalam bentuk persentase.
Ketika mengintepretasikan persentase-persentase, Patel dan Solfson (1984)
menyatakan perlunya mempertimbangkan penjelasan-penjelasan berikut : 1) Loan
officer mempertimbangkan variabel-variabel yang ada dalam tabel 16.1.; 2) Loan
officer hanya mempertimbangkan 3 variabel tersebut kecuali dalam hal non linier
atau non additive; 3) Klasifikasi yang konsisten tidak dilakukan oleh loan officers
individual dalam sampel itu.
Penelitian Spong dan Hoening (1979) melaporkan bahwa klasifikasi pinjaman
berkorelasi dengan charge-off selanjutnya.
D. Sumber data eksternal yang digunakan dalam keputusan
Dalam keputusan pinjaman dan perdagangan credit, informasi mengenai pemohon
pinjaman dapat dibeli dari jasa pelayanan komersial seperti yang diberikan oleh Dun
& Bradstreet (D & B) mengenai modal dan pemeringkatan kredit. Pemeringkatan
kredit dikelompokkan pada empat kategori : tinggi, baik, wajar atau terbatas
(limited).
16.4. Pendekatan kuantitatif pada keputusan pinjaman
Model kuantitatif berperan penting dalam keputusan pinjaman. Pemeringkatan yang
diberikan oleh model kuantitatif adalah input yang besar dalam keputusan
pengesyahan pinjaman.
A. Masalah dalam keputusan pengesyahan pinjaman
1) Kehilangan fungsi untuk model kesalahan prediksi; 2) Sekumpulan perusahaan
untuk masuk dalam sampel; 3) Populasi model untuk diterapkan; 4) Variabel
independent yang ada dalam model; 5) Perlakuan atas data yang hilang; 6)
Ketetapan periode waktu yang mengasumsikan model itu adalah valid.
Kehilangan fungsi untuk menggunakan model kesalahan prediksi.
Ada 2 parameter penting bila kita memperoses aplikasi pinjaman :
1. C1 - Biaya prediksi, yang akan dilakukan pemohon untuk membayar bila
selanjutnya biaya prediksi itu tidak dapat dibayar kembali.
2. C2 - Biaya prediksi, yang tidak akan dilakukan pemohon untuk membayar bila

selanjutnya biaya prediksi itu dapat dibayar kembali.


. 2002 digitized by USU digital library
48
Penelitian mengenai besaran C1 dilakukan oleh Altman (1980)
Sangat sedikit sekali analisa biaya C2 dilaporkan dalam literatur. Altman, Haldeman
dan Narayanan (1977) berargumen bahwa besarannya .kecil..
Luasnya perusahaan yang masuk dalam sampel
Analisis pinjaman selalu menghadapi trade off diantaranya mempunyai observasi
yang cukup luas pada estimasi model skoring yang efisien dan mempunyai
sekumpulan perusahaan yang homogen dengan tetap memperhatikan atribut yang
relevan terhadap keputusan pinjaman.
Populasi untuk aplikasi model
Ada dua populasi yang penting terhadap seorang peminjam : 1) Populasi pemohon
pinjaman baru; 2) Populasi pemohon yang diterima.
Variabel independent yang masuk dalam model : 1) Pengalaman masa lalu dari
institusi pinjaman; 2) Penelitian masa lalu atas prediksi kesulitan keuangan atau
klasifikasi pinjaman; 3) Metode penyelidikan data secara intensive seperti stepwise
regression atau stepwise discriminant analysis.
Perlakuan atas data yang hilang
Solusinya adalah bahwa jika beberapa perusahaan kehilangan informasi untuk
variabel yang diberikan, nilai median untuk sampel tersebut diganti dengan informasi
yang hilang.
Ketetapan
Perubahan dapat terjadi oleh pemohon pinjaman; dalam karakteristik pemohon atau
dalam industri dan lingkungan ekonomi; pendekatan yang dilakukan terhadap
perubahan ini adalah menerima variabel independent kecuali mengestimasi kembali
koefisiennya dan menerbitkan point cut off yang baru untuk mengklasifikasikan
pinjaman pada berbagai kategori.
B. Kontribusi model skoring kuantitatif
Model skoring dapat memberikan beberapa kontribusi penting dalam membuat
keputusan kredit : 1) Model skoring dapat memfasilitasi monitoring, pengendalian,
dan risiko perkiraan (item) income; 2) Keputusan yang berhubungan dengan C1 dan
C2 adalah input penting dalam skoring; 3) Sistem skoring kredit dapat digunakan
untuk menguji variabel mana yang penting untuk membedakan resiko kredit baik
dan jelek; 4) Sistem skoring kredit dapat membantu dalam alokasi waktu loan officer
dan sumberdayanya; 5) Sistem skoring kredit dapat membantu
mengimplementasikan kekonsistenan kebijakan pinjaman dengan undang-undang
negara.
C. Permohonan pinjaman komersial
Ada 4 pertanyaan penting sehubungan dengan pemberian kredit : 1) Status rumah;

2) Giro; 3) Tujuan pinjaman; 4) Ketentuan pinjaman.


. 2002 digitized by USU digital library
49
D. Permohonan pinjaman komersial
Permohonan yang sering terjadi dari skoring kredit sektor komersial berkaitan
dengan kredit perdagangan. Penelitian oleh Ewert (1977), Cowen and Page (1982)
dilakukan dengan menggunakan model diskriminan.
16.5. Keputusan pinjaman dan alternatif akuntansi
Pegawai bank mempunyai insentif untuk menggunakan informasi yang
memfasilitasikan membuat keputusan pinjaman lebih baik.
A. Perbedaan dalam GAAP
Ada beberapa penjelasan bagi loan officer untuk tidak membuat suatu usaha
substansial menyesuaikan perbedaan pada beberapa metode akuntansi yang
digunakan :
1) Kesimpulan profitability, leverage dan sebagainya tidak dirasakan sensitif untuk
menggunakan metode akuntansi yang berbeda digunakan oleh para pemohon.
2) Kekurangan analis atau pengetahuan untuk membuat penyesuaian yang tepat
dalam hal tertentu.
3) Analis dapat mengakses sumber-sumber informasi yang mengkompensasikan
perbedaan metode akuntansi.
. 2002 digitized by USU digital library
50
B. Alternatif pelaporan keuangan Non-GAAP
Pegawai bank dapat menggunakan alternatif Non-GAAP bila mengevaluasi pemohon
pinjaman atau bila menulis perjanjian pinjaman dengan pemohon yang diterima.
Leftwich (1983) melaporkan bahwa semua perjanjian pinjaman berisikan referensi
khusus terhadap aturan pengukuran yang digunakan untuk menghitung angka
akuntansi untuk tujuan perjanjian. Aturan-aturan yang diadopsi di luar GAAP
misalnya kontinjensi, mata uang asing, goodwill dan intangible, serta pajak
penghasilan. Hal ini ditafsirkan untuk mengurangi konflik kepentingan antara
pinjaman dan yang meminjam.
D. Perbedaan metode akuntansi dan model skoring kuantitatif
Perbedaan dalam metode akuntansi dapat menciptakan kesulitan bila menggunakan
model skoring kuantitatif dalam evaluasi pinjaman pada konteks ini adalah berguna
untuk membedakan antara : 1) Perbedaan cross-sectional; 2) Perbedaan time-series.
Ada beberapa alternatif seseorang dapat mengadopsi dalam situasi ini : 1) Untuk
membangun model skoring yang terpisah pada masing-masing kombinasi alternatif
akuntansi; 2) Menggunakan teknik penyesuaian untuk menempatkan skor pemohon
dengan model pada basis yang sama dengan memperhatikan metode akuntansi.

http://jurnalakuntansikeuangan.com/2014/05/bagaimana-cara-auditormemeriksa-aspek-going-concern-perusahaan/
Akuntansi Audit-SPI
Bagaimana Cara Auditor Memeriksa Aspek Going Concern
Perusahaan?
oleh Mr. JAK5 Komentar

Auditor TIDAK WAJIB untuk memprediksi kondisi masa depan


perusahaan terperiksa (auditee.) Namun belakangan, dalam proses
audit, auditor diharapkan untuk mempertimbangkan kemampuan
perusahaan dalam menjaga kelangsungan hidupnya (continue
to going concern), minimal untuk satu tahun buku ke
depan. Bagaimana cara auditor memeriksa aspek going concern
perusahaan?
Itulah yang akan JAK bahas melalui artikel sederhana ini. Namun
sebelum masuk ke topik utama, mari kita lihat bagaimana peranan
going concern di dalam perusahaan terlebih dahulu.
([textmarker color=FF0D05]Precaution[/textmarker]: Artikel ini
tergolong panjang dan rinci, thus mungkin mengkonsumsi waktu yang
banyak untuk membaca dan memahami isinya. Untuk itu JAK bagi
menjadi beberapa sub-judul agar lebih mudah dibaca. [textmarker
color=0A8F06]Anjuran[/textmarker]:sebaiknya dibaca di rumah saat
ada waktu luang).

Pentingnya Asumsi Going


Concern Dalam Akuntansi
Going Concern, dalam akuntansi, adalah sebuah ASUMSI
(sekalilagi sebuah asumsi) yang menganggap bahwa perusahaan
akan beroperasi dalam jangka panjang. Dan sebagian besar
perlakuan akuntansimulai dari pengukuran hingga
pengungkapannyamenggunakan asumsi ini.
Aset Tetap misalnya, awalnya diakui sebesar harga perolehan (cost)
untuk kemudian di alokasikan sebagai beban/biayamelalui
penyusutan atau amortisasi secara bertahapselama umur
manfaatnya (=umur ekonomisnya). Hal ini karena adanya matching
concept dimana perusahaan diasumsikan akan beroperasi dalam
jangka panjangGoing Concernminimal selama usia manfaat aset.
Pengeluaran-pengeluaran besar sehubungan dengan aset, sebagai
contoh berikutnya, dikapitalisasi ke aset terkait. Hal ini, juga dengan
asumsi bahwa perusahaan akan beroperasi dalam jangka panjang
(Going Concern). Andai tidak menggunakan asumsi Going Cocern,
mestinya, berapa besarpun pengeluaran yang timbul langsung
dibebankan (expensed) pada saat terjadi.

Asumsi yang sama juga digunakan ketika perusahaan mengakui


Biaya Dibayar Dimuka atau Pendapatan Diterima Dimuka.
Andai tidak menggunakan asumsi Going Concern maka tidak akan
pernah ada pengalokasian beban secara bertahap
(penyusutan/amortisasi). Pengakuan pendapatan secara bertahap
juga takkan pernah terjadi.
Pengelompokan Aset Lancar Tak lancar dan Utang Jangka
Pendek Jangka Panjang pada Laporan Posisi Keuangan (=Neraca)
juga tak pernah ada jika asumsi Going Concern tak digunakan.
Bahkan, periodesasi pelaporan keuangan juga menjadi tak diperlukan
lagi, dan yang namanya matching-concept otomatis menjadi tak ada.
Persoalannya, yang namanya ASUMSI tetap saja asumsi yang
pada titik tertentubisa jadi tidak mewakili kondisi sebenarnya.
Termasuk asumsi going concern yang digunakan dalam akuntansi.
Ada kalanya, pada titik tertentu, perusahaan tidak mampu lagi
menjaga kelangsungan hidupanya.
Sekarang bayangkan; apa yang terjadi ketika Laporan Keuangan
yang disajikan menggunakan asumsi going concern padahal pada
kenyataannya perusahaan tidak mampu lagi meneruskan
operasionalnya dalam jangka panjang alias tidak sungguh-sungguh
going concern?
Itu artinya, asumsi going concern yang digunakan untuk menyusun
laporan keuangan sudah tidak valid lagi; tidak mewakili kondisi

perusahaan yang sebenarnya, meskipun angka-angkanya akurat dan


perlakuannya telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Sehingga, semua isi laporan keuangan yang
disajikan menjadi TIDAK MASUK AKAL lagi! Tidak valid!
Itu sebabnya, perlu ditekankan bahwa Laporan Keuangan disajikan
dengan asumsi perusahaan mampu beroperasi dlm jangka panjang
(going concern).
Selanjutnya, kita lihat peranan penting asumsi going concern bagi
pengguna Laporan Keuangan.

Pentingnya Status Going


Concern Bagi Pengguna
Laporan Keuangan
Bagi pengguna eksternal, utamanya investor dan kreditur, Laporan
Keuangan (yang disusun menggunakan asumsi Going Concern oleh
manajemen perusahaan) merupakan sumber informasi utama untuk
mengambil keputusan-keputusan penting:

Investor menginvestasikan uangnya dengan cara membeli


saham perusahaan dan bersedia dikembalikan dalam bentuk
dividend yang nilai Rupiahnya jauh lebih kecil dibandingkan total

Rupiah yang diinvestasikan, karena berharap akan memperoleh


dividend dalam jangka panjang.

Lembaga keuangan seperti bank mengucurkan kredit bagi


perusahaan dan bersedia dikembalikan secara bertahap, juga
dengan asumsi bahwa perusahaan mampu beroperasi dalam
jangka panjang.

Bayangkan nasib investor dan kreditur bila ternyata perusahaan tidak


mampu untuk going concern? Mereka akan merugi!
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor butuh informasi
apakah investee mampu going concern ke depannya atau tidak.
Lembaga keuangan juga butuh informasi yang sama sebelum
memberikan kredit.
Lalu, darimana investor dan kreditur memperoleh informasi
mengenai kepastian status going concern perusahaan?

Sedikit Mengenai Teori


Keagenan dan Audit
Pihak eksternal bisa mmperoleh informasi mengenai kemampuan
going concern perusahaan dari laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen. Dengan bantuan para analyst, investor dan kreditur bisa

melakukan penilaian terhadap prospek investasi dari berbagai aspek,


termasuk aspek kemampuan going concern.
[textmarker color=FF1D0D]Pertanyaannya[/textmarker]: Apakah
laporan keuangan yg disajikan oleh manajemen akurat, tidak
mengandung material misstatement dan tidak manipulatif?
Teori keagenan (agency theory), singkatnya, menyarankan: jangan
percaya begitu saja terhadap asersi (laporan keuangan yang
disajikan) manajemen!
Lebih rinci dalam teori keagenan disebutkan bahwa, prinsipal
(=pemegang saham) sebagai pemilik perusahaan memberikan
mandat kepada agen (=jajaran manajemen) untuk menajalankan
operasional perusahaan sehari-hari. Dengan harapan akan terjadi
kontrak yang efisien diantara mereka.
Jensen dan Meckling, 1976 silam, mendefinisikan hubungan
keagenan sebagai

suatu kontrak dimana satu orang atau lebih


[principal] meminta pihak lainnya [agen] untuk
melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama
prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa
wewenang pembuatan keputusan kepada agen.

Ada dua asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam hubungan


keagenan agar menghasilkan suatu kontrak yang efisien diantara
principal dan agen, yaitu:

Simetri informasi; dan

Imbalan pasti bagi agen.

Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola perusahaan


selalu memiliki akses informasi yang lebih luasthus memiliki lebih
banyak informasi mengenai kondisi perusahaanjika dibandingkan
dengan prinsipal. Kondisi seperti iniyang disebut asimetri
informasiadalah kondisi yang tidak ideal dilihat dari kepentingan
prinsipal.
Oleh karena itu, sebagai pengelola perusahaan para manajer
berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi
perusahaan melalui penyajian Laporan Keuangan beserta Catatan
dan Penjelasannya.
Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak-pihak internal
dan eksternal perusahaan yang tidak memiliki akses langsung ke
dalam data keuangan.
Namun, Eisenhardt (1989) telah mengingatkan tentang adanya tiga
asumsi sifat manusia terkait teori keagenan, yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest);

2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa


depan (bounded rationality); dan
3. Manusia selalu menghindari risiko (risk averse).
Mempertimbangkan 3 asumsi sifat dasar manusia
tersebut, Eisenhardtmewanti-wanti bahwa manajer akan cenderung
bertindak oportunis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya
dibandingkan menjaga komitmennya kepada prinsipal yang
memberinya kepercayaan. Perilaku ini bisa memicu terjadinya konflik
keagenan.
Teori yang sama juga menyebutkan bahwa, pihak manajemen
umumnya memiliki kepentingan yang berbeda dengan prinsipal
sehingga akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai
dengan tujuannya, bukan demi kepentingan prinsipal.
Nah, sebagai penengah (intermediary), hadirlan AUDITOR
INDEPENDEN (biasanya berada dibawah naungan Kantor Akuntan
Publik tertentu) yang bisa mengurangi potensi konflik keagenen
tersebut. Melalui proses audit, auditor melakukan pemeriksaan dan
memberikan opini (atestasi) atas kewajaran isi Laporan Keuangan
yang disajikan oleh manajemen perusahaan.
Dalam SAS (AU 110) Paragraf 01 dijelaskan:

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor


independen adalah untuk menyatakan pendapat
[opini] tentang kewajaran, dalam semua hal yang

material terkait posisi keuangan, hasil usaha,


perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Ada 5 jenis opini yang dapat diberikan oleh auditor terhadap
laporan keuangan auditee, yaitu:
1. Wajar tanpa pengecualian (unqualified) Opini ini diberikan oleh
auditor apabila:

Audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan


standar auditing;

Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi


yang berlaku umum;

Tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan


bahasa penjelasan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa


penjelasan Opini ini diberikan oleh auditor apabila: (1) audit telah
dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing; (2)
penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, tetapi (3) terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang
memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang
memerlukan bahasa penjelasan tambahan bisa disebabkan oleh
salahsatau atau lebih kondisi berikut ini:

Sebagian opini auditor didasarkan atas laporan auditor


independen lain;

Adanya penyimpangan dari pernyataan standar akuntansi


keuangan (PSAK) yang berlaku;

Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam


penggunaan prinsip dan metode akuntansi;

Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang


material; atau

Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam


mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern)

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified) Opini ini


diberikan apabila salahsatu atau lebih kondisi berikut ini terjadi:

Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya


pembatasan lingkup audit yang material tapi tidak memengaruhi
laporan keuangan secara keseluruhan;

Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari


prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material
tetapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak
memadai maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor
harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf
terpisah sebelum paragraf pendapat.

4. Pendapat tidak wajar (adverse) Opini ini diberikan apabila


auditor berpendapat bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Opini ini harus disertai
penjelasan mengenai alasan pemberian opini tidak wajar.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer) Auditor
tidak memberikan pendapat apabila:

Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh


klien maupun karena kondisi tertentu; dan/atau

Auditor tidak independen terhadap klien.

Setelah diperiksa oleh auditor independen, laporan keuangan yang


disajikan oleh manajemen diharapkan tidak mengandung salahsaji
yang bersifat material (material misstatement) dan benar-benar
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga
pengguna laporan keuangan dapat membuat keputusan-keputusan
penting dengan lebih tepat berdasarkan Laporan Keuangan Auditan
(audited financial statemenets.)
Hanya saja, belakangan (setidaknya sejak skandal Enron), publik
mengharapkan agar disamping menilai kewajaran isi Laporan
Keuangan, melalui proses auditing, auditor juga bisa memberi
semacam peringatan dini (early warning) kepada pengguna terkait
kondisi dan peristiwa tak pasti (uncertainty) yang berpotensi risiko
kerugian bagi stakeholders eksternal, yakni: investor/pemegang
saham, kreditur, pemerintah/regulator.
Salahsatu kondisi dan peristiwa tak pasti itu adalah hal-hal yang bisa
membuat perusahaan tidak mampu lagi menjaga kelangsungan

hidupnya di masa depan, yakni aspek kemampuan untuk going


concern.
Pindah ke paragraf berikutnya

Peranan Auditor Dalam


Memeriksa Aspek Going
Concern Auditee
Di masa silam, proses audit tidak secara khusus memeriksa aspek
going concern auditee. Tugas dan tanggungjawab auditor terbatas
pada penilaian terhadap kewajaran penyajian Laporan Keuangan
yang tentu saja disusun dengan menggunakan basis data historis
(transaksi-transaksi yang telah terjadi), samasekali TIDAK menilai
atau memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang,
termasuk kemampuannya untuk terus going concern.
Namun publik mengharapkan agar tugas dan tanggungjawab auditor
diperluas, sehingga mampu memininalkan risiko terkait kondisi dan
peristiwa yang sifatnya tak pasti. Salahsatu tugas dan tanggungjawab
yang diperluas itu adalah pemeriksaan terhadap kemampuan
perusahaan untuk melanjutkan operasionalnya dalam jangka panjang
(aspek going concern).

Atas harapan itu, untuk pertamakalinya di tahun 1978,


the Commission on Auditors Responsibilities (CAR)sebuah komisi
khusus membahas mengenai tugas dan tanggungjawab auditor di
Amerika Serikat yang anggotanya terdiri dari board of
director American Institute of Certified Public Accountant (AICPA),
fokus untuk merespon permintaan publik tersebut.
Hasil pembahasan itu menyimpulkan bahwa, diikutsertakannya aspek
going concern dalam laporan audit justru membingungkan pengguna,
menggeser tugas auditor, dan kerap menimbulkan harapan palsu di
kalangan pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu CAR
merekomendasikan agar aspek going concern disertakan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan yang dirilis oleh pihak manajemen
auditee bersamaan dengan Laporan Keuangan saja, tidak pada
laporan audit yang dirilis oleh auditor.
Dan, the Auditing Standard Board (ASB)-pun mengamini rekomendasi
tersebut. Namun, keputusan itu memperoleh tekanan balik yang keras
dari publik. Mereka tetap meminta agar tugas dan tanggungjawab
auditor diperluas, termasuk memeriksa aspek going concern.
Seiring dengan semakin banyaknya skandal laporan keuangan yang
timbul pada masa-masa setelah itu, maka ASB akhirnya merilis
Statement of Auditing Standard (SAS) nomor 59.
SAS 59 (AU 341.01), secara eksplisit menyatakan:

Kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai


asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang
tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan
hal yang berlawanan.
Dengan kata lain, kecuali ditemukan adanya informasi sebaliknya,
maka secara otomatis asumsi going concern harus digunakan dalam
menilai kewajaran Laporan Keuangan.
Lalu, seperti apa implementasinya di lapangan? Apa yang
dilakukan oleh auditor untuk memastikan tidak ada kesangsian
substansial terhadap aspek kemampuan going concern
perusahaan?

Cara Auditor Pemeriksaan


Aspek Going Concern
Pada umumnya, keberlanjutan operasional perusahaan terancam oleh
satu keadaan saja, yaitu: adanya kondisi dan peristiwa tak pasti yang
bisa membuat perusahaan menjadi tidak mampu membayar
liabilitasnyabaik yang tergolong jangka pendek maupun jangka
panjang.

Oleh sebab itu, SAS 59 (AU 341) memberikan petunjuk mengenai


kondisi-kondisi dan peristiwa-peristiwa yang dapat dipakai sebagai
bahan pertimbangan untuk menemukan adanya kesangsian
substansial (=keraguan besar) terhadap kemampuan going concern
entitas auditee di masa yang akan datang, setidanya hingga satu
tahun buku ke depan.
Ada 4 kondisi dan peristiwa yang dapat diidentifikasi dan
dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh auditor, yaitu:
1. Kecenderungan-Kecenderungan Negatif (Negative Trends)
Misalnya: kerugian operasional yang terjadi secara berulang dari
periode-ke-periode, kekurangan modal kerja yang terus terjadi, arus
kas aktivitas operasional yang negatif, rasio-rasio kinerja kunci (key
performance indicator) yang berskor buruk.
2. Indikasi Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Contoh,
kegagalan dalam memenuhi kewajiban membayar utang, nunggak
pembayaran dividen, penolakan dari pemasok terhadap pengajuan
permintaan pembelian kredit biasa, timbulnya kebutuhan akan
restrukturisasi utang, tilmbulnya kebutuhan untuk mencari sumber
atau metode pendanaan baru, adanya inisiasi untuk menjual cepat
sebagian aset yang dimiliki.
3. Persoalan Internal (Internal Issues) Misalnya, pemogokan kerja
atau konflik perburuhan yang lain, adanya ketergantungan yang tinggi
terhadap keberhasilan suatu proyek tertentu, adanya komitmen

jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, adanya kebutuhan


untuk merombak operasional perusahaan secara signifikan.
4. Persoalan Eksternal (External Issues) Contoh: adanya tuntutan
hukum atau gugatan pengadilan yang berpotensi mengganggu
kelangsungan hidup perusahaan, keluarnya undang-undang atau
masalah-masalah lain yang berpotensi membatasi atau menghentikan
operasional perusahaan baik sebagian maupun keseluruhan,
kehilangan hak kelola-lisensi-copyright-dan-paten penting, kehilangan
pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar
seperti gempa bumi-banjir-kekeringan-dan force majeur lainnya yang
tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan
yang tidak memadai.
Nah, prosedur atau langkah-langkah seperti apa yang bisa diambil
oleh auditor untuk mempertimbangkan empat kondisi dan peristiwa di
atas sehingga sampai pada kesimpulan apakah MENYANGSIKAN
atau TIDAK MENYANGSIKAN kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern)?
Tentu saja, auditor perlu melakukan pekerjaan ekstra di
sepanjang proses audit yang dijalankan. Misalnya, pada saat:
1. Menjalankan Prosedur Analitis (analytical procedures) Entah
pada fase perencanaan atau pengujian substantif atau review
setelahnya, auditor biasanya hanya menilai akurasi dan kewajaran
penyajian. Nah, dalam upaya menemukan trend negatif seperti

petunjuk SAS 59 di atas, mungkin auditor perlu melakukan trend


analysis terhadap akun-akun tertentu, misalnya:

Apakah penjualan atau revenue perusahaan mengalami


kemerosotan yang signifikan secara terus menerus

Apakah cost dan expense yang timbul trendnya meningkat


signifikan secara terus-menerus

Apakah ada penumpukan nilai persediaan yang tak kunjung


berubah menjadi tagihan atau kas

Apakah nilai bad debt terus meningkat

Apakah total nilai utang dagang/usaha yang mengalami overdue


terus meningkat

2. Menjalankan Review Terhadap Peristiwa Setelah Tanggal


Laporan(Subsquent Events Review) Pada saat melakukan
subsequent event review, auditor biasanya hanya memastikan bahwa
semua transaksi bersifat material telah diikut sertakan ke dalam
Laporan Keuangan Auditan (audited financial statements). Upaya
ekstra yang perlu dilakukan oleh auditor untuk melihat kemungkinan
adanya masalah going concern antara lain:

Melihat dan mencari tahu, apakah ada pelanggan besar


perusahaan yang mengalami kebangkrutan, sehingga piutang
overdue kemungkinan akan segera berubah menjadi kerugian
piutang tak tertagih, dan yang terpenting mungkin trend penjualan
akan terus menurun di masa-masa berikutnya.

Melihat dan mencari tahu, apakah harga jual produk/jasa


perusahaan mengalami penurunan di pasaran

Melihat dan mencari tahu, apakah ada pemasok yang


menurunkan jumlah pasokan (atau menghentikannya samasekali)
menyusul penghentikan fasilitas kredit.

Apakah ada lembaga keuangan yang menurunkan plafond kredit


atau menghentikannya samasekali.

Apakah ada pengambilalihan aset perusahaan oleh pihak lain.

3. Menjalankan Review Kepatuhan (Compliance Review) Upaya


ekstra lainnya adalah dengan melakukan review terhadap kepatuhan
perusahaan dalam menjalankan komitment dengan kreditur,
utamanya lembaga keuangan yang menyediakan kredit jangka
panjang seperti bank. Auditor perlu melihat apakah perusahaan masih
mampu memenuhi komitmennya sebagaimana tertuang di dalam
perjanjian semula (dalam akad kredit misalnya).
4. Membaca Notulen Rapat (Minutes Reading) Biasanya, auditor
membaca minutes meeting yang diselenggarakan dalam RUPS,
Dewan Direksi dan Dewan Komite, hanya untuk mencari tambahan
informasi untuk memastikan akurasi dan kewajaran penyajian laporan
keuangan. Upaya ekstra yang bisa dilakukan untuk menemukan
adanya indikasi persoalan going concern di sini diantaranya dengan
mencari informasi yang mengindikasikan:

Adanya rencana alokasi biaya litigasi (=penanganan sengketa)


yang meningkat drastis

Adanya wacana untuk mencari sumber pendanaan alternative


selain yang biasanya

Adanya wacana untuk melakukan perombakan sistim kerja


operasional perusahaan secara signifikan

Adanya program pemangkasan cost dan expense seperti


rencana PHK, penghentian operasional segment atau unit bisnis
tertentu, atau pengurangan jam kerja operasional, secara besarbesaran.

Adanya penghentian kontrak kerja mendadak dengan tenaga


expert yang selama ini digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Adanya penghentian anggota manajemen puncak dan


menengah.

5. Review Terhadap Permintaan Konsultasi Legal (Inquiry of Legal


Counsel Review) Upaya berikutnya yang bisa dilakukan oleh auditor
dalam upaya menemukan adanya kesangsian terhadap aspek going
concern adalah dengan melihat catatan koresponden dengan institusiinstitusi legal seperti kantor pengacara, penasehat hokum dan notaris.
Dari proses review itu, mungkin auditor bisa menemukan adanya
komunikasi yang intens terkait masalah litigasi seperti adanya
tuntutan hukum (pidana dan perdata) dari pihal ketiga entah itu
perseorangan atau badan.
Itulah langkah-langkah yang bisa diambil oleh auditor guna
menemukan adanya persitiwa dan kondisi tak pasti yang
berpotensi membuat auditee tak mampu lagi mempertahankan
kelangsungan hidupanya di masa depan.

[textmarker color=FF1008]Pertanyaan[/textmarker]: Apakah upayaupaya ekstra itu saja sudah cukup?


[textmarker color=0B8203]Jawabannya[/textmarker]: Tergantung.
Setelah melalui proses pemeriksaan, termasuk upaya-upaya ekstra
yang dilakukan, auditor mungkin MENEMUKAN atau TIDAK
MENEMUKAN adanya indikasi kesangsian substansial (substantial
doubt) terhadap kemampuan going concern perusahaan:

Apabila TIDAK MENEMUKAN kesangsian substansial, maka


auditor sudah bisa memberikan opini yang sesuai (lihat Opini
Auditor Terkait Aspek Going Concern di bawah).

Apabila MENEMUKAN kesangsian substansial, maka auditor


perlu menanyakan apakah perusahaan memiliki Rencana
Manajemen untuk memitigasi peristiwa dan kondisi tak pasti
tersebut. Jika TIDAK PUNYA, maka auditor sudah bisa
memberikan opini ((lihat Opini Auditor Terkait Aspek Going
Concern di bawah). Apabila sebaliknya, dimana perusahaan
memiliki rencana manajemen, maka auditor perlu mengevaluasi
rencana tersebut. Pindah ke paragraph berikutnya

Mengevaluasi Rencana
Manajemen Perusahaan

Dari prosedur pemeriksaan normal dan upaya ekstra yang telah


dilaksanakan, apabila auditor menemukan adanya kesangsian
substansial terhadap kemampuan perusahaan untuk terus going
concern, setidaknya sampai 1 tahun buku berikutnya (IAI, 2001),
maka ia belum bisa secara serta-merta memberikan opini dan masih
perlu melakukan evaluasi terhadap rencana manajemen untuk
memitigasi persoalan.
SAS 59 (AU 341) paragraf 03, menyatakan:

Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar


mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas, ia harus: (a) memperoleh
informasi mengenai rencana manajemen untuk
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut; dan (b) mengevaluasi apakah rencana
tersebut efektif dilaksanakan.
Konkretnya, auditor perlu meminta penjelasan dari perusahaan
mengenai langkah apa saja rencananya yang akan diambil.
Rencana Manajemen mungkin variatif antara satu auditee dengan
lainnya, tergantung persitiwa dan kondisi tak pasti seperti apa
persisnya yang dihadapi. Namun rencana-rencana itu, umumnya, bisa
diklasifikasikan menjadi 4 jenis.

Terhadap masing-masing jenis rencana manajemen yang


disampaikan, auditor perlu melakukan evaluasi-evaluasi tertentu yang
bisa mengarahkan pada kesimpulan apakah rencana tersebut akan
mampu mengatasi persoalan secara efektif.
Berikut ini adalah 4 klasifikasi rencana manajemen yang lumrah
disampaikan oleh perusahaan, dan langkah evaluasi yang bisa
diambil oleh auditor:
1. Rencana Menarik (Menjual) Aset Jika manajemen perusahaan
auditee merencanakan untuk menjual sebagian asetnya, maka auditor
perlu mengevaluasi hal-hal berikut ini:
a. Seberapa laku aset yang rencananya akan dijual? Untuk menjawab
pertanyaan ini auditor perlu melakukan review terhadap aset yang
akan dijual dan prospek pasarnya. Jika aset yang dijual berupa surat
berharga yang tidak terdaftar, maka auditor perlu melakukan review
terhadap dokumen-dokumen terkait dan koresponden yang sudah
berlangsung terkait penjualan tersebut. Apabila aset yang dijual
berupa aset tak berwujud (intangibles) seperti patent, franchise,
copyrights, dan sejenisnya, maka auditor perlu melihat berapa kas
yang dihasilkan oleh aset yang sama di masa lalu, berapa
penawarannya saat ini dan siapa saja calon pembelinya. Jika yang
akan dijual berupa aset tetap, maka auditor perlu melihat harga pasar
wajarnya. Jika manajemen berencana untuk menjual piutangnya
kepada pihak ketiga, maka auditor perlu melihat cadangan piutang
ragu-ragu dan cadangan retur penjualan. Jika yang akan dijual berupa

bagian perusahaan (segement atau unit bisnis) tertentu, maka auditor


perlu melihat kinerja moneter (laporan kinerja) segment/unit bisnis
tersebut.
b. Adakah pembatasan atas penjualan aset? Bisa jadi pemegang
saham membatasi penjualan aset, atau bisa jadi aset tersebut telah
dijadikan agunan kredit. Untuk itu auditor perlu melihat: perjanjianperjanjian terkait kredit, perjanjian utang-piutang tertulis, dan hal-hal
lain terkait dengan aset tersebut.
c. Apa dampak dari penjualan aset tersebut? Utamanya aset-aset di
luar surat berharga (piutang, persediaan, aset tetap dan aset tak
berwujud) seharusnya merupakan sumberdaya yang menopang
operasional perusahaan. Apa dampaknya bila dijual? Dalam hal ini
auditor perlu penjelasan dari perusahaan mengenai dampak apa yang
mungkin timbul dan apa rencana manajemen untuk mengatasi
dampak tersebut. Untuk lebih konkretnya, auditor mungkin perlu
membuat PROFORMA LAPORAN KEUANGAN setelah
mengeluarkan aset yang terjual dari operasional perusahaan,
sehingga bisa melihat dampaknya dalam satuan moneter (rupiah).
2. Rencana Meminjam Uang atau Restrukturisasi Utang Jika
perusahaan berencana meminjam uang atau melakukan
restrukturiasai utang, maka auditor perlu mengevaluasi hal-hal berikut
ini:
a. Adakah sumber pembiayaan dengan utang tersedia? Aditor perlu
melihat apakah sudah ada institusi keuangan yang siap memberi

pinjaman, perhitungkan dampak biaya dan bunga yang akan timbul.


Mungkinkah perusahaan bisa melakukan skema leaseback.
b. Apakah perusahaan memiliki agunan yang cukup? Perusahaan
yang sedang mengalami kesulitan likuiditas besar kemungkinannya
takkan dapat pinjaman tanpa agunan. Untuk itu auditor perlu
menghitung berapa besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan dan
bisa dijadikan agunan. Aset yang sudah dijasikan agunan otomatis tak
bisa diikutsertakan. Perhitungan harus sampai pada kesimpulan dari
agunan yang dimiliki, berapa nilai rupiah pinjaman yang akan bisa
diperoleh?
c. Adakah batasan pinjaman tambahan? Pinjaman yang telah ada
biasanya membuat perusahaan tidak bebas lagi mencari pinjaman
tambahan. Karena ini, auditor perlu mereview perjanjian yang telah
ada.
d. Adakah pengaturan yang telah ada atau telah memperoleh
komitmen pasti untuk restrukturisasi utang atau perjanjian yang
memungkinkan perusahaan untuk mendapat dana tambahan? Jika
ada, maka auditor perlu mengevaluasi kepastian pengaturan atau
komitmen tersebut. Mungkin auditor bisa meminta konfirmasi terterulis
dari pihak yang menyediakan atau memberikan komitmen, seperti
bank atau lembaga keuangan lainnya.
3. Rencana Mengurangi atau Menunda Pengeluaran Sudah
lumrah bahwa perusahaan yang sedang mengalami kesulitan
likuiditas bisanya melakukan pengurangan atau penundaan

pengeluaran-pengeluaran. Jika ada, maka auditor perlu mengetahui,


pengeluaran apa saja yang rencananya akan dikurangi atau ditunda;
apakah terkait reparasi dan pemeliharaan, iklan, rekayasa dan
pengembangan, perluasan, upgrade atau penambahan fasilitas
(bangunan/mesin/perlatan)? Yang tak kalah pentingnya, apa
dampaknya bagi operasional perusahaan ke depannya. Auditor perlu
meminta proyeksi atas dampak yang akan ditimbulkan dalam satuan
moneter (Rupiah).
4. Rencana Menaikan Kepemilikan Ekuitas Ketika kelangsungan
operasional sedang dibawah tekanan, adalah lumrah bila perusahaan
berupaya untuk menawarkan penyertaan ekuitas (modal) kepada
investor. Dan fenomena yang jamak pula jika banyak investor
mencari-cari perusahaan yang sedang membutuhkan tambahan
modal. Dalam distress yang tinggi, perusahaan berada pada posisi
tawar yang lemah, sehingga biasanya, mereka menawarkan
sahamnya dengan harga berdiskon. Dalam banyak kasus, investor
yang menyediakan tambahan modal mungkin berencana membawa
usaha lain mereka yang kondisi keuangannya sehat untuk
digabungkan (merged) dengan perusahaan auditee yang dalam
kesulitan likuiditas, sehingga mereka bisa menjadikan kerugian bersih
(net operating loss) yang ada sebagai kompensasi kerugian di periode
berikutnya (carryforeward). Jika demikian kondisinya, auditor perlu:

Melakukan review terhadap rencana tersebut;

Mengevaluasi konsekwensi perpajakan yang akan timbul akibat


dari rencana tersebut;

Mendiskusiakan tata cara investasi yang patut dengan pihak


manajemen;

Mengevaluasi apakah rencana menaikkan kepemilikan ekuitas


tersebut mampu mendatangkan kas yang cukup untuk mengatasi
persoalan likuiditas dan modal kerja yang dibutuhkan minimal
untuk satu tahu buku ke depan;

Disamping melakukan evaluasi, yang manapun diantara empat


klasifikasi rencana manajemen diatas yang disampaikan oleh
perusahaan, auditor WAJIB menilai kewajaran pengungkapan
rencana tersebut!
Kewajaran pengungkapan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
bagaiman recana tersebut dapat diterjemahkan (atau dikonversikan)
ke dalam SATUAN MONETER (baca: dalam angka Rupiah). Untuk itu
auditor perlu meminta forecast dan budget perusahaan, minimal untuk
satu tahun buku ke depan, untuk dinilai apakah rencana manajemen
telah tercermin di dalamnya.
Nah, bagaimana caranya auditor mengevaluasi forecast dan
budget yang disampaikan oleh perusahaan?

Mengevaluasi Forecast dan


Budget Perusahaan

Seperti telah ditegaskan dalam SAS 59 (AU 341) paragraf 04:

Auditor tidak bertanggung jawab untuk


memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan
dialami oleh perusahaan auditee di masa yang
akan datang.
Sehingga, auditor TIDAK WAJIB untuk melakukan eksaminasi atau
evaluasi terhadap forecast dan budget perusahaan. Pun demikian,
untuk sampai pada simpulan mengenai adanya kesangsian
substansial terhadap kemampuan going concern perusahaan ke
depannya, auditor perlu setidak-tidaknya membaca isi forecast dan
budget dari manajemen terkait tercananya untuk mengatasi
persoalan.
Agar tidak masuk terlalu jauh kedalam urusan prediski-memprediksi,
auditor hanya perlu mengarahkan perhatian khusus terhadap cash
forecast dan cash budget perusahaan. Auditor hanya perlu tahu
apakah perusahaan akan mampu beroperasi sekurang-kurangnya
untuk satu tahun buku ke depan.
Konkretnya, auditor perlu melakukan minimal 2 hal berikut ini:
1. Menanyakan Asumi-asumsi yang Digunakan Minimal, auditor
perlu mempertanyakan asumsi yang digunakan dalam cash forecast
dan cash budget perusahaan, yang menyangkut hal-hal pokok berikut
ini:

Kondisi umum perekonomian makro yang akan terjadi satu


tahun ke depan

Kondisi umum perekonomiian di bidang usaha yang dijalani oleh


perusahaan

Kondisi pemasaran dan penjualan perusahaan

Biaya penjualan dan distribusi

Ongkos/upah buruh

Pengeluaran untuk bangunan, mesin dan peralatan

Beban umum/operasional yang akan menunjang kelancaran


operasional

Beban bunga dan pengaturan yang mungkin timbul dari


pinjaman

Beban/manfaat pajak

Selanjutnya, auditor bisa menilai kelogisan asumsi-asumsi yang


digunakan oleh manajemen perusahaan untuk menghasilkan datadata prospektif yang tercantum di dalam forecast dan budget; Apakah
masuk akal? Apakah sejalan dengan trend yang dialami oleh
perusahaan di masa lalu? Apakah sejalan dengan trend yang terjadi
pada tingkat ekonomi makro dan bidang usaha yang dijalankan?
2. Menilai Konsistensi Asumsi Antar Item Forecast dan budget
yang logis, mestinya menunjukkan hubungan yang konsisten antar
item yang tercantum di dalam cash forecast dan cash budget.
Misalnya:

Harus ada hubungan yang logis dan konsisten antara CASH


FLOW dengan item (a) Penjualan; (b) Harga Pokok Penjualan; (b)
Beban Operasional; (c) Piutang; dan (d) Utang.

Harus ada hubungan yang logis dan konsisten antara


PENJUALAN dengan item (a) Biaya Penjualan dan Distribusi; (b)
Komisi; (c) HPP; (d) Sewa; dan (e) Advertising/Iklan

Harus ada hubungan yang logis dan konsisten antara item-item


yang ada pada Laporan Laba Rugi dengan item-item yang ada
pada Laporan Posisi Keuangan, misalnya: (a) antara Penjualan
dengan Piutang; (b) antara Harga Pokok Penjualan dengan
Persediaan; (c) antara Harga Pokok Penjualan dengan Utang.

Dan seterusnya.

Sampai di sini, mestinya, auditor telah sampai pada kesimpulan


apakah ada kesangsian substansial terhadap kemampuan going
concern perusahaan untuk minimal satu tahun buku ke depan. Dan,
mestinya juga, auditor sudah bisa menyampaikan opininya terkait
aspek going concern.
Nah, dari 5 jenis opini yang sudah dipaparkan di bagian
sebelumnya (lihat Teori Keagenan dan Audit sebelumnya),
yang mana yang seharusnya disampaikan oleh auditor terkait
aspek going concern?

Opini Auditor Terkait Aspek


Going Concern
SAS 59 (AU 341) paragraph 10 hingga 14 telah memberi panduan
yang jelas mengenai opini yang bisa diberikan oleh auditor terkait
aspek going concern, sebagai berikut:
1. Apabila setelah melakukan prosedur pemeriksaan normal ditambah
dengan pertimbangan terhadap berbagai kondisi atau peristiwa yang
dapat dijadikan sebagai indikasi untuk menilai kemampuan going
concern perusahaan ternyata TIDAK MENYANGSIKAN kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu minimal satu tahun buku setelah tanggal laporan
keuangan, maka auditor memberikan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (Unqualified).
2. Apabila sebaliknya, dimana auditor MENYANGSIKAN kemampuan
going concern perusahaan setelah melakukan prosedur pemeriksaan
normal ditambah dengan pertimbangan terhadap berbagai kondisi
atau peristiwa yang ada, maka auditor WAJIB MENGEVALUASI
RENCANA MANAJEMEN untuk mengatasi kesangsian tersebut.
Selanjutnya:
a. Jika perusahaan TIDAK MEMILIKI RENCANA MANAJEMEN atau
auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen perusahaan
TIDAK DAPAT SECARA EFEKTIF MENGATASI DAMPAK kondisi dan

peristiwa yang bisa membuat perusahaan mengalami kesulitan going


concern, maka auditor menyatakan Tidak Memberikan Pendapat
(Disclaimer)
b. Apabila auditor berkesimpulan bahwa RENACANA MANAJEMEN
DAPAT rencana manajemen dapat secara efektif dilaksanakan maka
auditor harus mempertimbangkan kecukupan pengungkapan rencana
manajemen dan faktor-faktor mitigasi persoalan going concern yang
timbul. Selanjutnya, lihat point c di bawah ini.
c. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan seperti pada
point b di atas TELAH MEMADAI, maka ia memberikan opini Wajar
Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan mengenai
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Berikut adalah contoh paragraf tambahan yang dimaksud
(dikutip dari SAS 59 (AU 341) Paragraf 13):

The accompanying financial statements have


been prepared assuming that the Company will
continue as a going concern. As discussed in Note
X to the financial statements, the Company has
suffered recurring losses from operations and has
a net capital deficiency that raise substantial doubt
about its ability to continue as a going concern.
Managements plans in regard to these matters are
also described in Note X. The financial statements

do not include any adjustments that might result


from the outcome of this uncertainty.
(Terjemahan bebas: Laporan keuangan terlampir
disusun dengan anggapan bahwa Perusahaan
akan mampu melanjutkan kelangsungan hidupnya.
Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan X atas
Laporan Keuangan, Perusahaan telah menderita
kerugian operasional secara berulang dan
mengalami defisiensi modal bersih yang
menimbulkan ketidakpastian signifikan tentang
kemampuannya untuk menjaga kelangsungan
hidupnya. Rencana manajemen sehubungan
dengan hal ini juga dijelaskan dalam Catatan X.
Laporan keuangan tidak mencakup penyesuaian
yang mungkin timbul akibat dari ketidakpastian ini.)
d. Jika auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan seperti pada
point b di atas TIDAK MEMADAI maka ia akan memberikan opini
Wajar Dengan Pengecualian (qualified) atau Tidak Wajar
(adverse.)
[textmarker color=FF1808]Pertanyaan
selanjutnya[/textmarker]: Apakah cukup hanya sampai pada
pemberian opini terkait going concern?

Seiring dengan semakin maraknya skandal korporasi terkait Laporan


Keuangan, maka Auditing Standard Board (ASB) telah
menerbitkan SAS 96 (sebagai pelengkap SAS 59).
SAS 96 dengan tegas mengamanatkan agar, disamping
memberikan opini terkait aspek going concern, auditor juga WAJIB
mendokumentasikan pekerjaannyamulai dari pengumpulan data,
pengujian, evaluasi rencana manajemen, hingga tiba pada
kesimpulan dan opiniterkait aspek going concern perusahaan
auditee.
Untuk memperkaya, JAK ingin menyertakan hasil penelusuran
terhadap berbagai penelitian terkait pemberian opini going concern
oleh auditor.

Variabel-Variabel Penting
Yang Berpengaruh
Terhadap Opini Going
Concern
Setelah melakukan penelusuran, JAK menemukan begitu banyak
penelitianbaik di masa lampau maupun masa kiniyang dilakukan
oleh akademisi dan expert di wilayah auditing.

Diantara banyaknya penelitian yang sempat JAK ikuti, yang paling


relevan dan oleh karenanya layak dijadikan referensi pembelajaran
adalah penelitian-penelitian yang mencoba menggali hubungan
berbagai variable penting dengan pemberian opini going concern oleh
auditor. Diantaranya:
1. Variabel Profitabilitas Rasio-rasio profitabilitas mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan cara
membandingkan antara elemen Laba dalam Laporan Laba Rugi
dengan elemen-elemen laporan keuangan. Semakin tinggi skor rasio
profitabilitas, semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. HASIL PENELITIAN: Variabel profitabilitas
berpengatuh negatif terhadap opini going concern yang diberikan oleh
auditor. Artinya: semakin tinggi rasio profitabilitas semakin rendah
kesangsian substansial auditor terhadap kemampuan going concern
perusahaan, sehingga semakin kecil kemungkinan auditor
memberikan opini tak wajar (adverse) atau tidak berpendapat
(disclaimer), and vice-versa.
2. Variabel Likuiditas Rasio likuiditas (baik current maupun
quick/acid test) mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
tanggungjawab liabilitas jangka pendeknya dengan cara
membandingkan nilai aset lancar dengan liabilitas jangka pendek.
Semakin tingga skor rasio likuiditas, semakin bagus.HASIL
PENELITIAN: Variabel likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini
going concern yang diberikan oleh auditor. Sama seperti variabel
profitabilitas.

3. Veriabel Leverage (debt to asset ratio) Rasio leverage mengukur


seberapa banyak porsi aset tetap perusahaan yang diperoleh melalui
pinjaman jangka panjang. Rasio diukur dengan cara membandingkan
liabilitas jangka panjang dengan aset tetap. Semakin tinggi skor ini,
semakin buruk. HASIL PENELITIAN: Variabel leverage berpengaruh
positif terhadap opini going concern yang diberikan oleh
auditor. Artinya: semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi kesangsian
substansial auditor terhadap kemampuan going concern perusahaan,
sehingga semakin besar pula kemungkinan auditor memberikan opini
tak wajar (adverse) atau tidak berpendapat (disclaimer), and viceversa.
4. Variabel Arus Kas terhadap Liabilitas Arus kas (cash flow)
termasuk faktor utama yang dipertimbangkan oleh auditor dalam
menilai kemampuan perusahaan untuk going concern. Rasio yang
paling penting untuk digunakan adalah rasio Cash Flow to Total
Debtrasio yang mengukur kemampuan perusahaan menutup
liabilitasnya dengan menggunakan kas yang berasal dari aktivitas
operasional. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan Arus
Kas Bersih dari Aktivitas Operasional dengan Total Liabilitas.
Semakin tinggi skor rasio ini, semakin bagus. HASIL PENELITIAN:
Variabel arus kas terhadap liabilitas berpengaruh negatif terhadap
pemberian opini going concern oleh auditor. Artinya: semakin tinggi
rasio ini, semakin rendah kesangsian substansial auditor terhadap
kemampuan going concern perusahaan, sehingga semakin kecil pula
kemungkinan auditor memberikan opini tak wajar (adverse) atau
tidak berpendapat (disclaimer), and vice-versa.

5. Variabel Altman z-score/Bankruptcy Model Altman Z-score


atau bankruptcy model dipergunakan sebagai alat kontrol terukur
terhadap status keuangan suatu perusahaan yang sedang mengalami
kesulitan keuangan (=financial distress) dan berada diambang
kebangkrutan. Altman Z-score dinyatakan dalam bentuk persamaan
linear yang terdiri dari 4 hingga 5 koefision T yang mewakili rasiorasio keuangan tertentu, yakni Z = 1.2T1 + 1.4T2 + 3.3T3 + 0.6T4 +
0.99T5 dimana T1 = Modal Kerja /Total Aset; T2 = Laba Ditahan/Total
Aset; T3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)/Total Aset; T4 =
Nilai Pasar Ekuitas/Total Nilai Buku Libilitas; dan T5 = Penjualan/Total
Aset. Scoring pada model ini disebut Zone Diskriminan (dinyatakan
dengan symbol Z) yang berbeda antara bidang usaha manufaktur
dengan non-manufaktur. Rentang skor berkisar antara 2.9 ( Zone
Aman) hingga 1.22 (zone Distress). Sehingga, semakin tinggi skor
(diantara rentang ini), semakin bagus atau semakin aman dari potensi
kebangkritan. HASIL PENELITIAN: Variabel Altmans Z-Score
berpengaruh negatif terhadap pemberian opini going concern oleh
auditor. Artinya: Semakin tinggi score (diantara rentang score) ini
semakin kecil kesangsian substansial auditor terhadap kemampuan
perusahaan untuk going concern, sehingga semakin kecil pula
kemungkinan auditor memberikan opini tak wajar (adverse) atau
tidak berpendapat (disclaimer), and vice-versa.
6. Variabel Ukuran/Skala Perusahaan Ukuran perusahaan
dikelompokan menjadi 3 ukuran skala, yakni perusahaan berskala
besar, menengah dan kecilyang diukur berdasarkan total nilai aset
atau total rata-rata omzet (penjualan bruto). Logika umumnya,

semakin besar skala perusahaan semakin banyak peluang bisnis


yang bisa digarap, thus mestinya, (a) semakin besar peluangnya
menghasilkan laba; (b) semakin tinggi arus kas dari aktivitas
operasionalnya; dan (c) semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Pun
demikian dari hasil penelusuran JAK, penelitian dengan variabel ini
menunjukkan keragaman anatara yang dilakukan pada perusahaanperusahaan yang listing di AS dan di Indonesia (baik JSX maupun
IDX). HASIL PENELITIAN: (a) di AS cenderung konsisten
menununjukkan pengaruh positif antara skala perusahaan dengan
opini going concern; (b) di Indonesia cenderung tak konsisten (ada
yang berpengaruh positif, tak berpengaruh, bahkan ada yang negatif).
Rupanya, banyak perusahaan berskala besar di Indonesia yang
didanai dengan pinjaman jangka panjang, sehingga menimbulkan
biaya bunga yang tinggi pula, thus arus kas dari aktivitas
operasionalnya tak cukup untuk mengembalikan utang-utangnya.
7. Variabel Opini audit Sebelumnya Sudah merupakan sesuatu
yang lumrah bahwa kecil kemungkinan auditee yang memperoleh
opini WTP sebelumnya akan memperoleh opini adverse atau
disclaimer di periode berikutnya. Premise ini, tentunya juga berlaku
pada aspek going concern. HASIL PENELITIAN: Variabel opini audit
sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern yang
diberikan oleh auditor. Artinya: Jika pada sesi audit periode
sebelumnya perusahaan memperoleh WTP, termasuk untuk aspek
going concern, maka kemungkinan besar auditor akan memberikan
opini yang tak jauh berbeda di periode berjalan. Kecuali, mungkin,

telah terjadi perubahan yang sangat signifikan atau perusahaan


memang sudah memasuki fase titik-balik yang menurun (down turn).
Dan, masih banyak variabel lainnya, termasuk Kualitas Audit dan
Reputasi KAP, Audit Report Delay/Lag, dan Auditor-Client Tenure.
Sampai di sini, JAK pikir, pembahasan topik audit terkait aspek
going concern sudah lebih dari cukup. JAK sengaja sampaikan
dengan panjang lebar dan serinci mungkin, dengan harapan bisa
dijadikan panduan sederhana yang sifatnya praktikal. Semoga
sukses selalu!

http://ikainhere.blogspot.co.id/2009/12/perlukahpenyesuaian-laporan-keuangan.html
PERLUKAH PENYESUAIAN LAPORAN KEUANGAN KE
DALAM METODE ALTERNATIF PADA ANALISIS RASIO
KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PROPOSAL SKRIPSI
PERLUKAH PENYESUAIAN LAPORAN KEUANGAN KE DALAM METODE ALTERNATIF
PADA ANALISIS RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA?
Oleh:
IKA PRADIPTA HARNANDIKA F1308555

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pelaporan keuangan merupakan media bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi
tentang perusahaan kepada stakeholders (Mangeswuri, 2005). Statement of Financial
Accounting Concepts (SFAC) No.1 (FASB, 1978) menyebutkan bahwa fungsi pelaporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna untuk siapa saja yang membuat
keputusan ekonomi tentang perusahaan. Agar laporan keuangan dapat bermanfaat bagi
pemakainya, maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut harus berkualitas.
Dalam SFAC No.2 (FASB, 1978) disebutkan bahwa salah satu karakteristik kualitatif informasi
yang memudahkan pemakai untuk mengidentifikasi similarities dan differences antara dua
kesatuan ekonomi dan fenomena. Standar akuntansi Keuangan (IAI, 2002) dalam kerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 39 menyatakan pemakai harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi
kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Menurut Suwardjono (2005), perbandingan
akan bermakna (meaningful) hanya jika kuantitas (magnitude) karakteristik bersama dihasilkan
dengan dasar, standar, prosedur, atau metode yang sama. Standar Akuntansi dimaksudkan
untuk menjamin bahwa kualitas keterbandingan antarbadan usaha tinggi. Akan tetapi standar

akuntansi juga memberi keleluasaan (discretion) bagi badan usaha untuk memilih perlakuan
akuntansi yang paling sesuai dengan kondisi badan usaha. Tujuan utama perusahaan adalah
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham (Brigham dan Gapenski, 1996). Oleh karena itu terjadi tarik menarik antara perlunya
keseragaman (uniformity) dan keragaman (diversity) perlakuan akuntansi. Perlakuan akuntansi
yang fleksibel dalam standar akuntansi keuangan memungkinkan perusahaan untuk memilih
metode akuntansi sesuai dengan kepentingan mereka. Adanya berbagai pilihan metode
akuntansi menimbulkan dugaan bahwa pilihan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan
dan rasio keuangan yang berhubungan. Bahkan, pilihan metode akuntansi dapat
mempengaruhi keputusan yang berhubungan dengan arus kas misalnya pajak (White,
dkk.,1997).
Berbagai penelitian yang menguji kekuatan hubungan informasi laporan keuangan dengan
fenomena ekonomi, menggunakan analisis rasio keuangan yang dapat dihitung dari informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan (Machfoedz, 1994). Penelitian-penelitian tersebut
misalnya mengenai prediksi kebangkrutan, prediksi bond rating, dan prediksi perubahan
earnings. Analisis yang sering dipakai dalam teknik cross-sectional adalah perbandingan rasiorasio keuangan antarperusahaan (Foster, 1986). Apabila metode akuntansi yang dipakai
antarperusahaan berbeda-beda, bagaimana rasio keuangan antarperusahaan dapat
dibandingkan? Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode akuntansi alternatif diperlukan dalam analisis
rasio. Untuk mengetahuinya peneliti menguji dengan cara menghitung rasio keuangan
perusahaan-perusahaan yang menggunakan metode akuntansi yang sama kemudian
membandingkannya dengan rasio keuangan dari perusahaan-perusahaan tersebut setelah
laporan keuangan mereka disesuaikan ke dalam metode akuntansi alternatif.
Berbagai penelitian di bidang akuntansi keuangan sering menggunakan analisis rasio keuangan
baik sebagai variabel ataupun proxy suatu variabel penelitian. Salah satu risiko analisis rasio
keuangan adalah perbedaan metode akuntansi yang digunakan. Meskipun risiko tersebut dapat
dikurangi dengan adanya disclosure, yaitu adanya pengungkapan metode akuntansi yang
digunakan pada catatan atas laporan keuangan, akan tetapi pengungkapan tersebut tidak
mencantumkan besaran nilai atau nominal sebagai dampak perbedaan metode akuntansi yang
digunakan. Akibatnya, pemakai laporan keuangan sulit untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh perbedaan metode akuntansi tersebut terhadap rasio keuangan. Oleh karena itu
penelitian ini penting untuk dilakukan. Apabila dari penelitian ini membuktikan bahwa
penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode alternatif mempunyai pengaruh terhadap
rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, maka
untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan analisis rasio keuangan sebaiknya
menyesuaikan laporan keuangan yang menjadi sampel penelitian ke dalam metode akuntansi
yang sama. Dengan demikian rasio keuangan antarperusahaan-perusahaan sampel penelitian
dapat dibandingkan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode alternatif berpengaruh terhadap
rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan?

2. Seberapa besar pengaruh perbedaan metode akuntansi terhadap rasio keuangan?


3. Apakah perbedaan metode akuntansi perlu diperhatikan dalam analisis rasio keuangan?
4. Apakah terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan
keuangan ke dalam metode akuntansi yang berbeda?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode alternatif berpengaruh
terhadap rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan.
2. Mengetahui pengaruh perbedaan metode akuntansi terhadap rasio keuangan.
3. Mengetahui apakah perbedaan metode akuntansi perlu diperhatikan dalam analisis rasio
keuangan.
4. Mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat
penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode akuntansi yang berbeda.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap apakah penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode alternatif diperlukan dalam
analisis rasio, secara rinci penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi pemakai laporan keuangan, dapat memahami apakah perlu memperhatikan perbedaan
metode akuntansi atau tidak dalam menganalisis laporan keuangan.
2. Bagi peneliti, memberikan dasar empiris dalam melakukan analisis cross-sectional apabila
menggunakan analisis rasio keuangan dalam menguji kekuatan hubungan informasi laporan
keuangan dengan fenomena ekonomi.
3. Bagi Badan Penyusun Standar Akuntansi Keuangan (SAK), apabila penelitian ini
menghasilkan bukti bahwa rasio keuangan berbeda karena perbedaan metode akuntansi, maka
penelitian ini dapat dijadikan dasar meninjau kembali fleksibilitas dalam menggunakan metode
akuntansi.
E. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Telaah Pustaka
1. Uniformity dan Comparability
Terdapat dua pendekatan perlakuan akuntansi yaitu keseragaman dan keragaman. Sementara
pendekatan keseragaman mempunyai dua tingkat, yaitu keseragaman rigid dan keseragaman
finite (Wolk, dkk.,2001). Keseragaman finite adalah keseragaman yang terbatas yaitu usaha
untuk menyamakan metode akuntansi yang ditentukan dengan keadaan relevan dalam situasi
yang secara umum sama. Keseragaman rigid adalah keseragaman yang kaku yaitu
menentukan satu metode akuntansi untuk transaksi yang secara umum sama walaupun
terdapat keadaan yang relevan. Sedangkan pendekatan keragaman mempunyai sifat yang
fleksibel artinya manajemen mempunyai kebebasan memilih metode akuntansi tanpa peduli
apakah keadaannya sama atau tidak. Dalam akuntansi, konsep keseragaman (uniformity)
overlap dengan komparabilitas (Wolk, dkk. 2001). Keseragaman adalah konsep yang
mempengaruhi komparabilitas. Oleh karena komparabilitas dihubungan dengan keseragaman,

tingkat komparabilitas dalam hal pemakai dapat mengandalkannya secara langsung, tergantung
pada tingkat keseragaman yang ditampilkan dalam dalam laporan keuangan. Tujuan utama
keterbandingan adalah memudahkan pemakai laporan keuangan untuk pengambilan
keputusan. Tujuan kebijakan akuntansi sedapat mungkin untuk mempersempit perbedaan
dalam pelaporan keuangan antarperusahaan. Dengan kata lain, melalui kebijakan akuntansi
sulit untuk memaksakan keseragaman yang kaku karena dalam memilih prosedur akuntansi
manajemen pasti mempunyai alasan yang kuat dan sesuai dengan keadaan perusahaan.
Manajemen juga mempertimbangkan biaya dan manfaat ketika menentukan pilihan metode
akuntansi. Ketika dihadapkan pada dua pilihan metode akuntansi yang mempunyai manfaat
yang sama, manajemen pasti akan memilih metode akuntansi yang paling sedikit biayanya.
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan tingkat risiko dan pengembalian
antarperusahaan untuk membantu investor dan kreditor dalam mengambil keputusan investasi
maupun kredit. Perbandingan tersebut dapat dilakukan antarwaktu dalam satu perusahaan
(time series) maupun antarperusahaan dalam suatu waktu (cross sectional).
Menurut White, dkk. (1997), rasio dapat menyediakan gambaran perusahaan, karakteristik
ekonomi dan strategi kompetitif, serta karakteristik operasi, keuangan, dan investasi. Pilihan
metode akuntansi dapat mempengaruhi jumlah angka-angka yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Akibatnya rasio keuangan yang dihitung dari angka-angka yang dilaporkan dalam
laporan keuangan akan kehilangan daya banding antarperusahaan yang berbeda metode
akuntansinya dan antarwaktu dalam suatu perusahaan apabila perusahaan mengganti metode
akuntansi yang dipakai. Untuk mengatasi hal tersebut mungkin perlu untuk mengkonversi atau
menyesuaikan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya.
3. Metode Akuntansi Persediaan
Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang
dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual
(Baridwan, 2004). Dalam perusahaan dagang semua persediaan yang dimiliki dimaksudkan
untuk dijual kembali, sehingga hanya mempunyai satu jenis persediaan yaitu persediaan
barang dagangan. Jumlah persediaan yang ada dalam neraca adalah jumlah persediaan akhir.
Persediaan akhir, baik pada perusahaan dagang maupun manufaktur harus dinilai, karena akan
menentukan besarnya harga pokok pembelian pada perusahaan dagang dan manufaktur, dan
harga pokok produksi pada perusahaan manufaktur. Harga pokok produk tersebut yang akan
menentukan besarnya laba perusahaan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.
Metode penilaian persediaan yang diijinkan oleh PSAK No. 14 paragraf 20 (IAI, 2002), adalah
metode first in first out (FIFO) atau masuk pertama keluar pertama (MPKP), last in first out
(LIFO) atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP), dan rata-rata. Metode persediaan apa yang
akan dipakai menjadi permasalahan dalam perhitungan laba yang tepat, dan pemilihan metode
persediaan tersebut dipengaruhi oleh harga. Ketika harga naik atau turun secara tajam
pemilihan metode FIFO atau LIFO menimbulkan masalah dalam mengukur laba yang tepat.
Ketika terjadi kenaikan harga, dilihat dari laporan laba rugi, terdapat dua alasan yang
menghasilkan pemilihan metode persediaan yang saling bertentangan. Dilihat dari kepentingan
shareholders, maka lebih baik melaporkan persediaan dengan menggunakan metode FIFO,
karena menghasilkan laba yang lebih besar, sehingga pendistribusian kesejahteraan kepada
mereka lebih besar. Akan tetapi dengan menggunakan asumsi going concern, perusahaan yang

menjual persediaan perlu untuk menggantinya secara konstan untuk penjualan di masa yang
akan datang (White, dkk., 1997). Oleh karena itu metode LIFO lebih cocok digunakan, tetapi
tidak diinginkan oleh shareholders karena menghasilkan angka laba yang lebih kecil. Selisih
antara laba yang dihasilkan dengan menggunakan kedua metode tersebut disebut holding gain
atau inventory profit.
Dalam neraca, informasi persediaan akhir dengan menggunakan metode FIFO menghasilkan
informasi yang relevan dengan keadaan yang sebenarnya atau curent value, karena harga
persediaan mencerminkan harga sekarang. Akan tetapi jika menggunakan metode LIFO, angka
persediaan menjadi tidak relevan karena tidak mencerminkan harga sekarang.
4. Metode Akuntansi Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara
sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode (Baridwan, 2004). Di dalam PSAK No. 17
paragraf 8 (IAI, 2002), dinyatakan bahwa jumlah yang disusutkan dialokasi ke setiap periode
akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode
manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang
tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya
banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.
Sondakh (1993) yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pada pemilihan metode
depresiasi menemukan bahwa kompensasi manajemen dan leverage secara signifikan
mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode depresiasi. Perusahaan yang memilih
program kompensasi manajemen cenderung memilih metode depresiasi yang dapat menambah
jumlah laba yang dilaporkan. Selain itu, perusahaan dengan rasio leverage tinggi cenderung
memilih metode depresiasi yang dapat menambah jumlah laba yang dilaporkan dibanding
perusahaan dengan rasio leverage rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode
depresiasi dipilih oleh manajemen untuk mengatur laba mereka. Oleh karena laba sangat
berpengaruh terhadap laporan keuangan, maka rasio-rasio keuangan yang berhubungan juga
akan terpengaruh.
5. Earnings Management dan Pilihan Metode Akuntansi
Earnings management adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer dalam hal manajer akan
memilih kebijakan-kebijakan yang memaksimalkan utilitas mereka dan atau nilai pasar
perusahaan (Scott, 1997). Hal tersebut wajar dilakukan karena manajer mempunyai
kepentingan yang kuat dalam pilihan kebijakan akuntansi, dan manajer dapat memilih kebijakan
akuntansi dari sekumpulan kebijakan (misalnya GAAP atau SAK).
Terdapat dua tipe earnings management yaitu discretionary accrual dan nondiscretionary
accrual (Scott, 1997). Discretionary accrual adalah accrual yang diciptakan oleh manajemen
karena mempunyai kebebasan dalam mengontrol jumlah yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Hal tersebut berkaitan dengan fleksibilitas dalam pemilihan metode akuntansi,
misalnya pemilihan metode persediaan atau depresiasi. Nondiscretionary accrual adalah
accrual yang terjadi karena kebijakan mengenai estimasi akuntansi misalnya taksiran umur
aktiva tetap.
Angka-angka akuntansi adalah suatu bagian integral dari kontrak formal dan informal
perusahaan (Watts and Zimmerman, 1986). Dasar teori akuntansi mengenai kontrak tersebut
adalah suatu premis yang menyatakan bahwa manajer memilih prosedur akuntansi tertentu
untuk secara efisien memaksimalkan nilai perusahaan dan secara oportunistik membuat

keadaan manajer lebih baik yang menjadi beban beberapa pihak lain yang terlibat dalam
kontrak (Holthousen, 1990).
Pilihan prosedur akuntansi adalah salah satu cara untuk menutupi pembelanjaan yang
dilakukan oleh manajer yang tidak meningkatkan nilai perusahaan dari pihak luar (Christie dan
Zimmerman, 1994). Alasannya, pihak luar tidak mempunyai akses untuk mendapatkan semua
ukuran yang terlibat dalam perhitungan akuntansi. Hal tersebut menyulitkan pihak luar untuk
menentukan apakah metode akuntansi yang dipakai adalah metode akuntansi yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan atau tidak. Contohnya, ketika perusahaan menggunakan
metode FIFO untuk menghitung persediaan, pihak luar tidak dapat membandingkan nilai
persediaan jika dihitung dengan menggunakan metode yang lain, karena ketidaktersediaan
data dalam laporan keuangan.
Variabel laporan keuangan yang biasanya dipakai oleh pemakai adalah rasio keuangan. Oleh
karena itu, manajer berusaha meningkatkan nilai perusahaan dengan memilih metode
akuntansi yang membuat rasio-rasio keuangan perusahaan terlihat bagus.

Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh
Dawson, dkk. (1980), yang menguji apakah perbedaan metode akuntansi mengakibatkan
perbedaan yang cukup signifikan pada laporan keuangan, menguji pengaruh penyesuaian
laporan keuangan ke dalam metode akuntansi alternatif terhadap rasio-rasio keuangan,
penyesuaian yang dibuat menyangkut dua metode akuntansi yaitu metode persediaan dan
penyusutan. Dipilihnya kedua metode tersebut karena, pertama, keduanya adalah metode
akuntansi yang dapat dipilih secara bebas atau fleksibel oleh manajemen. Dalam hal ini,
manajemen tidak memerlukan syarat atau kondisi tertentu untuk memilih salah satu metode,
sehingga diduga manajemen akan memilih metode yang sesuai dengan kepentingannya yang
membuat kinerjanya terlihat bagus. Kinerja yang bagus tercermin dari rasio keuangan yang
dihitung dari laporan keuangan. Kedua, pemilihan metode akuntansi persediaan dan
penyusutan mempunyai pengaruh yang substansial terhadap laba bersih perusahaan. Oleh
karena itu, kedua metode tersebut digunakan untuk menentukan apakah perusahaan
cenderung memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba atau menurunkan laba (Christie
dan Zimmerman, 1994; Bowen, 1995).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dawson, dkk. (1980) antara
lain:
1. Pendekatan yang digunakan untuk menyesuaikan jumlah persediaan akhir atau harga pokok
penjualan yang dilaporkan ke dalam metode yang berbeda. Kalau penelitian mereka tidak
menyebutkan rumus atau model untuk penyesuaian maka penelitian ini menggunakan
pendekatan yang dibuat oleh White, dkk. (1997).
2. Penelitian mereka tidak membandingkan tiga alternatif metode persediaan yang diuji dalam
penelitian ini, yaitu FIFO, LIFO, dan rata-rata tertimbang sebagaimana penelitian ini lakukan.
3. Oleh karena tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian, maka penelitian ini
menggunakan sampel yang terdiri dari lima tahun, sehingga diharapkan mempunyai data
tingkat inflasi yang beragam.

4. Oleh karena persediaan antar industri beragam, sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada
persediaan dan penyusutan, maka penelitian ini membagi sampel ke dalam kelompok industri
manufaktur agar dapat mengetahui konsistensi hasil penelitian karena kemungkinan perbedaan
metode akuntansi persediaan akan berpengaruh terhadap rasio keuangan pada suatu industru
sedangkan industri yang lain tidak.
Pengembangan Hipotesis
Dari uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
HA: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan
keuangan ke dalam metode akuntansi yang berbeda.
Selanjutnya dirumuskan hipotesis A secara parsial sebagai berikut:
HA1: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan
keuangan dari metode akuntansi persediaan FIFO ke dalam metode akuntansi persediaan
LIFO.
HA2: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan
keuangan dari metode akuntansi persediaan FIFO ke dalam metode akuntansi persediaan ratarata tertimbang.
HA3: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan
keuangan dari metode akuntansi penyusutan garis lurus ke dalam metode akuntansi
penyusutan double declining balance method.
HA4: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan
keuangan dari metode akuntansi persediaan FIFO dan metode akuntansi penyusutan garis
lurus ke dalam metode akuntansi persediaan LIFO dan metode akuntansi penyusutan double
declining balance method.
HA5: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan
keuangan dari metode akuntansi persediaan FIFO dan metode akuntansi penyusutan garis
lurus ke dalam metode akuntansi persediaan rata-rata tertimbang dan metode akuntansi
penyusutan double declining balance method.
F. METODE PENELITIAN
Data, Populasi, dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahun 2004 sampai tahun 2008. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
melaporkan keuangannya dengan lengkap tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Sampel
dipilih dari populasi perusahaan yang sahamnya terdaftar dan diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia, berdasarkan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Menggunakan metode FIFO dalam perhitungan persediaan baik untuk induk maupun anak
perusahaan.
2. Menggunakan metode garis lurus dalam perhitungan penyusutan baik untuk induk maupun
anak perusahaan.
3. Dalam hal perusahaan yang menggunakan metode garis lurus dalam perhitungan
penyusutan, masa manfaat aktiva tetap sama antara perusahaan induk maupun anak.
Data inflasi yang digunakan dalam metode persediaan adalah bersumber dari Bank Indonesia.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Variabel penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini adalah rasio-rasio keuangan menurut
kategori Foster (1986: 60), yaitu rasio-rasio keuangan yang terpengaruh oleh penyesuaian
metode akuntansi dalam penelitian ini:
1. Cash Position
Cash position didefinisikan sebagai hasil bagi antara jumlah cash dan marketable securities
terhadap total assets dan current liabilities.
2. Liquidity
Liquidity diukur dari current ratio dan quick ratio.
3. Working Capital
Variabel working capital diukur dengan rasio antara modal kerja kegiatan operasi terhadap total
aset dan penjualan, juga arus kas dari kegiatan operasi terhadap total asset.
4. Capital Structure
Capital Structure atau Leverage merupakan rasio antara kewajiban jangka panjang serta jumlah
kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas pemegang saham.
5. Debt Service Coverage
Variabel debt service coverage dikukur dengan rasio antara operating income terhadap annual
interent payment.
6. Profitability
Profitability diukur dengan menggunakan ROA, ROE, atau rasio antara net income terhadap
revenues, total assets, dan shareholder's equity.
7. Turnover
Variabel turnover dikukur melalui asset turnover dan inventory turnover.
Langkah-langkah Pengolahan Data
1. Penyesuaian elemen-elemen laporan keuangan
Penyesuaian metode penyusutan adalah penyesuaian dari metode garis lurus ke metode
depresiasi dipercepat yaitu double declining balance method. Data mengenai penyusutan yang
ada dalam laporan keuangan memadai untuk dilakukan penyesuaian.
Penyesuaian metode persediaan adalah penyesuaian dari metode FIFO ke metode LIFO dan
metode rata-rata tertimbang. Akan tetapi data mengenai persediaan yang ada dalam laporan
keuangan tidak memadai untuk dilakukan penyesuaian, sehingga digunakan suatu model
pendekatan dari White, dkk. (1997), sebagai berikut:
COGSL = COGSF + (BIF x r)........................1)
Dalam hal ini,
COGSL = cost of goods sold LIFO
COGSF = cost of goods sold LIFO
BIF = beginning inventory FIFO
r = tingkat inflasi
Rumus 1) diturunkan dari:
Perbedaan COGSFIFO dan COGSLIFO akan tampak sebagai berikut:

Jika dilihat dari gambar di atas, bagian yang sama dari COGSFIFO dan COGSLIFO adalah Q1,
Q2, dan Q3, sehingga perbedaan antara dua metode tersebut adalah perbedaan antara Q0
(cost of beginning) dan Q4 (ending inventory).
Dengan asumsi bahwa pembelian inventory tiap periode adalah sama, dan terjadi kenaikan
harga, maka sebenarnya perbedaan antara COGSFIFO dan COGSLIFO adalah perbedaan
harga per unit, sedangkan jumlah unitnya adalah sama. Demikian halnya dengan unit yang
dilaporkan sebagai persediaan akhir dalam neraca, unit persediaan akhir antara metode FIFO
dan LIFO tidak berbeda akan tetapi ketika dikalikan dengan harga per unit maka jumlah
persediaan akhir menjadi berbeda.
Perhitungan perbedaan tersebut adalah sama dengan:
Q4 Q0 = Q0P(1 + r) Q0P = Q0 Pr
Dalam hal ini, P adalah price.
Oleh karena COGSLIFO adalah COGSFIFO ditambah perbedaan perhitungan inventory antara
dua metode, maka:
COGSL = COGSF + Q0 Pr
COGSL = COGSF + (Beginning inventory FIFO x r)
Menurut White, dkk. (1997), penyesuaian COGS rata-rata tertimbang (COGSW) ke COGSLIFO
dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti penyesuaian dari FIFO ke LIFO, akan tetapi
pendekatan yang dilakukan adalah mengalikan pesediaan awal dengan setengah tingkat inflasi.
Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
COGSL = COGSW + (BIW x r )
Rumus di atas tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena penyesuaian yang akan dibuat
dalam penelitian ini adalah dari COGS FIFO (COGSF) ke COGS rata-rata tertimbang
(COGSW). Oleh karena itu rumus di atas perlu disesuaikan, sebagai berikut:
COGSW = COGSF + (BIF x r )
2. Menghitung rasio-rasio keuangan sebelum penyesuaian dan setelah penyesuaian.
Setelah data persediaan dan penyusutan disesuaikan atau dikonversi ke dalam metode yang
berbeda, maka elemen-elemen yang bersangkutan disesuaikan. Pada neraca elemen yang
perlu disesuaikan yaitu persediaan, aktiva tetap, hutang pajak, dan ekuitas. Sedangkan pada
laporan laba rugi, elemen yang perlu disesuaikan adalah harga pokok penjualan (COGS), laba
operasi, laba kotor, beban atau manfaat pajak, dan laba bersih. Selanjutnya setelah elemenelemen dalam laporan keuangan disesuaikan, dilakukan perhitungan rasio keuangan.
Pengujian Hipotesis
Sebelum hipotesis diuji, data rasio keuangan sebelum dan setelah penyesuaian diuji apakah
distribusi data tersebut normal atau tidak. Jika distribusi data sebelum dan setelah penyesuaian
adalah normal, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat uji compare means
paired-sample T test. Apabila salah satu data tidak normal atau keduanya, maka pengujian
hipotesis menggunakan alat uji non parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test (Neter, dkk., 1993).

Metode Analisis Data


1. Uji compare means paired-sample T test
Sebelum hipotesis diuji, data rasio keuangan sebelum dan setelah penyesuaian diuji apakah
distribusi data tersebut normal atau tidak. Jika distribusi data sebelum dan setelah penyesuaian
adalah normal, pengujian hiptesis dilakukan dengan menggunakan alat uji compare means
paired-sample T test (Neter, dkk. 1993).
2. Uji non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test
Apabila sebelum hipotesis diuji, data rasio keuangan sebelum dan setelah penyesuaian diuji,
salah satu data tidak normal atau keduanya, maka pengujian hipotesis menggunakan alat uji
non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test (Neter, dkk. 1993).
3. Uji Sensitivitas
Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi hasil penelitian apabila sampel
dipecah menjadi lima dan diuji tersendiri untuk setiap tahun, karena masing-masing tahun
mempunyai tingkat inflasi yang berbeda, analisis ini tidak dilakukan pada penyesuaian metode
penyusutan. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penyesuaian kombinasi dimaksudkan
untuk melihat pengaruh gabungan metode penyusutan terhadap metode persediaan.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Yogyakarta: BPFE.


Bank Indonesia (BI). 2004. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Vol. VI. No. 12.
Bowen, Robert M, Larry DuCharme, dan D Shores. 1995. Stakeholders Implicit Claims and
Accounting Method Choice. Journal of Accounting and Economics. Vol. 20.
Christie, Andrew A, dan Jerold L. Zimmerman. 1994. Efficient and Opportunistic Choices of
Accounting Procedures: Corporate Control Contests. The Accounting Review. Vol. 69. No. 4.
FASB. 1978. Statement of Financial Accounting Concepts. Connecticut.
Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis. Edisi 2. New Jersey: Prentice-Hall.
Healy, P.,& J.M.Wahlen. 19990 A Review of the Earnings Management Literature and Its
Implications for Standard Setting. Accounting Horizon. Vol 13: 365-383.
Houltausen, R. 1990. Accounting Method Choice: Opportunistic Behavior, efficient Contracting,
and Information Perspectives. Journal of Accounting and Economics. Vol. 12.
IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Machfoedz, Masud. 1994. Financial Ratio Analysis and Prediction of Earnings Changes in
Indonesia. Kelola. No. 7. Vol. III.
Mangeswuri, Dewi Restu. 2005. "Pengaruh Pengungkapan Sukarela Terhadap Nilai
Perusahaan yang Dimoderasi Struktur Kepemilikan Pada Perusahaan Menufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakrta." Thesis STIE YKPN Yogyakarta.
Neter, John, William Wasserman, dan G. A. Whitemore. 1993. Applied Statistics. Edisi 4,

Boston: Allyn and Bacon,.


Rakhman, Fu'ad. "Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
dengan Srtuktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan." Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol 15, No.1, 2000, Hal. 70-82.
Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory 3rd Ed. Prentice-Hall.
Sondakh, Julie Jeanette. 1993. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Pemilihan Metode
Depresiasi. Thesis S-2. Fakultas Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi 3, Yogyakarta:
BPFE.
Watts, Ross L, dan Jerold L. 1986. Zimmerman. Positive Accounting Theory. New Jersey:
Prentince Hall.
White, Gerald I, Ashwinpaul C Sondhi, dan Dov Fried. 1997. The Analysis and Use of Financial
Statements. Edisi 2. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Wolk, Harry I, Michael G. Tearney, dan James L. Dodd. 2001. Accounting Theory: A Conceptual
and Institutional Approach. Cincinnati: South-Western College Publishing.

Anda mungkin juga menyukai