Anda di halaman 1dari 20

RINGKASAN MATERI KULIAH

AKUNTANSI MANAJEMEN
“Quality Cost and Productivity Measurement and Control,
Environmental Cost Management”

Disusun Oleh: Kelompok 2


Ni Komang Sripeni Cipta Sari (02/1907531048)
Ni Komang Restu Murti Jeniari (03/1907531056)
Anak Agung Pradnya Satya Nugraha (04/1907531082)
Ni Putu Ayu Bintang Maheswari (06/1907531091)
Pipit Arum Septiana (07/1907531105)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
PETA KONSEP
Quality cost, Productivity Measurement and
Control, and Environmental Cost Management

Konsep Biaya Kualitas Konsep Lingkungan dan


Biaya Lingkungan
Konsep Produktivitas

Pengertian Biaya Pengertian Akuntansi


Kualitas Pengertian Produtivitas
Biaya Lingkungan

Jenis-jenis Biaya Model Biaya Kualitas


Pengukuran
Kualitas Lingkungan
Produktivitas Pengukuran
Pengukuran Produktivitas Produktivitas Total
Parsial 1. Pengukuran Profil Sistem Pelaporan Biaya
Mengukur Biaya Produktivitas
1. Operational Komponen Pemulihan Lingkungan
Kualitas 2. Pengukuran
Productivity Measure Harga
2. Financial Productivity Produktivitas yang
Measure Berkaitan dengan Pengukuran Biaya
Kualitas Dan Laba Lingkungan
Sistem Pelaporan Biaya
Produktivitas
Kualitas
Trend produktivitas untuk
tahun berjalan dapat Membebankan
ditelusuri dengan: Insentif Pembagian Biaya Lingkungan
1. Total Productivity Keuntungan
Measurement
Keuntungan
2. Profit Linked
Lingkungan
Productivity
Measurement
10.1 Konsep Biaya Kualitas
A. Pengertian Kualitas
Kualitas adalah “derajat atau tingkat kesempurnaan”. Kualitas merupakan suatu
ukuran relatif dari kebaikan (goodnes). Mendefinisikan kualitas sebagai kebaikan
merupakan makna sangat umum yang tidak memiliki makna operasional. Secara
operasional produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. Dengan kata lain, kualitas adalah kepuasan pelanggan. Harapan
pelanggan dapat digambarkan melalui atribut-atribut kualitas atau yang sering disebut
dengan dimensi kualitas. Jadi, produk atau jasa yang berkualitas memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan dalam delapan dimensi, yaitu sebagai berikut:
1. Kinerja
Mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk.
Dalam jasa, prinsip tidak terpisahkan berarti jasa dilakukan secara langsung
dihadapan pelanggan. Jadi, dimensi kinerja untuk jasa dapat didefinisikan lebih
jauh sebagai atribut daya tanggap, kepastian dan empati. Daya tanggap adalah
keinginan untuk membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan yang konsisten
dan bersifat segera. Kepastian mengacu kepada pengetahuan, keramahan, dan
kemampuan karyawan dalam membangun membangun kepercayaan dan
keyakinan pelanggan. Empati berarti peduli dan memberikan perhatian terhadap
pelanggan.
2. Estetika
Berhubungan dengan penampilan wujud produk, (misalnya gaya dan kehidupan)
serta penampilan fasilitas, peralatan, pegawai dan materi komunikasi yang
berkaitan dengan jasa.
3. Kemudahan perawatan dan perbaikan
Berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
4. Fitur (kualitas desain)
Adalah karakteristik produk yang berbeda dari produk-produk sejenis yang
fungsinya sama.
5. Keandalan
Adalah probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi seperti yang dimaksud
dalam jangka waktu tertentu.
6. Tahan lama
Adalah sebagai jangka waktu produk itu dapat berfungsi.
7. Kualitas kesesuaian
Adalah ukuran mengenaiapakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya
atau tidak.
8. Kecocokan penggunaan
Adalah kecocokan dari sebuah produk yang menjalankan fungsi-fungsi
sebagaimana yang di iklankan

Jika sebuah produk mengandung cacat desain yang parah. Maka, produk tersebut
dianggap gagal meskipun tingkat kesesuaianya sesuai dengan spesifikasinya. Produk yang
ditarik kembali sering disebabkan oleh adanya masalah dalam dimensi kecocokan
penggunaan.

B. Pengertian Biaya Kualitas


Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena
kualitas yang buruk mungkin atau telah telah terjadi. Biaya-biaya untuk melakukan
kegiatan-kegiatan itu disebut dengan biaya kualitas. Biaya kualitas (cost of quality)
adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terjadi produk yang
kualitasnya buruk. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan
dengan dua sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas: kegiatan
pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Kegiatan pengendalian dilakukan oleh suatu
perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang
buruk mungkin terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian ini terdiri atas kegiatan-kegiatan
pencegahan dan penilaian.
Biaya pengendalian (control cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan kegiatan pengendalian. Kegiatan karena kegagalan (failure activities)
dilakukan oleh perusahaan atau pelangganya untuk merespon kualitas yang buruk. Jika
respon terhadap kualitas yang buruk dilakukan sebelum produk cacat sampai ke
pelanggan, maka kegiatanya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan internal.
Sebaliknya, jika respon muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka kegiatanyya
diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan eksternal. Biaya kegagalan adalah biaya-
biaya yang dikeluarkan perusahaan karena telah terjadi kegagalan dalam kegiatan.
Perhatikan bahwa definisi kegiatan kegagalan dan biaya kegagalan menunjukan bahwa
respon pelanggan atas kualitas yang buruk dapat memperbesar biaya bagi perusahaan.
C. Jenis-Jenis Biaya Kualitas
Terdapat empat jenis biaya kualitas, yaitu diantaranya:
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk atau jasa yang
dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan, diharapkan biaya
kegagalannya turun. Contoh biaya pencegahan adalah biaya rekayasa kualitas,
program pelatihan kualitas, perencanaan kualits, pelaporan kualitas, pemilihan dan
evaluasi pemasok, audit kualitas, siklus kualitas, uji lapangan dan peninjauan
desain.
2. Biaya Penilaian (appraisal cost)
Terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan
atau keutuhan pelanggan. Contoh biaya ini termasuk biaya pemeriksaan dan
pengujian bahan baku, pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian,
penerimaan produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran (pemeriksaan dan
pengujian) dan pengesahan dari pihak luar.
3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)
Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi
atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum dikirim ke pihak
luar. Hal ini adalah kegagalan yang dideteksi oleh kegiatan penilaian. Contoh
biaya kegagalan internal adalah sisa bahan, pengerjaan ulang, penghentian mesin,
pemeriksaan ulang, pengujian ulang, dan perubahan desain. Dimana biaya-biaya
tersebut tidak akan terjadi jika tidak terdapat produk cacat.
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)
Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau
tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk disampaikan kepada
pelanggan. Dari semua biaya kualitas, kategori biaya inilah dapat menjadi yang
paling merugikan. Contohnya seperti biaya penarikan produk dari pasar,
kehilangan penjualan karena kinerja produk yang buruk serta retur dan potonngan
penjualan karena kualitas yang buruk, biaya garansi, perbaikan, tanggung jawab
hukum yang timbul, ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar dan biaya
untuk mengatasan keluhan pelanggan.
D. Mengukur Biaya Kualitas
Terdapat tiga metode yang disarankan dalam mengukur biaya kualitas, yaitu
diantaranya:

1. Metode pengali (multiplier method)


Metode pengali mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil pengalian dari
biaya-biaya kegagalan yang terukur.
Total biaya kegagalan eksternal = k (Biaya kegagalan eksternal yang terukur)
Dimana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh berdasarkan pengalaman. Sebagai
contoh: Westinghouse Electric melaporkan nilai k antara 3 dan 4. Dengan
demikian, jika biaya kegagalan eksternal yang terukur adalah $2 juta. Maka, biaya
kegagalan eksternal aktual adalah antara $6 juta sampai $8 juta. Dengan
memasukan biaya kualitas yang tersembunyi dalam menilai jumlah biaya kegagal
eksternal, manajemen dapat menentukan tingkat pengeluaran sumber daya untuk
kegiatan pencegahan dan penilaian secara lebih akurat. Dengan kata lain, dengan
meningkatnya biaya kegagalan, manajemen diharapkan akan meningkatkan
investasinya dalam biaya pengendalian.
2. Metode penelitian pasar
Metode penelitian pasar formal digunakan untuk menilai dampak kualitas yang
buruk terhadap penjualan dan pangsa pasar.survei pelanggan dan wawancara
dengan anggota tim penjualan perusahaan dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik terhadap besarnya biaya tersembunyi perusahaan. Hasil penelitian pasar
dapat digunakan untuk memproyeksikan hilangnya laba di masa depan akibat
kualitas yang buruk.
3. Fungsi kerugian kualitas Taguchi
Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan biaya kualitas yang tersembunyi
hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpan dari batas spesifikasi atas dan bawah.
Fungsi kerugian Taguchi mengasumsikan setiap penyimpangan nilai target suatu
karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya kualitas yang tersembunyi.
Selanjutnya, biaya kualitas yang tersembunyi meningkatkan secara kuadrat saat
nilai aktual menyimpang dari nilai target. Fungsi kerugian Taguchi, dapat
dijelaskan dalam persamaan berikut:
L ( y )=k ( y−T )2
Dimana:
k = konstanta porporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya
kegagalan eksternal perusahaan
y = nilai aktual dari karakteristik kualitas
T = nilai target dari karakteristik kualitas
L = kerugian kualitas

10.2 Sistem Pelaporan Biaya Kualitas


Sebuah sistem pelaporan biaya kualitas memiliki arti penting bagi perusahaan yang
menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah
pertama dan paling sederhana dalam menciptakan sistem semacam itu adalah menilai
biaya kualitas aktual saat ini. Pencatatn biaya kualitas aktual secara terperinci berdasarkan
kategorinya dapat memberikan dua maksud pandangan penting. Pertama, catatan tersebut
mengungkapkan besarnya biaya kualitas dalam setiap kategori yang memungkinkan para
manajer menilai dampak keuangannya. Kedua, catatan tersebut menunjukan distribusi
biaya kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan
relatif dari setiap kategori.
Laporan Biaya Kualitas
Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keuangan perusahaan dapat dinilai lebih
mudah dengan menampilkan biaya-biaya sebagai persentase dari penjualan aktual.
Sebagai contoh, melaporkan biaya kualitas Ladd Lighting Corporation yang mencakup
hampir 15% dari penjualan untuk tahun fiskal 2008. Mengacu pada prinsip yang berlaku
umum, biaya kualitas sebaiknya kurang dari 2,5%. Ladd Lighting Corporation memiliki
kesempatan yang baik untuk meningkatkan laba dengan mengurangi biaya kualitas. Akan
tetapi, pengurangan biaya ini seharusnya melalui perbaikan kualitas. Pengurangan biaya
kualitas tanpa upaya peningkatan kualitas merupakan strategi yang dapat mengakibatkan
adanya sebuah masalah.
Ladd Lighting Corporation
Laporan Biaya Kualitas
Untuk Tanggal yang Berakhir 31 Mei 2008
Biaya Kualitas Persentase (%) dari
penjualan
Biaya pencegahan:
Biaya kualitas $350.000
Biaya keandalan $800.000
$1.150.000 5,18%
Biaya penilaian:
Pemeriksaan bahan baku $200.000
Penerimaan produk $100.000
Penerimaan proses $380.000
$ 680.000 3,06%
Biaya kegagalan internal:
Sisa bahan $500.000
Pengerjaan ulang $350.000
$ 850.000 3,82%
Biaya kegagalan eksternal:
Keluhan pelanggan $250.000
Garansi $250.000
perbaikan $150.000
$ 650.000 2,93
Total biaya kualitas $3.330.000 14,99%
*Penjualan Aktual $22.200.000

Pandangan tambahan mengenai distribusi relatif biaya kualitas dapat diperoleh dengan
membuat bagan lingkaran

10.3 Konsep Produktivitas dan Sistem Pelaporan Produktivitas


A. Pengertian Produktivitas
“Productivity concerns producing output efficiently and specifically addresses the
relationship of output and the inputs used to produce the output” (Hansen & Mowen
2003:455). Berarti produktivitas adalah kemampuan menghasilkan output secara efisien
dan produktivitas merupakan hubungan dari output dan input yang digunakan dalam
menghasilkan output tersebut. Agar produktivitas dapat seimbang antara input yang ada
dengan output yang dihasilkan maka perlu diperhatikan total productive efficiency. Yang
dimaksud dengan total productive efficiency adalah suatu titik yang merupakan
kombinasi yang baik antara technical efficiency than price efficiency. Sedangkan
menurut (Morse, Davis & Hartgraves 1996:236) Produktivitas merupakan hubungan
antara output dan input.
B. Pengukuran Produktivitas
Bagian lain yang perlu diperhatikan dalam produktivitas adalah cara
pengukurannya. “Pengukuran produktivitas melalui perubahan produktivitas yang harus
diukur sedemikian rupa. sehingga usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat
dievaluasi” (Hansen & Mowen 2003:458). Pengukuran produktivitas dapat dilakukan
secara:
1) Pengukuran Produktivitas Parsial, yaitu pengukuran produktivitas secara parsial
merupakan ratio (perbandingan) antara output dengan satu input. Pengukuran
secara parsial dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Operational Productivity Measure dimana output dan input yang diukur kuantitas
fisiknya.
- Financial Productivity Measure dimana output dan input yang diukur dinyatakan
dalam rupiah atau dolar.
Keunggulan pengukuran secara parsial yaitu ukuran parsial memungkinkan
manajer untuk memusatkan perhatiannya pada penggunaan input tertentu.
Pengoperasian ukuran parsial memiliki keunggulan, yaitu mudah
diinterpretasikan oleh seluruh karyawan perusahaan, sehingga ukuran tersebut
mudah untuk digunakan untuk menilai kinerja produktivitas personil operasi.
Misalnya jumlah tenaga kerja dapat dihubungkan dengan unit yang diproduksi
per jam atau unit yang diproduksi per kilogram bahan. Jadi ukuran operasional
parsial menyediakan umpan balik agar personil operasi dapat menghubungkan
dan memahami ukuran yang berkaitan dengan input tertentu yang berada dalam
kendali mereka, ini menambah kemungkinan bahwa ukuran operasional parsial
bisa diterima oleh personil operasi. Lagipula untuk pengendalian operasional,
standar kinerja seringkali sangat pendek. Misalnya, standar kinerja dapat berupa
rasio produktivitas dari produk sebelumnya. Dengan menggunakan standar ini
trend produktivitas untuk tahun berjalan dapat ditelusuri dengan :
a) Total Productivity Measurement
Dalam praktek mengukur pengaruh seluruh input mungkin tidak
diperlukan. Banyak perusahaan hanya mengukur produktivitas faktor-
faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan
kinerja perusahaan, jadi dalam istilah praktis pengukuran total
produktivitas bisa didefinisikan sebagai pemusatan perhatian pada
beberapa input yang secara total dapat mencerminkan keberhasilan
perusahaan.
b) Profit Linked Productivity Measurement
Yaitu menghitung atau menetapkan jumlah perubahan laba berkaitan
dengan perubahan produktivitas. Laba berubah dari periode dasar ke
periode berjalan. Beberapa dari perubahan laba tersebut disebabkan oleh
pcrubahan produktivitas.
Kelemahan pengukuran parsial, ukuran parsial yang digunakan secara
terpisah dapat menyesatkan. Penurunan produktivitas suatu input mungkin
diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang lainnya. Trade-off seperti itu
di perlukan jika biaya secara keseluruhannya turun, tetapi pengaruh tersebut akan
hilang jika digunakan ukuran parsial masing-masing. Misalnya, mengubah proses
agar tenaga kerja langsung menggunakan lebih sedikit waktu untuk merakit
sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan baku dan limbah produksi
sementara output totalnya tidak berubah. Dalam hal ini, produktivitas tenaga kerja
meningkat, tetapi produktivitas penggunaan bahan baku menurun. Jika kenaikan
biaya sisa bahan baku dan limbah produksi melebihi penghematan dari
pengurangan tenaga kerja, maka produktivitas secara keseluruhan menurun.

2) Pengukuran Produktivitas Total


Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas total
(total productivity measurement). Perusahaan hanya mengukur produktivitas dari
faktor-faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan
kinerja perusahaan. Jadi, pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan
sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang menunjukkan
keberhasilan perusahaan secara total. Pengukuran produktivitas total menyaratkan
pengembangan dari pendekatan pengukuran multifaktor yang umum disarankan
dalam literatur produktivitas adalah menggunakan indeks produktivitas agregat.
Indeks agregat bersifat kompleks, sulit diinterpretasikan dan belum diterima secara
umum. Dua pendekatan yang telah memperoleh beberapa pengakuan adalah
pengukuran profil (profile measurement) dan pengukuran produktivitas yang
berkaitan dengan laba (profit-linked productivity measurement).
a) Pengukuran Profil Produktivitas, Pengukuran profil menyediakan
serangkaian atau sebuah vektor ukuran operasional parsial yang berbeda dan
terpisah.
b) Pengukuran Produktivitas yang Berkaitan dengan Laba, Pengukuran
jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas
disebut pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba. Keterkaitan
perubahan produktivitas dengan laba dijelaskan oleh aturan berikut:

Aturan Keterkaitan dengan Laba (Profit-Linkage Rule): untuk periode


berjalan, hitung biaya input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa
adanya perubahan produktivitas dan bandingkan biaya tersebut dengan biaya
input aktual yang digunakan. Selisih biayanya adalah sejumlah perubahan laba
yang disebabkan oleh perubahan produktivitas.
Untuk mengaplikasikan aturan ini, input yang seharusnya digunakan selama
periode berjalan dalam keadaan tanpa perubahan produktivitas harus dihitung
terlebih dahulu dengan formula :
PQ = Output periode berjalan/Rasio produktivitas periode dasar
C. Komponen Pemulihan Harga
Komponen pemulihan harga ( price recovery component ) adalah selisih antara
perubahan laba total dan perubahan produktivitas terkait dengan harga. Komponen ini
adalah perubahan pendapatan dikurangi perubahan biaya input, dengan asumsi tidak ada
perubahan produktivitas. Oleh karena itu, komponen pemulihan harga mengukur
kemampuan perubahan pendapatan untuk menutupi perubahan biaya input, dengan asumsi
tidak ada perubahan aktivitas.
Pemulihan harga = Perubahan harga – Perubahan produktivitas terkait dengan laba

Kenaikan pendapatan tidak akan cukup untuk menutupi kenaikan biaya input.
Penurunan produktivitas hanya akan memperburuk masalah pemulihan harga. Tetapi
kenaikan produktivitas dapat digunakan untuk mengimbangi kerugian pemulihan harga.

D. Kualitas Dan Produktivitas


Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya.
Sebagai contoh,jika pengerjaan ulang berkurang karena menurunnya unit produk
cacat maka lebih sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan
output yang sama. Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sementara
pengurangan jumlah output yang digunakan meningkatkan produktivitas.
Oleh karena sebagian besar peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber
daya yang digunakan untuk memproduksi dan menjual output perusahaan, maka
kebanyakan peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran – ukuran
produktivitas. Namun, ada juga cara – cara lain untuk meningkatkan produktivitas.
Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa
cacat akan tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.

E. Insentif Pembagian Keuntungan


Insentif pembagian keuntungan (gainsharing) adalah pemberian insentif ulang
tunai bagi seluruh tenaga kerja perusahaan yang menjadi kunci pencapaian kualitas
dan produktivitas. Pembagian keuntungan memberikan insentif dengan menawarkan
bonus kepada pegawai sesuai dengan persentase penghematan biaya. Insentif
pembagian keuntungan dapat digunakan sebagai insentif bagi para manjer dan pekerja
untuk mencari cara – cara untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas. Bonus
dapat diberikan misalnya dengan melihat kualitas produk keseluruhan. Jumlah bonus
dapat bertambah atau berkurang tergantung pada seberapa baik target produktivitas
dan kualitas dapat dipenuhi.

10.4 Konsep Lingkungan & Biaya Lingkungan


A. Pengertian Akuntansi Biaya Lingkungan
Akuntansi lingkungan adalah identifikasi, pengukuran dan alokasi biaya-biaya
lingkungan hidup dan pengintegrasian biaya-biaya ke dalam pengambilan keputusan
usaha serta mengkomunikasikan hasilnya kepada para stockholders perusahaan.
Akuntansi biaya lingkungan merupakan pendekatan akuntansi biaya sistematis dan
tidak hanya berfokus pada akuntansi untuk biaya proteksi lingkungan, tetapi juga
mempertim-bangkan biaya lingkungan terhadap material dan energy. Akuntansi
biaya lingkungan menunjukkan biaya riil atas input dan proses bisnis serta
memastikan adanya efisiensi biaya dan diaplikasikan untuk mengukur biaya kualitas
dan jasa.
Biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas lingkungan (environmental quality
costs). Sama halnya dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang
terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan
yang buruk mungkin terjadi. Maka, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi,
deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan.
B. Ekosifiensi
Ekoefiensi pada intinya mempertahankan bahwa organisasi dapat memproduksi
barang dan jasa yang lebih bermanfaat sedangkan secara simultan mengurangi
dampak lingkungan yang negatif, konsumsi sumber daya, dan biaya. Ekoefiensi
mengimplikasikan bahwa peningkatan efisiensi berasal dari perbaikan kinerja
lingkungan. Beberapa penyebab-penyebab dan insentif-insentif untuk peningkatan
ekoefiensi antara lain :
1. Permintaan pelanggan akan produk yang lebih bersih.
2. Pegawai yang lebih baik dan produktivitas yang lebih besar.
3. Biaya modal yang lebih rendah dan asuransi yang lebih rendah.
4. Keuntungan sosial yang signifikan sehingga citra perusahaan menjadi lebih
baik.
5. Inovasi dan peluang baru.
6. Pengurangan biaya dan keunggulan bersaing.

C. Model Biaya Kualitas Lingkungan


Salah satu pendekatan yang digunakan adalah model biaya kualitas lingkungan. Dalam
model kualitas lingkungan total, kondisi ideal adalah tidak adanya kerusakan lingkungan;
kerusakan dianggap sebagai degradasi langsung dari lingkungan (misalnya polusi air dan
udara) atau degradasi tidak langsung (misalnya penggunaan bahan baku dan energi yang
tidak perlu). Biaya lingkungan didefinisikan sebagai biaya-biaya yang terjadi karena
adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk
mungkin terjadi. Oleh karenanya biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention cost), yaitu


biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya
limbah dan/atau sampah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Contoh:biaya seleksi pemasok, seleksi alat pengendali polusi, desain proses
dan produk, training karyawan, dll.
2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection cost), yaitu biaya-biaya
untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses, dan
aktivitas lainnya telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku/tidak.
Contoh: biaya audit aktivitas lingkungan, pemeriksaan produk dan proses,
pelaksanaan pengujian pencemaran, pengukuran tingkat pencemaran, dll.
3. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure cost),
yaitu biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah,
tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Contoh: biaya operasional peralatan
pengurang/penghilang polusi, pengolahan dan pembuangan limbah beracun,
pemeliharaan peralatan, daur ulang sisa bahan, dll.
4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure
cost),yaitu biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas
limbah/sampah ke dalam lingkungan.
5. Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi (realized external failure
cost),yaitu biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Contoh: biaya
membersihkan danau/tanah yang tercemar atau minyak yang tumpah,
penyelesaian klaim kecelakaan pribadi, hilangnya penjualan karena reputasi
lingkungan yang buruk.
6. Biaya kegagalan ekternal yang tidak direalisasikan/biaya sosial
(unrealized external failure cost/social cost), yaitu biaya sosial yang
disebabkan oleh perusahaan tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar
perusahaan. Contoh: biaya perawatan medis karena kerusakan lingkungan,
hilangnya lapangan pekerjaaan karena polusi, rusaknya ekosistem, dll.
Pelaporan biaya lingkungan menjadi penting jika perusahaan serius untuk
memperbaiki kinerja lingkungannya dan mengendalikan biaya lingkungannya.
Pelaporan biaya lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang
penting,yaitu:
a. dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas.
b. Jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori.
Dari sudut pandang praktis, biaya lingkungan akan menerima perhatian
manajemen hanya jika jumlahnya signifikan. Dalam kenyataannya, biaya
lingkungan dapat secara signifikan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Laporan biaya juga menyediakan informasi yang berhubungan dengan distribusi
relatif dari biaya lingkungan. Biaya kegagalan lingkungan dapat dikurangi dengan
menginvestasikan lebih banyak aktivitas-aktivitas pencegahan dan deteksi.
Dimungkinkan bahwa model pengurangan biaya lingkungan akan berperilaku
serupa dengan model biaya kualitas total, yaitu bahwa biaya lingkungan yang
terendah diperoleh pada titik kerusakan nol, sama seperti titik cacat nol pada model
biaya kualitas total. Pengetahuan akan biaya lingkungan dan hubungannya dengan
produk dapat menjadi sebuah insentif untuk melakukan inovasi dan meningkatkan
efisiensi.
10.5 Sistem Pelaporan Biaya Lingkungan
A. Pengukuran Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan harus dikelola dengan efektif dan efisien agar:
1) produk harus lebih berdaya guna, dan
2) perusahaan dalam melakukan pengurangan biaya dengan cara:
a) mengurangi dampak negatif lingkungan,
b) mengkonsumsi sumber daya alam secara efektif.
Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi
biayanya. Hal ini dilakukan supaya laporan biaya lingkungan dapat dijadikan
informasi yang informatif untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan
terutama yang berdampak pada lingkungan.
Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika sebuah organisasi serius
memperbaiki kinerja lingkungannnya dan mengendalikan biaya lingkungannya.
Langkah pertama yang baik adalah laporan yang memberikan perincian biaya
lingkungan menurut kategori.
Pelaporan biaya lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang penting :
1. Dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan
2. Jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori.
Dengan mengelola lingkungan perusahaan secara efektif dan efisien, perusahaan
dapat membantu pembangunan secara berkesinambungan sehingga pelanggan dapat
mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan. Di samping itu karyawan dapat
bekerja dalam situasi kondusif, biaya modal perusahaan rendah, biaya asuransi
kesehatan rendah, dan masyarakat dapat hidup sehat.
Biaya lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam biaya gagal eksternal dalam
dimensi biaya mutu yang besarnya dapat dihitung dari total biaya produksi. Makin
tinggi biaya lingkungan, makin tinggi beban biaya perusahaan dan menurunkan laba,
atau mungkin dapat mengakibatkan kerugian.
B. Membebankan Biaya Lingkungan
Produk dan proses merupakan sumber biaya lingkungan. Proses produksi
dapat menciptakan residu/limbah padat, cair dan gas yang selanjutnya dilepas ke
lingkungan dan berpotensi merusak lingkungan. Setelah produk dijual, penggunaan
dan pembuangannya oleh pelanggan juga dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Biaya lingkungan pasca pembelian (environmental postpurchase cost)
semacam ini sering kali ditanggung oleh masyarakat, dan bukan oleh perusahaan,
sehingga merupakan biaya sosial.
Perusahaan harus dapat menentukan bagaimana membebankan biaya
lingkungan ke produk dan proses. Beberapa hal perlu mendapat perhatian.
a) Biaya lingkungan penuh atau biaya privat penuh 
1. Biaya lingkungan penuh (full environmental costing) adalah pembebanan
semua biaya lingkungan, baik yang bersifat privat maupun sosial, ke
produk. Biaya penuh memerlukan pengumpulan data dari pihak di luar
perusahaan. 
2. Biaya privat penuh (full private costing) adalah pembebanan biaya privat
ke produk individual. Biaya lingkungan yang disebabkan oleh proses
internal perusahaan dibebankan ke produk. Biaya privat menggunakan
data yang dihasilkan di dalam perusahaan.
Pembebanan biaya lingkungan secara tepat dapat digunakan untuk
mengetahui profitabilitas suatu produk dan memungkinkan peluang perbaikan
dalam desain produk, efisiensi ekonomi, dan kinerja lingkungan.
b) Biaya lingkungan berbasis fungsi atau berbasis aktivitas
1. Penghitungan biaya berbasis fungsi membentuk suatu kelompok biaya
lingkungan dan menghitung tingkat/tarifnya dengan menggunakan
penggerak tingkat unit seperti jumlah jam tenaga kerja atau jam mesin.
Biaya lingkungan dibebankan ke setiap produk berdasarkan pemakaian
jam tenaga kerja atau jam mesin. Pendekatan ini cukup memadai untuk
produk yang relatif homogen, namun untuk banyak produk yang
bervariasi, pendekatan berbasis fungsi ini dapat mengakibatkan distrorsi
biaya, misalnya jika ternyata dari sekian banyak produk, hanya satu jenis
produk yang menghasilkan emisi maka biaya lingkungan seharusnya
hanya dibebankan pada produk yang bersangkutan.
2. Penghitungan berbasis aktivitas membebankan biaya ke aktivitas
lingkungan dan kemudian menghitung tingkat/tarif aktivitas. Tingkat ini
digunakan untuk membebankan biaya lingkungan ke produk berdasarkan
penggunaan aktivitas. Untuk perusahaan yang menghasilkan beragam
produk, pendekatan berbasis aktivitas lebih tepat digunakan.
10.6 Keuntungan Lingkungan
Laporan Keuangan Lingkungan menurut Hansen, ekoefisiensi menyarankan sebuah
kemungkinan modifikasi untuk pelaporan biaya lingkungan. Secara khusus, selain
melaporkan biaya lingkungan dapat juga melaporkan keuntungan lingkungan. Dalam suatu
periode tertentu, ada tiga jenis keuntungan: pemasukan, penghematan saat ini, dan
penghindaran biaya. Pemasukan mengacu pada pendapatan yang mengalir ke dalam
organisasi karena adanya tindakan lingkungan seperti mendaur ulang kertas, menemukan
aplikasi baru untuk limbah yang tidak berbahaya, dan meningkatkan penjualan karena
penguatan citra lingkungan. Penghindaran biaya mengacu pada penghematan berjalan yang
dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya. Penghematan saat ini mengacu pada pengurangan
biaya lingkungan yang dicapai tahun ini.
Dengan membandingkan keuntungan yang didapat dengan biaya tahun ini.dengan
membandingkan keuntungan yang didapat dengan biaya lingkungan yang terjadi dalam
periode tertentu, dapat disusun suatu laporan keuangan lingkungan. Manajer dapat
menggunakan laporan tersebut untuk menilai kemajuan (keuntungan yang dihasilkan) dan
potensi kemajuan (biaya lingkungan). Laporan keuangan lingkungan dapat juga menjadi
bagian dari laporan kemajuan lingkungan yang disediakan bagi pihak pemegang saham setiap
tahunnya. Berikut ini adalah contoh laporan keuangan lingkungan:
PT. Thamus
Laporan Keungan Lingkungan
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009
 
Keuntungan Lingkungan
Pengurangan biaya, pencemaran $ 3.000.000
Pengurangan biaya, pembuatan limbah yang berbahaya 4.000.000
Pemasukan daur ulang 2.000.000
Penghematan biaya konsevasi energi 1.000.000
Pengurangan biaya pengemasan 1.500.000
Total keuntungan lingkungan $ 11.500.000
 
Biaya Lingkungan
Biaya pencegahan $ 2.800.000
Biaya deteksi 3.200.000
Biaya kegagalan internal 6.000.000
Biaya kegagalan eksternal 18.000.000
Total biaya lingkungan $ 30.000.000
( Sumber: Hansen Mowen (2007). Managerial Accounting. Eight Edition. Thomson South-Western)
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, D.R. and Mowen, M.M. 2007. Managerial Accounting, 8th edition. Thomson.:
South-Western (HM)
Hansen, Don R. dan Maryanne M. M. 2009. Managerial Accounting Buku 2 Edisi 8.
Jakarta: Salemba Empat.
Ikhsan, Arfan. 2009. Akuntansi Manajemen Lingkungan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha
ilmu.
Latihan Soal 22.17 – Advanced : Target Costing and Value Chain
Jawaban a:
Selisih biaya antara Perkiraan Biaya dan Target Biaya :
Perkiraan Biaya:

Komponen A $ 2,15

Komponen B $ 1,75

Bahan baku lainnya $ 2,40


$
Total Bahan Baku 6,30

Ditambah: 4% bahan baku yang dibeli $


dibawah harga standar 0,25
$
Total material setelah ditambah 4% 6,55

Tenaga kerja $ 6,00

Biaya overhead produksi produk tertentu $ 1,89


Biaya penjualan dan distribusi produk
$ 2,38
tertentu
Total perkiraan biaya $ 16,82

Target Biaya:
Harga Penjualan $ 25,00

Laba (25%) ($ 6,25)

Biaya Royalti (15%) ($ 3,75)

Total target biaya produksi $ 15,00

Selisih Biaya:

Perkiraan biaya $ 16,82


Target biaya produksi ($ 15,00)
Selisih Biaya $ 1,82

Jadi, selisih biaya antara perkiraan biaya dan target biaya adalah sebesar $ 1,82
Jawaban b:

Mengurangi biaya di tiga aktivitas dalam value chain nya:

Untuk mengurangi biaya di tiga aktivitas dalam value chain, PBB dapat membatalkan
kegiatan penyimpanan bahan baku. Hal itu dikarenakan kegiatan penyimpanan bahan baku
tersebut tidak dapat memberikan nilai tambah dalam proses produksi PBB, namun akan dapat
menambah sewa tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan bahan baku. Nah,
apabila aktivitas penyimpanan bahan baku ini dibatalkan. Maka, tentunya perusahaan dapat
menghemat biaya produksi tidak langsung sehingga biaya yang dikeluarkan akan ikut
berkurang. Kemudian, dari kegiatan pengiriman yang dilakukan oleh PBB juga bisa
dikatakan kurang efesien. Hal itu dikarenakan juga kegiatan pengiriman yang dilakukan
tersebut terjadwal yang dimana, perusahaan secara terus menerus mengirimkan barangnya
(mainan) ke Gerai Retail walaupun di Gerai Retail masih terdapat banyak ataupun belum
membutuhkan tambahan mainan. Nah, hal itulah yang dapat menimbulkan perusahaan
mengeluarkan biaya transportasi yang berlebihan.

Dari kelebihan biaya transportasi yang ditimbulkan, tentunya akan dapat mengurangi
laba perusahaan. Untuk itu, perusahaan dapat mencari cara atau alternatif lainnya. Seperti
penjualan yang dilakukan secara online. Dengan penjualan secara online, maka perusahaan
(PBB) ini tentunya dapat menjangkau konsumen yang begitu banyak tanpa adanya batas
waktu maupun tempat.

Anda mungkin juga menyukai