DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pelaporan segmen.
2. Untuk mengetahui isu akuntansi pelaporan segmen.
3. Untuk mengetahui informasi tentang segmen operasi.
4. Untuk mengetahui identifikasi laporan segmen.
5. Untuk mengetahui pengungkapan untuk operasi di berbagai wilayah geografi yang
berbeda.
6. Untuk mengetahui tentang pelaporan keuangan interim.
7. Untuk mengetahui format laporan keuangan interim.
8. Untuk mengetahui permasalahan akuntansi laporan keuangan interim.
9. Untuk mengetahui standar pelaporan untuk laporan laba rugi interim.
10. Untuk mengetahui perubahan akuntansi di periode interim.
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh karena persentase tersebut sama dengan atau lebih besar dari 75%, maka tidak
ada lagi segmen operasi yang harus dilaporkan terpisah. Jika persentase tersebut kurang
dari 75 persen, maka diperlukan segmen operasi tambahan untuk diperlakukan sebagai
segmen dilaporkan sampai uji 75 persen tersebut terpenuhi.
Pertimbangan lainnya
Batas praktis sebanyak 10 persen segmen digunakan sebagai batas sebanyak dari
jumlah segmen yang dilaporkan, karena jika lebih dari jumlah tersebut, maka informasi
tambahan dapat menjadi terlalu terperinci. Sebuah perusahaan yang mempunyai lebih dari
10 segmen dilaporkan harus mempertimbangkan untuk mengagregasi segmen yang paling
berkaitan . PT Induk dan PT Anak hanya mempunyai tiga segmen dilaporkan.
2.3.3 Pelaporan Informasi Segmen
Pengungkapan khusus yang diharuskan untuk setiap segmen dilaporkan dijelaskan
dalam PSAK 5. Entitas mengungkapkan informasi untuk memungkinkan pengguna
laporan keuangan mengevaluasi sifat dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis di mana
entitas terlibat dan lingkungan ekonomik di mana entitas beroperasi.
2.4 Mengidentifikasi Segmen Dilaporkan.
PSAK 5 menyediakan pengguna laporan keuangan dengan informasi dimana mereka
dapat menentukan risiko dan potensi imbal hasil entitas, dengan menggunakan basis informasi
yang sama sebagaimana digunakan oleh manajemen perusahaan dimana resiko dalam
menjalankan bisnis ini 1 negara cukup berada dengan risiko menjalankan bisnis di negara lain.
Entitas multinasional besar saat ini memiliki operasi di banyak negara dan pasar luar negeri.
PSAK 5 menyatakan bahwa entitas harus melaporkan informasi secara terpisah berkaitan
dengan setiap segmen operasi di identifikasi yang melebihi ambang batas kuantitatif.
Yang dialokasikan kepada negara domisili entitas dan seluruh negara asing secara total
di mana entitas memperoleh pendapatan. Perusahaan juga harus menyediakan informasi
mengenai tingkat ketergantungannya pada pelanggar utama yaitu apabila pendapatan dari
transaksi dengan pelanggan eksternal tunggal sebesar 10% atau lebih dari total pendapatan
perusahaan ini menyimpulkan pembahasan mengenai laporan segmen.
Peraturan untuk menyerahkan laporan keuangan interim Tri Wulandari juga sama
dengan OJK. Hal ini berarti ada tiga alternatif bagi perusahaan yang terdaftar untuk
menyampaikan laporan keuangan triwulan. Kantor akuntan publik yang melakukan audit
tahunan perusahaan harus mengkaji ulang laporan interim perusahaan yang dilakukan selama
tahun fiskal dan mencatat setiap kesalahan atau penyajian kembali.
PSAK 3 menyatakan bahwa entitas bisa mengumum kan baik laporan keuangan
lengkap ataupun laporan keuangan ringkas pada pelaporan keuangan interim. Namun OJK
mensyaratkan bahwa entitas harus mengumpulkan laporan keuangan yang lengkap.
Kuartal Unit yang Dijual dalam Kuartal Unit NRV pada Akhir Kuartal
1 2.000 Rp 7.000
2 2.000 6.000
3 2.000 7.000
4 2.000 11.000
PT Induk tidak yakin mengenai penyebab turunnya nilai pasar dan menganggapnya
sebagai hal yang akan permanen; karena itu, perusahaan mengakui penurunan tersebut
dalam kuartal terjadinya. Tidak ada pengakuan yang diwajibkan jika penurunan tersebut
diantisipasi segala gejala temporer, dengan pemulihan pada akhir tahun.
Analisis Interim Terendah antara Biaya Perolehan dengan NRV dari Akun
Persediaan PT Induk adalah sebagai berikut:
Figur ini menyajikan penghitungan yang diperlukan untuk menyesuaikan akun
persediaan PT Induk menjadi harga pokok atau harga pasar terendah atau NRV . Pada
akhir kuartal pertama, persediaan di akhir kuartal turun menjadi Rp 24.000.000 dan
kerugian diakui pada laporan laba rugi interim. Banyak perusahaan melaporkan penurunan
tersebut sebagai bagian dari bagian harga pokok penjualan karena kejadian tersebut terkait
dengan persediaan. Pada akhir kuartal kedua, diperlukan tambahan penurunan sebesar Rp
6.000.000. Laporan interim kuartal ketiga menunjukkan pemulihan kerugian sebesar Rp.
4.000.000 karena peningkatan biaya penggantian persediaan. Ingat bahwa ini merupakan
pemulihan kerugian penilaian yang diakui kuartal sebelumnya. Di kuartal empat, harga
pasar (NVR) sebesar Rp 11.000 lebih tinggi Rp 1.000 dibandingkan biaya perolehan awal
persediaan.
Pemulihan kerugian sebesar Rp 6.000.000 atas persediaan akhir dari 2.000 unit
diakui untuk membuat penilaian persediaan dari Rp 7.000 per unit menjadi biaya
perolehan awal Rp 10.000 per unit. Ingat bahwa persediaan tidak boleh dinilai lebih tinggi
dari biaya perolehan. Ingat bahwa setelah penurunan selama dua kuartal pertama, harga
pasar meningkat selama kuartal ketiga dan keempat. Pada akhir tahun, harga pasar adalah
Rp 11.000 per unit, yang lebih tinggi dari biaya perolehan awal persediaan.
c. Biaya dan Beban Lain-Lain
Pandangan integral yang diadopsi oleh PSAK 3 terlihat lebih jelas jika berhadapan
dengan biaya periode interim. Prinsip umumnya adalah bahwa biaya dan beban itu harus
dibebankan pada laba rugi interim dalam periode interim dimana keduanya terjadi. Biaya
dan beban lain, selain biaya produk, harus dibebankan dengan dasar yang sama seperti
periode tahunan.
d. Akuntansi untuk Pajak Penghasilan dalam Periode Interim
Perhitungan pajak penghasilan interim (interim income tax) menimbulkan suatu
permasalahan khusus bagi akuntan karena beban pajak akrual dihitung berdasarkan
penghasilan untuk seluruh tahun fiskal.
Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak
Perbedaan antara jumlah laba operasi yang dihitung untuk tujuan laporan keuangan
(laba akuntansi) dan untuk tujuan pajak merupakan hal yang normal. Kedua hal tersebut
telah dijelaskan pada PSAK 46 tentang "Pajak Penghasilan" dan sering dibahas lebih
dalam pada kelas akuntansi keuangan menengah.
Kategori pertama sering disebut sebagai perbedaan "permanen" atau perbedaan
non temporer. Perbedaan permanen tidak dimasukkan dalam menentukan jumlah laba
kena pajak (laba fiskal) untuk satu periode. Contoh dari perbedaan permanen adalah
sebagai berikut:
1. Premi asuransi jiwa yang dibayar oleh perusahaan berdasarkan kebijakan eksekutif
untuk perusahaan yang merupakan penerima dana (tidak dikurangkan dari pajak).
2. Dana hasil asuransi jiwa yang dikumpulkan,
3. Jenis tertentu denda atau penalti yang ditunjuk bukan sebagai beban yang dapat
mengurangi pajak.
4. Penghasilan lain yang telah dikenai pajak final, misalnya penghasilan dividen.
Kategori kedua dengan perbedaan "temporer". Terjadi karena adanya perbedaan
temporer antara pengakuan transaksi untuk laba akuntansi dengan laba pajak
menyebabkan adanya pajak tangguhan. Contoh dari perbedaan temporer: sewa diterima di
muka, estimasi beban dan rugi, penyusutan dipercepat pada pengembalian pajak dan
penyusutan garis lurus pada laporan laba rugi.
3.1 Kesimpulan
Pengungkapan segmen mengenai komponen operasi tertentu dari suatu entitas dan
wilayah luar negeri di mana entitas beroperasi memberikan informasi mengenai risiko berbeda
dan frofitabilitas dari masing-masing komponen yang membentuk entitas.
Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang disajikan dalam kurun
waktu kurang dari satu periode (satu tahun). Laporan interim disajikan sama dengan penyajian
laporan keuangan tahunan. Laporan interim wajib dibuat oleh perusahaan yang terdaftar di
badan pengawas pasar modal seperti Securities Exchange Commision di Amerika Serikat dan
Bursa Efek di Indonesia, hal ini agar semua perusahaan dapat menunjukkan kinerjanya kepada
pihak-pihak yang terkait. Pengungkapan dalam laporan keuangan interim mengenal adanya
konsep estimasi dan materialitas.
PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen harus memasukkan pengukuran
laba atau rugi dari segmen yang dilaporkan. Oleh karena itu, laporan tersebut akan sama dengan
yang digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan internal. Bentuk atau format yang
digunakan akan ditentukan oleh karakteristik dan sumber utama risiko dan imbalan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Richard E., Lembke, Valdean C., King, Thomas E., Jeffrey, Cynthia G., Jusuf, Amir
Abadi., NPS, Sylvia Veronica., Wulandari, Etty Retno., 2016. Akuntansi Keuangan
Lanjutan Perspektif Indonesia. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat