Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

PELAPORAN SEGMEN DAN INTERIM

DOSEN PENGAMPU: Luh Gede Krisna Dewi, S.E., M.Si., Ak.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

Angelina Natalia Mbooh (2007531131)

Adriel Baringin Lombardi Montana Siahaan (2007531227)

Putu Aprilia Wulandari (2007531264)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengungkapan segmen mengenai komponen operasi tertentu dari suatu entitas dan
wilayah luar negeri di mana entitas beroperasi memberikan informasi mengenai risiko berbeda
dan profitabilitas dari masing-masing komponen yang membentuk entitas. Pengungkapan
tambahan tersebut berguna dalam menilai kinerja masa lalu dan prospek kinerja masa depan.
Banyak perusahaan yang harus menerbitkan laporan keuangan yang meliputi periode waktu
yang lebih singkat selama tahun tersebut, yang sebagian besar atas dasar kuartalan. Jadi, dari
hal tersebut dibutuhkan pedoman pelaporan untuk laporan interim semacam ini. Tujuan
informasi menurut segmen adalah menyediakan informasi bagi para pemakai laporan keuangan
mengenai skala relatif, kontribusi laba, dan trend pertumbuhan dari berbagai industri dan
wilayah geografis perusahaan yang didiversifikasi untuk memungkinkan para pemakai laporan
keuangan membuat pertimbangan yang lebih baik terhadap perusahaan secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pelaporan segmen?
2. Bagaimana isu akuntansi pelaporan segmen
3. Apa saja informasi tentang segmen operasi?
4. Bagaimana identifikasi laporan segmen?
5. Bagaimana pengungkapan untuk operasi di berbagai wilayah geografi yang berbeda?
6. Apa yang dimaksud dengan pelaporan keuangan interim?
7. Bagaimana format laporan keuangan interim?
8. Apa saja Permasalahan akuntansi laporan keuangan interim?
9. Bagaimana standar pelaporan untuk laporan laba rugi interim?
10. Apa saja perubahan akuntansi di periode interim?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pelaporan segmen.
2. Untuk mengetahui isu akuntansi pelaporan segmen.
3. Untuk mengetahui informasi tentang segmen operasi.
4. Untuk mengetahui identifikasi laporan segmen.
5. Untuk mengetahui pengungkapan untuk operasi di berbagai wilayah geografi yang
berbeda.
6. Untuk mengetahui tentang pelaporan keuangan interim.
7. Untuk mengetahui format laporan keuangan interim.
8. Untuk mengetahui permasalahan akuntansi laporan keuangan interim.
9. Untuk mengetahui standar pelaporan untuk laporan laba rugi interim.
10. Untuk mengetahui perubahan akuntansi di periode interim.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelaporan Segmen


Pelaporan keuangan segmen adalah laporan yang menyediakan informasi peluang
investasi, risiko yang tercermin dalam profitabilitas suatu segmen, potensi pertumbuhan yang
memberikan dasar untuk mengevaluasi prestasi segmen dan risiko perusahaan yang memiliki
segmen-segmen usaha diverifikasi secara keseluruhan.
Perusahaan besar yang terdiversifikasi dapat dipandang sebagai sebuah portofolio aset
yang beroperasi sebagai divisi atau anak perusahaan, yang sering kali memiliki cakupan
multinasional. Komponen perusahaan besar dapat mempunyai tingkat keuntungan yang
berbeda, tingkatan, jenis risiko dan kesempatan pertumbuhan yang berbeda. Permasalahan
utama untuk akuntan adalah bagaimana mengembangkan dan mengungkapkan informasi yang
diperlukan untuk mencerminkan perbedaan-perbedaan mendasar tersebut.

2.2 Isu Akuntansi Pelaporan Segmen


Pada tahun 1994, DSAK menerbitkan PSAK no. 5 tentang “Pelaporan Informasi
keuangan Segmen” yang merekomendasikan pengungkapan informasi segmen. Pada tahun
2000, DSAK mengadopsi IAS 14 (revisi 1997) dan serta mengubah namanya menjadi
“Pelaporan Segmen”. Kedua, sesuai dengan program konvergensi IFRS, DSAK merevisi
PSAK 5 pada tahun 2009 berdasarkan pada IFRS 8 mengenai “Segmen Operasi”. Kemudian,
DSAK telah menyesuaikan atas PSAK 5 tentang Segmen Operasi pada tahun 2014.
Pernyataan ini diaplikasikan untuk laporan laporan keuangan dari entitas dan laporan
keuangan konsolidasian kelompok usaha dengan entitas induk:
a) Yang instrumen utang atau ekuitasnya diperdagangkan di pasar publik.
b) Yang telah / dalam proses mengajukan pernyataan pendaftaran, pada regulator pasar
modal / regulator lainnya untuk tujuan penerbitan seluruh kelas instrumen di pasar
publik.
PSAK 5 mendefinisikan segmen operasi sebagai suatu komponen dari entitas:
a) Yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan
menimbulkan beban.
b) Hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional
untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen
tersebut dan menilai kinerjanya.
c) Tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.

2.3 Informasi tentang Segmen Operasi


Banyak entitas yang teridentifikasi melalui beberapa lini bisnis. Setiap lini dapat
mempunyai faktor kompetitif yang berbeda dan dapat bereaksi berbeda terhadap perubahan
dalam lingkungan ekonomis. Sebagai contoh, sebuah perusahaan besar seperti Johnson &
Johnson yang beroperasi dalam beberapa lini utama: konsumsi, farmasi dan profesi.
Produk-produknya termasuk lensa kontak sekali pakai, produk bayi, peralatan bedah.
Sebuah konglomerasi dapat beroperasi di beberapa pasar konsumen, yang setiap pasarnya
memiliki karakteristik yang berbeda. Selain itu, perusahaan terkena eksposur atas risiko dalam
tiap pasar sumber faktor produksinya. Laporan keuangan konsolidasian menyajikan semua
faktor heterogen dalam konteks entitas tunggal.Tujuan dari laporan segmen adalah untuk
memungkinkan pengguna laporan melihat dibalik angka total konsolidasi ke komponen
individu yang membentuk entitas tersebut.
2.3.1 Mendefinisikan Segmen Dilaporkan
Proses penentuan segmen operasi dilaporkan (reportable operating segment)
secara terpisah yaitu segmen-segmen dimana pengungkapan tambahan terpisah harus
dibuat berdasarkan spesifikasi manajemen atas segmen operasi yang digunakan secara
internal untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja operasi perusahaan.
Ambang Batas Kuantitatif Sepuluh Persen
DSAK menetapkan 3 aturan signifikansi 10 persen (10 percent significance rules)
untuk menentukan segmen operasi mana yang harus mempunyai informasi terlapor yang
terpisah. Pengungkapan Terpisah tersebut diharuskan untuk segmen yang memenuhi
paling tidak satu dari pengujian berikut:
1. Pendapatan segmen yang dilaporkan, termasuk penjualan ke pelanggan eksternal dan
penjualan atau pengalihan antarsegmen, adalah 10% atau lebih dari gabungan
pendapatan internal dan dari penjualan eksternal ditambah transaksi antar segmen dari
keseluruhan segmen operasi.
2. Nilai absolut dari laba/kerugian adalah lebih besar atau sama dengan 10%.
3. Memiliki aset 10% atau lebih dari aset gabungan seluruh segmen operasi.
Ilustrasi Uji Signifikansi 10%
Berikut ini menyajikan laporan keuangan konsolidasian PT Induk dan PT Anak.
Informasi untuk contoh ini adalah sebagai berikut .
1. PT Induk memiliki 80% dari modal saham biasa PT Anak . PT Anak melaporkan laba sebesar
Rp50.000.000 untuk tahun 20X1 dan membayar dividen sebesar Rp30.000.000. Pada tanggal
31 Desember 20X1, saldo akun ekuitas pemegang saham PT Anak sebesar Rp300.000.000 ,
di mana terdapat kepentingan nonpengendali sebesar 20 persen .
2. PT Induk mengakuisisi 40 persen saham PT Barura Jaya pada tanggal 1 Januari 20X1, dengan
biaya perolehan sebesar Rp160.000.000 , yang sama dengan nilai buku saham pada tanggal
tersebut . Metode ekuitas digunakan untuk memperhitungkan investasi tersebut. PT Baruna
Jaya memperoleh laba selama tahun 20X1 sebesar Rp80.000.000 dan membayar dividen
sebesar Rp20.000.000. Investasi tersebut dikelola oleh kantor pusat dan tidak ditetapkan
untuk setiap segmen operasi .

Pengungkapan segmen memberikan perincian dari jumlah konsolidasi ke dalam


bagian-bagian pembentuknya. Fos yang muncul pada laporan keuangan konsolidasian dan
harus diagregasi adalah penjualan sebesar Rp 572.000.000 dan total aset Rp1.450.000.000.
Dalam analisis segmen , laba segmen juga digunakan , tetapi jumlah ini biasanya tidak
dapat disajikan langsung dalam laporan laba rugi konsolidasian dan dihitung secara
terpisah.
Uji signifikansi spesifik PT Induk dan entitas anaknya harus digunakan untuk menentukan
segmen operasi dilaporkan secara terpisah sebagai berikut:
1) Uji Pendapatan 10%

2) Uji Laba(Rugi) 10%

3) Uji Aset 10%

Ikhtisar hasil dari ketiga pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

Produk Plastik & Konsumsi & Kesehatan Kimia


Makanan Pengepakan Komersial & Ilmiah

Uji Pendapatan Ya Ya Tidak Ya Tidak

Uji Laba (Rugi) Operasi Ya Ya Tidak Tidak Tidak

Uji Aset Diidentifikasi Ya Ya Tidak Ya Tidak


Ingat kembali bahwa suatu segmen dilaporkan terpisah jika segmen tersebut
memenuhi salah satu dari ketiga pengujian 10%. Segmen berikut yang dilaporkan terpisah
berdasarkan tiga uji: Produk Makanan, Plastik dan Pengepakan, serta Kesehatan dan
Ilmiah. Segmen yang lain, Konsumsi & Komersial serta Kimia, tidak dilaporkan terpisah.
Oleh karena itu, informasi dari segmen tertentu harus dilaporkan dalam laporan keuangan
tahunan untuk tiga segmen dilaporkan secara terpisah, dan yang tidak dilaporkan harus
digabungkan dengan nama “seluruh segmen lain”.
2.3.2 Uji Pengungkapan Komprehensif
Setelah menentukan segmen mana yang dilaporkan berdasarkan salah satu dari tiga
uji 10%, kemudian perusahaan harus menerapkan uji komprehensif. Uji komprehensif
adalah uji pendapatan konsolidasi 75%.
Uji Pendapatan Konsolidasi 75%
Total pendapatan dari sumber eksternal dari keseluruhan segmen operasi
dilaporkan secara terpisah setidaknya harus sama dengan 75% total pendapatan
konsolidasian. Perusahaan pelopor harus mengidentifikasi segmen operasi tambahan
sebagai segmen yang dilaporkan sampai uji terpenuhi.
PT Induk dan PT Anak dengan tiga segmen yang dilaporkan, menghitung
pengujian 75% sebagai berikut.

Oleh karena persentase tersebut sama dengan atau lebih besar dari 75%, maka tidak
ada lagi segmen operasi yang harus dilaporkan terpisah. Jika persentase tersebut kurang
dari 75 persen, maka diperlukan segmen operasi tambahan untuk diperlakukan sebagai
segmen dilaporkan sampai uji 75 persen tersebut terpenuhi.
Pertimbangan lainnya
Batas praktis sebanyak 10 persen segmen digunakan sebagai batas sebanyak dari
jumlah segmen yang dilaporkan, karena jika lebih dari jumlah tersebut, maka informasi
tambahan dapat menjadi terlalu terperinci. Sebuah perusahaan yang mempunyai lebih dari
10 segmen dilaporkan harus mempertimbangkan untuk mengagregasi segmen yang paling
berkaitan . PT Induk dan PT Anak hanya mempunyai tiga segmen dilaporkan.
2.3.3 Pelaporan Informasi Segmen
Pengungkapan khusus yang diharuskan untuk setiap segmen dilaporkan dijelaskan
dalam PSAK 5. Entitas mengungkapkan informasi untuk memungkinkan pengguna
laporan keuangan mengevaluasi sifat dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis di mana
entitas terlibat dan lingkungan ekonomik di mana entitas beroperasi.
2.4 Mengidentifikasi Segmen Dilaporkan.
PSAK 5 menyediakan pengguna laporan keuangan dengan informasi dimana mereka
dapat menentukan risiko dan potensi imbal hasil entitas, dengan menggunakan basis informasi
yang sama sebagaimana digunakan oleh manajemen perusahaan dimana resiko dalam
menjalankan bisnis ini 1 negara cukup berada dengan risiko menjalankan bisnis di negara lain.
Entitas multinasional besar saat ini memiliki operasi di banyak negara dan pasar luar negeri.
PSAK 5 menyatakan bahwa entitas harus melaporkan informasi secara terpisah berkaitan
dengan setiap segmen operasi di identifikasi yang melebihi ambang batas kuantitatif.

2.5 Pengungkapan untuk Operasi di Berbagai Wilayah Geografi yang Berbeda


PSAK 5 juga harus mengungkapkan seluruh entitas mengenai informasi produk dan
jasa di wilayah geografis dan pelanggan utama.
1. Perusahaan harus melaporkan pendapatan dari pelanggan eksternal.
2. Untuk setiap produk dan jasa atau tiap kelompok dari produk dan jasa sejenis.

Yang dialokasikan kepada negara domisili entitas dan seluruh negara asing secara total
di mana entitas memperoleh pendapatan. Perusahaan juga harus menyediakan informasi
mengenai tingkat ketergantungannya pada pelanggar utama yaitu apabila pendapatan dari
transaksi dengan pelanggan eksternal tunggal sebesar 10% atau lebih dari total pendapatan
perusahaan ini menyimpulkan pembahasan mengenai laporan segmen.

2.6 Pelaporan Keuangan Interim.


Laporan keuangan interim dimana mencakup periode waktu kurang dari 1 tahun
menyediakan informasi tepat waktu mengenai kemajuan entitas sepanjang tahun tersebut titik
laporan keuangan interim bisa untuk satu minggu, 1 bulan triwulan atau beberapa triwulan.
Banyak perusahaan menyusun laporan keuangan bulanan untuk tujuan manajemen internal
perusahaan publik diwajibkan untuk mempublikasikan laporan triwulan dan reaksi pasar
saham yang cepat terhadap rilis publik mengenai informasi triwulan tersebut menunjukkan
bahwa para investor dan pengguna laporan keuangan lainnya mengamati dengan cermat
laporan ini. Laporan triwulan dalam berbagai cara merupakan versi yang lebih kecil dari
laporan keuangan tahunan.
PSAK 3 yang terkait dengan laporan keuangan interim memungkinkan laporan
keuangan interim disiapkan dan dalam bentuk ringkas. Laporan tersebut meliputi sebuah
laporan posisi keuangan laba rugi komprehensif perubahan entitas, arus kas dan catatan tertentu
serta mengungkapkan lainnya secara ringkas untuk triwulan yang akan dilaporkan dan juga
data kooperatif untuk periode sebelumnya.
Otoritas jasa keuangan atau OJK mengharuskan kepada perusahaan publik untuk
menyerahkan laporan keuangan reguler baik tahunan maupun tengah tahun. Selain itu bursa
efek Indonesia atau BEI mewajibkan seluruh perusahaan yang terdaftar di bursa efek untuk
menyerahkan laporan keuangan setiap kuartal. Pada saat proses penawaran saham perusahaan
publik juga diwajibkan untuk menyerahkan laporan keuangan interim jika efektivitas
pernyataan pendaftaran lebih dari 180 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan terkini
sehingga pada periode antara aktivitas pernyataan pendaftaran dan laporan keuangan interim
tidak akan lebih dari 180 hari.
OJK meminta agar laporan keuangan interim yang diserahkan pada saat proses
penawaran kepada publik yang telah diaudit. Laporan keuangan interim tidak diperlukan dalam
bentuk komparatif dalam kaitannya dengan laporan tengah tahunan reguler, OJK
mengharuskan sebagaimana disebut dalam peraturan nomor x. K. 2 tentang kewajiban
penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik laporan keuangan
tengah tahunan tersebut harus disampaikan dan diumumkan kepada masyarakat dalam jangka
waktu:
1. Paling lama akhir bulan pertama setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan jika
tidak disertai laporan akuntan.
2. Paling lambat pada akhir bulan kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan
jika disertai laporan keuangan dalam rangka penelaahan terbatas.
3. Paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan
jika disertai laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan.

Peraturan untuk menyerahkan laporan keuangan interim Tri Wulandari juga sama
dengan OJK. Hal ini berarti ada tiga alternatif bagi perusahaan yang terdaftar untuk
menyampaikan laporan keuangan triwulan. Kantor akuntan publik yang melakukan audit
tahunan perusahaan harus mengkaji ulang laporan interim perusahaan yang dilakukan selama
tahun fiskal dan mencatat setiap kesalahan atau penyajian kembali.

2.7 Format Laporan Keuangan Interim.


Laporan keuangan interim minimum mencakup komponen sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan ringkas.
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain ringkas baik digabung maupun
dipisah.
3. Laporan perubahan ekuitas ringkas.
4. Laporan arus kas ringkas.
5. Catatan penjelasan tertentu.

PSAK 3 menyatakan bahwa entitas bisa mengumum kan baik laporan keuangan
lengkap ataupun laporan keuangan ringkas pada pelaporan keuangan interim. Namun OJK
mensyaratkan bahwa entitas harus mengumpulkan laporan keuangan yang lengkap.

2.8 Permasalahan Akuntansi

Pelaporan interim menimbulkan beberapa persoalan pengakuan teknis dan konseptual


untuk seorang akuntan. Sebagian besar persoalan tersebut berpusat pada konsep akuntansi
periodisasi dan pembagian periode tahanan ke dalam interim. Penggunaan laporan kuartal
untuk menyediakan informasi tepat waktu adalah perkembangan yang relatif baru. Banyak
perusahaan yang memulai memublikasikan laporan keuangan kuartal setelah OJK mewajibkan
perusahaan perusahaan yang dimiliki publik menyerahkan laporan interim.
DSAK telah menerbitkan PSAK 3 tentang “Laporan keuangan Interim“ pada tahun
1994. Standar ini memecahkan permasalah akuntansi yang terkait dengan laporan interim.
Laporan tiga kuartal pertama dari beberapa perusahaan mengesankan laba yang signifikan
untuk tahun berjalan. Kemudian penyesuaian arbitrer dan hal-hal yang diragukan pada kuartal
keempat merekonsiliasi kerugian aktual untuk tahun tersebut.
2.8.1 Pandangan Diskrit Vs Pandangan Integral dari Pelaporan Interim
Terdapat dua pandangan berbeda mengenai pelaporan interim sebelum
dikeluarkannya PSAK 3. Teori diskrit pelaporan interim (discrete theory of interim
sporting) memandang tiap periode interim sebagai dasar periode akuntansi untuk
dievaluasi seakan-akan periode tersebut merupakan periode akuntansi tahunan. Setiap
penyesuaian akhir tahun dan penangguhan akan ditentukan menggunakan dasar prinsip
akuntansi yang sama dengan digunakan laporan tahunan.
Teori integral pelaporan interim (integral theory of interim reporting)
memandang periode interim sebagai periode tahunan. Berdasarkan pandangan ini
pengakuan dan penyesuaian dari pos pendapatan atau beban tertentu dapat dipengaruhi
oleh pertimbangan mengenai hasil yang diharapkan dari operasi selama 1 tahun.
2.8.2 Pengaturan Akuntansi tentang Pelaporan Interim
PSAK 3 menstandari penyusunan dan pelaporan laporan laba rugi interim.
Pengaturan tersebut mendefinisikan elemen laba rugi dan pengukuran biaya berdasarkan
sebuah basis interim. Perubahan dalam kebijakan akuntansi juga didiskusikan pada
pengaturan ini. Secara khusus, perubahan prinsip akuntansi untuk laporan interim
diberlakukan sama dengan perubahan prinsip dan metode akuntansi PSAK 25 tentang
“Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.” Perusahaan harus
mengungkapkan perubahan tersebut dalam catatan laporan keuangan jika akan ada
perubahan dalam kebijakan akuntansi pada periode interim berikutnya.

2.9 Standar Pelaporan Untuk Laporan Laba Rugi Interim


Bentuk laporan keuangan interim sama dengan bentuk laporan laba rugi tahunan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam pengukuran komponen laba tertentu karena periode waktu
yang lebih pendek. Secara umum, standar akuntansi digunakan untuk laporan interim sama
dengan yang digunakan untuk laporan tahunan, walaupun PSAK 3 memberikan bantuan teknis
yang memadai untuk mengukur dan melaporkan secara interim.
a. Pendapatan
Salah satu elemen paling signifikan dari laporan laba rugi interim adalah
pendapatan dari penjualan. Investor ingin menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan
pendapatan, sehingga mereka membandingkan pendapatan dari periode interim tahun
berjalan dengan interim tahu berjalan tahun sebelumnya. Dasar pengukuran yang
digunakan untuk menghitung pendapatan yang diperoleh dalam periode interim harus
sama dengan yang digunakan untuk tahun fiskal penuh. Jadi, pendapatan harus diakui dan
dilaporkan pada periode diperolehnya dan tidak dapat ditangguhkan ke periode lain untuk
menyajikan arus pendapatan lebih stabil.
b. Beban Pokok Penjualan dan Persediaan
Harga pokok penjualan pada umumnya merupakan salah satu beban paling besar
dalam laporan laba rugi interim. Aturan umumnya adalah harga pokok penjualan interim
harus dihitung dengan elemen biaya langsung dan beban teralokasi yang terkait langsung
untuk perhitungan HPP tahunan. PSAK 3 memperbolehkan modifikasi aturan umum sbb:
1. Menggunakan estimasi tingkat laba bruto.
Estimasi tingkat laba bruto dapat digunakan untuk menentukan beban pokok
penjualan interim. Dengan demikian, persediaan fisik tidak perlu dibuat dalam setiap
laporan keuangan interim.
2. Penilaian yang terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto (net
realizable value- NRV).
Kerugian persediaan dari penurunan NRV di bawah biaya perolehan diakui pada
periode penurunan tersebut. Pemulihan dari NRV pada periode interim berikutnya
harus diakui pada periode pemulihan sebagai pemulihan kerugian pada periode
interim sebelumnya dari tahun fiskal.
3. Sistem biaya standar.
Produsen yang menggunakan sistem biaya standar untuk menghitung hpp dan
persediaan akhir harus menggunakan prosedur yang sama untuk menentukan varian
selama satu periode interim dengan yang digunakan untuk tahun fiskal.

Ilustrasi Penurunan Nilai Pasar dan Pemulihan


Menggunakan metode harga pokok atau harga pasar terendah (lower-of-cost-or-
market-LCM) antara biaya perolehan dan NRV untuk laporan interim.
1. Pada awal tahun fiskal, PT Induk mempunyai 10.000 unit persediaan dengan biaya FIFO
sebesar Rp 10.000 per unit
2. Tidak ada pembelian tambahan selama tahun berjalan.
3. Penjualan dan nilai realisasi neto pada akhir kuartal selama tahun fiskal adalah sebagai
berikut

Kuartal Unit yang Dijual dalam Kuartal Unit NRV pada Akhir Kuartal

1 2.000 Rp 7.000
2 2.000 6.000
3 2.000 7.000
4 2.000 11.000

PT Induk tidak yakin mengenai penyebab turunnya nilai pasar dan menganggapnya
sebagai hal yang akan permanen; karena itu, perusahaan mengakui penurunan tersebut
dalam kuartal terjadinya. Tidak ada pengakuan yang diwajibkan jika penurunan tersebut
diantisipasi segala gejala temporer, dengan pemulihan pada akhir tahun.
Analisis Interim Terendah antara Biaya Perolehan dengan NRV dari Akun
Persediaan PT Induk adalah sebagai berikut:
Figur ini menyajikan penghitungan yang diperlukan untuk menyesuaikan akun
persediaan PT Induk menjadi harga pokok atau harga pasar terendah atau NRV . Pada
akhir kuartal pertama, persediaan di akhir kuartal turun menjadi Rp 24.000.000 dan
kerugian diakui pada laporan laba rugi interim. Banyak perusahaan melaporkan penurunan
tersebut sebagai bagian dari bagian harga pokok penjualan karena kejadian tersebut terkait
dengan persediaan. Pada akhir kuartal kedua, diperlukan tambahan penurunan sebesar Rp
6.000.000. Laporan interim kuartal ketiga menunjukkan pemulihan kerugian sebesar Rp.
4.000.000 karena peningkatan biaya penggantian persediaan. Ingat bahwa ini merupakan
pemulihan kerugian penilaian yang diakui kuartal sebelumnya. Di kuartal empat, harga
pasar (NVR) sebesar Rp 11.000 lebih tinggi Rp 1.000 dibandingkan biaya perolehan awal
persediaan.
Pemulihan kerugian sebesar Rp 6.000.000 atas persediaan akhir dari 2.000 unit
diakui untuk membuat penilaian persediaan dari Rp 7.000 per unit menjadi biaya
perolehan awal Rp 10.000 per unit. Ingat bahwa persediaan tidak boleh dinilai lebih tinggi
dari biaya perolehan. Ingat bahwa setelah penurunan selama dua kuartal pertama, harga
pasar meningkat selama kuartal ketiga dan keempat. Pada akhir tahun, harga pasar adalah
Rp 11.000 per unit, yang lebih tinggi dari biaya perolehan awal persediaan.
c. Biaya dan Beban Lain-Lain
Pandangan integral yang diadopsi oleh PSAK 3 terlihat lebih jelas jika berhadapan
dengan biaya periode interim. Prinsip umumnya adalah bahwa biaya dan beban itu harus
dibebankan pada laba rugi interim dalam periode interim dimana keduanya terjadi. Biaya
dan beban lain, selain biaya produk, harus dibebankan dengan dasar yang sama seperti
periode tahunan.
d. Akuntansi untuk Pajak Penghasilan dalam Periode Interim
Perhitungan pajak penghasilan interim (interim income tax) menimbulkan suatu
permasalahan khusus bagi akuntan karena beban pajak akrual dihitung berdasarkan
penghasilan untuk seluruh tahun fiskal.
Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak
Perbedaan antara jumlah laba operasi yang dihitung untuk tujuan laporan keuangan
(laba akuntansi) dan untuk tujuan pajak merupakan hal yang normal. Kedua hal tersebut
telah dijelaskan pada PSAK 46 tentang "Pajak Penghasilan" dan sering dibahas lebih
dalam pada kelas akuntansi keuangan menengah.
Kategori pertama sering disebut sebagai perbedaan "permanen" atau perbedaan
non temporer. Perbedaan permanen tidak dimasukkan dalam menentukan jumlah laba
kena pajak (laba fiskal) untuk satu periode. Contoh dari perbedaan permanen adalah
sebagai berikut:
1. Premi asuransi jiwa yang dibayar oleh perusahaan berdasarkan kebijakan eksekutif
untuk perusahaan yang merupakan penerima dana (tidak dikurangkan dari pajak).
2. Dana hasil asuransi jiwa yang dikumpulkan,
3. Jenis tertentu denda atau penalti yang ditunjuk bukan sebagai beban yang dapat
mengurangi pajak.
4. Penghasilan lain yang telah dikenai pajak final, misalnya penghasilan dividen.
Kategori kedua dengan perbedaan "temporer". Terjadi karena adanya perbedaan
temporer antara pengakuan transaksi untuk laba akuntansi dengan laba pajak
menyebabkan adanya pajak tangguhan. Contoh dari perbedaan temporer: sewa diterima di
muka, estimasi beban dan rugi, penyusutan dipercepat pada pengembalian pajak dan
penyusutan garis lurus pada laporan laba rugi.

2.10 Perubahan Akuntansi di Periode Interim


PSAK 25 tentang “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan”, secara terperinci membagi perubahan akuntansi dalam 3 kategori yaitu sebagai
berikut:
1. Perubahan Kebijakan Akuntansi (Penerapan Retrospektif)
Perubahan dalam prinsip akuntansi dilakukan oleh sebuah entitas biasanya hanya jika
perubahan tersebut disyaratkan oleh suatu PSAK, atau menghasilkan laporan keuangan yang
memberikan informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa, atau
kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas entitas.
Perubahan dari suatu kebijakan akuntansi yang diperbolehkan ke kebijakan lain yang
juga diperbolehkan membutuhkan proses penerapan retrospektif. Penerapan retrospektif
(retrospective application) adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah ditetapkan. Pendekatan ini
diterapkan pada seluruh laporan keuangan sebelumnya termasuk laporan keuangan interim.
2. Perubahan Estimasi Akuntansi (Penerapan Saat ini dan Prospektif)
Perubahan estimasi akuntansi merupakan informasi baru yang telah disiapkan untuk
entitas. Penerapan ini dilaporkan hanya berdasarkan saat ini dan prospektif. Penerapan
prospektif (prospective application) adalah suatu penerapan kebijakan akuntansi baru untuk
transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut.
Penerapan saat ini dan prospektif digunakan untuk melaporkan perubahan tersebut dan laporan
keuangan sebelumnya yang tidak perlu disajikan kembali.
3. Kesalahan Periode Sebelumnya
Kesalahan biasanya merujuk pada angka/nilai tertentu pada periode masa lalu yang
telah dilaporkan. PSAK 25 mensyaratkan kesalahan yang telah dikoreksi pada periode yang
lalu diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan :
(a) Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode sebelumnya yang disajikan di
mana kesalahan terjadi, atau
(b) Jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal, maka menyajikan kembali
saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode sebelumnya sajian paling awal.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengungkapan segmen mengenai komponen operasi tertentu dari suatu entitas dan
wilayah luar negeri di mana entitas beroperasi memberikan informasi mengenai risiko berbeda
dan frofitabilitas dari masing-masing komponen yang membentuk entitas.
Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang disajikan dalam kurun
waktu kurang dari satu periode (satu tahun). Laporan interim disajikan sama dengan penyajian
laporan keuangan tahunan. Laporan interim wajib dibuat oleh perusahaan yang terdaftar di
badan pengawas pasar modal seperti Securities Exchange Commision di Amerika Serikat dan
Bursa Efek di Indonesia, hal ini agar semua perusahaan dapat menunjukkan kinerjanya kepada
pihak-pihak yang terkait. Pengungkapan dalam laporan keuangan interim mengenal adanya
konsep estimasi dan materialitas.
PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen harus memasukkan pengukuran
laba atau rugi dari segmen yang dilaporkan. Oleh karena itu, laporan tersebut akan sama dengan
yang digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan internal. Bentuk atau format yang
digunakan akan ditentukan oleh karakteristik dan sumber utama risiko dan imbalan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E., Lembke, Valdean C., King, Thomas E., Jeffrey, Cynthia G., Jusuf, Amir
Abadi., NPS, Sylvia Veronica., Wulandari, Etty Retno., 2016. Akuntansi Keuangan
Lanjutan Perspektif Indonesia. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai