Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATA KULIAH SAP 6

“Pelaporan Segmen dan Interim”

Oleh Kelompok 10:

Faruq Waliyulloh (1807531087)

Ni Wayan Lilik Eka Putri (1807531088)

Sang Ayu Putu Juniari (1807531108)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVESITAS UDAYANA

2020
2.1 Pelaporan Segmen
Diversifikasi ke produk baru dan pasar multinasional selama tahun 1990-an
menciptakan kebutuhan untuk informasi yang terdisagregasi ( terpisah-pisah ) dari
masing-masing segmen atau komponen perusahaan.
Perusahaan besar yang terdiversifikasi dapat dipandang sebagai sebuah portofolio asset
yang beroperasi sebagai divisi atau anak perusahaan, yang sering kali memiliki cakupan
multinasional . Berbagai komponen perusahaan besar dapat mempunyai resiko yang
berbeda, dan kesempatan pertumbuhan yang berbeda. Permasalahan utama untuk
akuntan adalah bagaimana mengembangkan dan mengungkapkan informasi yang
diperlukanuntuk mencerminkan perbedaan-perbedaan mendasar tersebut . Pembahasan
berikut menyajikan standar akuntansi untuk pelaporan komponen operasi, operasi luar
negeri, dan pelanggan utama suatu entitas.
2.2 Isu Akuntansi Pelaporan Segmen

Pada tahun 1994, DSAK menerbitkan PSAK no. 5 tentang “Pelaporan Informasi
keuangan Segmen” yang merekomendasikan pengungkapan informasi segmen. Pada
tahun 2000, DSAK mengadopsi IAS 14 (revisi 1997) dan kemudian merevisi PSAK 5
serta mengubah namanya menjadi “Pelaporan Segmen”. Peraturan ini mewajibkan
pengungkapan informasi berdasarkan segmen usaha dan geografis suatu entitas. PSAK
5 menjelaskan definisi beberapa istilah sbb:

1. Segmen Usaha adalah sebuah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam
menghasilkan produk dan jasa. Faktor-faktor yang mempertimbangkan dalam
menentukan terkait atau tidaknya produk dan jasa meliputi:
 Karakteristik produk / jasa.
 Karakteristik proses produksi
 Jenis pelanggan
 Metode pendistribusian
 Karakteristik iklim regulasi seperti perbankan, asuransi atau industri
2. Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam
menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan ekonomi lain Faktor yang
dipertimbangkan dalam mengidentifikasi segmen geografis meliputi:
 Kesamaan kondisi ekonomi dan politik
 Hubungan antar operasi dalma wilayah geografis berbeda
 Kedekatan geografis operasi
 Risiko khusus yang terdapat dalam operasi wilayah tertentu
 Regulasi pengendalian mata uang
 Risiko mata uang

PSAK 5 mendefinisikan segmen operasi sebagai suatu komponen dari entitas:

a) Yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan
menimbulkan beban.
b) Hasil operasinya dikaji ulang secara regular oleh pengambil keputusan
operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan
pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya.
c) Tersedianya informasi keuangan yang dapat dialokasikan.

Secara umum, kantor pusat perusahaan bukanlah segmen terpisah. Selain itu,
perusahaan dapat memilih untuk mengagregasikan segmen operasi individual terpisah
yang mempunyai karakteristik ekonomi yang mirip (misalnya, produk dan jasa, kelas
konsumen, metode distribusi produk / jasa). Manajemen juga dapat meyakini bahwa
agregasi akan memberikan informasi yang lebih berarti untuk pengguna laporan
keuangan.

Salah seorang peneliti akuntansi telah menyatakan bahwa semua alokasi adalah
arbitrer, yaitu tidak dapat diverifikasi sepenuhnya dengan bukti empiris. Oleh
karenanya laba bersih setelah dikurangi dengan biaya alokasi sifatnya arbitrer. Dalam
PSAK 5, DSAK menyatakan bahwa alokasi dari pendapatan dan beban akan
dimasukkan untuk segmen yang dilaporkan hanya jika pendapatan dan beban tersebut
dimasukkan kedalam laba/rugi segmen yang digunakan oleh pengambil keputusan
keuangan utama perusahaan. Jadi DSAK berusaha untuk menyelaraskan pengungkapan
keuangan eksternal dari segmen dengan pelaporan internal yang digunakan manajemen
untuk membuat alokasi sumber daya dan keputusan lain dengan segmen operasi.

2.3 Informasi Tentang Segmen Operasi

Banyak entitas yang teridentifikasi melalui beberapa lini bisnis. Setiap lini dapat
mempunyai faktor kompetitif yang berbeda dan dapat bereaksi berbeda terhadap
perubahan dalam lingkungan ekonomis. Sebagai contoh, sebuah perusahaan besar
seperti Johnson yang beroperasi dalam beberapa lini utama : konsumsi, farmasi dan
profesi. Produk-produknya termasuk lensa kontak sekali pakai, produk bayi, peralatan
bedah, dll. Sebuah konglomerasi dapat beroperasi di beberapa pasar konsumen, yang
setiap pasarnya memiliki karakteristik yang berbeda. Selain itu, perusahaan terkena
eksposur atas risiko dalam tiap pasar sumber faktor produksinya. Laporan keuangan
konsolidasi menyajikan semua faktor heterogen dalam konteks entitas tungggal. Tujuan
dari laporan segmen adalah untuk memungkinkan pengguna laporan melihat dibalik
angka total konsolidasi ke komponen individu yang membentuk entitas tersebut.

a) Definisi Segmen Dilaporkan

Proses penentuan segmen operasi dilaporkan secara terpisah yaitu segmen-segmen


dimana pengungkapan tambahan terpisah harus dibuat berdasarkan spesifikasi
manajemen atas segmen operasi yang digunkaan secara internal untuk mengevaluasi
posisi keuangan dan kinerja operasi perusahaan.

 Ambang Batas Kuantitatif Sepuluh Persen

DSAK menetapkan 3 aturan signifikasinsi 10 persen untuk menentukan segmen


operasi mana yang harus mempunyai informasi terlapor yang terpisah. Pengungkapan
terpisah tersebut diharuskan untuk segmen yang memenuhi paling tidak satu dari
pengujian berikut:

1) Pendapatan segmen yang dilaporkan, termasuk penjualan eksternal antar segmen,


lebih besar atau sama dengan 10 persen dari pendapatan keseluruhan dari
penjualan eksternal ditambah transaksi antar segmen dari keseluruhan segmen
operasi.
2) Nilai absolut dari laba/kerugian adalah lebih besar atau samadengan 10 persen.
3) Aset segmen sama dengan / lebih besar dari 10 persen aset gabungan seluruh
segmen operasi.

 Uji Pengungkapan Komprehensif

Setelah menentukan segmen dengan uji 10 persen, kemudian perusahaan harus


menerapkan uji komprehensif adalah uji pendapatan konsolidasi 75 persen.

a. Uji Pendapatan Konsolidasi Tujuh Puluh Lima Persen


Total pendapatan dari sumber eksternal dari keseluruhan segmen operasi dilaporkan
secara terpisah harus paling tidak sama dengan 75 persen total pendapatan konsolidai.
Perusahaan pelaporan harus mengidentifikasi segmen operasi tambahan sebagai segmen
yang dilaporkan sampai uji ini terpenuhi. PT induk dan PT anak dengan tiga segmen
dilaporkan, menghitung pengujian 75 persen sbb:

Penjualan ke konsumen nonafiliasi oleh segmen dilaporkan:

Produk makanan Rp 317.000.000

Plastik dan pengepakan Rp 95.000.000

Kesehatan dan keilmuan Rp 86.000.000

Total segmen dilaporkan Rp 498.000.000

Pendapatan konsolidasi Rp 572.000.000

Persentase segmen dilaporkan dari pendapatan

Konsolidasi (Rp 498.000.000: Rp 572.000.000) 87,1%

Oleh karena persentase tersebut sama dengan atau lebih besar dari 75 persen, maka
tidak ada lagi segmen operasi yang harus dilaporkan terpisah. Jika persentase tersebut
kurang dari 75 persen, maka diperlukan segmen operasi tambahan untuk diperlakukan
sebagai segmen dilaporkan sampai uji 75 persen tersebut terpenuhi.

b. Pertimbangan lainnya

Pelaporan segmen dibatasi hanya sampai 10 segmen, karena jika lebih dari itu maka
infromasi tambahan akan menjadi terlalu terperinci dan berlebihan. PT induk dan PT
Anak hanya mempunyai tiga segmen dilaporkan.

Selain itu perusahaan harus menerapkan pertimbangan untuk memutuskan apakah


masing-masing segmen harus dilaporkan. Sebagai contoh, suatu segmen dapat
memenuhi atau tidak memenuhi suatu uji tertentu karena beberapa situasi tidak umum,
seperti laba atau rugi tinggi yang abnormal atau kontrak satu waktu. Perusahaan tidak
perlu melaporkan terpisah suatu segmen yang memenuhi uji 10 persen dalam satu
waktu hanya karena adanya kondisi abnormal. Akan tetapi perusahaan diharuskan
mengindikasikan mengapa suatu segmen dilaporkan tidak diungkapkan.
Terakhir, jika suatu segmen menjadi dilaporkan dalam periode berjalan tetapi tidak
dilaporkan terpisah diperiode-periode sebelumnya maka pengungkapan komparatif
segmen tahun sebelumnya harus dinyatakan kembali agar data keuangan dapat
dibandingkan.

2.4 Identifikasi Laporan Segmen

Pengungkapan khusus yang diharapkan untuk setiap segmen dilaporkan dalam


PSAK 5. Entitas mengungkapkan informasi untuk memungkinkan pengguna laporan
keuangan mengevaluasi sifat dan dampkak keuangan atas aktivitas bisnis dimana entitas
terlibat dan lingkungan ekonomik dimana entitas beroperasi. Entitas mengungkapkan
hal berikut untuk setiap periode laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
disajikan:

1. Informasi umum tentang factor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi


segmen dilaporkan dari entitas , termasuk dasar organisasi , dan jenis produk
dan jasa yang menghasilkan pendapatan dari setiap segmen dilaporkan.
2. Informasi tentang laba rugi segmen dilaporkan, termasuk pendapatan dan beban
tertentu yang termasuk dalam laba rugi segmen dilaporkan, asset segmen,
liabilitas segmen, dan dasar pengukuran.
3. Rekonsiliasi dari total pendapatan segmen, laba rugi segmen dilaporkan,
liabilitas segmen,dan unsur material segmen lainnya terhadap jumlah yang
terkait dlam entitas.

PSAK 5 menyatakan bahwa entitas melakukan rekonsiliasi atas seluruh hal sebagai
berikut:

1. Total pendapatan segmen dilaporkan terhadap pendapatan entitas.


2. Total ukuran laba rugi segmen dilaporkan terhadap laba rugi entitas sebelum
beban pajak dan operasi dihentikan.
3. Total asset segmen dilaporkan terhadap asset entitas.
4. Total liabilitas dilaporkan terhadap liabilitas entitas jika liabilitas segmen yang
dilaporkan sesuai dengan paragraph 23.
5. Total jumlah dalam segmen dilaporkan untuk setiap informasi unsur material
yang diungkapkan terhadap jumlah terkait dalam entitas.
Seluruh unsur material yang direkonsiliasi harus didentifikasi dan dideskripsikan
secara terpisah.
2.5 Pengungkapan Untuk Operasi di Berbagai Wilayah Geografi yang Berbeda
Perusahaan harus melaporkan informasi mengenai operasi domestik dan luar negeri
berdasarkan pengujian aktiva sebagaimana telah dibahas di depan. Jika operasi luar
negeri dilakukan pada dua atau lebih wilayah geografi yang berbeda, pengungkapan
diperlukan untuk setiap wilayah geografi luar negeri dimana pendapatan dari pihak-
pihak yang tidak terafiliasi atau aktiva yang dapat diidentifikasi adalah 10 % atau lebih
dari jumlah konsolidasinya.
Pengungkapan untuk operasi domestik, setiap wilayah geografis luar negeri yang
memenuhi salah satu pengujian, dan seluruh wilayah geografi lain-nya secara agregat
mencakup : Pendapatan; Aktiva; Profitabilitas; dan pengungkapan lain.

Informasi Segmen Bisnis Berdasarkan Area Geografis


CATATAN PT KARDINAL UNTUK PENYUSUNAN LAPORAN KONSOLIDASI

Amerika Negara

2007 Serikat Eropa Lain Eliminasi


Konsolidasi

Penjualan

Penjualan kepada konsu-

men tak terafiliasi Rp.350.000 Rp.275.000 Rp. 75.000


Rp.700.000

Penjualan antar wilayah 60.000 20.000 30.000 (Rp.110.000) -

Total Penjualan Rp.410.000 Rp.295.000 Rp.105.000 (Rp.110.000)


Rp.700.000

Pendapatan

Laba Operasi Rp. 65.000 Rp. 63.000 Rp. 12.000 - Rp.


140.000

Pendapatan dari investasi


20.000

Beban Korporasi
(12.000)

Beban Bunga
(38.000)
Laba sebelum pajak Rp.
110.000

Aktiva

Aktiva teridentifikasi Rp.450.000 Rp.325.000 Rp. 85.000 Rp.190.000


Rp.1.050.000

Pengeluaran modal 60.000 25.000 15.000 10.000


110.000

Penyusutan dan Amortisasi 40.000 25.000 8.000 2.000


75.000

2006

Penjualan

Penjualan kepada konsu-

men tak terafiliasi Rp.330.000 Rp.250.000 Rp. 80.000


Rp.660.000

Penjualan antar wilayah 40.000 30.000 10.000 (Rp. 80.000) -

Total Penjualan Rp.370.000 Rp.280.000 Rp. 90.000 (Rp. 90.000)


Rp.660.000

Pendapatan

Laba Operasi Rp. 70.000 Rp. 55.000 Rp. 10.000 - Rp.


135.000

Pendapatan dari investasi


10.000

Beban Korporasi
(10.000)

Beban Bunga
(40.000)

Laba sebelum pajak Rp.


95.000

Aktiva

Aktiva teridentifikasi Rp.425.000 Rp.320.000 Rp. 80.000 Rp.175.000


Rp.1.000.000
Pengeluaran modal 50.000 24.000 5.000 10.000
89.000

Penyusutan dan Amortisasi 30.000 35.000 7.000 3.000


75.000

Catatan penjualan ekspor dimasuk-kan dalam lembar informasi segmen bisnis


berdasarkan wilayah geografis.
2.6 Pelaporan Keuangan Interim
Laporan keuangan interim (interim financial reports), yang mencakup periode
waktu kurang dari satu tahun, menyediakan informasi tepat waktu mengenai kemajuan
entitas sepanjang tahun tersebut. Laporan keuangan interim bisa untuk satu minggu,
satu bulan, triwulan, atau beberapa triwulan. PSAK 3 yang terkait dengan Laporan
Keuangan Interim memungkinkan laporan keuangan interim disiapkan dalam bentuk
ringkas. Laporan tersebut meliputi sebuah laporan posisi keuangan, laba rugi
komprehensif, perubahan ekuitas, arus kas, dan catatan tertentu serta pengungkapan
lainnya secara ringkas untuk triwulan yang akan dilaporkan, dan juga data komparatif
untuk periode sebelumnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharuskan kepada perusahaan public untuk
menyerahkan laporan keuangan regular, baik tahunan maupun tengah tahunan. OJK
meminta agar laporan keuangan interim yang diserahkan pada saat proses penawaran
kepada public telah diaudit. Laporan keuangan interim tidak diperlukan dalam bentuk
komparatif.
Dalam kaitannya dengan laporan tengah tahunan regular, OJK mengharuskan,
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Nomor X.K.2 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, laporan
keuangan tengah tahunan tersebut harus disampaikan dan diumumkan kepada
masyarakat dalam jangka waktu:
1. Paling lambat akhir bulan pertama setelah tanggal laporan keuangan tengah
tahunan, jika tidak disertai laporan akuntan;
2. Paling lambat pada akhir bulan kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah
tahunan, jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelahaan terbatas; dan
3. Paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tengah
tahunan, jika disertai laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan.
2.7 Format Laporan Keuangan Interim

Laporan keuangan interim minimum mencakup komponen sebagai berikut:


a) Laporan posisi keuangan ringkas
b) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain ringkas baik digabung
maupun dipisah
c) Laporan perubahan ekuitas ringkas
d) Laporan arus kas ringkas
e) Catatan penjelasan tertentu

PSAK 3 menyatakan bahwa entitas bisa mengumumkan baik laporan keuangan lengkap
ataupun laporan keuangan ringkas pada pelaporan keuangan interimnya. Namun OJK
mensyaratkan bahwa entitas harus mengumumkan laporan keuangan yang lengkap.

2.8 Permasalahan Akuntansi

Laporan keuangan interim menimbulkan beberapa persoalan pengukuran teknis dan


konseptual untuk seorang akuntan. Sebagian besar persoalan tersebut berpusat pada
konsep akuntansi periodisasi dan pembagian periode tahunan ke dalam periode interim.
Laporan keuangan interim terdiri dari laporan keuangan untuk beberapa periode yang
kurang dari setahun mencakup laporan bulanan, laporan kuartalan atau bagian lain dari
periode satu tahun.

A. Pandangan Diskrit versus Pandangan Integral dari Pelaporan Interim


Terdapat dua pandangan berbeda mengenai pelaporan interim sebelum dikeluarkan
PSAK 3. Teori diskrit pelaporan Interim memandang setiap periode interim sebagai
periode akuntansi dasar yang harus dievaluasi seakan-akan periode itu merupakan
periode akuntansi tahunan. Setiap akhir periode penyesuaian dan penangguhan
ditentukan dengan menggunakan prinsip akuntansi yang sama dengan yang digunakan
dalam pelaporan tahunan. Teori Pelaporan Integral Pelaporan Interim memandang
periode interim sebagai bagian dari periode tahunan Berdasarkan panduan ini
pengakuan dan penyesuaian dari pos pendapatan atau beban tertentu dapat dipengaruhi
oleh mengenai pertimbangan atas hasil yang diharapkan dari keseluruhan operasi
selama setahun.
B. Pengaturan Akuntansi tentang Pelaporan Interim
PSAK 3 menstandarisasi penyusunan dan pelaporan pada laporan interim laba rugi
komprehensif interim. Pengaturan tersebut mendefinisikan elemen laba rugi dan
pengukuran biaya atas dasar interim. Perubahan prinsip akuntansi dalam periode interim
dilaporkan pada periode interim yang bersangkutan menggunakan metode yang sama
sebagai perubahan akuntansi yang terjadi dan dilaporkan dalam laporan keuangan
keuangan tahunan sebagaimana dinyatakan dalam PSAK 25. PSAK 3 juga menangani
masalah sulit mengenai pengukuran ketentuan pajak untuk laporan keuangan interim
jika beban pajak actual didasarkan atas laba rugi tahunan.
2.9 Standar Pelaporan Untuk Laporan Laba Rugi Interim
Standar akuntansi yang digunakan untuk laporan keuangan interim sama dengan
yang digunakan untuk laporan keuangan tahunan, walaupun PSAK 3 memberikan
bantuan teknis untuk mengukur dan melaporkan secara interim.
A. Pendapatan
Dasar pengukuran yang digunakan untuk menghitung pendapatan yang diperoleh
dalam periode interim harus sama yang digunakan untuk tahun fiscal penuh. PSAK
3 menyatakan bahwa pendapatan yang diterima secara musiman, siklusan, dan tidak
teratur dalam suatu tahun buku tidak diantisipasi dan ditangguhkan pada tanggal
interim jika antisipasi atau penangguhan tidak akan sesuai pada akhir tahun buku.
B. Beban Pokok Penjualan dan Persediaan
Beban pokok penjualan umumnya merupakan biaya tunggal yang paling besar
dalam laporan interim laba rugi komprehensif. Aturan umumnya adalah beban
pokok penjualan interm harus dihitung dengan elemen biaya langsung dan biaya
yang dialokasikan atas dasar yang sama sebagaimana yang digunakan untuk
menghitung beban pokok penjualan tahunan. Namun, PSAK 3 memperbolehkan
modifikasi praktis atas aturan umum sebagai berikut:
1. Menggunakan estimasi tingkat laba bruto
2. Penilaian yang terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto (net
realizable value – NRV)
3. Sistem biaya standar, rodusen yang menggunakan sistem biaya standar untuk
menghitung beban pokok penjualan dan persediaan akhir harus menggunakan
prosedur yang sama untuk menentukan varian selama satu periode interim
dengan yang digunakan untuk tahun fiskal.
C. Biaya dan Beban Lain-Lain
Pandangan integral diadopsi oleh PSAK 3 terbukti ketika berhadapan dengan biaya
periode interm. Biaya dan beban lain, selain biaya produk, harus dibebankan dengan
dasar yang sama seperti periode tahuan. Namun, beberapa biaya dan beban,
dialokasikan di antara periode interim berdasarkan pada estimasi waktu yang
dipergunakan, manfaat yang diterima, atau tingkat aktivitas dari periode interim
tersebut, sebagai bagian dari estimasi jumlah untuk tahun fiskal penuh.
D. Akuntansi untuk Pajak Penghasilan dalam Periode Interim
Perhitungan pajak penghasilan interim (interim income tax) menimbulkan suatu
permasalahan khusus bagi akuntan karena beban pajak yang sebenarnya dihitung
berdasarkan penghasilan untuk keseluruhan tahun buku. Perbedaan antara jumlah
laba operasi yang dihitung untuk tujuan laporan keuangan (laba akuntansi) dan
untuk tujuan pajak merupakan hal yang normal. Kedua hal tersebut telah dijelaskan
pada PSAK 46 tentang “Pajak Penghasilan” dan sering dibahas lebih dalam pada
kelas akuntansi keuangan menengah.
2.10 Perubahan Akuntansi di Periode Interim
PSAK 25 tentang “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan”, menyebutkan perubahan akuntansi dalam tiga kategori, yaitu (a) perubahan
kebijakan akuntansi, (b) perubahan estimasi akuntansi, dan (c) kesalahan periode
sebelumnya.
1. Perubahan Kebijakan Akuntansi (Penerapan Retrospektif), dapat dilakukan oleh
sebuah entitas hanya jika perubahan tersebut disyaratkan oleh suatu PSAK, atau
menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan tentang dampak transaksi, peristiwa, atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas entitas.
2. Perubahan Estimasi Akuntansi, merupakan hasil informasi baru yang telah tersedia
untuk entitas. Perubahan ini akan dilaporkan hanya berdasarkan saat ini dan
prospektif.
3. Kesalahan, standar yang berlaku menyatakan bahwa sebuah koreksi atas kesalahan
dalam laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya bukanlah perubahan estimasi
akuntansi dan entitas harus menyajikan kembali laporan keuangan yang telah
disajikan sebelumnya untuk mengoreksi kesalahan pada laporan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai