Oleh :
Kelompok 9
EKU 323
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
A. KONSEP BIAYA KUALITAS
Definisi Kualitas
Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas sebagai
kebaikan merupakan makna sangat umum yang tidak memiliki makna operasional. Secara
operasional, produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. Dengan kata lain, kualitas adalah kepuasan pelanggan.
Definisi Biaya Kualitas
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat
produk yang kualitasnya buruk. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya kualitas
berhubungan dengan dua subkategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas:
kegiation pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Kegiatan pengendalian (control
activities) dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang
buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian terdiri
atas kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian. Biaya pengendalian (control costs)
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pengendalian. Kegiatan
karena kegagalan (failure activities) dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk
merespons kualitas yang buruk (kualitas buruk memang telah terjadi). Jika respons
terhadap kualitas yang buruk dilakukan sebelum produk cacat (tidak memiliki kesesuaian,
tidak bisa diandalkan, tidak tahan lama, dan seterusnya sampai ke pelanggan, maka
kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan internal. Sebaliknya, jika respons
muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka kegiatannya diklasifikasikan sebagai
kegiatan kegagalan eksternal.
Jenis Biaya Kualitas
Biaya kualitas ada empat kategori, yaitu biaya pencegahan (prevention costs), biaya
penilaian (appraisal costs), biaya kegagalan internal (internal failure cost), dan biaya
kegagalan eksternal (external failure cost).
Biaya pencegahan (prevention costs) terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk
pada produk atau jasa yang dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan, kita
mengharapkan biaya kegagalannya turun. Contoh biaya pencegahan adalah biaya rekayasa
kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan
dan evaluasi pemasok, audit kualitas, siklus kualitas, uji lapangan, dan peninjauan desain.
Biaya penilaian (appraisal costs) terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa
telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Contoh biaya ini termasuk
biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku, pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan
penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran (pemeriksaan dan
pengujian), dan pengesahan dari pihak luar.
Biaya kegagalan internal terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan tidak
sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum
dikirim ke pihak luar. Hal itu adalah kegagalan yang dideteksi oleh kegiatan penilaian.
Contoh biaya kegagalan internal adalah sisa bahan, pengerjaan ulang, penghentian mesin
(karena adanya produk yang cacat), pemeriksaan ulang, pengujian ulang, dan perubahan
desain. Biaya-biaya di atas tidak terjadi jika tidak terdapat produk cacat.
Biaya kegagalan eksternal terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal
memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk
disampaikan kepada pelanggan. Dari semua biaya kualitas, kategori biaya ini dapat
menjadi yang paling merugikan. Biaya penarikan produk dari pasar, misalnya, bisa
mencapai ratusan juta dolar. Contoh lainnya termasuk biaya kehilangan penjualan karena
kinerja produk yang buruk, serta retur dan potongan penjualan karena kualitas yang buruk,
biaya garansi, perbaikan, tanggung jawab hukum yang timbul, ketidakpuasan pelanggan,
hilangnya pangsa pasar, dan biaya untuk mengatasi keluhan pelanggan. Biaya kegagalan
eksternal, seperti biaya kegagalan internal, hilang jika tidak ada produk yang cacat.
Mengukur Biaya Kualitas
Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati atau
tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality costs) adalah biaya-
biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan. Biaya kualitas
yang tersembunyi (hidden costs) adalah biaya kesempatan atau oportunitas yang terjadi
karena kualitas yang buruk (biaya oportunitas biasanya tidak disajikan dalam catatan
akuntansi). Sebagai contoh, perhatikanlah kembali contoh-contoh biaya kualitas yang telah
diuraikan di atas. Dengan pengecualian pada biaya kehilangan penjualan, biaya
ketidakpuasan pelanggan, dan biaya kehilangan pangsa pasar, semua biaya kualitas dapat
diamati dan seharusnya tersedia dalam catatan akuntansi. Perhatikan juga bahwa biaya-
biaya yang tersembunyi berada dalam kategori kegagalan eksternal. Biaya-biava kualitas
yang tersembunyi bisa menjadi signifikan sehingga seharusnya diestimasi. Ada tiga
metode untuk mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi yaitu :
1. Metode Pengali (multiplier method)
Metode pengali mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil pengalian dari
biaya-biaya kegagalan yang terukur. Total biaya kegagalan eksternal = k (Biaya
kegagalan eksternal yang terukur). di mana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh
berdasarkan pengalaman. Sebagai contoh, Westinghouse Electric melaporkan nilai k
antara 3 dan 4. Dengan demikian, jika biaya kegagalan eksternal yang terukur adalah
$2 juta, maka biaya kegagalan eksternal aktual adalah antara 56 juta sampai 58 juta.
Dengan memasukkan biaya kualitas yang tersembunyi dalam menilai jumlah biaya
kegagalan eksternal, manajemen dapat menentukan tingkat pengeluaran sumber daya
untuk kegiatan pencegahan dan penilaian secara lebih akurat. Dengan kata lain, dengan
meningkatnya biaya kegagalan, manajemen diharapkan akan meningkatkan
investasinya dalam biaya pengendalian.
2. Metode Penelitian Pasar
Metode penelitian pasar formal digunakan untuk menilai dampak kualitas yang
buruk terhadap penjualan dan pangsa pasar. Survei pelanggan dan wawancara dengan
anggota tim penjualan perusahaan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
terhadap besarnya biaya tersembunyi perusahaan. Hasil penelitian pasar dapat
digunakan untuk memproyeksikan hilangnya laba di masa depan akibat kualitas yang
buruk.
3. Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi
Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan biaya kualitas yang tersembunyi
hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah.
Fungsi kerugian Taguchi mengasumsikan setiap penyimpangan dari nilai target suatu
karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya kualitas yang tersembunyi.
Selanjutnya, biaya kualitas yang tersembunyi meningkat secara kuadrat saat nilai
aktual menyimpang dari nilai target. Fungsi kerugian kualitas Taguchi, yang
diilustrasikan pada Tampilan 15-1, dapat dijelaskan dalam persamaan berikut.
L(y) = k(y-T)2
Di mana :
k = konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya
kegagalan eksternal perusahaan
y = nilai aktual dari karakteristik kualitas
T= nilai target dari karakteristik kualitas
L = kerugian kualitas
Menurut pandangan tokoh ini, kerugian terjadi karena diproduksinya produk yang
menyimpang dari nilai target; semakin jauh penyimpangannya, semakin besar pula nilai
kerugiannya. Selain itu, kerugian juga tetap terjadi meskipun dari spesifikasi ideal adalah
merugikan dan batas toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun, bahkan dapat
menipu. Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari
upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas (ingat factor pengali pada
Westinghouse Electric). Jadi, model kualitas kokoh mempererat definisi dari unit cacat,
menyempurnakan pandangan kita terhadap biaya kualitas, dan mengintensifkan upaya
perbaikan kualitas.
C. KONSEP PRODUKTIVITAS
Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien. Secara spesifik,
produktivitas mengacu pada hubungan antara output dan input yang berbeda-beda untuk
memproduksi output. Kombinasi atau bauran dari input yang berbeda-beda biasanya dapat
digunakan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Efisiensi produktif total adalah
suatu titik di mana dua kondisi terpenuhi: (1) pada setiap bauran input untuk memproduksi
output tertentu, tidak satu input pun yang digunakan lebih dari yang diperlukan untuk
menghasilkan output, dan (2) atas bauran-bauran yang memenuhi kondisi pertama, dipilih
bauran dengan biaya terendah. Kondisi pertama digerakkan oleh hubungan teknis sehingga
disebut efisiensi teknis (technical effisiency). Dengan melihat berbagai kegiatan sebagai input,
kondisi pertama mensyaratkan penghapusan seluruh kegiatan tak bernilai tambah dan
pelaksanaan kegiatan bernilai tambah dengan kuantitas minimal yang diperlukan untuk
memproduksi sejumlah output. Kondisi kedua digerakkan oleh hubungan relatif dari harga
input sehingga disebut efisiensi trade-off input (input trade-off efficiency). Harga input
menentukan proporsi relatif setiap input yang harus digunakan. Penyimpangan dari proporsi
tetap tersebut menciptakan trade-off input Iyang tidak efisien.
Program peningkatan produktivitas berupaya mencapai efisiensi produktif total.
Peningkatan produktivitas teknis dapat dicapai dengan menggunakan lebih sedikit input untuk
menghasilkan output yang sama, memproduksi output lebih banyak dengan jumlah input yang
sama, atau memproduksi output lebih banyak dengan input relatif lebih sedikit. Sebagai
contoh, pada tahun 1992, Lantech (produsen mesin pengepakan) memproduksi delapan mesin
pengepakan dalam sehari denan 50 pekerja, rata-rata 0,16 mesin per pekerja. Pada tahun 1998,
output meningkat menjadi 14 mesin per hari dengan menggunakan 20 pekerja, rata-rata 0,7
mesin per pekerja. Menurut standar produktivitas tahun 1992, sekitar 87,5 pekerja diperlukan
untuk memproduksi 14 mesin. Jadi, output meningkat dan pekerja yang diperlukan lebih
sedikit.
2007 2008
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000 37.500
Bahan yang digunakan (pon) 1.200.000 1.700.000
Harga jual per unit (mesin) $50 $48
Upah tenaga kerja per jam $11 $12
Biaya bahan per pon $2 $3
Output periode berjalan (tahun 2008) adalah 150.000 mesin. Dengan menggunakan
informasi di atas, jumlah setiap input untuk keadaan tanpa perubahan produktivitas dapat
dihitung sebagai berikut.
PQ (tenaga kerja) = 150.000/3 = 50.000 jam
PQ (bahan baku) = 150.000/0,100 = 1.500.000 jam
Biaya input aktual diperoleh dengan mengalikan jumlah input aktual (AQ) dengan
harga berjalan setiap input (P) dan menjumlahkannya.
Pengaruh terkait dengan laba = Total biaya PQ – Total biaya periode berjalan
= $5.100.000 - $5.550.000
= $450.000 penurunan laba
Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan menurut Hansen – Mowen (2009) adalah :
“Biaya-biaya yang terjadi karena kualitas lingkungan yang buruk atau kualitas lingkungan
yang buruk mungkin terjadi. Maka, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi,
perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan”.
Biaya lingkungan merupakan segala pengorbanan baik finansial ataupun non
finansial yang dikeluarkan oleh perusahaan guna menjaga kestabilan lingkungan. Biaya
lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem atau fasilitas
penting untuk pengambilan keputusan manajemen yang lebih baik. Biaya lingkungan pada
dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem atau fasilitas penting untuk
pengambilan keputusan manajemen yang lebih baik. Tujuan perolehan biaya adalah
bagaimana cara mengurangi biaya-biaya lingkungan, meningkatkan pendapatan dan
memperbaiki kinerja lingkungan dengan memberi perhatian pada situasi sekarang, masa
yang akan datang dan biaya-biaya manajemen yang potensial. Menurut Hansen (2007),
biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:
1. Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah
dan atau sampah yang menyebabkan kerusakan lingkungan.
Contoh-contoh aktivitas pencegahan adalah evaluasi dan pemilihan pemasok,
evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi, desain proses dan produk
untuk mengurangi atau menghapus limbah, melatih pegawai, mempelajari dampak
lingkungan, audit risiko lingkungan, pelaksanaan penelitian lapangan, pengembangan
sistem manajemen lingkungan, daur ulang produk, dan pemerolehan sertifikasi ISO
14001.
2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk,
proses, dan aktivitas lainnya di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang
berlaku atau tidak. Standar lingkungan dan prosedur yang diikuti oleh perusahaan
didefinisikan dalam tiga cara:
1. Peraturan pemerintah
2. Standar sukarela (ISO 14001) yang dikembangkan oleh International Standards
Organization
3. Kebijakan lingkungan yang dikembangkan oleh manajemen.
PT Thamus
Laporan Biaya Lingkungan
Berakhir hingga 31 Desember 2009
Persentase dari
Biaya Lingkungan
Biaya Operasional
Biaya pencegahan
Pelatihan pegawai $ 600,000
Desain produk $ 1,800,000
Pemilihan peralatan $ 400,000 $ 2,800,000 1.40%
Biaya deteksi
Pemeriksaan proses $ 2,400,000
Pengembangan ukuran $ 800,000 $ 3,200,000 1.60%
Biaya kegagalan internal
Pengoperasian peralatan polusi $ 4,000,000
Pemeliharaan peralatan polusi $ 2,000,000 $ 6,000,000 3.00%
Biaya kegagalan eksternal
Pembersihan danau $ 9,000,000
Restorasi tanah $ 5,000,000
Penyelesaian klaim kerusakan properti $ 4,000,000 $ 18,000,000 9.00%
Total $ 30,000,000 15.00%
G. KEUNTUNGAN LINGKUNGAN
Keuntungan lingkungan adalah keuntungan yang didapat dari tindakan-tindakan
yang berhubungan dengan lingkungan. ada tiga jenis keuntunganj: pemasukan, penghematan
saat ini, dan penghindaran biaya (penghematan berjalan). Pemasukan mengacu pada
pendapatan yang mengalir ke dalam organisasi karena tindakan lingkungan seperti mendaur
ulang kertas, menemukan aplikasi baru untuk limbah yang tidak berbahaya (misalnya:
menggunakan sisa kayu untuk membuat pion catur dan papan mainan), dan meningkatkan
penjualan karena penguatan citra lingkungan. Penghindaran biaya mengacu pada penghematan
berjalan yang dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, penghematan mengacu pada
pengurangan biaya lingkungan yang dicapai tahun ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2018). Akuntansi Intermediate Jilid 2. Jakarta :
Penerbit Erlangga