Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI MANAJEMEN

Quality Cost and Productivity Measurement and


Control, Environmental Cost Management

Oleh :

Kelompok 9

I Kadek Arka Marthayana (2007531011/02)

Ni Luh Made Pinggaditya Maharani (2007531175/31)

Ida Ayu Gede Utami Dewi (2007531201/ 40)

EKU 323

Dosen Pengampu: Dr. I.G.A.M. Asri Dwija Putri, S.E.. M.Si., Ak

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
A. KONSEP BIAYA KUALITAS
 Definisi Kualitas
Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas sebagai
kebaikan merupakan makna sangat umum yang tidak memiliki makna operasional. Secara
operasional, produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. Dengan kata lain, kualitas adalah kepuasan pelanggan.
 Definisi Biaya Kualitas
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat
produk yang kualitasnya buruk. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya kualitas
berhubungan dengan dua subkategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas:
kegiation pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Kegiatan pengendalian (control
activities) dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang
buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian terdiri
atas kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian. Biaya pengendalian (control costs)
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pengendalian. Kegiatan
karena kegagalan (failure activities) dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk
merespons kualitas yang buruk (kualitas buruk memang telah terjadi). Jika respons
terhadap kualitas yang buruk dilakukan sebelum produk cacat (tidak memiliki kesesuaian,
tidak bisa diandalkan, tidak tahan lama, dan seterusnya sampai ke pelanggan, maka
kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan internal. Sebaliknya, jika respons
muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka kegiatannya diklasifikasikan sebagai
kegiatan kegagalan eksternal.
 Jenis Biaya Kualitas
Biaya kualitas ada empat kategori, yaitu biaya pencegahan (prevention costs), biaya
penilaian (appraisal costs), biaya kegagalan internal (internal failure cost), dan biaya
kegagalan eksternal (external failure cost).
Biaya pencegahan (prevention costs) terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk
pada produk atau jasa yang dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan, kita
mengharapkan biaya kegagalannya turun. Contoh biaya pencegahan adalah biaya rekayasa
kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan
dan evaluasi pemasok, audit kualitas, siklus kualitas, uji lapangan, dan peninjauan desain.
Biaya penilaian (appraisal costs) terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa
telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Contoh biaya ini termasuk
biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku, pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan
penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran (pemeriksaan dan
pengujian), dan pengesahan dari pihak luar.
Biaya kegagalan internal terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan tidak
sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum
dikirim ke pihak luar. Hal itu adalah kegagalan yang dideteksi oleh kegiatan penilaian.
Contoh biaya kegagalan internal adalah sisa bahan, pengerjaan ulang, penghentian mesin
(karena adanya produk yang cacat), pemeriksaan ulang, pengujian ulang, dan perubahan
desain. Biaya-biaya di atas tidak terjadi jika tidak terdapat produk cacat.
Biaya kegagalan eksternal terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal
memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk
disampaikan kepada pelanggan. Dari semua biaya kualitas, kategori biaya ini dapat
menjadi yang paling merugikan. Biaya penarikan produk dari pasar, misalnya, bisa
mencapai ratusan juta dolar. Contoh lainnya termasuk biaya kehilangan penjualan karena
kinerja produk yang buruk, serta retur dan potongan penjualan karena kualitas yang buruk,
biaya garansi, perbaikan, tanggung jawab hukum yang timbul, ketidakpuasan pelanggan,
hilangnya pangsa pasar, dan biaya untuk mengatasi keluhan pelanggan. Biaya kegagalan
eksternal, seperti biaya kegagalan internal, hilang jika tidak ada produk yang cacat.
 Mengukur Biaya Kualitas
Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati atau
tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality costs) adalah biaya-
biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan. Biaya kualitas
yang tersembunyi (hidden costs) adalah biaya kesempatan atau oportunitas yang terjadi
karena kualitas yang buruk (biaya oportunitas biasanya tidak disajikan dalam catatan
akuntansi). Sebagai contoh, perhatikanlah kembali contoh-contoh biaya kualitas yang telah
diuraikan di atas. Dengan pengecualian pada biaya kehilangan penjualan, biaya
ketidakpuasan pelanggan, dan biaya kehilangan pangsa pasar, semua biaya kualitas dapat
diamati dan seharusnya tersedia dalam catatan akuntansi. Perhatikan juga bahwa biaya-
biaya yang tersembunyi berada dalam kategori kegagalan eksternal. Biaya-biava kualitas
yang tersembunyi bisa menjadi signifikan sehingga seharusnya diestimasi. Ada tiga
metode untuk mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi yaitu :
1. Metode Pengali (multiplier method)
Metode pengali mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil pengalian dari
biaya-biaya kegagalan yang terukur. Total biaya kegagalan eksternal = k (Biaya
kegagalan eksternal yang terukur). di mana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh
berdasarkan pengalaman. Sebagai contoh, Westinghouse Electric melaporkan nilai k
antara 3 dan 4. Dengan demikian, jika biaya kegagalan eksternal yang terukur adalah
$2 juta, maka biaya kegagalan eksternal aktual adalah antara 56 juta sampai 58 juta.
Dengan memasukkan biaya kualitas yang tersembunyi dalam menilai jumlah biaya
kegagalan eksternal, manajemen dapat menentukan tingkat pengeluaran sumber daya
untuk kegiatan pencegahan dan penilaian secara lebih akurat. Dengan kata lain, dengan
meningkatnya biaya kegagalan, manajemen diharapkan akan meningkatkan
investasinya dalam biaya pengendalian.
2. Metode Penelitian Pasar
Metode penelitian pasar formal digunakan untuk menilai dampak kualitas yang
buruk terhadap penjualan dan pangsa pasar. Survei pelanggan dan wawancara dengan
anggota tim penjualan perusahaan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
terhadap besarnya biaya tersembunyi perusahaan. Hasil penelitian pasar dapat
digunakan untuk memproyeksikan hilangnya laba di masa depan akibat kualitas yang
buruk.
3. Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi
Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan biaya kualitas yang tersembunyi
hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah.
Fungsi kerugian Taguchi mengasumsikan setiap penyimpangan dari nilai target suatu
karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya kualitas yang tersembunyi.
Selanjutnya, biaya kualitas yang tersembunyi meningkat secara kuadrat saat nilai
aktual menyimpang dari nilai target. Fungsi kerugian kualitas Taguchi, yang
diilustrasikan pada Tampilan 15-1, dapat dijelaskan dalam persamaan berikut.
L(y) = k(y-T)2
Di mana :
k = konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya
kegagalan eksternal perusahaan
y = nilai aktual dari karakteristik kualitas
T= nilai target dari karakteristik kualitas
L = kerugian kualitas

B. SISTEM PELAPORAN BIAYA KUALITAS


 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas
 Sebuah sistem pelaporan biaya kualitas memiliki arti penting bagi perusahaan yang
menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah
perhatian serius dan paling sederhana dalam menciptakan system semacam itu adalah
menilai biaya kualitas actual saat ini. Pencatatan biaya kualitas aktual secara terperinci
berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua masukan pandangan penting. Pertama,
catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas dalam setiap kategori yang
memugkinkan para manajer menilai dampak keuangannya. Kedua, catatan tersebut
menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer
menilai kepentingan relatif dari setiap kategori.
 Laporan Biaya kualitas
Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keuangan perusahaan dapat dinilai lebih
mudah dengan menampilkan biaya-biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan actual.
Ada dua pandangan mengenai biaya kualitas optimal, yaitu pandangan tradisional yang
mengacu pada pencapaian tingkat kualitas yang dapat diterima dan pandangan
kontemporer yang dikenal sebagai pengendalian kualitas total. Setiap pandangan
menawarkan kepada para manajer masukan pandangan tentang bagaimana biaya kualitas
sebaiknya dikelola.
 Fungsi Biaya Kualitas
Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima Pandangan kualitas dapat diterima
mengamsumsikan terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya
kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun.
Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian,
perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit
yang tidak sesuai. Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana kenaikan tambahan biaya
dalam upaya tersebut menimbulkan biayayang lebih besar daripada penurunan biaya
kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas. Hal ini merupakan
perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan, serta
mendefinisikan apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable
quality level – AQL).
Pandangan Cacat-Nol Sudut pandang AQL didasarkan pada definisi produk cacat
tradisional. Dalam pengertian klasik, sebuah produk dikatakan cacat apabila kualitasnya
berada di luar batas toleransi suatu karakteristik kualitas. Menurut pandangan ini, biaya
kegagalan timbuh hanya jika produk tidak sesuai dengan spesifikasi dan terdapat
perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian. Pandangan
AQL mendukung diproduksinya sejumlah barang cacat tertentu. Model ini digunakan
dalam dunia pengendalian kualitas hingga akhir 1970-an ketika model AQL ditantang oleh
model cacat nol (zero-defects model). Intinya, model cacat nol menyatakan keunggulan
biaya akan diperoleh dengan mengurangi unit cacat hingga nol. Pada pertengahan 1980-
an, model cacat nol lebih disempurnakan dengan model kualitas kokoh (robust quality
model).

Menurut pandangan tokoh ini, kerugian terjadi karena diproduksinya produk yang
menyimpang dari nilai target; semakin jauh penyimpangannya, semakin besar pula nilai
kerugiannya. Selain itu, kerugian juga tetap terjadi meskipun dari spesifikasi ideal adalah
merugikan dan batas toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun, bahkan dapat
menipu. Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari
upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas (ingat factor pengali pada
Westinghouse Electric). Jadi, model kualitas kokoh mempererat definisi dari unit cacat,
menyempurnakan pandangan kita terhadap biaya kualitas, dan mengintensifkan upaya
perbaikan kualitas.

 Manajemen Berbasis Kegiatan dan Biaya Kualitas Optimal


Manajemen berbasis kegiatan (activity-based managementABM)
mengklasifikasikan berbagai kegiatan sebagai bernilai tambah dan tak bernilai tambah,
serta hanya mempertahankan kegiatan- kegiatan yang memberikan nilai tambah. Prinsip
ini dapat diaplikasikan pada kegiatankegiatan yang berkaitan dengan kualitas.
Kegiatankegiatan kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya terkait tidak menghasilkan nilai
tambah dan harus dihilangkan. Kegiatan pencegahan yang dilakukan secara efisien dapat
diklasifikasikan, sebagai kegiatan bernilai tambah dan perlu dipertahankan.

 Penggunaan Informasi Biaya Kualitas

Penggunaan informasi biaya kualitas untuk keputusan-keputusan implementasi


program kualitas dan untuk mengevaluasi efektifitas program tersebut, setelah
diimplementasikan, hanya merupakan salah satu potensi penggunaan dari sistem biaya
kualitas. Penggunaan-penggunaan penting lainnya juga dapat diidentifikasi. Skenario
berikut mengilustrasikan penggunaan informasi biaya kualitas dalam keputusan penetapan
harga strategis dan analisis profitabilitas atas desain produk baru

C. KONSEP PRODUKTIVITAS
Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien. Secara spesifik,
produktivitas mengacu pada hubungan antara output dan input yang berbeda-beda untuk
memproduksi output. Kombinasi atau bauran dari input yang berbeda-beda biasanya dapat
digunakan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Efisiensi produktif total adalah
suatu titik di mana dua kondisi terpenuhi: (1) pada setiap bauran input untuk memproduksi
output tertentu, tidak satu input pun yang digunakan lebih dari yang diperlukan untuk
menghasilkan output, dan (2) atas bauran-bauran yang memenuhi kondisi pertama, dipilih
bauran dengan biaya terendah. Kondisi pertama digerakkan oleh hubungan teknis sehingga
disebut efisiensi teknis (technical effisiency). Dengan melihat berbagai kegiatan sebagai input,
kondisi pertama mensyaratkan penghapusan seluruh kegiatan tak bernilai tambah dan
pelaksanaan kegiatan bernilai tambah dengan kuantitas minimal yang diperlukan untuk
memproduksi sejumlah output. Kondisi kedua digerakkan oleh hubungan relatif dari harga
input sehingga disebut efisiensi trade-off input (input trade-off efficiency). Harga input
menentukan proporsi relatif setiap input yang harus digunakan. Penyimpangan dari proporsi
tetap tersebut menciptakan trade-off input Iyang tidak efisien.
Program peningkatan produktivitas berupaya mencapai efisiensi produktif total.
Peningkatan produktivitas teknis dapat dicapai dengan menggunakan lebih sedikit input untuk
menghasilkan output yang sama, memproduksi output lebih banyak dengan jumlah input yang
sama, atau memproduksi output lebih banyak dengan input relatif lebih sedikit. Sebagai
contoh, pada tahun 1992, Lantech (produsen mesin pengepakan) memproduksi delapan mesin
pengepakan dalam sehari denan 50 pekerja, rata-rata 0,16 mesin per pekerja. Pada tahun 1998,
output meningkat menjadi 14 mesin per hari dengan menggunakan 20 pekerja, rata-rata 0,7
mesin per pekerja. Menurut standar produktivitas tahun 1992, sekitar 87,5 pekerja diperlukan
untuk memproduksi 14 mesin. Jadi, output meningkat dan pekerja yang diperlukan lebih
sedikit.

D. SISTEM PELAPORAN PRODUKTIVITAS


1. Pengukuran Produktivitas Parsial
Pengukuran produktivitas (productivity) adalah penilaian kuantitatif atas perubahan
produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah menilai apakah efisiensi produktif telah
meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas dapat berupa aktual atau prospektif.
Pengukuran produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai, memantau, dan
mengendalikan perubahan. Pengukuran prospektif melihat ke masa depan, dan berguna
sebagai input, pemilihan input, dan bauran input yang memberikan manfaat terbesar.
Pengukuran produksivitas dapat dikembangkan untuk setiap input secara terpisah atau
seluruh input secara bersama-sama. Pengukuran produktivitas untuk satu input pada suatu
waktu disebut pengukuran produktivitas parsial (partial productivity measurement).
Produktivitas dari satu input tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output
terhadap input.

Rasio produktivitas = Output/Input

 Keunggulan Pengukuran Produktivitas Parsial


Pengukuran parsial memungkinkan manajer untuk memfokuskan perhatiannya
pada penggunaan input tertentu. Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan, yaitu
mudah diinterpretasikan oleh semua pihak di dalam perusahaan sehingga ukuran tersebut
mudah digunakan untuk menilai kinerja produktivitas dari karyawan operasional.
 Kelemahan Pengukuran Produktivitas Parsial
Pengukuran parsial yang dilakukan dengan cara satu per satu input diukur secara
terpisah dapat memberikan suatu gambaran yang salah tentang produktivitas. Hal ini
disebabkan karena input dalam menghasilkan output tidak semuanya independen terhadap
input lain. Kinerja suatu input bisa jadi dipengaruhi oleh kinerja input yang lain.

2. Pengukuran Produktivitas Total


Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas total
(total productivity measurement). Dimana, perusahaan hanya mengukur produktivitas dari
faktor-faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja
perusahaan. Jadi, dalam istilah praktis, pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan
sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang menunjukkan keberhasilan
perusahaan secara total. Pada setiap kasus, pengukuran produktivitas total mensyaratkan
pengembangan dari pendekatan pengukuran multifaktor.
 Pengukuran Profil Produktivitas
Pembuatan sebuah produk melibatkan beberpaa input utama, seperti tenaga kerja,
bahan, modal, dan energi. Pengukuran profil menyediakan serangkaian atau sebuah vektor
ukuran operasional parsial yang berbeda dan terpisah. Profil dapat dibandingkan dari waktu
ke waktu untuk memberikan informasi mengenai perubahan produktivitas. Perbandingan
profil ini menyediakan cukup informasi, sehingga manajer dapat menyimpulkan proses
produksi baru secara nyata telah memperbaiki produktivitas secara keseluruhan. Akan
tetapi, nilai peningkatan produktivitas ini tidak diungkapkan oleh rasio-rasio.
Analisis profil dapat menyediakan pengetahuan tentang perubahan produktivitas
yang bermanfaat bagi manajer. Namun, membandingkan berbagai profil produktivitas
tidak selalu mengungkapkan sifat dari keseluruhan perubahan efisiensi produktif. Pada
beberapa kasus, analisis profil tidak mampu memberikan indikasi yang jelas mengenai
apakah perubahan produktivitas membawa hasil yang baik atau buruk.
 Pengukuran Produktivitas yang Berkaitan dengan Laba
Menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba berjalan merupakan salah
satu menilai perubahan produktivitas. Laba berubah dari periode dasar ke periode berjalan.
Sebagian perubahan laba tersebut disebabkan oleh perubahan produktivitas. Pengukuran
jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas disebut pengukuran
produktivitas yang berkaitan dengan laba.
Dengan menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba periode berjalan,
manajer akan terbantu dalam mengetahui manfaat ekonomis dari perubahan produktivitas.
Keterkaitan perubahan produktivitas dengan laba dijelaskan oleh aturan berikut
Aturan Keterkaitan dengan laba (Profit-Linkage Rule): untuk periode berjalan,
hitunglah biaya input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa adanya perubahan
produktivitas dan bandingkan biaya tersebut dengan biaya input aktual yang digunakan.
Selisih biayanya adalah sejumlah perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan
produktivitas.
Untuk mengaplikasikan aturan ini, input yang seharusnya digunakan selama
periode berjalan dalam keadaan tanpa perubahan produktivitas harus dihitung terlebih
dahulu. Misalkan, PQ adalah jumlah input tanpa perubahan produktivitas. Untuk
mengetahui PQ pada suatu input tertentu, bagilah ouput periode berjalan dengan rasio
produktivitas input periode dasar.

PQ = Output periode berjalan/Rasio produktivitas periode dasar


Contohnya, yaitu:

Rasio Produktivitas Parsial


Profil 2007 Profil 2008
Rasio produktivitas tenaga kerja 3,000 4,000
Rasio produktivitas bahan baku 0,100 0,088
Tenaga kerja: 120.000/40.000; 150.000/37.500
Bahan baku: 120.000/1.200.000: 150.000/1.428.571

2007 2008
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000 37.500
Bahan yang digunakan (pon) 1.200.000 1.700.000
Harga jual per unit (mesin) $50 $48
Upah tenaga kerja per jam $11 $12
Biaya bahan per pon $2 $3

Output periode berjalan (tahun 2008) adalah 150.000 mesin. Dengan menggunakan
informasi di atas, jumlah setiap input untuk keadaan tanpa perubahan produktivitas dapat
dihitung sebagai berikut.
PQ (tenaga kerja) = 150.000/3 = 50.000 jam
PQ (bahan baku) = 150.000/0,100 = 1.500.000 jam

Jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan, dihitung dengan mengalikan jumlah


setiap input (PQ) dengan harga periode berjalan (P) dan menjumlahkannya.

Biaya tenaga kerja (50.000x$12) $ 600.000


Biaya bahan baku (1.500.000x$3) 4.500.000
Total biaya PQ $ 5.100.000

Biaya input aktual diperoleh dengan mengalikan jumlah input aktual (AQ) dengan
harga berjalan setiap input (P) dan menjumlahkannya.

Biaya tenaga kerja (37.500x$12) $ 450.000


Biaya bahan baku (1.700.000x$3) 5.100.000
Total biaya periode berjalan $ 5.550.000

Pengaruh produktivitas terhadap laba dihitung dengan mengurangkan total biaya


berjalan dari total biaya PQ.

Pengaruh terkait dengan laba = Total biaya PQ – Total biaya periode berjalan
= $5.100.000 - $5.550.000
= $450.000 penurunan laba

Laba turun sebesar $450.000 karena perubahan produktivitas. Perhatikan juga


bahwa pengaruh produktivitas yang terkait dengan laba dapat dihitung untuk satu jenis
input. Peningkatan produktivitas tenaga kerja menghasilkan kenaikan laba sebesar
$150.000. Namun, penurunan produktivitas bahan mengakibatkan penurunan laba sebesar
$600.000. Sebagian besar penurunan laba ini disebabkan oleh meningkatnya pemakaian
bahan, sisa bahan baku, dan unit cacat jauh lebih banyak pada proses yang baru. Jadi,
ukuran terkait dengan laba memperlihatkan pengaruh pengukuran parsial maupun
pengaruh pengukuran total.

3. Komponen Pemulihan Harga


Ukuran terkait dengan laba menghitung jumlah perubahan laba dari periode dasar
ke periode berjalan sebagai akibat perubahan produktivitas. Jumlah tersebut umumnya
tidak akan sama dengan total perubahan laba antara dua periode. Selisih antara perubahan
laba total dan perubahan produktivitas terkait dengan laba disebut komponen pemulihan
harga (price-recovery component). Komponen ini adalah perubahan pendapatan dikurangi
perubahan biaya input dengan asusmsi tidak ada perubahan produktivitas. Oleh karena itu,
komponen pemulihan harga mengukur kemampuan perubahan pendapatan untuk menutupi
perubahan biaya input dengan asumsi tidak ada perubahan produktivitas.

Untuk menghitung komponen pemulihan harga, pertama, kita perlu menghitung


perubahan laba setiap produk.

2008 2009 Selisih


Pendapatan $ 7.200.000 $6.000.000 $ 1.200.000
Biaya input 5.550.000 2.840.000 2.710.000
Laba $1.650.000 $ 3.160.000 $(1.510.000)
Pendapatan: $49 x 150.000; $50 x 120.000
Biaya input: ($12 x 37.500) + ($3 x 1.700.000); ($11 x 40.000) + ($2 x 1.200.000)
Pemulihan harga = Perubahan laba - Perubahan produktivitas terkait dengan laba
= ($1.510.000) – ($450.000)
= ($1.060.000)
Kenaikan pendapatan tidak akan cukup untuk memenuhi keniakan biaya input.
Penurunan produktivitas hanya akan memperburuk masalah pemulihan harga. Meskipun
demikian, perhatikank bahwa kenaikan produktivitas dapat digunakan untuk mengimbangi
kerugian pemulihan harga.

4. Kualitas dan Produktivitas


Peningkatan kualitas dapat meningkat produktivitas dan juga sebaliknya. Sebagai
contoh, jika pengerjaan ulang berkurang karena menurunnya unit produk cacat, maka lebih
sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama.
Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan jumlah input
yang digunakan meningkatkan produktivitas.
Karena sebagian besar peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang
digunakan untuk memproduksi dan menjual output perusahaan, peningkatan kualitas akan
meningkatkan produktivitas. Jadi, peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada
ukuran-ukuran produktivitas. Namun, ada juga cara-cara lain untuk meningkatkan
produktivitas. Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau
tanpa cacat, tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.
Sebagai contoh, ada barang yang melewati dua proses yang masing-masing
membutuhkan waktu lima menit (anggaplah barang tersebut diproduksi tanpa cacat). Jadi,
untuk memproduksi satu unit dibutuhkan waktu 10 menit untuk melalui kedua proses
tersebut. Saat ini, jumlah yang diproduksi dalam tiap bacth produksi adalah 1.200. proses
1 memproduksi 1.200 unit. Selanjutnya, bacth produksi tersebut dipindahkan ke lokasi lain
untuk menjalani proses kedua. Jadi, untuk setiap proses dibutuhkan waktu 6.000 menit atau
100 jam. Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1.200 unit adalah 200 jam
(100 jam untuk setiap proses) ditambah waktu pengiriman dari proses 1 ke proses 2.
Dengan mendesain ulang proses manufaktur, efisiensi dapat diperbaiki. Misalkan,
lokasi proses 2 berada cukup dekat dengan lokasi proses 1, sehingga segera setelah unit
diselesaikan pada proses 1, unit tersebut langsung dimasukkan ke proses 2. Dengan cara
ini, proses 1 dan proses 2 dapat berjalan secara bersamaan. Proses 2 tidak lagi menunggu
sampai selesainya produksi 1.200 unit ditambah dengan waktu pengiriman sebelum ia
dapat mulai beroperasi. Hasilnya adalah lebih banyak output yang dapat diproduksi dengan
lebih sedikit input.

5. Insentif Pembagian Keuntungan


Insentif pembagian keuntungan (gainsharing) adalah pemberian insentif uang tunai
bagi seluruh tenaga kerja perusahaan yang menjadi kunci pencapaian kualitas dan
produktivitas. Sebagai contoh, suatu perusahaan memiliki target untuk mengurangi jumlah
unit cacat hinggaa 10 persen selama kuartal berikutnya pada pabrik tertentu. Jika tujuan
tersebut tercapai, perusahaaan memperkirakan akan terjadi penghematan sebesar
$1.000.000 (dengan menghindari hal-hal seperti pengerjaan ulang dan perbaikan di masa
garansi). Pembagian keuntungan memberikan insentif dengan menawarkan bonus kepada
pegawai sesuia dengan persentase penghematan biaya.

E. KONSEP LINGKUNGAN DAN BIAYA LINGKUNGAN


 Akuntansi Manajemen Lingkungan
Menurut EPA (1995) mendefinisikan akuntansi manajemen lingkungan sebagai
proses pengidentifikasian, pengumpulan dan penganalisisan informasi tentang biaya-biaya
dan kinerja untuk membantu pengambilan keputusan organisasi. Akuntansi manajemen
lingkungan adalah hal yang tak terpisahkan dari unsur manajemen perusahaan, akuntansi
manajemen lingkungan sendiri merupakan proses pengidentifikasian, pengumpulan,
perkiraan - perkiraan, analisis, laporan dan pengiriman informasi tentang:
1. Informasi berdasarkan arus bahan dan energi
2. Informasi berdasarkan biaya lingkungan
3. Informasi lainnya yang terukur, dibentuk berdasarkan akuntansi manajemen lingkungan
untuk pengambilan keputusan bagi perusahaan.

Akuntansi manajemen lingkungan pada dasarnya lebih menekankan pada akuntansi


dari biaya-biaya lingkungan. Biaya lingkungan ini tidak hanya mengenai informasi tentang
biaya-biaya lingkungan dan informasi lainnya yang terukur, akan tetapi juga tentang
informasi material dan energi yang digunakan. Akuntansi manajemen lingkungan saling
terkait dan terfokus pada arus nilai-nilai dan bahan dan energi, tingkat umum perusahaan
yang sama baiknya dengan tingkat proses perusahaan perseroan, divisi-divisi, operasi dan
lain-lain.

Konsep akuntansi manajemen lingkungan digunakan untuk melakukan


pemonitoran dan pengevaluasian informasi yang terukur dari keuangan maupun
manajemen serta arus data tentang bahan dan energi yang saling berhubungan secara timbal
balik guna meningkatan efisiensi pemanfaatan bahan-bahan maupun energi, mengurangi
dampak lingkungan dari operasi perusahaan, produk-produk

 Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan menurut Hansen – Mowen (2009) adalah :
“Biaya-biaya yang terjadi karena kualitas lingkungan yang buruk atau kualitas lingkungan
yang buruk mungkin terjadi. Maka, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi,
perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan”.
Biaya lingkungan merupakan segala pengorbanan baik finansial ataupun non
finansial yang dikeluarkan oleh perusahaan guna menjaga kestabilan lingkungan. Biaya
lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem atau fasilitas
penting untuk pengambilan keputusan manajemen yang lebih baik. Biaya lingkungan pada
dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem atau fasilitas penting untuk
pengambilan keputusan manajemen yang lebih baik. Tujuan perolehan biaya adalah
bagaimana cara mengurangi biaya-biaya lingkungan, meningkatkan pendapatan dan
memperbaiki kinerja lingkungan dengan memberi perhatian pada situasi sekarang, masa
yang akan datang dan biaya-biaya manajemen yang potensial. Menurut Hansen (2007),
biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:
1. Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah
dan atau sampah yang menyebabkan kerusakan lingkungan.
Contoh-contoh aktivitas pencegahan adalah evaluasi dan pemilihan pemasok,
evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi, desain proses dan produk
untuk mengurangi atau menghapus limbah, melatih pegawai, mempelajari dampak
lingkungan, audit risiko lingkungan, pelaksanaan penelitian lapangan, pengembangan
sistem manajemen lingkungan, daur ulang produk, dan pemerolehan sertifikasi ISO
14001.
2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk,
proses, dan aktivitas lainnya di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang
berlaku atau tidak. Standar lingkungan dan prosedur yang diikuti oleh perusahaan
didefinisikan dalam tiga cara:
1. Peraturan pemerintah
2. Standar sukarela (ISO 14001) yang dikembangkan oleh International Standards
Organization
3. Kebijakan lingkungan yang dikembangkan oleh manajemen.

Contoh contoh aktivitas deteksi adalah audit aktivitas lingkungan, pemeriksaan


produk dan proses (agar ramah lingkungan), pengembangan ukuran kinerja
lingkungan, pelaksanaan pengujian pencemaran, verifikasi kinerja lingkungan dari
pemasok, dan pengukuran tingkat pencemaran.

3. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure costs)


Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan
sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Jadi biaya kegagalan internal terjadi
untuk menghilangkan dan mengolah limbah dan sampah ketika diproduksi. Aktivitas
kegagalan internal memiliki salah satu dari dua tujuan :
1. Untuk memastikan bahwa limbah dan sampah yang diproduksi tidak dibuang ke
lingkungan luar
2. Untuk mengurangi tingkat limbah yang dibuang sehingga jumlahnya tidak melewati
standar lingkungan.
Contoh-contoh aktivitas kegagalan internal adalah pengoperasian peralatan
untuk mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan dan pembuangan limbah-
limbah beracun, pemeliharaan peralatan polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi
limbah dan daur ulang sisa bahan.
4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental externAl failure costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke
dalam lingkungan. Biaya kegagalan eksternal dapat dibagi lagi menjadi kategori yang
direalisasi dan yang tidak direalisasi. Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi
(realized external failure cost) adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan.
Sedangkan Biaya kegagalan yang tidak dapat direalisasikan (unrealized external failure
cost) atau biaya sosial (societal cost), disebabkan oleh perusahaan tetapi dialami dan
dibayar oleh pihakpihak di luar perusahaan. Biaya sosial selanjutnya dapat
diklasifikasikan sebagai:
1.Biaya yang berasal dari degradasi lingkungan
2.Biaya yang berhubungan dengan dampak buruk terhadap properti atau kesejahteraan
masyarakat

F. SISTEM PELAPORAN BIAYA LINGKUNGAN


Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika jika sebuah organisasi seriti
memperbaiki kinerja lingkungannya dan mengendalikan biaya lingkungannya. Langkah
pertama yang baik adalah laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan menang
kategori. Pelaporan biaya lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang penting:
(1) dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan dan (2) jumlah relatif yang
dihabiskan untuk setiap kategori. Berikut merupakan contoh laporan biaya lingkungan yang
digunakan oleh PT Thamus.

PT Thamus
Laporan Biaya Lingkungan
Berakhir hingga 31 Desember 2009
Persentase dari
Biaya Lingkungan
Biaya Operasional
Biaya pencegahan
Pelatihan pegawai $ 600,000
Desain produk $ 1,800,000
Pemilihan peralatan $ 400,000 $ 2,800,000 1.40%
Biaya deteksi
Pemeriksaan proses $ 2,400,000
Pengembangan ukuran $ 800,000 $ 3,200,000 1.60%
Biaya kegagalan internal
Pengoperasian peralatan polusi $ 4,000,000
Pemeliharaan peralatan polusi $ 2,000,000 $ 6,000,000 3.00%
Biaya kegagalan eksternal
Pembersihan danau $ 9,000,000
Restorasi tanah $ 5,000,000
Penyelesaian klaim kerusakan properti $ 4,000,000 $ 18,000,000 9.00%
Total $ 30,000,000 15.00%

Laporan Thamus menggarisbawahi pentingnya biaya lingkungan dengan


menyatakannya sebagai persentase dari total biaya operasional. Pada laporan ini, biaya
lingkungan adalah 15 persen dari total biaya operasional. Jumlah ini tampaknya cukup
signifikan. Dari sudut pandang praktis, biaya lingkungan akan menerima perhatian manajerial
hanya jika jumlahnya signifikan. Laporan biaya juga menyediakan informasi yang
berhubungan dengan distribusi relatif dari biaya lingkungan. Dari total biaya lingkungan,
hanya 20 persen yang berasal dari kategori pencegahan dan deteksi. Jadi, 80 persen dari biaya
lingkungan adalah biaya kegagalan, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena kinerja lingkunga n
yang buruk

G. KEUNTUNGAN LINGKUNGAN
Keuntungan lingkungan adalah keuntungan yang didapat dari tindakan-tindakan
yang berhubungan dengan lingkungan. ada tiga jenis keuntunganj: pemasukan, penghematan
saat ini, dan penghindaran biaya (penghematan berjalan). Pemasukan mengacu pada
pendapatan yang mengalir ke dalam organisasi karena tindakan lingkungan seperti mendaur
ulang kertas, menemukan aplikasi baru untuk limbah yang tidak berbahaya (misalnya:
menggunakan sisa kayu untuk membuat pion catur dan papan mainan), dan meningkatkan
penjualan karena penguatan citra lingkungan. Penghindaran biaya mengacu pada penghematan
berjalan yang dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, penghematan mengacu pada
pengurangan biaya lingkungan yang dicapai tahun ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2018). Akuntansi Intermediate Jilid 2. Jakarta :
Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai