Anda di halaman 1dari 9

A.

LATAR BELAKANG
Akuntansi manajemen merupakan salah satu bidang ilmu akuntansi yang memberikan
informasi keuangan kepada pihak internal suatu entitas dalam sebuah pengambilan
keputusan. Informasi keuangan yang dihasilkan tidak dipublikasikan kepada umum.
Akuntansi manajemen pada awalnya hanya berfokus pada penentuan biaya dan
memaksimalkan laba, namun seiring dengan perkembangannya akuntansi manajemen
dituntut untuk melakukan berbagai penyesuaian terhadap praktik dalam bisnis. Tujuan dari
bab ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang sejarah singkat akuntansi manajemen,
perbedaan dan kesamaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen, sistem informasi
akuntansi manajemen, peranan akuntan manajemen, tujuan dan fungsi akuntansi manajemen,
trend yang mempengaruhi akuntansi manajemen, perilaku etis dan kode etik akuntan
manajemen dan sertifikasi akuntan manajemen.
Lingkungan ekonomi pada sebuah perusahaan disebabkan karena adanya
perkembangan akuntansi manajemen. Berubahnya lingkungan ekonomi dalam perusahaan
menyebabkan berubahnya lingkungan bisnis dan sistem akuntansi manajemennya. Dengan
adanya perkembangan ini, maka akuntansi manajemen tradisional tidak dipergunakan lagi.
Kualitas yang rendah dapat menjadikan produk sangat mahal bagi produsen dan
konsumennya. Konsekuensi rendahnya kualitas adalah tingginya biaya produk. Solusi
terhadap permasalahan ini adalah penerapan manajemen kualitas. Manajemen kualitas
menekankan perhatiannya pada bagaimana menghasilkan produk yang tepat waktu, tepat
tempat, tepat barang, tepat layanan, dan tepat harga. Salah satu isi utama yang akan dibahas
pada materi ini yaitu bagaimana menyediakan produk berkualitas dan tepat harga.

B. MEASURING THE COST OF QUALITY


1. Quality Defined
Kualitas (quality) dapat diartikan berbeda antara satu orang dan orang lain.
Biasanya kualitas dapat dilihat dari dua faktor utama berikut ini.
a. Memuaskan harapan konsumen yang berkaitan dengan atribur-atribut harapan
konsumen.
b. Memastikan seberapa baik produk dapat memenuhi aspek-aspek teknis dari desain
produk tersebut, kesesuaian kinerja dengan standar yang diharapkan, dan kesesuaian
dengan standar pembuatannya.
Harapan konsumen atas produk atau jasa tentu saja berbeda antara satu konsumen
dan konsumen lainnya. Harapan konsumen ini dapat dilihat dari beberapa dimensi yang
mewakili kualitas seperti berikut ini.
a. Kinerja (performance) adalah tingkat konsistensi dan seberapa baik produk dapat
berfungsi. Kinerja jasa berarti tingkat keberadaan layanan pada saat diminta
konsumen.
b. Estetika (aesthetic) adalah tingkat keindahan penampilan produk (seperti kecantikan
dan gaya) dan penampilan dari fasilitas, perlengkapan, personel, dan materi
komunikasi untuk jasa.
c. Kemampuan servis (serviceability) adalah ukuran yang menunjukkan mudah tidaknya
suatu produk dirawat atau diperbaiki setelah di tangan konsumen.
d. Fitur (features) adalah karakteristik produk yang membedakan secara fungsional
dengan produk yang mirip atau sejenis.
e. Keandalan (reliability) adalah kemungkinan atau peluang produkatau jasa dapat
bekerja sesuai yang di spesifikasikan dalam jangka waktu yang ditentukan.
f. Keawetan (durability) adalah lama produk dapat berfungsi atau digunakan.
g. Kualitas kesesuaian (quality od conformance) adalah tingkat kesesuaian produk
dengan spesifikasi kualitas yang ditentukan pada desainnya.
h. Kesesuaian dalam penggunaan (fitness of use) adalah kecocokan produk untuk
menghadirkan fungsi seperti yang diiklankan,.
Keempat dimensi pertama merupakan atribut kualitas yang penting tetapi sulit
untuk diukur. Kinerja mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah
produk. Dalam jasa, prinsip tidak terpisahkan (inseparability principle) mengandung arti
bahwa jasa dilakukan secara langsung dihadapan pelanggan. Dengan demikian, perbaikan
kualitas berarti perbaikan satu atau lebih dari 8 dimensi tersebut diatas sambal tetap
mempertahankan kinerja dimensi lainnya. Menyediakan produk yang lebih baik
kualitasnya daripada pesaing berarti mengungguli produk pesaing setidaknya satu
dimensi sementara kinerja dimens lainnya tetap setara.
2. Costs of Quality Defined
Biaya kualitas (cost of quality) merupakan biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi
karena adanya kualitas yang rendah. Berdasarkan definisi tersebut maka biaya kualitas
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu biaya kualitas yang berkaitan dengan
aktivitas pengendalian (control activity) dan biaya yang berkaitan dengan aktivitas
kegagalan (failure activity). Aktivitas pengendalian dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas. Sedangkan aktivitas kegagalan terjadi karena adanya kegagalan
dalam menjalankan aktivitas atau adanya produk yang berkualitas rendah. Ada dua
kelompok biaya kualitas yaitu biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Kedua kelompok
tersebut dapat dipecah kembali dalam empat sub kelompok biaya, yaitu biaya pencegahan
(prevention cost), biaya penilaian (appraisal cost), biaya kegagalan internal (internal
failure cost), serta biaya kegagalan eksternal (external failure cost). Definisi masing-
masing biaya tersebut adalah sebagai berikut.
a. Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi karena adanya usaha untuk mencegah
terjadinya kegagalan dalam menjalankan aktivitas jasa dan/atau produk yang
berkualitas rendah. Pada umumnya, peningkatan biaya pencegahan diharapkan akan
menghasilkan penurunan biaya kegagalan.
b. Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi karena dilakukannya penentuan apakah
produk dan.atau jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan permintaan atau kebutuhan
konsumen.
c. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi pada saat produk dan /atau jasa-
jasa dihasilkan tidak sesuai dengan permintaan atau kebutuhan konsumen.
Ketidaksesuaian ini terdeteksi pada saat produk masih berada di pihak perusahaan
atau sebelum dikirimkan ke pihak luar perusahaan.
d. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi pada saat produk dan/atau jasa
yang dihasilkan tidak sesuai dengan permintaan atau kebutuhan konsumen dan
diketahui setelah produk berada di luar Perusahaan atau sudah di tangan konsumen.
3. Measuring Quality Costs
Biaya kualitas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua menurut kemudahan dalam
pengamatannya. Pertama adalah biaya kualitas yang dapat diamati (observable
qualitycost) dan kedua biaya kualitas yang tersembunyi (hidden quality). Biaya kualitas
yang dapat diamati merupakan biaya kualitas yang secara langsung dapat diukur dan
biasanya datanya tersedia dalam laporan Perusahaan. Termasuk dalam kelompok ini
adalah biaya pencegahan, penilaian, dan kegagalan internal, serta beberapa biaya yang
termasuk dalam sub kelompok kegagalan/eksternal, misalnya baiya garansi dan
penggantian produk. Sedangkan biaya kualitas tersembunyi merupakan biaya atas
hilangnya kesempatan yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas. Biaya ini biasanya tidak
terdapat dalam laporan akuntansi. Tentu tidak mudah dalam mengukur jumlah biaya-
biaya tersebut. Namun, biaya kualitastersembunyi bisa jadi jumlahnya signifikan dan
menjadi penting dalam proses penentuan kebijaksanaan Perusahaan. Oleh karena itu,
penentuan biaya ini menjadi hal penting. Meskipun memperkirakan biaya hidden quality
cost tidak mudah, terdapat tiga metode untuk mengidentifikasi hidden quality costs: (1)
the multiplier method, (2) the market research method, and (3) the Taguchi quality loss
function.
a. The Multiplier Method
Berdasarkan metode ini diasumsikan bahwa total biaya kualitas merupakan
multiplikasi dari beberapa ukuran biaya kegagalan sehingga unuk mengestimasikan
biaya kegagalan total dapat dilakukan dengan mengalikan dengan menggunakan
suatu angka pengali yang ditentukan dengan biaya kegagalan total terobservasi. Hal
ini dapat diformulasikan sebagai berikut.
Total External Failure Cost = k x biaya kegagalan Eksternal Terobservasi
Simbol k merupakan angka pengali yang merefleksikan efek multiplier. Perusahaan
menentukan k berdasarkan data-data di masa lalu atau pengalaman perusahaan.
Misalnya di Perusahaan Trigold berhasil menghitung biaya kegagalan eksternal
terobservasi tahun 2012 sebesar Rp2.000.000. Berdasarkan data tahun-tahun
sebelumnya k ditentukan sebesar 4, maka tahun 2012 biaya kegagalan eksternal total
ditentukan sebesar Rp8.000.000 (4 x Rp2.000.000).
b. The Market Research Method
Metode ini digunakan untuk menilai dampak kualitas yang buruk terhadap penjualan
dan pangsa pasar. Dengan cara mensurvei pelanggan dan mewawancara staf
penjualan untuk mendapatkan informasi tentang kerugian atau keuntungan di masa
depan.
c. The Taguichi Quality Loss Function
Pandangan dalam metode Taguchi ini berbeda dengan pandangan tradisional yang
mengizinkan adanya penyimpangan selama masih dalam rentang target. Perhitungan
biaya kegagalan eksternal total dengan metode taguchi dapat diformulasikan sebagai
berikut.
2
L ( y )=k ( y−T )
Keterangan:
k = Konstanta proporsional yang tergantung pada struktur biaya kegagalan
eksternal perusahaan. Simbol k merupakan nilai yang diestimasi dan
dihitung dengan membagi nilai biaya dengan cara : k =c +d 2
c = Kerugian pada limit terendah atau tertinggi
d = Jarak limir dari nilai target
y = Nilai aktual karakteristik kualitas
T = Nilai target karakteristik kualitas
L = Kerugian akibat kualitas (biaya kegagalan eksternal total)

C. REPORTING QUALITY COST INFORMATION


1. Qualty Cost Reports
Pelaporan biaya kualitas dapat menjadi sumber informasi terpenting dalam
pembuatan keputusan perbaikan kualitas dan penurunan biaya kualitas. Langkah pertama
dalam membuat pelaporan biaya kualitas adalah menentukan biaya kualitas
sesungguhnya untuk setiap komponen kualitas. Langkah berikutnya adalah
mengelompokkan komponen-komponen biaya kualitas tersebut dalam kelompok-
kelompok biaya kualitas. Supaya penyusunan laporan biaya kualitas mudah dilakukan
dan dipahami lazimnya dalam bentuk persentase dari penjualan sesungguhnya. Terdapat
dua pandangan terkait biaya kualitas optimal, yaitu dalam pandangan trandisional disebut
dengan tingkat kualitas dapat diterima (acceptable quality level), sedangkan pandangan
kontemporer disebut pengendalian kualitas total (total quality control/zero defect). Setiap
pandangan memiliki cara yang berbeda dalam pengelolaan biaya kualitas.
2. Quality Cost Function Acceptable Quality View
Pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan
terbalik antara baiya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian
meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun. Selama penurunan biaya kegagalan
lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus meningkatkan
usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai. Pada akhirnya
akan dicapai suatu titik dimana kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut
menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini
mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas. Hal ini merupakan perbandingan
optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan, serta mendefinisikan apa yang
dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable quality level) atau AQL.
3. Quality Cost Function Zeri Defects View
Dalam pengertian klasik, produk dikatakan cacat, bila kualitasnya di luar batas
toleransi karakteristik kualitas. Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai
spesifikasi. Selain itu, terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan
biaya pengendalian. Pada akhir tahun 1970-an, model cacat nol (zero-defect model)
menentang model AQL karena model cacat nol menyatakan bahwa dengan mengurangi
unit cacar hingga nol maka akan diperoleh keunggulan biaya. Perusahaan dengan
semakin sedikit produk cacar akan lebih kompetitif relative daripada perusahaan dengan
model AQL tradisional. Pertengan tahun 1980-an, model cacat nol disempurnakan
dengan model kualitas kokoh (robust quality model), yang menentang AQL. Menurut
pandangan ini penyimpangan dari spesifikasi ideal akan merugikan dan batas toleransi
spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun, bahkan menipu.
Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari
upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Model kualitas kokoh menentang
definisi unit cacat, menyempurnakan pandangan terhadap biaya kualitas, mengintensifkan
upaya perbaikan kualitas. Perusahaan yang berupaya mencapai kondisi cacat nol atas
produk mereka (kondisi dengan toleransi nol), dapat mengkaputalisasi kualitas dengan
menurunkan jumlah unit cacat sambil menekan total biaya kualitas. Tingkat optimal dari
biaya kualitas ialah keadaan dimana produk-produk yang diproduksi memenuhi nilai
target. Upaya untuk mencapai nilai target menciptakan sebuah dunia kualitas dinamis,
berlawanan dengan dunia kualitas statis AQL.
4. Activity Based Management and Optimal Quality Costs
Manajemen berbasis aktivitas (ABM) mengklasifikasikan berbagai kegiatan
sebagai bernilai tambah, serta tidak bernilai tambah, dan hanya mempertahankan kegiatan
yang bernilai tambah. Prinsip ini diaplikasikan pada kegiatan dengan kualitas. Biaya
kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya yang tidak menghasilkan nilai tambah harus
dihilangkan. ABM mendukung panangan cacat nol robust, dimana tidak ada
perbandingan terbalik optimal anatara biaya kegagalan dan biaya pengendalian; biaya
kegagalan tidak menghasilkan nilai tambah, sehingga harus dikurangi hingga nol.
Beberapa biaya pengendalian juga tidak memberikan nilai tambahm sehingga juga harus
dihilangkan. Sedangkan untuk biaya pengendalian yang memberikan nilai tambah
mungkin dijalankan namun tidak efisien, dan biaya untuk kegiatan tidak efisien, dan
biaya untuk kegiatan tidak efisien dianggap tidak bernilai tambah, sehingga biaya untuk
kategori ini juga dapat dikurangi menjadi lebih rendah.
5. Trend Analysis
Laporan biaya kualitas menunjukkan jumlah dan distribusi biaya kualitas diantara
4 kategori yaitu, biaya pencegahan, penilaian, kegagalan internal, dan kegagalan
eksternal sehingga menunjukkan peluang untuk perbaikan kualitas. Perubahan biaya
kualitas dari waktu ke waktu dapat digambarkan oleh grafik tren atau biasanya disebut
laporan tren kualitas multi-periode. Perbandingan dilakukan untuk semua komponen
biaya kualitas, baik secara total maupun secara komponen. Kemudian, dengan melakukan
perbandingan antar komponen kualitas akan diketahui hubungan dan pengaruh antar
komponen.

D. USING QUALITY COST INFORMATION


Tujuan utama pelaporan biaya kualitas adalah untuk meningkatkan dan memfasilitasi
perencanaan manajerial, control, dan pengambilan keputusan. Misalnya, dalam memutuskan
untuk melaksanakan program pemilihan supplier untuk meningkatkan kualitas input material,
manajerial akan membutuhkan penilaian biaya kualitas saat ini dengan barang dan
berdasarkan kategori, penilaian terhadap biaya tambahan yang terkait dengan program ini,
dan penilaian terhadap penghematan proyek oleh item dan berdasarkan kategori. Ketika
biaya dan penghematan akan terjadi juga harus diproyeksikan. Setelah efek tunai ini
diproyeksikan, analisis, analisis penganggaran modal dapat dilakukan untuk menilai manfaat
dari program yang diusulkan. Jika hasilnya menguntungkan dan program ini dimulai, maka
menjadi penting untuk memantau program melalui pelaporan kinerja yang cukup standar.
Menggunakan informasi biaya kualitas untuk keputusan pelaksanaan program
kualitas dan untuk mengevaluasi efektivitas program ini, sekali diterapkan adalah salah satu
potensi penggunaan sistem biaya kualitas, kegunaan penting lainnya juga dapat diidentifikasi.
Ada dua skenario yang dapat menjelaskan lebih jelasnya untuk mengetahui pelaporan biaya
kualitas itu sendiri.
Skenario A menggambarkan baik informasi biaya kualitas dan pelaksanaan program
pengendalian kualitas total kontribusi kepada keputusan strategis yang signifikan. Itu juga
menunjukkan bahwa meningkatkan kualitas bukanlah obat mujarab, pengurangan tidak
cukup besar untuk menanggung oenurunan harga penuh. Keuntungan terhadap produktifitas
lainnya, seperti yang dijanjikan oleh teknisi, akan diperlukan untuk memastikan
kelangsungan hidup jangka panjang dari lini produk.
Skenario B menggambarkan pentingnya biaya kualitas pengklasifikasian lebih lanjut
oleh perilaku. Skenario ini juga memperkuat pentingnya mengidentifikasi dan melaporkan
biaya kualitas secara terpisah. Produk baru ini dirancang untuk mengurangi kualitas, dan
hanya dengan mengetahui biaya kualitas yang ditetapkan Brittany dan Tara telah menemukan
kesalahan dalam analisis pendapatan siklus hidup.

E. KESIMPULAN
Untuk memahami biaya kualitas, pertama-tama perlu dipahami apa yang dimaksud
dengan kualitas. Ada dua jenis kualitas yaitu kualitas desain dan kualitas kinerja. Kualitas
desain menyangkut perbedaan kualitas yang muncul untuk produk dengan fungsi yang sama
tetapi spesifikasi yang berbeda. Biaya kualitas dikeluarkan ketika produk gagal memenuhi
spesifikasi desain (dan karena itu, terkait dengan kualitas kesesuaian). Biaya kualitas dibagi
menjadi empat kategori yaitu pencegahan, penilaian, kegagalan internal, dan kegagalan
eksternal.
Laporan biaya kualitas disiapkan dengan membuat daftar biaya untuk setiap item
dalam masing-masing dari empat kategori biaya kualitas utama. Ada dua pandangan
mengenai distribusi optimal dari biaya kualitas tampilan AQL dan tampilan tanpa cacat.
Informasi biaya kualitas diperlukan untuk membantu manajer mengontrol kinerja
kualitas dan untuk berfungsi sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja keseluruhan dari program peningkatan kualitas dan
untuk membantu meningkatkan berbagai keputusan yang tidak terkait, misalnya penetapan
harga strategis dan analisis produk baru.
Produktivitas memperhatikan seberapa efisien input digunakan untuk menghasilkan
output. Pengukuran produktivitas parsial mengevaluasi efisiensi penggunaan input tunggal.
Ukuran total produktivitas menilai efisiensi untuk semua input. Gainsharing dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas.

DAFTAR PUSTAKA
Garaika, & Feriyana, W. (2020). Akuntansi Manajemen. Lampung Selatan: CV Hira Tech.
Handayani, R., & Kumalaputri, S. (2021). Akuntansi Manajemen. Pasaman: CV Azka Pustaka.
Hansen, D., & Mowen, M. (2005). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Hansen, D., & Mowen, M. (2012). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
Harahap, S. S. (2011). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Edisi Pertama ed., Vol. Cetakan
ke-sepuluh). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hilton, R. W., & Platt, D. E. (2016). Managerial Accounting. Australia: Mc Graw Hill Education.
Indonesia, I. (2020). Kode Etik Akuntan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat IAMI.
Purwanti, A., & Darsono, P. (2013). Akuntansi Manajemen (Edisi 3 Revisi ed.). Jakarta: Mitra
Wacana Media .
Sujarweni, V. (2021). Akuntansi Manajemen Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Warindrani, A. K. (2006). Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai