Proses produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi yang memiliki makna yang berbeda. Proses adalah suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Jadi pengertian dari proses produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia (Assauri, 1995). Proses industri dipandang sebagai suatu perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus (continuos improvement) yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Proses produksi adalah suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material dan uang) yang ada (Gaspersz, 2004).
2.2 Definisi Kualitas
Kualitas adalah derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan keinginan dari konsumen. Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya (Ariani, 2003). Kualitas adalah karakteristik dari suatu produk (barang atau jasa) yang menunjang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang telah II-1 II-2
dispesifikasikan atau segala sesuatu yang memuaskan pelanggan dan sesuai
dengan persyaratan serta kebutuhan pelanggan (Gazpersz, 2005). Pengertian kualitas atau mutu akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Kualitas atau mutu suatu barang pada umumnya diukur dengan tingkat kepuasan konsumen atau pelanggan. Seberapa besar kepuasan yang diperoleh pelanggan tergantung dari tingkat kecocokan pengguna masing-masing pelanggan. Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain atau rancangan dan kualitas kesesuaian atau kecocokan. Kualitas rancangan merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu (Purnomo, 2004).
2.3 Tujuan dan Ukuran Mutu
Pengendalian produksi perlu menetapkan tujuan mutu (sasaran). Tujuan mutu adalah sasaran mutu yang diarahkan yaitu suatu pencapaian yang terhadapnya usaha dikerahkan (Juran, 1995). Memperoleh mutu yang baik perlu komunikasi yang tepat antara pelanggan, pemroses dan pemasok. Ketelitian semacam itu paling baik bila “dikatakan dengan angka”. Menurut Juran (1995), untuk menyatakannya dengan angka perlu menciptakan sistem ukuran yang terdiri atas: 1. Suatu unit pengukuran Jumlah tertentu dari beberapa keistimewaan mutu yang memungkinkan evaluasi keistimewaan itu dengan angka. 2. Suatu penginderaan Suatu metode atau alat yang dapat melakukan penilaian dan menyatakan penemuan itu dalam angka, dari segi unit pengukuran.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas suatu barang. Kualitas suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu (Assauri, 2008): II-3
1. Fungsi suatu barang
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memerhatikan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut. 2. Wujud luar Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan olah konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan kualitas barang tersebut adalah wujud luar barang itu. 3. Biaya barang tersebut Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan kualitas barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya mahal, dapat menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut relatif baik.
2.5 Dimensi Kualitas Produk
Kualitas biasanya tidak hanya ditentukan oleh satu atribut atau dimensi tunggal, tetapi kualitas memiliki dimensi yang banyak sehingga sulit untuk mendefinisikannya. David Gorvin, Profesor administrasi bisnis di Universitas Harvard menyarankan subjek kualitas yang diterapkan pada produk dan mengidentifikasi delapan dimensi yang berbeda. Dimensi kualitas tersebut antara lain adalah sebagai berikut (Nasution, 2001): 1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti. 2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karekteristik sekunder atau pelengkap. 3. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan. II-4
6. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
2.6 Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan perbaikan yang sesuai apabila terdapat perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan standar perusahaan. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah mengendalikan kualitas produk atau jasa yang dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi, bagian produksi sampai pendistribusian produk ke konsumen (Purnomo, 2004). Menurut Reza Nasrullah (1996), pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal kualitas atau ukuran seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan standar- standar yang dicantumkan yang dapat tercermin dalam hasil akhir, atau pengendalian kualitas dapat dikatakan juga sebagai usaha untuk mempertahankan kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan-kebijakan perusahaan. Aktivitas pengendalian kualitas pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini (Purnomo, 2004): 1. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses. 2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang berlaku. 3. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang cukup signifikan dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk mengoreksinya. II-5
Menurut Montgomery (2001), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah: 1. Kemampuan proses Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada. 2. Spesifikasi yang berlaku Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai. 3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar yang dapat diterima. 4. Biaya kualitas Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang positif dengan terciptanya produk yang berkualitas. a. Biaya Pencegahan (Prevention Cost) Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan produk yang dihasilkan. b. Biaya Deteksi atau Penilaian (Detection atau Appraisal Cost) Biaya deteksi atau penilaian adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah produk atau jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan- persyaratan kualitas sehingga dapat menghindari kesalahan dan kerusakan sepanjang proses produksi. II-6
c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)
Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirim ke pihak luar (pelanggan atau konsumen). d. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost) Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada pelanggan atau konsumen.
2.7 Tujuan Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan dari pengendalian kualitas adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004): 1. Pengendalian kualitas terhadap suatu bahan atau produk sehingga bahan atau produk tersedia memenuhi spesifikasi. 2. Agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. 3. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan rencana melalui instruksi- instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. 4. Mengetahui apakah kelemahan dan kesulitan serta menjaga jangan sampai terjadi kesalahan kembali. 5. Mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan dengan efisien dan apakah mungkin dapat diadakan perbaikan.
2.8 Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas
Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kualitas. Berikut merupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikan perencanaan, pengendalian dan pengembangan kualitas (Gaspersz, 2001): 1. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas 2. Menyatakan masalah kualitas yang ada 3. Mengevaluasi akar penyebab masalah 4. Merencanakan solusi masalah II-7
5. Melaksanakan atau menerapkan rencana terhadap solusi masalah
6. Mempelajari hasil-hasil solusi terhadap masalah 7. Bertindak untuk menstandarisasikan solusi terhadap masalah
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional