Anda di halaman 1dari 7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Proses Produksi


Proses produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi yang
memiliki makna yang berbeda. Proses adalah suatu cara, metode dan teknik
bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan
dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah
kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Jadi
pengertian dari proses produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor
yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat
bagi kebutuhan manusia (Assauri, 1995).
Proses industri dipandang sebagai suatu perbaikan yang dilakukan secara
terus-menerus (continuos improvement) yang dimulai dari sederet siklus sejak
adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses
produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Proses produksi adalah suatu cara,
metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang
atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material dan
uang) yang ada (Gaspersz, 2004).

2.2 Definisi Kualitas


Kualitas adalah derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut
mampu memuaskan keinginan dari konsumen. Faktor utama yang menentukan
kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Produk
dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang
diinginkan konsumennya (Ariani, 2003).
Kualitas adalah karakteristik dari suatu produk (barang atau jasa) yang
menunjang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang telah
II-1
II-2

dispesifikasikan atau segala sesuatu yang memuaskan pelanggan dan sesuai


dengan persyaratan serta kebutuhan pelanggan (Gazpersz, 2005).
Pengertian kualitas atau mutu akan berlainan bagi setiap orang dan
tergantung pada konteksnya. Kualitas atau mutu suatu barang pada umumnya
diukur dengan tingkat kepuasan konsumen atau pelanggan. Seberapa besar
kepuasan yang diperoleh pelanggan tergantung dari tingkat kecocokan pengguna
masing-masing pelanggan. Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai
ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain
atau rancangan dan kualitas kesesuaian atau kecocokan. Kualitas rancangan
merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kecocokan adalah
seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang
disyaratkan oleh rancangan itu (Purnomo, 2004).

2.3 Tujuan dan Ukuran Mutu


Pengendalian produksi perlu menetapkan tujuan mutu (sasaran). Tujuan
mutu adalah sasaran mutu yang diarahkan yaitu suatu pencapaian yang
terhadapnya usaha dikerahkan (Juran, 1995). Memperoleh mutu yang baik perlu
komunikasi yang tepat antara pelanggan, pemroses dan pemasok. Ketelitian
semacam itu paling baik bila “dikatakan dengan angka”. Menurut Juran (1995),
untuk menyatakannya dengan angka perlu menciptakan sistem ukuran yang terdiri
atas:
1. Suatu unit pengukuran
Jumlah tertentu dari beberapa keistimewaan mutu yang memungkinkan
evaluasi keistimewaan itu dengan angka.
2. Suatu penginderaan
Suatu metode atau alat yang dapat melakukan penilaian dan menyatakan
penemuan itu dalam angka, dari segi unit pengukuran.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas


Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas suatu barang. Kualitas
suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu (Assauri, 2008):
II-3

1. Fungsi suatu barang


Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memerhatikan fungsi untuk apa
barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang
dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut.
2. Wujud luar
Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan olah konsumen dalam
melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan kualitas barang
tersebut adalah wujud luar barang itu.
3. Biaya barang tersebut
Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan kualitas
barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya
mahal, dapat menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut relatif baik.

2.5 Dimensi Kualitas Produk


Kualitas biasanya tidak hanya ditentukan oleh satu atribut atau dimensi
tunggal, tetapi kualitas memiliki dimensi yang banyak sehingga sulit
untuk mendefinisikannya. David Gorvin, Profesor administrasi bisnis di
Universitas Harvard menyarankan subjek kualitas yang diterapkan pada produk
dan mengidentifikasi delapan dimensi yang berbeda. Dimensi kualitas tersebut
antara lain adalah sebagai berikut (Nasution, 2001):
1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karekteristik sekunder
atau pelengkap.
3. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
digunakan.
II-4

6. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah


direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

2.6 Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk
mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau
persyaratan dan mengambil tindakan perbaikan yang sesuai apabila terdapat
perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan standar perusahaan. Tujuan
dari pengendalian kualitas adalah mengendalikan kualitas produk atau jasa yang
dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas memerlukan pengertian dan
perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi, bagian produksi sampai
pendistribusian produk ke konsumen (Purnomo, 2004).
Menurut Reza Nasrullah (1996), pengendalian kualitas merupakan suatu
kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal kualitas atau ukuran
seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan standar-
standar yang dicantumkan yang dapat tercermin dalam hasil akhir, atau
pengendalian kualitas dapat dikatakan juga sebagai usaha untuk mempertahankan
kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang
telah ditetapkan berdasarkan kebijakan-kebijakan perusahaan. Aktivitas
pengendalian kualitas pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut
ini (Purnomo, 2004):
1. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.
2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang berlaku.
3. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan
yang cukup signifikan dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk
mengoreksinya.
II-5

Menurut Montgomery (2001), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi


pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah:
1. Kemampuan proses
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan
proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam
batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.
2. Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila
ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen
yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat
dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi
yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses
dapat dimulai.
3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima
Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk
yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian
yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah
standar yang dapat diterima.
4. Biaya kualitas
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam
menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang
positif dengan terciptanya produk yang berkualitas.
a. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya
kerusakan produk yang dihasilkan.
b. Biaya Deteksi atau Penilaian (Detection atau Appraisal Cost)
Biaya deteksi atau penilaian adalah biaya yang timbul untuk menentukan
apakah produk atau jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan-
persyaratan kualitas sehingga dapat menghindari kesalahan dan kerusakan
sepanjang proses produksi.
II-6

c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)


Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang terjadi karena adanya
ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau
jasa tersebut dikirim ke pihak luar (pelanggan atau konsumen).
d. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost)
Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang terjadi karena produk
atau jasa tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diketahui
setelah produk tersebut dikirimkan kepada pelanggan atau konsumen.

2.7 Tujuan Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan
dari pengendalian kualitas adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):
1. Pengendalian kualitas terhadap suatu bahan atau produk sehingga bahan atau
produk tersedia memenuhi spesifikasi.
2. Agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
3. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan rencana melalui instruksi-
instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
4. Mengetahui apakah kelemahan dan kesulitan serta menjaga jangan sampai
terjadi kesalahan kembali.
5. Mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan dengan efisien dan apakah
mungkin dapat diadakan perbaikan.

2.8 Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas


Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu
dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kualitas. Berikut
merupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikan
perencanaan, pengendalian dan pengembangan kualitas (Gaspersz, 2001):
1. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas
2. Menyatakan masalah kualitas yang ada
3. Mengevaluasi akar penyebab masalah
4. Merencanakan solusi masalah
II-7

5. Melaksanakan atau menerapkan rencana terhadap solusi masalah


6. Mempelajari hasil-hasil solusi terhadap masalah
7. Bertindak untuk menstandarisasikan solusi terhadap masalah

Anda mungkin juga menyukai