Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri makanan kini bukan hanya menawarkan makanan pokok (main

course) saja, tetapi juga makanan ringan seperti kue kering, roti, serta cake

(Anwar 2010:2). Persaingan di industri makanan dan minuman pun semakin

ketat. Perusahaan harus memiliki competitive advantage agar dapat

memenangkan persaingan, salah satu caranya adalah dengan memenuhi

keinginan konsumen (consumer oriented). Konsumen akan memilih produk

dan jasa yang memberikan nilai terbesar bagi mereka. Jadi, cara untuk

mempertahankan pasar adalah dengan membuat konsumen puas, termasuk

dengan memberikan mutu produk dan kualitas layanan yang terbaik

Sunyoto (2012), kualitas merupakan suatu ukuran untuk menilai bahwa

suatu barang atau jasa telah mempunyai nilai guna seperti yang dikehendaki

atau dengan kata lain suatu barang atau jasa dianggap telah memiliki

kualitas apabila berfungsi atau mempunyai nilai guna seperti yang

diinginkan.

Pengertian kualitas menurut American Society For Quality, “Quality is the

totality of features and characteristic of a product or service that bears on it’s

ability to satisfy stated or implied need.” Artinya Kualitas/mutu adalah

keseluruhan corak dan karakteristik dari produk atau jasa yang

berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun

yang tersembunyi (Heizer, 2010).

Ada tiga alasan pentingnya kualitas bagi sebuah perusahaan untuk terus

dapat bertahan di dalam sebuah pasar (Heizer, 2014), yaitu:

1. Reputasi Perusahaan Kualitas produk yang baik akan membuat reputasi

perusahaan meningkat dan sebaliknya kualitas yang kurang baik akan

membuat reputasi perusahaan menjadi buruk.

2. Keandalan Produk Keandalan produk merupakan salah satu faktor


penting bagi perusahaan untuk meningkatkan loyalitas konsumen.

3. Keterlibatan Global Bagi perusahaan dan negara yang ingin bersaing

secara efektif pada ekonomi global, maka produk mereka harus

memenuhi harapan kualitas, desain, dan harga global.

Salah satu perusahaan yang membutuhkan pengendalian kualitas produk

yang baik adalah PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan salah satu

perusahaan roti dengan merek dagang Sari Roti terbesar di Indonesia.

Perusahaan ini berdiri pada tahun 1995 sebagai sebuah perusahaan

penanaman modal asing dengan nama PT. Nippon Indosari Corporation.

Perkembangan perusahaan ini semakin meningkat dengan semakin

meningkatnya permintaan konsumen. Sehingga perseroan mulai

meningkatkan kapasitas produk dengan menambahkan dua lini produksi,

yakni roti tawar dan roti manis sejak tahun 2001.

Perusahaan ini cenderung mengalami masalah khususnya pada kualitas

roti yang paling sering terjadi diantaranya masalah yang disebabkan oleh

cacat bantat pada roti 0,995% , patah pada bagian tengah roti (patah

pinggang)0,052% dan gosong 0,930%.

Untuk mengukur seberapa besar tingkat kerusakan produk yang dapat

diterima oleh suatu perusahaan dengan menentukan batas toleransi dari

cacat produk yang dihasilkan tersebut dapat menggunakan metode

pengendalian kualitas dengan menggunakan alat bantu statistic, yaitu

metode pengendalian kualitas yang dalam aktifitasnya menggunakan alat

bantu statistik yang terdapat pada Statistical Quality Control (SQC).


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi pokok permasalahan

adalah tingginya tingkat kecacatan produk.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan oleh

penulis yaitu :

1. Untuk mengetahui fakto faktor penyebab kecacatan

2. Untuk mengurangi tingkat kecacatan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai saran dalam mengambil sebuah

keputusan atau kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan yang

diberikan terhadap pelanggan

2. Sebagai referensi pada penelitian-penelitian berikutnya khususnya yang

berkaitan dengan penyelesaian kasus peningkatan kualitas layanan

dengan menggunakan motode Servqual


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kualitas

Kualitas merupakan keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa

yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan

secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai

spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus

didefinisikan terlebih dahulu. Kualitas juga berarti kecocokan

penggunaannya. Kualitas merupakan segala sesuatu yang memenuhi

keinginan atau memuaskan kebutuhan pelanggan. Sehingga, jelas bahwa

memuaskan kebutuhan pelanggan merupakan tujuan utama dalam industri

dan bisnis (Irwan dan Didi, 2015).

Beberapa definisi umum dikemukakan oleh empat pakar tentang kualitas,

antara lain:

1. Menurut Josep M. Juran yang dikutip oleh Irwan dan Didi (2015) strategi

perbaikan kualitas menurut Juran menekankan implemen tasi proyek

perproyek dan rangkaian tahap terobosan. la juga menegaskan

pentingnya identifikasi dan pemecahan/eliminasi penyebab suatu

masalah. Menurutnya, langkah ini sangat krusial, karena jika mencari

jalan pintas dari gejala langsung diberikan solusi, maka sumber persoalan

sesungguhnya belum diatasi dan sewaktu-waktu bisa terulang lagi. Juran

mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan untuk pemakaian (fitness for

use). Definisi menekankan orientasi pada pemenuhan harapan

pelanggan.

2. Menurut Philip B. Crosby yang dikutip oleh Irwan dan Didi (2015)

pendekatan Crosby menaruh perhatian besar pada transformasi budaya

kualitas. Ia mengemukakan pentingnya melihatkan setiap orang dalam


organisasi pada proses, yaitu dengan jalan menekankan kesesuaian

individual terhadap persyaratan/tuntutan. Pendekatan Crosby merupakan

pendekatan top down.

3. Menurut W. Edwards Deming yang dikutip oleh Irwan dan Didi (2015)

strategi Deming didasarkan pada alat-alat statistik. Strategi ini cenderung

bersifat bottom-up. Penekanan utama strategi ini adalah perbaikan dan

pengukuran kualitas secara terus menerus. Strategi Deming berfokus

pada proses untuk mengeliminasi variasi, karena sebagian besar variasi

(kurang lebih 92%) dapat dikendalikan manaje men. Deming sangat yakin

bahwa jika karyawan dibedakan untuk memecahkan masalah (dengan

catatan manajemen menyediakan alat alat yang cocok), maka kualitas

dapat disempurnakan terus-menerus.

4. Menurut Nastiti (2014) kualitas suatu produk dapat memliki eranan

penting di dalam perusahaan, karena dapat memiliki symbol kepercayaan

yang bernilai di mata konsumen. Usaha yang telah dilakukan perusahaan

untuk mencapat nama baik perusahaan itu sendiri tergantung dari kualitas

itu sendiri.

5. Menurut Gapersz (2005) dalam Hariastuti (2013) adalah totalitas dari

karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuan untuk

memuaskan kebutuhan yang dispesifikasi atau diterapkan.

Dari pengertian kualitas menurut para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa kualitas adalah keseuaian produk/jasa dengan standar yang telah

ditetapkan dengan kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.


2.2 Produk

Dalam Riyono dan Gigih Erlik Budiharja, (2016) Menurut Kotler dan

Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2009:4) definisi produk

adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan Kepada pasar untuk

memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.

Menurut Saladin (2002:121), Produk adalah segala sesusatu yang dapat

ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau

dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk

adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan (Kotler 2002:448).

2.3 Statistical Quality Control

Statistical Quality Control (pengendalian kualitas statistik) adalah teknik

yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik

manufaktur maupun jasa melaluli penggunaan metode statistik.

Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah

yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola,

dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik

(Dorothea, 2005).

Pengendalian kualitas statistik merupakan penerapan metode-metode

statistik untuk pengukuran dan analisis variansi proses. Teknik ini

menerapkan parameter-parameter pada proses dan analisis proses. Dengan

menggunakan pengendalian kualitas statistik maka dapat dilakukan analisis

dan minimalisasi penyimpangan atau kesalahan, mengkuantifikasikan

kemampuan proses dan membuat hubungan antara konsep dan teknik yang

ada untuk mengadakan perbaikan proses. Sasaran pengendalian kualitas

statistik terutama adalah mengadakan pengurangan terhadap variasi dan


kesalahan-kesalahan proses. Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian

kualitas statistik adalah mendeteksi adanya kesalahan proses melalui

analisis data dari masa lalu maupun masa mendatang (Dorothea, 2005).

Menurut Assauri (2008), keuntungan metode statistical quality control

(sqc) adalah sebagai berikut :

1. Pengawasan (Control)

Penyelidikan yang diperlukan untuk dapat menetapkan pengendalian

kualitas mengharuskan syarat-syarat kualitas pada suatu itu dan

kemampuan prosesnya telah dipelajari hingga mendetail. Hal ini akan

menghilangkan beberapa titik kesulitan tertentu, baik dalam proses

maupun spesifikasi.

2. Pengerjaan Kembali Barang-Barang yang Diapkir (Scrap Rework)

Dengan dijalankannya pengontrolan, maka dapat dicegah terjadinya

hal-hal yang serius dan akan diperoleh ksesuaian yang lebih baik antara

kemampuan proses (process capability) dengan spesifikasi, sehingga

banyaknya barang-barang yang diapkir (scrap) dapat dikurangi. Dalam

perusahaan pabrik sekarang ini, biaya-biaya bahan sering kali mencapai

3 sampai 4 kali biaya buruh, sehingga dengan perbaikan yang telah

dilakukan dalam hal pemanfaatan bahan dapat memberikan

penghematan yang menguntungkan.

3. Biaya-Biaya Pemeriksaan

Statistical Quality Control (SQC) dilakukan dengan jalan mengambil

sampel-sampel dan mempergunakan sampling techniques, maka hanya

sebagian saja dari hasi produksi yang perlu untuk diperiksa. Akibatnya

maka hal ini akan dapat menurunkan biaya-biaya pemeriksaan.


2.4 Alat Bantu Pengendalian Kualitas

Setiapa metode perbaikan kualiatas tentu ditunjang oleh alat-alat bantu

yang disebut quality tools atau alat-alat kualitas. Quality tools memiliki fungsi

untuk membantu dan mempermudah dalam menginterpretasi permasalahan

seputar kualitas ke dalam tampilan visual baik table maupun grafis, yang dari

sanalah dapat dengan mudah diambil sebuah ide dan gagasan tentang

langkah peningkatan kualitas selanjutnya.

2.4.1 Seven tools

Pengendalian kualitas mempunyai tujuh alat utama atau yang lebih

dikenal dengan nama seven tools yang dapat digunakan sebagai alat

bantu untuk mengendalikan kualitas antara lain yaitu:

1. Check Sheet (Lembar Pemeriksaan)

Menurut Montgomery (2009), check sheet adalah suatu formulir

dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir

dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan

ringkas. Tujuan pembuatan check sheet adalah menjamin bahwa

data dikumpulkan secara teliti dan akurat untuk dilakukan

pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam

lembar pengecekan tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisa

secara cepat dan mudah. Ada beberapa jenis check sheet yang

dikenal dan umum digunakan untuk keperluan pengumpulan data

yaitu:

a. Production Process Distribution Check Sheet

Check Sheet ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Output

kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan dimasukkan


dalam lembar kerja, sehingga akhirnya secara langsung akan

dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi.

b. Defective Check Sheet

Mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam

suatu proses kerja maka terlebih dahulu kita harus mampu

mengidentifikasi jenis kesalahan yang ada dan persentasenya.

Setiap kesalahan biasanya akan diperoleh dari faktor-faktor

penyebab yang berbeda, sehingga tindakan korektif yang tepat

harus diambil sesuai dengan jenis kesalahan dan penyebabnya

tersebut.

c. Defect Location Check Sheet

Check Sheet ini berupa lembaran pemeriksaan dimana

gambar skets dari benda kerja disertakan sehingga lokasi cacat

yang terjadi bisa segera diidentifikasikan check sheet seperti ini

akan dapat mempercepat proses analisis dan pengumpulan

tindakan tindakan korektif yang diperlukan.

Adapun manfaat dipergunakannya check sheet menurut

Montgomery (2009), yaitu sebagai alat untuk :

a. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui

bagaimana suatu masalah terjadi.

b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi.

c. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk

dikumpulkan.

d. Memisahkan antara opini dan fakta.


Gambar 2.1 Check Sheet

Sumber: Besterfeld, 2009

2. Histogram

Histogram menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan

frekuensi dari setiap nilai yang muncul. Histogram dapat

dipergunakan sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan

informasi tentang variasi dalam proses dan membantu manajemen

dalam membuat keputusan-keputusan yang berfokus pada usaha

perbaikan yang dilakukan secara kontinu atau terus-menerus

(Heizer dan Render, 2015).

Adapun beberapa fungsi dari histogram menurut Haming dan

Numajamuddin (2007) antara lain:

a. Meringkas data yang berjumlah besar dengan suatu grafik

b. Membandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi yang

ditetapkan organisasi

c. Mengkomunikasikan informasi yang dimiliki kepada tim

d. Membantu proses pengambilan keputusan


Gambar 2.2 Histogram

Sumber: Besterfeld, 2009

3. Cause-Effect Diagram (diagram sebab-akibat)

Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone

diagram) yang diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Kaoru Ishkawa

(Tokyo University) pada tahun 1943. Diagram ini berguna untuk

menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh

secara siginifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output

kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorning method)

akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab

terjadinya penyimpangan kerja secara detail.

Faktor analisa yang dapat digunakan dalam merancang sebuah

Cause-Effect Diagram adalah dengan menganalisa dengan

menggunakan 4M+1I (Man-Machine-Material-Management-

Information). Diagram ini digunakan untuk melihat korelasi

(hubungan) dari satu faktor penyebab yang berkesinambungan

terhadap suatu karakteristik kualitas hasil kerja.

Menurut Dorothea (2005), manfaat diagram sebab akibat, yaitu

sebagai berikut:

a. Dapat menggunakan kondisi sesungguhnya untuk tujuan

perbaikan kualitas produk dan jasa, lebih efisien dalam

penggunaan sumber daya dan dapat mengurangi biaya.


b. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang

menyebabkan ketidaksesuaian produk dan jasa dan keluhan

pelanggan.

c. Dapat membuat suatu standardisasi operasi yang ada maupun

yang direncanakan.

d. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan

dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan

perbaikan.

Gambar 2.3 Cause-Effect Diagram

Sumber: Besterfeld, 2009

4. Scattered Diagram (diagram penyebaran)

Diagram penyebaran merupakan diagram atau grafik yang

digunakan untuk melihat hubungan antar faktor atau antara sebab

dan akibat dari dua variabel yaitu variabel dan variabel y. Menurut

Besterfield (2009) model-model scattered diagram adalah:

a. Jika titik-titik yang berada dalam grafik cenderung ke kanan atau

miring ke kanan maka hubungannya positif.

b. Jika titik-titik yang berada dalam grafik cenderung ke kiri atau

miring ke kiri maka hubungannya negatif.

c. Jika titik-titik yang berada dalam grafik memutar di sekelilingnya

atau tidak cenderung ke kanan dan tidak cenderung ke kiri maka

tidak terdapat hubungan.


Gambar 2.4 Scattered Diagram

Sumber: Besterfeld, 2009

5. Flowchart (diagram alir)

Diagram alir merupakan diagram yang menunjukkan aliran atau

urutan suatu peristiwa. Diagram tersebut akan mempermudah

dalam menggambarkan suatu sistem, mengidentifikasi masalah dan

melakukan tindakan pengendalian. Diagram alir identik dengan

flowchart yang digunakan dalam merencanakan langkah-langkah

apa yang direncana kan selanjutnya dalam mengendalikan kualitas

produksi. Sedangkan menurut Rahman (2015), flowchart yaitu

bagan – bagan yang mempunyai arus yang mengambarkan cara

penyajian dari suatu algoritma.

Menurut Rahman (2015), kegunaan flowchart dalam

pengendalian kualitas adalah sebagai berikut :

a. Mengambarkan proses – proses produksi sehinggan mudah

dipahami dan mudah dilihat berdasarkan urutan langkah dari

suatu prose ke proses lainnya.

b. Menyederhanakan rangkaian proses atau prosedur untuk

memudahkan pemahaman pengguna informasi tersebut.


Gambar 2.5 Flowchart

Sumber: Besterfeld, 2009

6. Pareto Chart (Diagram Pareto)

Diagram pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yang bernama

Alfredo Pareto pada tahun 1848-1923. Diagram pareto ini

merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri

ke kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah. Tujuan

diagram pareto adalah membuat peringkat masalah-masalah yang

potensial untuk diselesaikan. Diagram digunakan untuk menentukan

langkah yang harus diambil sebagai upaya menyelesaikan masalah.

Tahapan dalam penyusunan diagram pareto adalah sebagai

berikut:

a. Lakukan identifikasi atas sebuah masalah yang ingin dianalisa

penyebab-penyebab dari masalah tersebut dan dipecahkan.

b. Analisa dan temukan semua faktor penyebab masalah (dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti: pengukuran lapangan,

wawancara, data sekunder, dan lain sebagainya).

c. Buatlah frekuensi atas setiap penyebab timbulnya masalah ke

dalam bentuk angka dan persentase.

d. Kemudian buatlah sebuah model sumbu X dan Y, namun hanya


menggunakan kuadaran 2, yakni pada area X positif dan Y

positif.

e. Sumbu Y digunakan sebagai frekuensi dari setiap penyebab,

sedangkan sumbu X digunakan untuk mendata setiap faktor

penyebab.

f. Interpretasikan-lah setiap faktor penyebab dengan menggunakan

model batang.

g. Urutkanlah faktor penyebab dimulai dari yang peling besar

frekuensinya hingga penyebab dengan frekuensi terkecil.

h. Gunakan bagian kanan dari sumbu X untuk mengakumulasikan

persentasenya hingga genap 100%, dengan memberi tanda

berupa titik dari setiap batang menuju persentase, kemudian

ditank garis ke titik 100%.

Berikut adalah beberapa kegunaan dari diagram Pareto menurut

Besterfield (2009) :

a. Mengidentifikasi masalah yang paling penting menggunakan

skala pengukuran yang berbeda.

b. Menunjukkan bahwa yang paling sering tidak selalu berarti paling

mahal.

c. Menganalisis berbagai kelompok data.

d. Mengukur dampak perubahan yang dibuat dari sebelum dan

sesudah proses.

e. Memecah penyebab luas menjadi bagian-bagian yang lebih

spesifik.
Gambar 2.6 Pareto Chart

Sumber: Besterfeld, 2009

7. Control Chart (Peta Kendali)

Menurut Heizer dan Render (2015), peta kendali (Control Chart)

adalah gambaran grafik data sejalan dengan waktu yang

menunjukkan batas atas dan bawah proses yang ingin kita

kendalikan. Peta kendali dibangun sedemikian rupa sehingga data

baru dapat dibandingkan dengan data masa lalu secara cepat.

Sampel output proses diambil dan rata-rata sampel ini dipetakan

pada sebuah diagram yang memiliki batas. Batas atas dan bawah

dalam sebuah diagram kendali bisa dalam satuan temperatur,

tekanan, berat, panjang, dan sebagainya.

Menurut Heizer dan Render (2015), peta kendali dibedakan

menjadi dua golongan besar sesuai dengan karakteristik data yang

diobservasi, yaitu variabel dan atribut.

1) Data Variabel

Data variabel bersifat continyu (continuous distribution). Data

ini diukur dalam satuan-satuan kuantitatif. Sifat continuous

distribution pada data variable menggambarkan data berbentuk

selang bilangan yang bisa terjadi dalam digit di belakang koma

hingga n digit, tidak dapat dihitung, dan tidak terhingga. Bentuk

distribusi yang rapat seperti ini lebih sensitive terhadap


perubahan, namun akan lebih sulit baik dalam mengidentifikasi

apa yang harus diukur juga dalam pengukuran aktual.

Ada dua jenis peta kendali yang dapat digunakan dalam data

variable, yaitu :

a. R-chart

b. S-chart

2) Data Atribut

Data atribut bersifat diskrit (discrete distribution). Data ini

umumnya diukur dengan cara dihitung menggunakan daftar

pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan analisis.

Sifat discrete distribution memberi gambaran data atribut

berbentuk bilangan cacah dimana nilai data harus interger atau

tidak pecahan, dapat dihitung, dan terhingga. Pengukuran data

atribut akan jauh lebih sederhana dibandingkan dengan

pengukuran data variabel karena data diklasifkasikan sebagai

cacat atau tidak cacat berdasarkan perbandingan dengan

standar yang telah ditetapkan. Pengklasifikasian ini tentunya

menjadikan kegiatan inspeksi lebih ekonomis dan sederhana.

Ada empat jenis peta kendali yang dapat digunakan dalam data

atribut, yaitu :

a. Peta Kendali P(P-Chart).

b. Peta Kendali NP (NP-Chart)

c. Peta Kendali C (C-Chart)

d. Peta Kendali U (U-Chart)

Menurut Gryna (2001) ada beberapa langkah dalam menyusun

peta kendali (control chart), yaitu:

a. Memilih karakteristik yang akan direncanakan


b. Memilih jenis peta kendali yang akan digunakan dalam penelitian

c. Menentukan garis pusat (central time) yang merupakan rata-rata

atau median data yang ditentukan Garis batas tersebut berada

pada 30 tetapi garis batas lain juga dapat dipilih berdasarkan

resiko statistik yang berbeda

d. Pemilihan sub-kelompok Tiap titik pada peta pengendali

menunjuk kan subkelompok yang berasal dari beberapa unit

produk Untuk tujuan pengendalian proses, subkelompok harus

dipilih, sehingga unit-unit yang ada dalam sub kelompok

mempunyai kemungkinan terbesar menjadi sama dan unit-unit

diantara subkelompok memiliki kemungkinan besar menjadi

berbeda

e. Penyediaan sistem pengumpulan data Jika peta kendali untuk

alat pengendali diwajibkan, maka harus dibuat sederhana dan

memenuhi penilaian

f. Perhitungan batas pengendali dan menyediakan instruksi

instruksi khusus dalam interpretasi terhadap hasil dan tindakan

para karyawan produksi tersebut

g. Penempatan data dan membuat interpretasi terhadap hasilnya

(kesimpulan dari output penelitian tersebut).

Peta kendali mempunyai kegunaan dalam mempermudah

proses kualitas statistik nya, yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian

statistik.

b. Menyelidiki dengan cepat sebab-sebab terduga atau pergeseran

proses, sehingga tindakan perbaikan dapat cepat dilakukan.

c. Mengendalikan proses produksi dalam menentukan kemampuan


proses dan dapat memberikan informasi untuk meningkatkan

proses reduksi.

d. Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses

tetap stabil secara statistik dan hanya mengandung variasi

penyebab umum.

e. Sebagai alat yang sangat efektif dalam mengurangi sebanyak

mungkin variabilitas dalam proses sesuai dengan tujuan utama

pengendalian proses.

f. Menentukan kemampuan proses (process capability). Batas-

batas dari variasi proses ditentukan setelah proses berada dalam

pengendalian statistik

Gambar 2.7 Control Chart

Sumber: Besterfeld, 2009

2.4.2 Statistical Quality Control (SQC)

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015), terdapat tujuh alat

statistik namun dalam Statistical Quality Control (SQC) alat statistik

yang digunakan ada empat, antara lain sebagai berikut :

1. Check Sheet (Lembar Pengecekan)

Lembaran pengecekan berfungsinya, yaitu untuk menyajikan

data yang berhubungan dengan: Distribusi proses produksi, defect

item, defect location, defect cause, dan check up konfirmasi. Tujuan

pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data


dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional

untuk diadakan pengendalian proses dan penyelesaian masalah.

Data dan lembar pengecekan tersebut nantinya akan digunakan

dan dianalisis secara cepat dan mudah.

Ada beberapa jenis lembar periksa yang digunakan untuk

keperluan pengumpulan data menurut Wignjosoebroto (2006), yaitu

a. Production Process Distribution Check Sheet

Lembar periksa ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya.

b. Defective Check Sheet

Lembar periksa ini digunakan untuk mengurangi jumlah

kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses kerja, maka

terlebih dulu kita harus mampu mengidentifikasikan kesalahan-

kesalahannya.

c. Defect Location Check Sheet

Lembar periksa ini adalah sejenis lembar pengecekan dimana

gambar sketsa dari benda kerja akan disertakan sehingga lokasi

cacat yang terjadi bisa segera diidentifikasikan.

d. Defective Cause Check Sheet

Lembar periksa ini digunakan untuk menganalisa sebab-

sebab terjadinya kesalahan dari suatu output kerja.

e. Check Up Conformation Check Sheet

Lembar periksa ini digunakan untuk melaksanakan semacam

general check up pada akhir proses kerja yang pada intinya

untuk lebih meyakinkan apakah output kerja sudah selesai

dikerjakan dengan baik lengkap atau belum.


f. Work Sampling Check Sheet

Lembar periksa ini adalah suatu metode untuk menganalisa

waktu kerja.

Gambar 2.8 Check Sheet

Sumber: Jay Heizer, 2015

2. Fishbone Diagram (Diagram Tulang Ikan)

Diagram Fishbone sering disebut juga diagram sebab-akibat.

Menurut Dina Rosmalia (2015), diagram sebab akibat adalah suatu

diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab akibat pada

suatu permasalahan yang menunjukkan faktor-faktor penyebab dan

karakteristik akarakar penyebab dari masalah yang ditemukan

antara lain man power (tenaga kerja), machines (mesin -mesin),

methods (metode kerja), materials (bahan baku dan bahan

penolong), motivation (motivasi), money (keuangan). Fishbone

diagram mempunyai manfaat dalam memecahkan penyebab suatu

permasalahan.

Langkah – langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone

menurut (Ishikawa, 1982) yaitu :

a. Tetapkan permasalahan yang akan dipecahkan atau

dikendalikan.

b. Tuliskan permasalahan dibagian kanan dan gambar panah dari

arah kiri ke kanan.


c. Tuliskan faktor – faktor utama yang berpengaruh atau berakibat

pada permasalahan pada cabang utama. Faktor faktor utama

permasalahan dapat ditentukkan dengan mengunakan 4 m

(materials, method, mechine, and man). Namun kategori juga

bisa bisa ditentukkan sendiri tergantung permasalahannya.

d. Menemukan penyebab untuk masing – masing kelompok

penyebab masalah dan tuliskan pada ranting berdasarkan

kelompok faktor-faktor penyebab utama. Penyebab masalah

dirinci lebih lanjut dengan mencari sebab dari sebab yang telah

diindentifikasi sebelumnya menjadi lebih detail.

e. Pastikan bahwa setiap detail dari sebab permasalahan telah

digambarkan pada diagram.

Gambar 2.9 fishbone diagram

Sumber: Jay Heizer, 2015

3. Pareto Chart (Diagram Pareto)

Menurut Heizer dan Render (2014), diagram pareto (pareto

analysis) adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan,

masalah atas cacat untuk membantu memusatkan perhatian pada

usaha penyelesaian masalah. Diagram ini berdasarkan pekerjaan

Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi di abad ke-19.Joseph M.

Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan menyatakan


bahwa 80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari

penyebab yang hanya 20%.

Pareto kemudian mengembangkan sebuah diagram untuk

memetakan faktor-faktor penyebab dari sebuah masalah, kemudian

pemecahan masalah haruslah berfokus atau memprioritaskan 80%

penyebab mayoritas/dominan terlebih dahulu. Manfaat yang akan

diperoleh dengan menggunakan Diagram Pareto adalah seorang

analis akan mengetahui gambaran statistik penyebab masalah yang

menjadi fokus awal untuk dipecahkan.

Menurut (Besterfield, 2009) untuk membuat diagram pareto,

langkah langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Pengklasifikasian data menurut pelaksanaan pekerjaan.

b. Tentukan periode waktu yang diperlukan untuk mempelajari dan

buat lembar isian (Check Sheet) yang mencakup periode waktu

dari semua klasifikasi data yang mungkin, kemudian kumpulkan

datanya.

c. Untuk tiap kelompok hitunglah data untuk seluruh periode waktu

dan catatlah jumlah totalnya.

d. Gambarlah sumbu horizontal dan vertikal pada kertas grafik.

Bagilah sumbu horizontal ke dalam bagian yang sama, satu

bagian untuk tiap kelompok. Skala sumbu vertikal dibuat

sedemikian rupa sehingga titik puncak sumbu vertikal tersebut

menggambarkan suatu jumlah yang sama dengan jumlah total

dari semua kelompok.

e. Gambar data ke dalam bentuk kolom. Mulailah dari sisi sebelah

kiri dari grafik tersebut dengan kelompok yang semakin kecil.

Bilamana ada kelompok yang disebut “lain-lain” gamabarkanlah


kelompok itu pada bagian yang paling akhir setelah kelompok

yang paling kecil.

f. Gambarlah garis kumulatif. Mulailah dengan menggambar garis

diagonal memotong kolom yang pertama, dengan dimulai dari

dasar pada sudut kiri (titik nol). Dari bagian atas sudut kanan

pada kolom pertama, lanjutkan garis ini ke arah yang baru

dengan menggerakkannya ke arah kanan yang jaraknya sama

tinggi kolom kedua, dari titik tersebut tariklah garis lurus untuk

ruas berikutnya, teruskan ke arah kanan dengan jarak yang

sama dengan lebar kolom dan menuju ke atas denga jarak yang

sama dengan tingginya kolom ketiga. Ulangi terus samapai ujung

sudut kanan paling atas dari grafik tercapai. Tingginya garis

komulatif pada titik ini menggambarkan jumlah data yang telah di

kumpulkan.

g. Buat sumbu vertikal yang lain di sebelah kanan grafik dan buat

skala dari 0 sampai 100%. Akhir dari garis kumulatif adalah pada

titik yang bertuliskan 100%.

h. Tambahkan keterangan pada diagram pareto tersebut. Jelaskan

siapa yang telah mengumpulkan data tersebut, kapan dan di

mana, serta tambahan informasi apa saja yang penting untuk

mengindentifikasi data.

i.
Gambar 2.10 pareto chart

Sumber: Jay Heizer, 2015

4. Control Chart (Peta Kendali)

Peta kendali adalah satu dari banyak alat untuk memonitoring

proses dan mengendalikan kualitas. Alat-alat tersebut merupakan

pengembangan metode untuk peningkatan dan perbaikan kualitas.

Perbaikan kualitas terjadi pada dua situasi. Situasi pertama adalah

ketika peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak stabil. Kondisi

yang di luar batas kendali terjadi karena sebab khusus, kemudian

dicari tindakan perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Sehingga,

hasilnya adalah adanya perbaikan proses. Kondisi kedua berkaitan

dengan pengujian.

Pembuatan peta kendali dipengaruhi oleh jenis data

pengamatan. Jenis data dibagi ke dalam 2 tipe vaitu data variabel

dan data atribut. Masing-masing jenis data memiliki jenis peta

kendalinya sendiri. Sedangkan komponen-komponen penyusun

peta kontrol terdiri dari:

a. Garis batas kendali atas (UCL - upper central line)

b. Garis tengah (CL - central line)

c. Garis batas kendali bawah LCL- lower central line)

d. Tebaran nilai pengamatan


1) Peta Kendali Variabel

Peta kendali variabel merupakan peta kendali yang digunakan

untuk mengukur karakteristik atau variabel suatu produk dengan

tujuan untuk mengetahui apakah kualitas produk tersebut berada

dalam kondisi terkontrol (in statistical control) ataukah tidak

terkontrol (out of statistical control). Jenis-jenis peta kendali

variabel meliputi:

a. Peta X̅dan R

Peta kontrol X-bar (rata-rata) dan R (range) digunakan

untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik

berdimensi kontinu. Peta kontrol x-bar (rata-rata) menjelaskan

tentang perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran titik

pusat (central tendency). Sedangkan peta kontrol R (range)

menjelaskan tentang perubahan- perubahan yang terjadi

dalam ukuran variansi, dengan demikian berkaitan dengan

perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu

proses.

Misalkan karakteristik kualitas berdistribusi normal dengan

mean 𝜇 dan standar deviasi 𝜎, dimana keduanya 𝜇 dan 𝜎

diketahui. Jika di mana kedua m dan s diketahui. Jika X1, X2,

…, Xn adalah sampel berukuran n, maka rata-rata sampel ini

dirumuskan dengan:
̅X = 𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 = ∑
𝑥𝑖 … ……………… ……………….(Rumus 2.1)
𝑛 𝑛

Keterangan:

X̅= Rata-rata sampel

Xn = Sampel ke –
n = Jumlah sampel

Rumus dari limit kontrol untuk peta X adalah sebagai berikut :

……
UCL= X̅+A2R ....................................................... (Rumus 2.2)

……
LCL= X̅-A2R ……………………………………….(Rumus 2.3)

Keterangan:

X̅ = Garis tengah

Rumus dari limit kontrol peta R adalah sebagai berikut :

UCL=D4R…………………………………………….(Rumus 2.4)


LCL=D3R........................................................... (Rumus 2.5)

Keterangan:

R = Garis tengah

Gambar 2.11 Grafik Peta X̅ dan R

Sumber: Douglas C. Montgomery, 2009

b. Peta X̅dan S

Peta kendali X-bar dan S merupakan peta kendali yang

univariant dengan jumlah subgrup yang lebih dari satu.

Umumnya X-bar dan S grafik yang lebih baik. Menyiapkan

dan mengoperasikan grafik kontrol untuk X-bar dan S

membutuhkan sekitar urutan yang sama dari langkah-langkah


seperti untuk R grafik, kecuali bahwa untuk setiap sampel

harus menghitung rata-rata sampel dan standar deviasi

sampel s. Dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

∑(𝑥1 − ̅X)2
𝑆=√ …………….…………….………..(Rumus 2.6)
𝑛−1

3𝑠
𝑈𝐶𝐿 = ̅X +
𝑐4√𝑛……………………………………(Rumus 2.7)

𝐿𝐶𝐿 = ̅X − 3𝑠 ………………………………….…….(Rumus 2.8)


𝑐4√𝑛

Keterangan:

S = Standar deviasi

X̅ = Garis tengah

Gambar 2.12 Grafik Peta X̅ dan S

Sumber: Douglas C. Montgomery, 2009

2) Peta Kendali Atribut

Data atribut merupakan jenis data yang diukur secara

kualitatif, atau dimensinya tidak dapat atau sulit untuk diukur.

Contoh dari data ini adalah kerah yang tidak begitu tegak pada

kemeja yang diproduksi, atau warna hitam yang kurang begitu

pekat pada sepatu. Dua kejadian ini umumnya hanya diamati


dan dinilai berdasarkan pengamatan si penilai dengan

mempertimbangkan kriteria tertentu. Pada peta kontrol untuk

data atribut, jenis cacat pada produk dibedakan menjadi 2

karakteristik, yakni defect product dan reject product.

Menurut Besterfield, atribut digunakan apabila ada

pengukuran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan, misalnya

goresan, kesalahan, warna, atau ada bagian yang hilang. Selain

itu, atribut digunakan apabila pengukuran dapat dibuat tetapi

tidak dibuat karena alasan waktu, biaya atau kebutuhan. Peta

pengendali kualitas proses statistik atribut dapat digunakan pada

semua tingkatan dalam organisasi, perusahaan, departemen,

pusat-pusat kerja dan mesin-mesin.

Selain itu, data atribut dapat membantu mengidentifikasi akar

permasalahan baik pada tingkat umum maupun pada tingkat

yang lebih mendetail. Disamping kelebihan yang dimiliki oleh

peta pengendali kualitas untuk data atribut, ada beberapa

kelemahan yang dimiliki peta pengendali tersebut, yaitu dalam

peta pengendali kualitas data atribut tidak dapat diketahui

seberapa jauh ketidaktepatan spesifikasi tersebut. Ada dua

kelompok besar peta pengendali kualitas proses statistik untuk

data atribut yaitu berdasarkan distribusi binomial, dan

berdasarkan distribusi poisson. Yang berdasarkan distribusi

binomial yaitu p-chart yang menunjukkan proporsi

ketidaksesuaian dalam sampel atau sub kelompok. Peta

pengendali np-chart banyaknya ketidaksesuaian dan yang

berdasarkan distribusi poisson adalah u-chart dan c-chart. Jenis-

jenis peta kendali atribut meliputi:


a. Peta Kendali P

Peta kendali P merupakan peta kontrol untuk data atribut

dengan jenis reject data. Hal yang membedakan peta kendali

P dengan NP adalah pada jumlah sampel, di mana peta

kendali P menggunakan jumlah sampel yang bervariasi.

Berikut adalah rumus untuk mencari nilai CL, UCL dan LCL

pada peta kendali P

𝑝(1 −
……………
𝑝) ………………………(Rumus 2.9)
𝑧𝑈𝐶𝐿 = 𝑝 + 3√
𝑛

𝑝(1 −
𝑝)
……………… …………………..(Rumus 2.10)
𝐿𝐶𝐿 = 𝑝 − 3√
𝑛

Keterangan:

p = Garis tengah

Batas kontrol yang dituliskan pada rumus diatas dinamai

sebagai batas kontrol percobaan. Setiap point yang melewati

batas kontrol percobaan harus diinvestigasi. Tergantung pada

nilai-nilai p dan n, kadang-kadang batas kendali bawah LCL <

0. Dalam kasus ini, lazim mengatur LCL = 0 dan menganggap

bahwa peta kendali hanya memiliki batas kendali atas.

Selama tetap dalam batas kontrol dan urutan point diplot tidak

menunjukkan apapun pola non acak, kita dapat menyimpulkan

bahwa proses yang memegang kendali di tingkat p.


Gambar 2.13 Grafik Peta P

Sumber: Douglas C. Montgomery, 2009

b. Peta Kendali NP

Peta kendali np digunakan untuk data yang terdiri dari

jumlah (proporsi) tidak sesuai item relatif terhadap jumlah

barang yang diperiksa. Secara konseptual, sebagai suatu

proses menghasilkan barang atas waktu subkelompok terdiri

dari item dipilih dan diperiksa setiap subgroup. Peta ini

memungkinkan untuk mendasarkan peta kendali pada number

nonconforming daripada fraction nonconforming. Hal ini sering

disebut grafik np. Parameter grafik ini adalah sebagai berikut :

𝑈𝐶𝐿 = 𝑛𝑝 + 3√𝑛𝑝(1 −………………………....(Rumus 2.11)


𝑝)

𝐿𝐶𝐿 = 𝑛𝑝 − 3√𝑛𝑝(1 − 𝑝) ………………………….(Rumus 2.12)

Keterangan:

np = Garis tengah

Jika nilai standar untuk p tidak tersedia, maka dapat

digunakan untuk memperkirakan p. Banyak personil

nonstatistically dilatih menemukan grafik np lebih mudah

untuk menafsirkan dari peta fraction nonconforming (np).


Gambar 2.14 Grafik Peta NP

Sumber: Douglas C. Montgomery, 2009

c. Peta Kendali C

Secara umum dalam peta kendali c yang diperhatikan

adalah mengenai adanya ketidaksesuaian atau cacat per tiap

unit obyek atau barang. Istilah tidak sesuai bisa berarti cacat

atau gagal memenuhi satu atau lebih spesifikasi yang

ditetapkan. Setiap barang yang tidak sesuai berisi satu atau

lebih ketidaksesuaian. Peta kendali e digunakan untuk

pengendalian jumlah item yang tidak sesuaian dalam suatu

subgroup yang berukuran konstan. Misalnya: Peta kendali c

mengetahui jumlah paku keling yang tak sesuai pada sayap

pesawat terbang, mengetahui jumlah ketidaksempurnaan

permukaan pada satu monitor komputer yang diteliti,

mengetahui jumlah bercak pada sebidang tembok dan lain

sebagainya.

Mean dan varians dari distribusi poisson berparameter c.

Karena itu, sebuah peta kontrol untuk noncomformities, atau

peta c dengan tiga limit sigma didefinisikan sebagai berikut :


𝑈𝐶𝐿 = 𝑐 +……………
3√𝑐 ……………………………...(Rumus 2.13)

𝐿𝐶𝐿 = 𝑐 − 3√𝑐 ……………………………….....(Rumus 2.14)

Keterangan:

c = Garis tengah

Jika tidak ada standar yang diberikan, maka c dapat

diperkirakan sebagai jumlah rata-rata yang diamati

ketidaksesuaian dalam sampel awal unit pemeriksaan.

Gambar 2.15 Grafik Peta C

Sumber: Douglas C. Montgomery, 2009

d. Peta Kendali U

Peta kendali u digunakan untuk jumlah ketidaksesuaian

per subgroup dengan ukuran konstan. Untuk menyusun peta

kendali rata rata ketidaksesuaian per unit di dalam subgroup

dengan ukuran tidak sama, digunakan peta kendali u. Peta

kendali u melukiskan grafik pengendalian untuk

ketidaksesuaian dengan ukuran sampel yang konstan dan

tidak konstan dengan ukuran unit pemeriksaan. Unit

pemeriksaan dipilih untuk memudahkan pengumpulan data

atau operasional. Tetapi, tidak ada alasan mengapa ukuran

sampel harus terbatas pada suatu unit pengukuran.


Ukuran sampel harus dipilih menurut pertimbangan

statistik, seperti menentukan ukuran sampel cukup besar

untuk menjamin batas pengendali bawah yang positif atau

untuk memperoleh probabilitas tertentu akan menyidik suatu

pergeseran proses. Sebagai alternatif lain, faktor-faktor

ekonomi dapat juga masuk dalam menentukan ukuran

sampel. Peta unit ini sering disebut peta kontrol untuk

noncomformities atau peta u. Rumus yang digunakan adalah :

𝑢
𝑈𝐶𝐿 = 𝑢 +
3√ …………………………...……..(Rumus 2.15)
𝑛

𝑢
……….…………………….……(Rumus 2.16)
𝐿𝐶𝐿 = 𝑢 − 3√
𝑛

Keterangan:

u = Garis tengah

Gambar 2.16 Grafik Peta U

Sumber: Douglas C. Montgomery, 2009

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul Metode Hasil
Muhammad Pengendalian Statistical Hasil penelitian dan analisis pada
1 Syarif Kualitas Dengan Quality Toko Roti Barokah Bakery dapat
Hidayatullah Menggunakan Control disimpulkan sebagai berikut:
Elmas Metode Statistical 1. Jumlah produk baik yang
Quality Control dihasilkan oleh Toko Roti Bakery
(SQC) Untuk sebanyak 27.710 unit. Dan
Meminimumkan dengan menganalisis
Produk Gagal Pada menggunakan Control Chart,
Toko Roti Barokah rata-rata kerusakan produk
Bakery sebesar 0,099 atau 9,9%. Dan
rata-rata kerusakan produk
tersebut terdapat diantara batas
atas yaitu sebesar 0,1161 atau
11,61% dan batas bawah
sebesar 0,0819 atau 8,12%. Itu
menandakan bahwa tingkat
kerusakan produk masih dalam
batas wajar.
2. Dengan menggunakan diagram
sebab akibat, dapat diketahui
bahwa faktor utama penyebab
terjadinya kegagalan produk
adalah faktor manusia. Sehingga
perlu diadakan pelatihan
terhadap tenaga kerja supaya
dapat meminimalkan produk
gagal pada hasil produksi.
SARAN
Adapun saran yang dikemukakan
adalah sebagai berikut:
1. Untuk masa yang akan datang
sebaiknya Toko Roti Barokah
Bakery menerapkan metode SQC
dalam mengendalikan kualitas
sehingga perusahaan dapat
meminumkan produk gagal dari
hasil produksi.
2. Diagram sebab akibat dapat
digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab terjadinya
produk gagal dari hasil produksi
dan juga dapat mengetahui
penyebab utama. Sehingga perlu
digunakan diagram sebab akibat
untuk mengetahui penyebab
terjadinya kegagalan suatu
produk.
Nina Hairiyah , Analisis Statistical Statistical Jenis kerusakan yang terjadi pada
2
Raden Rizki Quality Control Quality produk roti yang dihasilkan
Amalia, Eva (SQC) pada Control Aremania Bakery dapat
Luliyanti Produksi Roti di (SQC) dikategorikan menjadi cacat gosong
Aremania Bakery (A), cacat ukuran (B), cacat isi
keluar (C), dan cacat kulit terkelupas
(D). Hasil analisis Statistical Quality
Control (SQC) terhadap data
dengan analisis peta kendali
menunjukkan bahwa pengendalian
mutu di Aremania Bakery masih di
luar batas kendali. Berdasarkan
hasil analisis menggunakan metode
SQC tindakan yang sebaiknya
dilakukan untuk mencegah
kerusakan yaitu membuat Standart
Operational Procedure (SOP),
modifikasi oven dengan
menambahkan pengatur waktu dan
suhu, menyediakan cetakan yang
sesuai dengan standar,
memperhatikan banyak bahan
sebagai isian roti, dan melapisi
cetakan dengan mentega
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang dilakukan
sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Produk yang rusak paling banyak
yaitu bentuk roti tidak seragam,
maka perusahaan perlu
melaksanakan metode-metode
dalam proses produksi tersebut
Pengendalian
dengan baik dan sesuai prosedur
Kualitas Dengan
yang ditetapkan sehingga hasil
Metode Statistical Statistical
Safriza, Siti produksi roti sesuai dengan
3 Quality Control Quality
Zulaikha standar.
(SQC) Pada Control
b. Kegagalan produksi roti pada UD.
Ramadhani Bakery
Ramadhani Bakery and Cake
And Cake
cenderung lebih banyak
diakibatkan oleh faktor metode
dibandingkan dengan faktor
lainnya.
c. Pengendalian kualitas pada UD.
Ramadhani Bakery and Cake
sudah baik karena jumlah produk
gagal masih berada pada batas
wajar yaitu terletak antara Lower
Control Limit (LCL) dan Upper
Control Limit (UCL).
1. Berdasarkan data produksi yang
diperoleh, diketahui jumlah
produksi taplak meja selama 7
hari kerja sebanyak 660 produk
taplak. Dengan jumlah yang tidak
sesuai sebanyak 73 produk cacat
(11%). Produk yang mengalami
kecacatan yang paling besar
adalah jahitan yang tidak rapi
sebanyak 37 produk ( 51%)
kemudian menyusul kecacatan
pada ukuran spon dan kain yang
tidak sesuai sebanyak 28 produk
(38%) dan kecacatan lain
sebanyak 8 produk (11%).
2. Berdasarkan diagram sebab-
akibat (fish bone diagram),
penyebab dari kecacatan produk
terdapat 4 faktor yakni : Man
Analisis
(manusia/tenaga kerja), yang
Aina Indarika Pengendalian
mana kurangnya kemampuan
Puspandari, Drs. Kualitas Produk Statistical
yang handal dalam hal menjahit.
4 Anwar M.Sc, Dengan Metode Quality
Machines (mesin), yang mana
Haris Hermawan SQC (Statistical Control
disebabkan oleh kerusakan
SE., MM. Quality Control) Di
mesin/ kondisi mesin yang sudah
Delta Collection
semakin tua sehingga
mengurangi kualitas produksi
taplak meja yang dibuat.
Materials (bahan), yang mana
disebabkan oleh terbatasnya
jenis bahan yang ada pada
tengkulak kain itu sendiri
sehingga sulit memadukan kain
yang serasi. Methods
(metode/tata cara), yang mana
disebabkan oleh tata cara
penggunaan mesin dan peralatan
yang salah sehingga membuat
produksi taplak meja tidak sesuai
dengan apa yang sudah
ditentukan.
3. Berdasarkan hasil analisa peta
kendali P (P-chart) menghasilkan
nilai batas kendali atas (UCL)
sebesar 0,148 batas kendali
bawah (LCL) sebesar 0,074
dengan nilai tengah (CL) sebesar
0,111 dan standar penyimpangan
sebesar 0,015. Berdasarkan
ketiga batas kendali tersebut,
jumlah kecacatan produk
selama
7 hari kerja tidak ditemukan
adanya jumlah kecacatan yang
melebihi batas kendali statistik,
namun dilihat dari standar
penyimpangan rata-rata
kerusakan terdapat beberapa
kerusakan yang melebihi standar
tetapi masih di bawah batas
kendali atas. Melihat tingkat
terjadinya kecacatan produk
terjadi naik turun masih bisa
dikatakan stabil, tetapi hal ini
tidak dapat dibiarkan karena jika
terabaikan maka tingkat
kecacatan produk akan semakin
meningkat dengan tidak adanya
perbaikan dari penyebab yang
telah diteliti.
Faktor-faktor yang menjadi
penyebab kecacatan dominan pada
gula di PG. Toelangan adalah
sebagai berikut:
1. Mesin disebabkan karena
perawatan kurang, umur mesin
suah tua dan terdapat gangguan.
2. Manusia atau pekerjanya
Penggunaan
disebabkan karena kurangnya
Metode Statistical
Statistical disiplin kerja, kurangnya
Ernaning Quality Control
5 Quality pengawasan terhadap proses
Widiaswanti (SQC) Untuk
Control produksi gula dan kurangnya
Pengendalian
konsentrasi dalam bekerja.
Kualitas Produk
3. Material disebabkan tebu sebagai
bahan baku kualitasnya kurang
atau bukan tergolong tebu pilihan
dan usia tebu belum cukup
tebang.
4. Lingkungan diketahui
penyebabnya yaitu bising, suhu
pabrik panas dan cahaya kurang.
5. Metode disebabkan karena
metode kurang jelas dan
kurangnya pelatihan terhadap
metode yang ditetapkan.
6. Measurement atau pengukuran
disebabkan penyampuran bahan
tambahan kurang dan inspeksi
pada proses produksi kurang.
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. (Kode Emiten: ROTI) merupakan

perusahaan produsen roti dengan merek Sari Roti yang berdiri pada tahun

1995, berkomitmen untuk senantiasa memproduksi dan mendistribusikan

beragam produk yang halal, berkualitas tinggi, higienis, dan terjangkau bagi

seluruh Konsumen Indonesia. Sebagai bentuk komitmen terhadap

Konsumen, Perseroan menerapkan standar ISO Sistem Manajemen

Keamanan Pangan dan Sistem Manajemen Mutu.

Saat ini Perseroan mengoperasikan 13 pabrik di Indonesia yang berlokasi

di Bekasi (Cikarang dan Cibitung), Pasuruan, Semarang, Medan,

Palembang, Makassar, Cikande, Purwakarta, Batam, Gresik dan Balikpapan.

Seluruh produk Sari Roti telah terdaftar melalui Badan Pengawas Obat dan

Makanan Indonesia serta memperoleh sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh

LPPPOM Majelis Ulama Indonesia.

Proses produksi mempunyai peranan yang sangat penting artinya bagi

suatu perusahaan industri/ pabrik yang sebagai pengelolah bahan mentah

menjadi barang jadi yang dapat dimanfaatkan kemudian akan disalurkan

kepada konsumen atau langganan tertentu. Adapun bahan-bahan yang

digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan Sari Roti terdiri

dari Tepung terigu, air, ragi, telur, garam, gula, dan margarin. Sedangkan

bahan isian atau filler antara lain : cokelat, keju, kelapa, strawberry, mocca,

sarikaya, dan vanilla.

Salah satu yang perlu diperhatikan perusahaan untuk menghasilkan

produk dengan kualitas yang baik diperlukan adanya pengendalian kualitas.

Secara umum, didalam proses menciptakan suatu produk yang berkualitas


sesuai dengan standart selera konsumen, seringkali masih terjadi

penyimpangan yang tidak dikehendaki oleh perusahaan sehingga

menghasilkan kecacatan produksi tentunya akan sangat merugikan

perusahaan. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu tindakan yang dapat

dilakukan adalah dengan menerapkan suatu sistem pengendalian kualitas

agar dapat mengurangi terjadinya kecacatan produksi.


3.2 Bagan Kerangka Konsep

PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO

Berdasarkan parameter- prameter yang


ada pada proses produksi Sari Roti Metode yang digunakan dalam
maka perlu diteliti apa saja yang penelitian ini adalah metode Statistical
Quality Control (SQC)
menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas Sari Roti agar
penyebab penurunan kualitas Sari Roti
yang dihasilkan memenuhi spesifikasi
standar mutu yang ditetapkan SNI. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat
membantu pihak
perusahaan agar kualitas
Sari Roti yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi
Tujuan dari penelitian ini adalah: standar mutu yang
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ditetapkan SNI.
kualitas Sari Roti
Untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penurunan
kualitas Sari Roti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


BAB IV

METEDOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dalam penulisan ini dilakukan di PT. NIPPON

INDOSARI CORPINDO. Tbk di jln. Kima 10, Daya, Kecamatan Biringkanaya,

Kota Makassar, Sulawesi Selatan 9024 waktu penelitian 1 Bulan.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam pengumpulan data untuk penulisan tugas akhir ini maka jenis data

yang dikumpulkan dikelompokan dalam dua jenis yaitu :

4.2.1 Jenis Data

1. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara

observasi. Dan data kualitatif dalam penelitian ini yaitu data dari

beberapa bulan lalu.

2. Data kuantitatif yaitu data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung , yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan

dengan bilangan atau berbentuk angka ( Sugiono, 2010 ). Data

kuantitatif dalam penelitian ini adalah jumlah data dari hasil

produksinya.

4.2.2 Sumber Data

1. Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh melalui

wawancara langsung baik secara lisan maupun tulisan dan

kuisioner pada responden di perusahaan tersebut, jumlah

responden yaitu 3 terdiri dari Presiden Direktur, Chief operating,

Production and Teknologi.

2. Data sekunder adalah data yang telah diolah, disimpan, disajikan

dalam format atau bentuk tertentu oleh pihak tertentu untuk

kepentingan tertentu. Sedangkan pengumpulan data sekunder

dalam penelitian ini menggunakan buku, jurnal, publikasi dan lain-

lain. Peneliti mengumpulkan data dan informasi melalui studi

pustaka yang bersifat sekunder, yaitu data-data yang diperoleh


melalui buku-buku referensi, dokumentasi, literatur, buku, jurnal,

dan informasi lainnya yang ada hubungannya dengan masalah

yang diteliti.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

4.3.1 Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan merupakan sumber yang diperoleh dari buku-

buku baik teks perkuliahan, jurnal, artikel, dokumen, internet dan

sumber reverensi lain yang juga diambil dari contoh penelitian

sebelumnya.

4.3.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah suatu bentuk pengumpulan data yang

dilakukan melalui penelitian langsung pada objek penelitian dengan

menggunakan beberapa Teknik pengumpulan data antara lain :

a. Observasi adalah pengumpulan data dengan cara pengamatan

langsung terhadap objek yang diteliti yaitu kualitas produk roti.

b. Wawancara adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya

jawab langsung tentang masalah yang terkait dengan penelitian,

baik dengan karyawan (HJMB) sebagai responden maupun

dengan pihak manajemen perusahaan

Anda mungkin juga menyukai