Anda di halaman 1dari 21

ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS TAHU

MENGGUNAKAN METODE
STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC)
PADA INDUSTRY TAHU UMKM DI BEKASI INDONESI

Iis NIia Daniar, S.S., M.Pd.

universitas Mitra Karya


ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kualitas produk tahu, jenis-jenis kerusakan
dan faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan dalam proses produksi tahu di Home
industry Tahu.Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi dan
wawancara. Dalam pengolahan data penelitian ini menggunakan metode Statistical Quality
Control (SQC) yaitu menggunakan tiga alat bantu statistik yaitu diagram pareto, peta
kendali p, diagram sebab-akibat.Hasil analisa data dan pembahasan menunjukan bahwa
proses produksi masih dalam keadaan terkendali. Berdasarkan data yang diperoleh dapat
disimpulkan, jenis kerusakan yang terjadi pada proses produksi tahu adalah kerusakan
warna, terdapat kotoran, ukuran tidak sama, dan tekstur rusak. Faktor yang menyebabkan
kerusakan tahu tersebut di sebabkan oleh tenaga kerja yang kurang fokus,kurang teliti,alat
masih manual, dan tidak ada nya SOP yang diterapkan.
Kata Kunci :Pengendalian Kualitas, Statistical Quality Control.

1
2

I.PENDAHULUAN

Tahu merupakan produk makanan berbahan baku kedelai yang sudah dikenal sejak
lama di Indonesia. Sebagaian besar masyarakat menyukai bentuk olahan kedelai
berupa tahu. Kebiasaan makan tahu menjadi budaya yang turun menurun, karena
selain harga nya murah, tahu dapat diolah menjadi berbagai variasi makanan. Tahu
sudah menjadi kebutuhan pokok untuk masyarakat Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin tinggi agar mampu bertahan
dalam ketatnya persaingan adalah perusahaan harus mampu meningkatkan kualitas
dari produk yang dihasilkan. Menurut Heizer dan Render (2005) kualitas merupakan
kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, kualitas
dikatakan baik apabila sesuai dengan keinginan dan memenuhi kebutuhan konsumen,
dan juga sebaliknya kualitas dikatakan jelek apabila tidak sesuai dengan keinginan
dan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Meskipun perusahaan selalu berupaya dalam menghasilkan suatu produk yang baik,
tetapi terkadang produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan, yakni kualitas produk tidak sesuai standart atau produk
mengalami kerusakan. Oleh karena itu perlu adanya pengendalian kualitas agar
perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan.

Prihantoro (2012) menjelaskan bahwa pengendalian kualitas merupakan suatu sistem


yang dapat mengoordinasikan upaya-upaya penjagaan kualitas secara efektif. Dengan
melakukan pengendalian kualitas maka produk yang dihasilkan kualitasnya akan
terjaga atau bahkan kualitasnya akan meningkat, sehingga konsumen akan
mendapatkan kepuasan. Pengendalian kualitas sangat penting dilakukan agar
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi didalam perusahaan dapat dihindarkan dan
dapat mengurangi produk-produk yang mengalami kecacatan atau kerusakan,
sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Salah satu metode pengendalian kualitas yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kerusakan atau kecacatan produk yaitu adengan menggunakan metode
Statistical Quality Conntrol (SQC). Assauri (2004) menjelaskan bahwa Statistical
Quality Control adalah suatu sistem yang digunakan untuk menjaga standart yang
uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya minimum dan merupakan
bantuan untuk mencapai efisiensi.

Dengan metode Statistical Quality Control dapat menentukan bagaimana cara


melakukan perbaikan dan menjaga perbaikan yang telah dilakukan sebagai cara
melakutkan validasi dan verifikasi terhadap perbaikan yang benar-benar dilaksanakan
dengan mencari penyebab masalah yang masih kurang jelas dan belum menyentuh
akar masalah sebenarnya dengan menggunakan alat.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan


metode Statistik Quality Control (SQC). Metode statistik memberikan cara-cara
pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasi dan didalam data
yang digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan sehingga
4

dapat meminimasi produk cacat dan mengoptimalkan sebuah produk, dan bisa
menentukan perencanaan pengendalian proses produksi dalam jangka panjang.
Berikut ini merupakan data kerusakan produk tahu yang di Home Industri Tahu :

Kualitas adalah sesuatu yang berhubungan dengan produk, jasa, proses dan
lingkungan yang mampu memenuhi harapan bagi konsumen menurut Tjiptono,
(2001) Sebelum kualitas produk barang dan jasa diproduksi oleh perusahaan,
perusahaan tersebut tentunya harus menjamin keberlangsungan proses produksi
dengan kriteria-kriteria produksi yang sudah ditetapkan oleh perusahaaan. Sehingga
kualitas yang dihasilkan oleh perusahaan tidak hanya dari produk jadi tetapi
menjamin secara menyeluruh prosses produksi yang lebih baik dan dilakukan secara
terus menerus dengan tujuan untuk kepuasan konsumen (Hasan, 2011).

Kualitas merupakan aspek penting bagi perkembangan perusahaan dan sebagai


parameter utama konsumen dalam menjatuhkan suatu produk atau layanan. Menurut
Okland, (2004) menjelaskan bahwa kualitas merupakan pemenuhan terhadap
kebutuhan konsumen (meeting the customer). Hal ini menandakan keunggulan suatu
produk barang dan jasa untuk selalu menciptakan barang sesuai dengan kebutuhan,
sehingga akan memberikan kepuasan dan menumbuhkan loyalitas pelanggan.
Kualitas tersebut suatu barang atau jasa yang memiliki karakteristik sesuai dengan
kebutuhan bagi pelanggan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001) dalam buku Hasan (2011;155) kualitas
merupakan senjata strategis yang potensial untuk mengalahkan pesaing. Maka
perusahaan yang memiliki kualitas yang paling baik akan tumbuh semakin pesat, dan
dalam jangka yang panjang perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari pesaingnya.
Menurut Sulistiyowati, Khamim (2015;3) kualitas adalah barang atau jasa yang
memenuhi spesifikasi atau persyaratan pelanggan.Bahwa kualitas merupakan
keseluruhan karakteristik suatu produk atau jasa yang mampu memberikan kepuasan
pada pelanggan.
5

Menurut Sulistiyowati, Khamim (2015) kualitas merupakan kesesuaian antara fungsi


dan kebutuhan. Dua hal tersebut penting yang harus diperhatikan. Featuresofproducts
merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan memberikan kepuasan pada
konsumen dan freedom fromdeficiencies merupakan produk yang bebas dari
kesalahan atau kecacatan produk.

Kualitas merupakan sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan. Kualitas pada


pengalaman aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, diukur berdasarkan
persyaratan pelanggan tersebut. Feigan Baum (2000), faktor yang mempengaruhi
kualitas produk ada faktor yang dikenal dengan 9M, yaitu :

1. Market (Pasar)

Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh
pada laju yang eksplosif. Konsumen diarahkan untuk mempercayai bahwa
ada sebuah produk yang dapat memenuhi hampir setiap kebutuhan. Pada
masa sekarang konsumen meminta dan memperoleh produk yang lebih
baik memenuhi ini. Pasar menjadi lebih besar ruang lingkupnya dan secara
fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang ditawarkan. Dengan
bertambahnya perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional dan
mendunia. Akhirnya bisnis harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah
dengan cepat.

2. Money (Uang)

Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan dengan


fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas (marjin) laba. Pada waktu
yang bersamaan, kebutuhan akan otomatisasi dan pemekanisan mendorong
pengeluaran mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses dan
perlengkapan yang baru. Penambahan investasi pabrik, harus dibayar
melalui naiknya produktivitas, menimbulkan kerugian yang besar dalam
memproduksi disebabkan oleh barang kiraan dan pengulang kerjaan yang
6

sangat serius. Kenyataan ini memfokuskan perhatian pada manajer pada


bidang biaya kualitas sebagai salah satu dari “titik lunak” tempat biaya
operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk memperbaiki laba.

3. Management (Manajemen)

Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa kelompok


khusus. Sekarang bagian pemasaran melalui fungsi perencanaan
produknya, harus membuat persyaratan produk. Bagian perancangan
bertanggung jawab merancang produk yang akan memenuhi persyaratan
itu. Bagian produksi mengembangkan dan memperbaiki kembali proses
untuk memberikan kemampuan yang cukup dalam membuat produk sesuai
dengan spesifikasi rancangan. Bagian pengendalian kualitas merencanakan
pengukuran kualitas pada seluruh aliran proses yang menjamin bahwa hasil
akhir memenuhi persyaratan kualitas dan kualitas pelayanan, setelah
produk sampai pada konsumen menjadi bagian yang penting dari paket
produk total, hal ini telah menambah beban manajemen puncak khususnya
bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawab yang tepat
untuk mengoreksi penyimpangan dari standar kualitas.

4. Men (Manusia)

Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh


bidang baru seperti elektronika komputer menciptakan suatu permintaan
yang besar akan pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada waktu yang
sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli teknik sistem yang akan
mengajak semua bidang spesialisasi untuk bersama merencanakan,
menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin
suatu hasil yang diinginkan.

5. Motifation (Motivasi)
7

Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai hadiah


tambahan uang, para pekerja masa kini memerlukan sesuatu yang
memperkuat rasa keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan
bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan atas tercapainya
sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan, hal ini membimbing ke
arah kebutuhan yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas dan
komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran kualitas.

6. Material (Bahan)

Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli teknik
memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari pada sebelumnya.
Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman
bahan menjadi lebih besar.

7. Machine and Mecanization (Mesin dan Mekanik)

Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan volume


produksi untuk memuaskan pelanggan telah terdorong penggunaan
perlengkapan pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung pada kualitas
bahan yang dimasukkan ke dalam mesin tersebut. Kualitas yang baik
menjadi faktor yang kritis dalam memelihara waktu kerja mesin agar
fasilitasnya dapat digunakan sepenuhnya.

8. Modern Information Methode (Metodi Informasi Modern) Untuk


mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi informasi
pada skala yang tidak terbayangkan sebelumnya. Teknologi informasi yang
baru ini menyediakan cara untuk mengendalikan mesin dan proses selama
proses produksi dan mengendalikan produk bahkan setelah produk sampai
ke konsumen. Metode pemprosesan data yang baru dan konstan
memberikan kemampuan untuk memanajemeni informasi yang bermanfaat,
8

akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan mendasari keputusan yang


membimbing masa depan bisnis.

9. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi)

Kemajuan yang pesat dalam perancangan produk, memerlukan


pengendalian yang lebih ketat pada seluruh proses pembuatan produk.
Meningkatnya persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk
menekankan pentingnya keamanan dan kehandalan produk.
Pengendalian kualitas adalah suatu alat yang berguna dalam membuat produk yang
sesuai dengan syarat-syarat yang dimulai dari sejak awal proses produksi hingga
proses akhir. Pada kegiatan proses produksi akan selalau terjadi gangguan yang
timbul secara tidak terduga. Gangguan tersebut yang tidak terduga dari proses yang
relatifkecil, sering biasanya dipandang sebagai gangguan yang masih diterima atau
masih dalam batas toleransi. Gangguan pada proses yang relatifbesar atau secara
kumulatif cukup besar dikatakan tingkat gangguan yang tidak diterima (Yamit, 2010).

Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan yang dapat diukur dengan ciri-ciri
produk, membandingankannya dengan spesifikasi, dan mengambil tindakanan
perbaikan yang tidak sesuai dengan kriteria antara penampilan yang sebenarnya
dengan standar. (Montgomery, 2001). Maka dari itu, dalam kegiatan proses produksi
perlu diupayakan sedini mungkin dalam pengendalian kualitas untuk mendeteksi
apabila adanya ketika proses produksi terjadi ketidakstabilan proses produksi
sehingga segera dilakukan perbaikandan tindakan sebelum timbul banyak unit yang
tidak sesuai spesifikasi perusahaan.

Tujuan dari pengendalian kualitas ialah untuk dapat menghasilkan produk yang
memiliki daya bersaing dipasaran, dan dapat memenuhi kebutuhan serta diterima
dimasyarakat (Montgomery, 2001). Kegiatan proses pengendalian kualitas produk
diperiksa menurut spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan segala
semua terjadi penyimpangan dari spesifikasi dicacat dan dianalisis dan dilakukan
9

untuk sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan selanjutnya sehingga dapat


melalukan tindakan-tindakan perbaikan dalam proses produksi pada masa yang akan
datang.

Adapun tujuan pengendalian kualitas menurut Assuari (2008;299) diantaranya

1. Agar barang hasil produksi mencapai standar kaulitas yang telah


ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
mengunakan kualitas proses tertentu dapat menjadi serendah mungkin.
4. Mengusahakan agar baiaya produksi dapat serendah mungkin.
Pengendalian kualitas statistik merupakan pengendalian dengan sistem yang
dikembangkan untuk menjaga standar dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya
yang minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan.
Pengendalian kualitas secara statistik dilakukan dengan alat bantuyang terdapat pada
Statistical Quality Control (SQC). Pada dasarnyapengendalian kualitas
statistikmerupakan metode statistik untukmengumpulkan data dan menganalisis data
dalam mengawasi dan menentukan hasil produksi.

Menurut Handoko (2005) pengendalian kualitas statistik yang menggunakan metode


statistik untuk menganalisis data serta mengumpulkan data dari hasil suatu
pemeriksaan sempel dalam kegiatan pengendalian kualitas. Statistik adalah ilmu
untuk membuat keputusan tentang sebuah proses atau populasi yang berdasarkan dari
sebuah informasi yangterkandung didalam sebuah sampeldari populasi (Arianti,
2012). Pengendalian kualitas secara statistik dilakukan untuk membantu dalam
penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan,
menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dengan menggunakan metode
statistic.
10

Menurut Sofjan Assauri (2001:223) manfaat/keuntungan melakukan pengendalian


kualitas secara statistik adalah :

1. Pengawasan (control), di mana penyelidikan yang diperlukan


untuk dapat menetapkan statistical control mengharuskan bahwa
syarat-syarat kualitas pada situasi itu dan kemampuan prosesnya
telah dipelajari hingga mendetail. Hal ini akan menghilangkan
beberapa titik kesulitan tertentu, baik dalam spesifikasi maupun
dalam proses.
2. Pengerjaan kembali barang-barang yang telah diapkir (scrap-
rework). Dengan dijalankannya pengontrolan, maka dapat dicegah
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam proses. Sebelum
terjadi hal-hal yang serius dan akan diperoleh kesesuaian yang
lebih baik antara kemampuan (process capability) dengan
spesifikasi, sehingga banyaknya barang-barang yang diapkir
(scrap) dapat dikurangi sekali. Dalam perusahaan pabrik sekarang
ini, biaya-biaya bahan sering kali mencapai 3 sampai 4 kali biaya
buruh, sehingga dengan perbaikan yang telah dilakukan dalam hal
pemanfaatan bahan dapat memberikan penghematan yang
menguntungkan.
3. Biaya-biaya pemeriksaan, karena Statistical Quality Control
dilakukan dengan jalan mengambil sampel-sampel dan
mempergunakan sampling techniques, maka hanya sebagian saja
dari hasil produksi yang perlu untuk diperiksa. Akibatnya maka hal
ini akan dapat menurunkan biaya-biaya pemeriksaan.
Dalam pengendalian kualitas statistik dengan menggunakan Statistical Quality
Control (SQC) menurut Heizer dan Render (2009) mempunyai 7 alat pengendalian
kualitas statistik utama sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitastersebut yaitu
11

check sheet, histogram, peta kendali p, diagram pareto, diagram sebab-akibat,


diagram scatter dan diagram proses.

II.METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah pengendalian kualitas produk tahu di Home Industri Tahu, pada
bulan November 2020

Kegiatan penulisan penelitian ini di peroleh melalui dua sumber data, yaitu : data
primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari sumber nya
melalui pengumpulan data. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
observasi, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi, pada pemilik atau tenaga kerja
yang bekerja di tempat tersebut dan data sekunder adalah data yang dikumpulkan
secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder didapat dari pihak intern
perusahaan yang berupa dokumen atau berkas yang ada seperti sejarah perusahaan,
struktur organisasi, dan urutan-urutan kegiatan.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL

Tahap pertama dalam analisis pengendalian kualitas membuat Check sheet adalah
menyusun tabel dengan kolom tanggal, jumlah produksi (biji), jenis kerusakan (biji),
dan jumlah kerusakan (biji). Kemudian dilakukan pencatatan setiap harinya selama
14 hari berdasarkan hasil pengamatan. Pencatatan tersebut adalah pencatatan
mengenai berapa banyak jumlah produksi, berapa banyak kerusakan berdasarkan
jenis kerusakan dan berapa banyak jumlah kerusakan dari produksi selama satu hari.
Kerusakan tersebut membuat kualitas tahu menurun sehingga tidak memenuhi standar
untuk dipasarkan. Kerusakan terjadi pada atribut warna, terdapat kotoran, salah
pemotongan, dan tekstur rusak, hal tersebut terjadi pada saat proses produksi
sehingga ukuran dan ketentuan dari CV. Boga Rasa tidak sesuai harapan. Adapun
12

hasil pengamatan data melalui lembar pemeriksaan yang telah dilakukan selama 14
pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Jumlah Produksi dan Cacat

JENIS CACAT
NO PRODU WARN TERDAPAT UKURAN TEKSTUR JML
KSI A KOTORAN RUSAK
1 1.152 5 15 7 18 45
2 1.152 2 25 2 25 54
3 1.152 7 8 11 46 70
4 1.152 3 10 9 34 56
5 1.152 2 12 6 65 85
6 1.152 6 11 5 54 76
7 1.152 4 6 3 23 36
8 1.152 2 9 5 15 31
9 1.152 7 13 7 17 44
10 1.152 9 15 2 24 52
11 1.152 3 3 6 16 28
12 1.152 2 6 13 33 54
13 1.152 9 7 3 27 46
14 1.152 3 9 4 39 55
JML 16.128 64 149 83 436 732

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengamatan selama 14 hari di Home
Industri Tahu diperoleh hasil produksi sebesar 16.128 biji dengan total kerusakan
untuk empat jenis kerusakan tekstur, terdapat kotoran, ukuran, dan warna rusak
sebesar 732 biji.

B.PEMBAHASAN
13

Setelah membuat, lembar pemeriksaan maka langkah selanjutnya adalah membuat


Diagram Pareto. Diagram Pareto ini dibuat untuk melihat jenis kerusakan produk yang
paling banyak terjadi. Diagram Pareto disajikan dalam bentuk batang yang
menunjukkan tabulasi dari data yang sudah diatur berdasarkan ukurannya. Pengertian
tabulasi adalah sebagai distribusi frekuensi yang diamati. Bentuk diagram yang berupa
alat penyajian data secara visual berbentuk grafik balok yang memperlihatkan
disitribusi nilai yang diperoleh dalam bentuk angka. Sehingga dapat dilihat jumlah dari
kerusakan penyimpangan kualitas yang terjadi paling dominan meliputi pada
kerusakan warna, terdapat kotoran, ukuran, dan tekstur.Data yang diambil untuk
pengolahan data dengan metode pareto ini adalah hasil produksi selama 14 hari bulan
November 2020, dan pengamatan terhadap jenis dan jumlah banyaknya cacat terhadap
produk tahu.

Pada tabel dibawah ini adalah CTQ (Critical To Quality) dari produk tahu :

Jenis Catat proses produksi

NO JENIS CACAT DEFINISI OPERASIONAL


1. WARNA WARNA KEKUNINGAN
2. KOTORAN TERDAPAT KOTORAN
3. UKURAN UKURAN TIDAK SAMA
4. TEKSTUR KERAS ATAU MUDAH LEMBEK

Jumlah cacat proses produksi

NO JENIS CACAT JUMLAH CACAT


1. WARNA 64
2. KOTORAN 149
3. UKURAN 83
4. TEKSTUR 436
14

TOTAL 732

Data yang diolah untuk mengetahui presentase jenis cacat, dihitung dengan
rumus :

%Kerusakan =

Tekstur =

Kotoran = = 0,20%

Ukuran =

Warna = = 0,08%

Presentase Kerusakan Produk

FREKUENSI
NO CACAT FREKUENSI KUMULATIF %KUMULATIF
1. TEKSTUR 436 436 59%
2. KOTORAN 149 585 20%
3. UKURAN 83 668 11%
4. WARNA 64 732 8,7%
TOTAL 732

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jenis kerusakan yang paling banyak
terjadi adalah tekstur rusak, yakni 436 biji tahu atau sebesar 59% dari total jenis
kerusakan produk. Hal ini di sebabkan oleh terlalu lamanya proses pengepresan. Tahu
yang dipres terlalu lama akan mengeras dan tidak mudah hancur.
15

Dari diagram diatas dapat kita lihat jenis kerusakan yang paling sering
terjadi adalah tekstur rusak sebanyak 436 biji atau sebesar 59%. Sedangkan
jenis kerusakan paling sedikit adalah kerusakan warna sebanyak 64 biji atau
sebesar 0,8%.

Pengolahan Data Menggunakan Metode Control Chart (Peta Kendali)

Setelah diketahui diagram pareto,jumlah produksi, jumlah kerusakan, jenis-jenis


kerusakan pada pengamatan 1 sampai pengamatan 14, maka tahap selanjutnya adalah
membuat peta kendali yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang
terjadi masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Seluruh
perhitungan yang ada dalam peta kendali (control chart) dilakukan menggunakan
konversi dalam lembar pemeriksaan dalam satuan biji.

Adapun langkah-langkah untuk membuat peta kendali tersebut adalah :

1.) Menghitung Presentase Kerusakaan

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Subgrup 1 = =

Perhitungan diatas merupakan perhitungan proporsi kerusakan


yang terjadi pada hasil produksi tahu pengamatan ke-1. Persentase
diketahui dengan cara membagi jumlah kerusakan pada subgroup (per
pengamatan produksi) dengan jumlah yang diperiksa dalam subgroup.
Nilai proporsi kerusakan pengamatan ke-1 yaitu 0,039. Untuk
perhitungan pada pengamatan selanjutnya dilakukan dengan cara yang
sama hingga subgroup pengamatan ke-14.
16

2.) Garis pusat merupakan rata-rata kerusakan produk ( ).|

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

CL= =

CL=

CL= 0,045

Perhitungan diatas merupakan perhitungan rata-rata kerusakan yang terjadi pada hasil
produksi tahu atau merupakan garis pusat atau Central Line (CL). Nilai garis pusat
diperoleh dari hasil bagi jumlah kerusakan total produk pada pengamatan ke-1 sama
pengamatan ke-14 dengan jumlah produksi keseluruhan dari pengamatan ke-1 sampai
pengamatan ke-14. Sehingga dapat diperoleh nilai garis pusat yaitu 0,045.

3.) Menghitung batas kendali atas atau UCL dilakukan dengan rumus :

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

UCL =

UCL = 0,039 + 3

UCL = 0,026989 = 0,027

Hasil perhitungan diatas merupakan perhitungan dari batas kendali atas atau Upper
Control Limit (UCL) untuk kerusakan yang terjadi pada pengamatan ke-1. Sehinnga
diperoleh nilai batas kendali atas sebesar 0,027. Nilai tersebut menunjukkan batas
atau proporsi kerusakan yang terjadi perjumlah produksi yang dihasilkan pada suatu
subgroup per pengamatan .perhitungan yang sama juga dilakukan untuk pengamatan
selanjutnya.
17

4.) Menghitung batas kendali bawah atau LCL dilakukan dengan rumus

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

LCL =

LCL = 0,039 + 3

LCL = 0,045387 = 0,045

Hasil perhitungan diatas merupakan perhitungan dari batas kendali bawah atau Lower
Control Limit (LCL) untuk kerusakan yang terjadi pada pengamatan ke-1. Sehingga
diperoleh nilai batas kendali bawah sebesar 0,045. Nilai tersebut menunjukan batas
atau proporsi kerusakan yang terjadi per jumlah produksi yang dihasilkan pada suatu
subgroup per pengamatan. Perhitungan yang sama juga dilakukn untuk pengamatan
selanjutnya.

Untuk hasil perhitungan peta kendali yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :

Perhitungan Batas Kendali Kerusakan Produk Tahu Cacat Warna

JUMLAH
NO PRODUKSI WARNA PROPORSI UCL LCL
1. 1152 5 0,004 0,00397 0,009525 -0,00159
2. 1152 2 0,002 0,00397 0,009525 -0,00159
3. 1152 7 0,006 0,00397 0,009525 -0,00159
4. 1152 3 0,003 0,00397 0,009525 -0,00159
5. 1152 2 0,002 0,00397 0,009525 -0,00159
6. 1152 6 0,005 0,00397 0,009525 -0,00159
7. 1152 4 0,003 0,00397 0,009525 -0,00159
8. 1152 2 0,002 0,00397 0,009525 -0,00159
18

9. 1152 7 0,006 0,00397 0,009528 -0,00159


10. 1152 9 0,008 0,00387 0,009358 -0,00162
11. 1152 3 0,003 0,00397 0,009528 -0,00159
12. 1152 2 0,002 0,00397 0,009528 -0,00159
13. 1152 9 0,008 0,00397 0,009528 -0,00159
14. 1152 3 0,003 0,00397 0,009528 -0,00159
TOTAL 16128 64

Berdasarkan tabel diatas hasil penelitian selama 14 hari pada kerusakan produk
tahu cacat warna dari jumlah produksi sebanyak 16.128 (biji) terdapat jumlah cacat
warna sebanyak 64 (biji). Dengan rata-rata kerusakan P per pengamatan sebesar
0,0039, UCL nya sebesar 0,0095, dan LCL nya sebesar -0,00159.

Peta Kendali Kerusakan Produk Tahu Cacat Warna

Berdasarkan gambar peta kendali p diatas dapat dilihat bahwa data yang
diperoleh seluruhnya berada dalam batas kendali terdapat 6 titik berada di dalam
19

UCL dan 8 titik berada di dalam LCL sehingga dapat dikatakan bahwa proses
produksi untuk kerusakan produk tahu cacat warna berada dalam batas kendali.

Perhitungan Batas Kendali Kerusakan Produk Tahu Cacat Kotoran

JUMLAH
NO PRODUKSI KOTORAN PROPORSI UCL LCL
15 0,0130 0,009239 0,017695 0,000782
1. 1152
25 0,0217 0,009239 0,017695 0,000782
2. 1152
8 0,0069 0,009239 0,017695 0,000782
3. 1152
10 0,0087 0,009239 0,017695 0,000782
4. 1152
12 0,0104 0,009239 0,017695 0,000782
5. 1152
11 0,0095 0,009239 0,017695 0,000782
6. 1152
6 0,0052 0,009239 0,017695 0,000782
7. 1152
9 0,0078 0,009239 0,017695 0,000782
8. 1152
13 0,0113 0,009239 0,017695 0,000782
9. 1152
15 0,0130 0,009239 0,017695 0,000782
10. 1152
3 0,0026 0,009239 0,017695 0,000782
11. 1152
6 0,0052 0,009239 0,017695 0,000782
12. 1152
7 0,0061 0,009239 0,017695 0,000782
13. 1152
9 0,0078 0,009239 0,017695 0,000782
14. 1152
TOTAL 16128 149
20

Berdasarkan tabel diatas hasil penelitian selama 14 hari pada kerusakan produk tahu
cacat terdapat kotoran dari jumlah produksi sebanyak 16.128 (biji) terdapat jumlah cacat
terdapat kotoran sebanyak 149 (biji). Dengan rata-rata kerusakan P per pengamatan
sebesar 0,0092, UCL nya sebesar 0,017, dan LCL nya sebesar 0,00078.

IV. KESIMPULAN

1. Kerusakan dominan terdapat pada empat jenis atribut kerusakan yaitu


cacat warna, terdapat kotoran, ukuran dan cacat tekstur, dan yang paling
dominan dari empat atribut kerusakan adalah cacat tekstur rusak , yakni
436 biji tahu atau sebesar 59% dari total jenis kerusakan produk. Hal ini di
sebabkan oleh terlalu lamanya proses pengepresan. Tahu yang dipres
terlalu lama akan mengeras dan tidak mudah hancur.
2. Dari hasil pembahasan diatas bahwa proses produksi tahu masih berada di
dalam batas kendali karena pada saat pengolahan data menggunakan peta
kendali p, dari tiga atribut cacat diatas yaitu cacat warna, cacat ukuran,
cacat tekstur masih berada didalam batas kendali, hanya saja ada satu
cacat yaitu cacat terdapat kotoran berada diluar batas kendali, karena
terdapat 1 titik berada diluar garis UCL. Sehingga dapat dikatakan dari
semua proses produksi masih berada didalam batas kendali.

DAFTAR PUSTAKA

Arianti, Silvy Eka. (2012). Analisis Pengendalian Mutu Dengan Menggunakan


Metode SQC Dan Taguchi Pada Usaha Roti Studi Kasus Ud Sapta
Bakery Madiun. Universitas Brawija. Malang.

Elmas, Muhammad Syarif Hidayatullah. (2017). Pengendalian Kualitas Dengan


Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Untuk
Meminimumkan Produk Gagal Pada Toko Roti Barokah Bakery.
21

Manajemen Fakultas Ekonomi. UPM.Probolinggo.


Riani, L.P. (2006). Analisa Pengendalian Kualitas Tahu Putih (Study Kasus
Home Industri Tahu Kasih di Kabupaten Trenggalek).AKADEMIKA
vol 14 (1). 58-63.

Bakhtiar S, (2013). Analisa Pengendalian Kualitas Dengan menggunakan Metode


Statistical Quality Control (SQC). Jurusan Teknik Industri.
Universitas Malikulssaleh Aceh.

Hairiyah, N., dan Riyadi, H. (2007). Analisa Pengendalian Mutu Produk Tahu
Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC). Di UD. Sari
Bumi Pelaihari. Prosiding SNRT (Seminr Nasional Riset Terapan)..
Politeknik Negeri Banjarmasin. E1-E8.

Anda mungkin juga menyukai