MENGGUNAKAN METODE
STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC)
PADA INDUSTRY TAHU UMKM DI BEKASI INDONESI
1
2
I.PENDAHULUAN
Tahu merupakan produk makanan berbahan baku kedelai yang sudah dikenal sejak
lama di Indonesia. Sebagaian besar masyarakat menyukai bentuk olahan kedelai
berupa tahu. Kebiasaan makan tahu menjadi budaya yang turun menurun, karena
selain harga nya murah, tahu dapat diolah menjadi berbagai variasi makanan. Tahu
sudah menjadi kebutuhan pokok untuk masyarakat Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin tinggi agar mampu bertahan
dalam ketatnya persaingan adalah perusahaan harus mampu meningkatkan kualitas
dari produk yang dihasilkan. Menurut Heizer dan Render (2005) kualitas merupakan
kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, kualitas
dikatakan baik apabila sesuai dengan keinginan dan memenuhi kebutuhan konsumen,
dan juga sebaliknya kualitas dikatakan jelek apabila tidak sesuai dengan keinginan
dan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Meskipun perusahaan selalu berupaya dalam menghasilkan suatu produk yang baik,
tetapi terkadang produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan, yakni kualitas produk tidak sesuai standart atau produk
mengalami kerusakan. Oleh karena itu perlu adanya pengendalian kualitas agar
perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan.
Salah satu metode pengendalian kualitas yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kerusakan atau kecacatan produk yaitu adengan menggunakan metode
Statistical Quality Conntrol (SQC). Assauri (2004) menjelaskan bahwa Statistical
Quality Control adalah suatu sistem yang digunakan untuk menjaga standart yang
uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya minimum dan merupakan
bantuan untuk mencapai efisiensi.
dapat meminimasi produk cacat dan mengoptimalkan sebuah produk, dan bisa
menentukan perencanaan pengendalian proses produksi dalam jangka panjang.
Berikut ini merupakan data kerusakan produk tahu yang di Home Industri Tahu :
Kualitas adalah sesuatu yang berhubungan dengan produk, jasa, proses dan
lingkungan yang mampu memenuhi harapan bagi konsumen menurut Tjiptono,
(2001) Sebelum kualitas produk barang dan jasa diproduksi oleh perusahaan,
perusahaan tersebut tentunya harus menjamin keberlangsungan proses produksi
dengan kriteria-kriteria produksi yang sudah ditetapkan oleh perusahaaan. Sehingga
kualitas yang dihasilkan oleh perusahaan tidak hanya dari produk jadi tetapi
menjamin secara menyeluruh prosses produksi yang lebih baik dan dilakukan secara
terus menerus dengan tujuan untuk kepuasan konsumen (Hasan, 2011).
Menurut Kotler dan Amstrong (2001) dalam buku Hasan (2011;155) kualitas
merupakan senjata strategis yang potensial untuk mengalahkan pesaing. Maka
perusahaan yang memiliki kualitas yang paling baik akan tumbuh semakin pesat, dan
dalam jangka yang panjang perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari pesaingnya.
Menurut Sulistiyowati, Khamim (2015;3) kualitas adalah barang atau jasa yang
memenuhi spesifikasi atau persyaratan pelanggan.Bahwa kualitas merupakan
keseluruhan karakteristik suatu produk atau jasa yang mampu memberikan kepuasan
pada pelanggan.
5
1. Market (Pasar)
Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh
pada laju yang eksplosif. Konsumen diarahkan untuk mempercayai bahwa
ada sebuah produk yang dapat memenuhi hampir setiap kebutuhan. Pada
masa sekarang konsumen meminta dan memperoleh produk yang lebih
baik memenuhi ini. Pasar menjadi lebih besar ruang lingkupnya dan secara
fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang ditawarkan. Dengan
bertambahnya perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional dan
mendunia. Akhirnya bisnis harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah
dengan cepat.
2. Money (Uang)
3. Management (Manajemen)
4. Men (Manusia)
5. Motifation (Motivasi)
7
6. Material (Bahan)
Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli teknik
memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari pada sebelumnya.
Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman
bahan menjadi lebih besar.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan yang dapat diukur dengan ciri-ciri
produk, membandingankannya dengan spesifikasi, dan mengambil tindakanan
perbaikan yang tidak sesuai dengan kriteria antara penampilan yang sebenarnya
dengan standar. (Montgomery, 2001). Maka dari itu, dalam kegiatan proses produksi
perlu diupayakan sedini mungkin dalam pengendalian kualitas untuk mendeteksi
apabila adanya ketika proses produksi terjadi ketidakstabilan proses produksi
sehingga segera dilakukan perbaikandan tindakan sebelum timbul banyak unit yang
tidak sesuai spesifikasi perusahaan.
Tujuan dari pengendalian kualitas ialah untuk dapat menghasilkan produk yang
memiliki daya bersaing dipasaran, dan dapat memenuhi kebutuhan serta diterima
dimasyarakat (Montgomery, 2001). Kegiatan proses pengendalian kualitas produk
diperiksa menurut spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan segala
semua terjadi penyimpangan dari spesifikasi dicacat dan dianalisis dan dilakukan
9
II.METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah pengendalian kualitas produk tahu di Home Industri Tahu, pada
bulan November 2020
Kegiatan penulisan penelitian ini di peroleh melalui dua sumber data, yaitu : data
primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari sumber nya
melalui pengumpulan data. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
observasi, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi, pada pemilik atau tenaga kerja
yang bekerja di tempat tersebut dan data sekunder adalah data yang dikumpulkan
secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder didapat dari pihak intern
perusahaan yang berupa dokumen atau berkas yang ada seperti sejarah perusahaan,
struktur organisasi, dan urutan-urutan kegiatan.
A.HASIL
Tahap pertama dalam analisis pengendalian kualitas membuat Check sheet adalah
menyusun tabel dengan kolom tanggal, jumlah produksi (biji), jenis kerusakan (biji),
dan jumlah kerusakan (biji). Kemudian dilakukan pencatatan setiap harinya selama
14 hari berdasarkan hasil pengamatan. Pencatatan tersebut adalah pencatatan
mengenai berapa banyak jumlah produksi, berapa banyak kerusakan berdasarkan
jenis kerusakan dan berapa banyak jumlah kerusakan dari produksi selama satu hari.
Kerusakan tersebut membuat kualitas tahu menurun sehingga tidak memenuhi standar
untuk dipasarkan. Kerusakan terjadi pada atribut warna, terdapat kotoran, salah
pemotongan, dan tekstur rusak, hal tersebut terjadi pada saat proses produksi
sehingga ukuran dan ketentuan dari CV. Boga Rasa tidak sesuai harapan. Adapun
12
hasil pengamatan data melalui lembar pemeriksaan yang telah dilakukan selama 14
pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut :
JENIS CACAT
NO PRODU WARN TERDAPAT UKURAN TEKSTUR JML
KSI A KOTORAN RUSAK
1 1.152 5 15 7 18 45
2 1.152 2 25 2 25 54
3 1.152 7 8 11 46 70
4 1.152 3 10 9 34 56
5 1.152 2 12 6 65 85
6 1.152 6 11 5 54 76
7 1.152 4 6 3 23 36
8 1.152 2 9 5 15 31
9 1.152 7 13 7 17 44
10 1.152 9 15 2 24 52
11 1.152 3 3 6 16 28
12 1.152 2 6 13 33 54
13 1.152 9 7 3 27 46
14 1.152 3 9 4 39 55
JML 16.128 64 149 83 436 732
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengamatan selama 14 hari di Home
Industri Tahu diperoleh hasil produksi sebesar 16.128 biji dengan total kerusakan
untuk empat jenis kerusakan tekstur, terdapat kotoran, ukuran, dan warna rusak
sebesar 732 biji.
B.PEMBAHASAN
13
Pada tabel dibawah ini adalah CTQ (Critical To Quality) dari produk tahu :
TOTAL 732
Data yang diolah untuk mengetahui presentase jenis cacat, dihitung dengan
rumus :
%Kerusakan =
Tekstur =
Kotoran = = 0,20%
Ukuran =
Warna = = 0,08%
FREKUENSI
NO CACAT FREKUENSI KUMULATIF %KUMULATIF
1. TEKSTUR 436 436 59%
2. KOTORAN 149 585 20%
3. UKURAN 83 668 11%
4. WARNA 64 732 8,7%
TOTAL 732
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jenis kerusakan yang paling banyak
terjadi adalah tekstur rusak, yakni 436 biji tahu atau sebesar 59% dari total jenis
kerusakan produk. Hal ini di sebabkan oleh terlalu lamanya proses pengepresan. Tahu
yang dipres terlalu lama akan mengeras dan tidak mudah hancur.
15
Dari diagram diatas dapat kita lihat jenis kerusakan yang paling sering
terjadi adalah tekstur rusak sebanyak 436 biji atau sebesar 59%. Sedangkan
jenis kerusakan paling sedikit adalah kerusakan warna sebanyak 64 biji atau
sebesar 0,8%.
Subgrup 1 = =
CL= =
CL=
CL= 0,045
Perhitungan diatas merupakan perhitungan rata-rata kerusakan yang terjadi pada hasil
produksi tahu atau merupakan garis pusat atau Central Line (CL). Nilai garis pusat
diperoleh dari hasil bagi jumlah kerusakan total produk pada pengamatan ke-1 sama
pengamatan ke-14 dengan jumlah produksi keseluruhan dari pengamatan ke-1 sampai
pengamatan ke-14. Sehingga dapat diperoleh nilai garis pusat yaitu 0,045.
3.) Menghitung batas kendali atas atau UCL dilakukan dengan rumus :
UCL =
UCL = 0,039 + 3
Hasil perhitungan diatas merupakan perhitungan dari batas kendali atas atau Upper
Control Limit (UCL) untuk kerusakan yang terjadi pada pengamatan ke-1. Sehinnga
diperoleh nilai batas kendali atas sebesar 0,027. Nilai tersebut menunjukkan batas
atau proporsi kerusakan yang terjadi perjumlah produksi yang dihasilkan pada suatu
subgroup per pengamatan .perhitungan yang sama juga dilakukan untuk pengamatan
selanjutnya.
17
4.) Menghitung batas kendali bawah atau LCL dilakukan dengan rumus
LCL =
LCL = 0,039 + 3
Hasil perhitungan diatas merupakan perhitungan dari batas kendali bawah atau Lower
Control Limit (LCL) untuk kerusakan yang terjadi pada pengamatan ke-1. Sehingga
diperoleh nilai batas kendali bawah sebesar 0,045. Nilai tersebut menunjukan batas
atau proporsi kerusakan yang terjadi per jumlah produksi yang dihasilkan pada suatu
subgroup per pengamatan. Perhitungan yang sama juga dilakukn untuk pengamatan
selanjutnya.
Untuk hasil perhitungan peta kendali yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
JUMLAH
NO PRODUKSI WARNA PROPORSI UCL LCL
1. 1152 5 0,004 0,00397 0,009525 -0,00159
2. 1152 2 0,002 0,00397 0,009525 -0,00159
3. 1152 7 0,006 0,00397 0,009525 -0,00159
4. 1152 3 0,003 0,00397 0,009525 -0,00159
5. 1152 2 0,002 0,00397 0,009525 -0,00159
6. 1152 6 0,005 0,00397 0,009525 -0,00159
7. 1152 4 0,003 0,00397 0,009525 -0,00159
8. 1152 2 0,002 0,00397 0,009525 -0,00159
18
Berdasarkan tabel diatas hasil penelitian selama 14 hari pada kerusakan produk
tahu cacat warna dari jumlah produksi sebanyak 16.128 (biji) terdapat jumlah cacat
warna sebanyak 64 (biji). Dengan rata-rata kerusakan P per pengamatan sebesar
0,0039, UCL nya sebesar 0,0095, dan LCL nya sebesar -0,00159.
Berdasarkan gambar peta kendali p diatas dapat dilihat bahwa data yang
diperoleh seluruhnya berada dalam batas kendali terdapat 6 titik berada di dalam
19
UCL dan 8 titik berada di dalam LCL sehingga dapat dikatakan bahwa proses
produksi untuk kerusakan produk tahu cacat warna berada dalam batas kendali.
JUMLAH
NO PRODUKSI KOTORAN PROPORSI UCL LCL
15 0,0130 0,009239 0,017695 0,000782
1. 1152
25 0,0217 0,009239 0,017695 0,000782
2. 1152
8 0,0069 0,009239 0,017695 0,000782
3. 1152
10 0,0087 0,009239 0,017695 0,000782
4. 1152
12 0,0104 0,009239 0,017695 0,000782
5. 1152
11 0,0095 0,009239 0,017695 0,000782
6. 1152
6 0,0052 0,009239 0,017695 0,000782
7. 1152
9 0,0078 0,009239 0,017695 0,000782
8. 1152
13 0,0113 0,009239 0,017695 0,000782
9. 1152
15 0,0130 0,009239 0,017695 0,000782
10. 1152
3 0,0026 0,009239 0,017695 0,000782
11. 1152
6 0,0052 0,009239 0,017695 0,000782
12. 1152
7 0,0061 0,009239 0,017695 0,000782
13. 1152
9 0,0078 0,009239 0,017695 0,000782
14. 1152
TOTAL 16128 149
20
Berdasarkan tabel diatas hasil penelitian selama 14 hari pada kerusakan produk tahu
cacat terdapat kotoran dari jumlah produksi sebanyak 16.128 (biji) terdapat jumlah cacat
terdapat kotoran sebanyak 149 (biji). Dengan rata-rata kerusakan P per pengamatan
sebesar 0,0092, UCL nya sebesar 0,017, dan LCL nya sebesar 0,00078.
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Hairiyah, N., dan Riyadi, H. (2007). Analisa Pengendalian Mutu Produk Tahu
Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC). Di UD. Sari
Bumi Pelaihari. Prosiding SNRT (Seminr Nasional Riset Terapan)..
Politeknik Negeri Banjarmasin. E1-E8.