Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Kualitas

Kualitas merupakan suatu usaha untuk memproduksi suatu produk yang

dilakukan secara serius dengan tujuan agar tercapainya suatu nilai yang mampu

memberi kepuasan secara maksimal kepada konsumennya. Menurut Ishikawa

(1992), kualitas merupakan dua tingkatan definisi, yaitu kami terlibat dalam

kontrol kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan kualitas yang dapat

memenuhi persyaratan konsumen.

Menurut Ishikawa (1992), poin penting definisi kualitas antara lain:

1. Kualitas setara dengan kepuasan konsumen

2. Kualitas harus didefinisikan secara komprehensif

3. Kebutuhan konsumen dan persyaratan berubah terus menerus, oleh karena itu

definisi kualitas juga selalu berubah

4. Harga suatu produk atau jasa merupakan bagian penting dari kualitas.

Kualitas merupakan penggerak kepuasan pelanggan karena produk yang

ditawarkan haruslah suatu produk yang benar-benar teruji dengan baik mengenai

kualitasnya sehingga bagi konsumen yang diutamakan adalah kualitas dari produk

itu sendiri, karena konsumen akan lebih menyukai dan memilih produk yang

mempunyai kualitas lebih baik bila dibandingkan dengan produk lain sejenis yang

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dalam rekayasa dan manufaktur,

pengendalian kualitas melibatkan pengembangan sistem untuk memastikan bahwa

9
10

produk dan jasa dirancang dan diproduksi untuk memenuhi atau melampaui

persyaratan dari pelanggan maupun produsen sendiri (Tjiptono, F. 2014).

Kualitas merupakan faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis,

pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing. kualitas adalah keseluruhan

karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembikinan, dan

pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan-

harapan pelanggan. Harapan disini mencakup kemudahan perawatan, kemudahan

dalam penggunaannya, desain yang baik, harga yang ekonomis, daya tahan dan

ketersediaan produk tersebut (Hardjosudarmo, 2014).

Lebih lanjut Hana (2015), juga menegaskan untuk menghasilkan produk

yang berkualitas sehingga mampu memenuhi keinginan konsumen, maka perlu

mengenali dimensi kualitas. Hal ini dibutuhkan agar produk yang dihasilkan

sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Adapun dimensi kualitas terdiri

dari:

1. Kinerja (performance) merupakan spesifikasi utama yang berkaitan dengan

fungsi produk dan seringkali menjadi pertimbangan konsumen dalam

membuat keputusan membeli atau tidak produk tersebut.

2. Feature merupakan karakteristik produk yang mampu memeberikan

keunggulan dari produk sejenis. Misalnya, handphone (HP) merupakan salah

satu alat komunikasi. Tetapi, setiap merek HP mempunyai karakteristik

tertentu yang menjadi keunggulan dibanding dengan merk HP yang lain.

3. Keandalan (reliability) merupakan aspek produk berkaitan dengan

profitabilitas untuk menjalankan fungsi sesuai dengan spesifikasinya dalam

periode waktu tertentu.


11

4. Kesesuaian pelayanan (conformance to specification) merupakan aspek

produk yang memperlihatkan kesesuaian antara pesifikasi dengan kebuthan

konsumen.

5. Daya tahan (durability) merupakan ukuran kuantitatif (umur) produk,

menunjukan sampai kapan produk dapat digunakan konsumen.

6. Kemampuan pelayanan (service ability) merupakan ciri produk berkaitan

dengan kecepatan, keramahan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta

akurasi dalam perbaikan.

7. Keindahan produk terkait dengan bagaimana bentuk fisik produk tersebut.

Keindahan produk merupakan daya tarik utama konsumen unruk melakukan

pembelian terhadap suatu produk. Produk yang indah seringkali memikat

konsumen, meskipun seringkali konsumen tidak memeperlukan produk

tersebut.

8. Kualitas yang dirasakan (perceived) bersifat subyektif, berkaitan dengan citra

rasa dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Berdasarkan dari penjelasan tersebut menunjukan bahwa untuk

menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat memenuhi keinginan konsumen,

perusahaan diharuskan mampu untuk melaksanakan delapan dimensi kualitas dan

melakukan pengendalian kualitas secara terus menerus. Setiap produk yang

dihasilkan harus sesuai dengan keinginan konsumen, oleh karena itu produk

tersebut harus mempunyai kualitas tertentu. Pengertian kualitas dapat berbeda-

beda tergantung dimana istilah kualitas tersebut digunakan. Kualitas tidak bisa

dipandang sebagai suatu ukuran yang sempit, yaitu kualitas produk semata-mata.

Hal itu bisa dilihat dari beberapa pengertian tersebut, dimana kualitas tidak hanya
12

kualitas produk saja akan tetapi sangat kompleks karena melibatkan seluruh aspek

dalam organisasi serta di luar organisasi. Meskipun tidak ada definisi mengenai

kualitas yang diterima secara universal, namun dari beberapa definisi kualitas

menurut para ahli diatas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen

menurut (Hana, 2015) sebagai berikut:

1. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

2. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan.

3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa

mendatang).

2.2. Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas merupakan teknik yang sangat bermanfaat agar

suatu perusahaan dapat mengetahui kualitas produknya sebelum dipasarkan

kepada konsumen. Teknik pengendalian kualitas dapat membantu perusahaan

dalam mengetahui kelayakan kualitas produk berdasarkan batas-batas kontrol

yang telah ditentukan.

Pengendalian kualitas merupakan suatu sistem verifikasi dan penjagaan/

perawatan dari suatu tingkat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan

perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi yang terus

menerus serta tindakan korektif bilamana diperlukan, jadi pengendalian kualitas

tidak hanya kegiatan inspeksi ataupun menentukan apakah produk itu baik

(accept) atau jelek (reject) (Dorothea, 2018)

Pengendalian kualitas dilakukan mulai dari proses input informasi/bahan

baku dari pihak marketing dan purchasing hingga bahan baku tersebut masuk ke
13

pabrik dan bahan baku itu diolah di pabrik yang akhirnya dikirim ke pelanggan.

Bahkan pengendalian kualitas juga dilakukan setelah adanya purna jual. Untuk

memenuhi semua kebutuhan ini tentunya perlu adanya berbagai macam tool yang

mampu merepresentasikan data yang dibutuhkan dan menganalisis data tersebut

hingga didapat suatu kesimpulan (Tony, 2018).

Secara umum pengendalian kualitas di dalam perusahaan mempunyai

beberapa tujuan tertentu, yaitu antara lain terdapatnya peningkatan kepuasan

konsumen, proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya serendah-rendahnya

serta selesai dengan waktu yang telah diterapkan. Dengan demikian apabila

perusahaan semata-mata berproduksi pada biaya yang serendah-rendahnya,

namun tidak memperhatikan kepuasan konsumen, maka sebenarnya perusahaan

semacam ini sudah tidak lagi memperhatikan kualitas produknya (Ahyari, 2010).

Pengendalian kualitas merupakan sebuah cara penyelesaian masalah yang

digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisa, mengelola serta

memperbaiki kualitas produk dan proses dengan menggunakan metode-metode

yang mengarah pada kualitas. Tujuan utama pengendalian kualitas adalah

meningkatkan dan menjaga kepuasan pelanggan. Adapun keuntungan yang bisa

diperoleh dari pengendalian kualitas diantaranya yaitu meningkatkan aliran

produksi, meningkatkan moral tenaga kerja dan kesadaran mereka mengenai

kualitas serta memperluas pangsa pasar (Ginting, 2017).

Pengendalian kualitas juga merupakan suatu pendekatan yang sistematik

bahwa produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan. Hal ini juga

merupakan sistem pengoperasian sebagai tanggapan korektif untuk memproduksi

barang dan jasa secara ekonomis dan memenuhi kebutuhan pelanggan.


14

Pengendalian kualitas terdiri atas pengembangan, perancangan, produksi,

pemasaran dan pelayanan produk dan jasa (Solihah, 2017).

Pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan

mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada saat proses produksi, hingga

proses produksi berakhir dengan menghasilkan produk akhir. Pengendalian

kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang

sesuai dengan standar yang diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki

kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan

sebisa mungkin mempertahankan kualitas yang sesuai. (Ilham, 2012).

Pengendalian kualitas adalah teknik dan aktivitas operasional yang

digunakan untuk memenuhi standar kualitas yang diharapkan, untuk

mempertahankan kualitas/kualitas barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan

spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan

perusahaan (Assauri, S. 2013).

Berdasarkan uraian tersebut maka pengendalian kualitas merupakan suatu

metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan

menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses

dalam suatu sistem industri untuk meningkatkan kualitas produk guna memenuhi

kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dengan demikian pengertian peningkatan

dan pengendalian manajemen kualitas lebih menekankan pada aspek peningkatan

proses industri dengan menggunakan teknik-teknik statistika (Assauri, S. 2013).

Kualitas merupakan spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh pihak

konsumen. Sehingga definisi dari pengendalian kualitas adalah aktivitas

keteknikan dan manajemen untuk mengukur ciri-ciri kualitas produksi dan


15

membandingkan dengan spesifikasi yang ada, serta mengambil tindakan

perbaikan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan dengan standar

yang ada. Dengan adanya pengendalian kualitas maka diharapkan penyimpangan-

penyimpangan yang muncul dapat dikurangi dan proses produksi dapat diarahkan

pada tujuan yang ingin dicapai (Lubis, 2013).

Pengendalian kualitas itu berhasil jika dapat menekan produk cacat

seminimal mungkin dari apa yang direncanakan. Standar kualitas dari suatu

produk tidak hanya ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan, namun

konsumen juga ikut berperan untuk menentukan kualitas dari produk, sehingga

perusahaan harus mengikuti standar. Sehingga dapat disimpukan bahwa tujuan

dari pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan kualitas output yang

konsisten dengan spesifikasi produk yang diinginkan dan memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan oleh konsumen sehingga akan meningkatkan kepercayaan dan

kepuasan konsumen, untuk membimbing perusahaan mendapatkan keuntungan

yang lebih besar melalui prosedur kerja yang baik, pengurangan produk cacat,

penekanan biaya dan peningkatan order yang menguntungkan, sehingga tujuan

dan sasaran perusahaan dapat dicapai (Prawiro, 2016).

Mengendalikan proses dapat diselidiki dengan cepat apabila terjadi

gangguan proses dan tindakan pembetulan dapat segera dilakukan sebelum terlalu

banyak unit yang tidak sesuai dengan standar produksi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pengendalian kualitas menurut Irwan, (2015) antara lain:

1. Segi operator yaitu keterampilan dan keahlian dari manusia yang

menangani produk.

2. Segi bahan baku yaitu bahan baku yang dipasok penjual.


16

3. Segi mesin yaitu jenis mesin dan elemen-elemen mesin yang

digunakan dalam proses produksi.

2.3. Metodologi Six Sigma

Six sigma terdiri dari dua kata yaitu Six yang berarti enam dan sigma yang

berarti sebuah simbol atau lambang standar deviasi yang lebih dapat diartikan

sebagai ukuran satuan dalam statistik yang melambangkan kemampuan suatu

proses dan ukuran suatu nilai sigma (Gaspersz, 2012).

Pengertian six sigma secara umum adalah sebuah proses bisnis yang dapat

dikaitkan dengan sebuah kinerja, yang di mana sebuah kinerja harus ditingkatkan

dalam sebuah perusahaan. Kinerja dapat ditingkatkan dengan cara mendesain dan

memonitor kegiatan bisnis setiap hari untuk mengurangi hingga menghindari

kecacatan, hal tersebut dilakukan demi mencapai sebuah kepuasan dari konsumen.

Six sigma memiliki artian yang sangat luas dan memiliki beberapa artian

dari beberapa sumber, yaitu strategi Six Sigma merupakan metode sistematis yang

menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-

sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya (Gaspersz, 2012).

Pendekatan metode six sigma yang dibutuhkan untuk melakukan

peningkatan terus menerus. Terdapat pendekatan yang digunakan dalam

pendekatan metode six sigma, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, Control.

Metodologi DMAIC digunakan pada saat sebuah perusahaan belum mencapai

spesifikasi yang dibutuhkan oleh pelanggan. Berikut adalah penjelasan dari

metodologi DMAIC (Gaspersz, 2012):

1. Define, menentukan proporsi defect yang menjadi penyebab paling signifikan

terhadap adanya kerusakan yang merupakan sumber kegagalan produksi.


17

2. Measure, mengukur proses untuk dapat menentukan kinerja sekarang atau

sebelum mengalami perbaikan.

3. Analyze, menganalisa dan menentukan akar permasalahan dari suatu cacat

atau kegagalan.

4. Improve, memperbaiki proses menghilangkan atau mengurangi jumlah cacat

atau kegagalan.

5. Control, mengawasi kinerja proses yang akan datang setelah mengalamai

perbaikan.

Terdapat lima langkah Six Sigma ini yaitu Define-Measure–Analyze-

Improve-Control (DMAIC), membentuk siklus peningkatan kualitas dengan Six

Sigma. seperti pada Gambar 2.1. berikut.

Gambar 2.1. Siklus DMAIC


(Sumber: Gaspersz, 2012)
18

2.3.1. Langkah-Langkah Metode Six Sigma

Adapun langkah-langkah metode six sigma menurut Gaspersz (2012),

adalah sebagai berikut:

1. Define (D)

Define merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan

kualitas Six Sigma, pada tahapan ini ditentukan proporsi defect yang menjadi

penyebab paling signifikan terhadap adanya kerusakan yang merupakan

sumber kegagalan produksi. Cara yang ditempuh adalah menjelaskan proses

produksi menggunakan diagram SIPOC untuk mengetahui model proses

SIPOC (Suppliers- Inputs-Processes- Outputs- Customers).

2. Measure (M)

Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program program

peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan

dalam tahapan measure yaitu:

1) Menentukan Peta Kontrol Variabel

Peta kontrol dibuat untuk mengetahui apakah proses dalam batas kendali

untuk memonitor variasi proses secara terus menerus sehingga dapat

memonitor atau memantau stabilitas dari suatu proses serta mempelajari

perubahan proses dari waktu ke waktu. Control chart memiliki upper line

(garis atas) untuk upple control limit (batas kontrol tertinggi), lower line

(garis bawah) untuk lower control limit (batas kontrol terendah), dan

central line (garis tengah) untuk rata-rata (average).


19

2) Pengukuran Nilai Sigma (σ)

Perhitungan DPMO merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk

maupun proses dengan mengkonversikan nilai DPMO ke nilai sigma

dengan menggunakan Tabel konversi.

3. Analyze (A)

Analyze merupakan langkah operasional ketiga program peningkatan kualitas,

pada tahap ini tiga hal yang perlu dilakukan yaitu:

1) Strasifikasi atau Mengelompokan Jenis Kecacatan

2) Pembuatan Diagram Pareto

3) Pembuatan Sebab Akibat

4) Mengidentifikasikan dan menganalisis sumber-sumber akar penyebab

kecacatan atau kegagalan atau penyebab Kecacatan proses percetakan

koran dengan Metode FMEA.

4. Improve (I)

Setelah sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas teridentifikasi,

maka perlu dilakukan penetapan rencana tindakan untuk melakukan

peningkatan kualitas Six Sigma.

5. Control (C)

Perlu adanya pengawasan untuk meyakinkan bahwa hasil yang diiginkan

sedang dalam proses pencapaian. Hasil dari tahap improve harus diterapkan

dalam kurun waktu tertentu untuk dapat dilihat pengaruhnya terhadap kualitas

produk yang dihasilkan, pada tahap ini hasil peningkatan kualitas

didokumentasikan dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan dijadikan

pedoman kerja standar.


20

2.3.2. Metode Six Sigma Sebagai Alat Ukur

Secara statistik, six sigma berarti proses kita tidak akan membuat barang

cacat lebih dari 3,4 setiap satu juta produk atau jasa yang diterima oleh pelanggan,

semakin sedikit cacat yang anda buat maka sigma levelnya akan semakin tinggi.

Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran (variasi) dari

rata-rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six sigma diterapkan untuk

memperkecil variasi sigma (Gasper, 2012).

Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per Million

Oppurtunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran. DPMO merupakan ukuran

yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab berkorelasi langsung dengan

cacat, biaya dan waktu yang terbuang, untuk dapat melihat lebih jelas tentang

sigma level seperti yang terlihat pada Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. Hubungan Six Sigma dan DPMO


Sigma Parts per Million
6 Sigma 3,4 defects per million
5 Sigma 233 defects per million
4 Sigma 6.210 defects per million
3 Sigma 66.807 defects per million
2 Sigma 308.537 defects per million
1 Sigma 690.000 defects per million
(Sumber : Gaspersz, 2012)

2.3.3. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer)

Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer) adalah

salah satu alat Six Sigma yang digunakan oleh tim process improvement untuk

mengidentifikasi setiap elemen dalam proyek process improvement sebelum

proses dijalankan (Gaspersz, 2012).

SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer) digunakan untuk

menunjukkan aktivitas mayor, atau subproses dalam sebuah proses bisnis,


21

bersama-sama dengan kerangka kerja dari proses, yang disajikan dalam Supplier,

Input, Process, Output, Costumer. Nama SIPOC merupakan akronim dari lima

elemen utama dalam sistem kualitas menurut Gaspersz (2012) yaitu:

1. Suppliers adalah orang atau kelompok orang yang memberikan informasi

kunci, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri

dari beberapa sub proses, maka sub proses sebelumnya dapat dianggap sebgai

petunjuk pemasok internal (internal suppliers).

2. Inputs adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok (suppliers) kepada

proses.

3. Process adalah sekumpulan langkah yang mentransformasi-dan secara ideal

menambah nilai kepada inputs (proses transformasi nilai tambah kepada

inputs). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub-proses.

4. Outputs adalah produk (barang atau jasa) dari suatu proses. Dalam industri

manufaktur ouputs dapat berupa barang setengah jadi maupun barang jadi

(final product). Termasuk kedalam outputs adalah informasi-informasi kunci

dari proses.

5. Customers adalah orang atau kelompok orang, atau sub proses yang menerima

outputs. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses

sesudahnya dapat dianggap sebagai pelanggan internal (internal customers).

Pembuatan SIPOC Diagram sangat mudah dilakukan, menurut Gaspersz

(2012) beberapa langkah yang dapat diambil untuk membuat diagram SIPOC:

1. Buatlah area kosong yang akan memungkinkan tim menambahkan dan

mencantumkan berbagai hal dalam diagram SIPOC, sehingga tersusun

template dapat berupa tabel dengan label S-I-P-O-C di bagian atas.


22

2. Mulailah dengan variabel Process. Buat pemetaan proses hingga empat atau

lima langkah.

3. Identifikasi Output dari proses tersebut.

4. Identifikasi Customer yang akan menerima Output dari Process.

5. Identifikasi Input yang dibutuhkan Proses agar berjalan lancar.

6. Identifikasi Supplier yang memberikan Input pada Process.

7. Optional identifikasi kebutuhan dan permintaan Customer. Ini akan diverifikasi

pada langkah akhir dalam fase Measure.

8. Diskusikan dengan Sponsor Proyek, Champion dan stakeholder lain yang

terlibat dalam verifikasi.

Adapun contoh Diagram SIPOC dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut.

Gambar 2.2. Contoh Diagram SIPOC

(Sumber: Gaspersz, 2012)


23

2.4. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Menurut Gasperz (2012) Failure Modes and Effect Analysis adalah

pendekatan sistematik yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah

adanya permasalahan yang terdapat pada produk dan segera memproses

permasalahan tersebut sebelum terjadi permasalahan, dengan menerapkan suatu

metode pentabelan dengan menentukan mode kegagalan, penyebab kegagalan dan

efek dari kegagalan hal ini untuk membantu proses pemikiran yang digunakan

oleh engineers untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya.

Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) merupakan teknik evaluasi tingkat

keandalan dari sebuah sistem untuk menentukan efek dari kegagalan dari sistem

tersebut dimana fokus mencegah defect, peningkatan safety di area kerja serta

meningkatkan kepuasan pelanggan. Kegagalan digolongkan berdasarkan dampak

yang diberikan terhadap kesuksesan suatu misi dari sebuah sistem. Secara umum,

Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) didefinisikan sebagai sebuah teknik

yang mengidentifikasi tiga hal, yaitu:

1. Penyebab kegagalan yang potensial dari sistem, desain produk, dan proses

selama siklus hidupnya.

2. Efek dari kegagalan tersebut.

3. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem dan desain produk.

Dalam melakukan FMEA terlebih dahulu harus memahami 3 variabel

utama, yaitu :

1. Severity, yakni rating yang mengacu pada besarnya dampak serius dari suatu

potential failure mode.Adapun Skala Penilaian Severity dapat dilihat pada

Tabel 2.2.sebagai berikut.


24

Tabel 2.2. Skala Penilaian Severity


Skala Penilaian Kriteria
Negligble severity (pengaruh buruk yang dapat
diabaikan). Kita tidak perlu memikirkan bahwa akibat ini
1 akan berdampak pada kinerja produk. Pengguna akhir
mungkin tidak akan memperhatikan
kecacatan atau kegagalan ini.
Mild severity (pengaruh buruk yang ringan/sedikit).
2 Akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan. Pengguna
akhir tidak akan merasakan perubahan kinerja.
Perbaikan dapat dilakukan pada saat pemeliharaan reguler
3
(reguler maintenance).
Moderate severity (pengaruh buruk yang moderat).
4 Pengguna akhir akan merasakan penurunan kinerja,
namun masih dalam batas toleransi.
Perbaikan yang dilakukan tidak akan mahal, jika terjadi
5
downtime hanya dalam waktu singkat.
6 High severity (pengaruh buruk yang tinggi).
Pengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak
dapat diterima, berada diluar batas toleransi. Akibat akan
7 terjadi tanpa pemberitahuan atau peringatan terlebih
dahulu. Downtime akan berakibat biaya yang sangat
mahal.
Penurunan kinerja dalam area yang berkaitan dengan
8 peraturan Pemerintah, namun tidak berkaitan dengan
keamanan dan keselamatan.
Potential safety problems (masalah keselamatan
9
/keamanan potensial).
Akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya yang dapat
10 terjadi tanpa pemberitahuan atau peringatan terlebih
dahulu (Bertentangan dengan hukum)
(Sumber: Gasperz, 2012).

2. Occurrence, yakni mengacu pada berapa banyak frekuensi potential failure

terjadi. Adapun Skala Penilaian Occurance dapat dilihat pada Tabel 2.3.

sebagai berikut.
25

Tabel 2.3. Skala Penilaian Occurance


Tingkat
Skala Penilaian Kriteria Verbal
Kecacatan
Sangat jarang terjadi (remote, failure is 1 dalam
1
unlikely) 1.000.000
Kemungkinan terjadi rendah (low,
2 1 dalam 20.000
relatively few failure)
Kemungkinan terjadi rendah (low,
3 1 dalam 4.000
relatively few failure)
Kemungkinan terjadi rendah (low,
4 1 dalam 1.000
relatively few failure)
Biasa terjadi (moderate, occasional
5 1 dalam 400
failure)
Biasa terjadi (moderate, occasional
6 1 dalam 80
failure)
Sering terjadi atau berulang-ulang (high,
7 1 dalam 40
repeated failure)
Sering terjadi atau berulang-ulang (high,
8 1 dalam 20
repeated failure)
Sangat sering terjadi (very high,
9 1 dalam 8
almostinvitable failure)
Sangat sering terjadi (very high,
10 1 dalam 2
almostinvitable failure)
(Sumber: Gasperz, 2012).

3. Detection, yakni mengacu pada kemungkina metode deteksi yang sekarang

dapat mendeteksi potential failure mode sebelum produk tersebut dirilis untuk

produksi. Adapun Skala Penilaian Detection dapat dilihat pada Tabel 2.4.

berikut.

Tabel 2.4. Skala Penilaian Detection


Skala Tingkat Kejadian
Keriteria Verbal
Penilaian Penyebab
Metode pencegahan atau deteksi
1 1 dalam 1.000.000
sangat efektif.
Spesifikasi akan dapat dipenuhi secara
2 1 dalam 20.000
konsisten.
Kemungkinan kecil bahwa spesifikasi
3 1 dalam 4.000
tidak akan dipenuhi
4 Kemungkinan bersifat moderat. 1 dalam 1.000
Metode pencegahan atau deteksi
5 1 dalam 400
masih memungkinkan.
Kadang-kadang spesifikasi
6 1 dalam 80
itu tidak terpenuhi.
26

Tabel 2.4. Skala Penilaian Detection (Lanjutan)


Skala Tingkat Kejadian
Keriteria Verbal
Penilaian Penyebab
Kemungkinan bahwa spesifikasi
7 produk tidak dapat dipenuhi masih 1 dalam 40
tinggi.
Metode pencegahan atau deteksi
8 1 dalam 20
kurang efektif.
Kemungkinan bahwa spesifikasi
9 produk tidak dapat dipenuhi sangat 1 dalam 8
tinggi.
Metode pencegahan atau deteksi tidak
10 1 dalam 2
efektif.
(Sumber: Gasperz, 2012).

2.5. Proses Pracetak (prepress)

Pracetak merupakan awal dari suatu proses pembuatan barang cetakan.

Suatu karya desain tidaklah mudah untuk secara langsung ditransferkan ke proses

cetak. Ada beberapa tahapan yang harus dimengerti oleh seorang desainer grafis

dalam pengolahan karya desain. Untuk dapat membuat suatu desain produk

grafik, ada beberapa hal yang harus di mengerti, misalnya proses cetaknya, bahan

atau media cetaknya, dan sebagainya. Oleh karena itu perlu sekali adanya

pemahaman tentang alur proses cetak bagi para desainer grafis (Sumadiria, 2006).

Pracetak atau koran meliputi semua langkah proses yang dibutuhkan untuk

mempersiapkan materi desain, mulai dari persiapan area cetak, teks, original

image dan gambar grafis sampai kepada proses produksi untuk menghasilkan

semua materi yang siap "untuk proses cetak".Termasuk di dalamnya pembuatan

obyek-obyek desain baik berbasis vektor maupun pixel, pembuatan film dan plat

untuk persiapan proses cetak.

Materi yang ada di koran, yang meliputi kegiatan desain grafis juga

merupakan titik awal yang sangat berguna untuk kegiatan desain, misalnya untuk
27

website atau presentasi yang menggunakan teks dan foto atau gambar. Oleh

karena itu proses desain dalam Pracetak disebut juga dengan “PRE-MEDIA”,

yang artinya proses persiapan teks dan gambar untuk berbagai macam media

publikasi. Pracetak dikenal juga dengan tahap persiapan. Unit ini bertugas

mengolah materi yang akan dicetak hingga menjadi acuan cetak dari mesin cetak.

Dalam pekerjaannya, bagian Pracetak ini berkaitan erat dengan peralatan seperti

komputer untuk mendukung proses desain dan layout, printer, scanner, kamera,

meja layout dan montase, imagesetter (Computer to Film), film processor,

platemaker, plate processor, platesetter (Computer to Plate), penggaris, perekat,

cutter, astralon, densitometer dan lain-lain.

Menurut Sumadiria, (2006) secara garis besar, dalam ruang pra cetak,

beberapa proses yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Proses Layout Desain

Proses Layout adalah mengatur penempatan berbagai unsur komposisi,

seperti misalnya huruf dan teks, garis-garis, bidang, gambar, foto atau image

dan sebagainya. Layout dimulai dengan gagasan pertama dan diakhiri oleh

selesainya pekerjaan. Proses layout tersebut memberi kesempatan kepada

layouter dan langganannya untuk melihat pekerjaan mereka sebelum

dilaksanakan. Dengan demikian pembengkakan biaya karena pengulangan

penyusunan dan pembetulan kembali dapat dicegah. Dengan kata lain, layout

adalah proses memulai perancangan suatu produk cetakan. Syarat utama dari

proses layout adalah perwujudan umum dari sebuah layout harus sesuai

dengan hasil cetakan yang akan dihasilkan. Layout yang baik harus dapat

mewakili hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu proses cetakan. Oleh
28

karena itu yang harus dengan jelas ditampakkan pada sebuah layout adalah

gaya huruf dan ukurannya komposisi gambar yang digunakan bentuk, ukuran

dan komposisi warna ukuran dan macam kertas (bahan cetaknya). Persiapan

awal dari suatu proses Pra Cetak adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan

dipakai sebagai materi desain dan layout. Bahan dasar dari suatu proses

desain meliputi teks, image atau foto, gambar vektor, warna dan ukuran

bidang desain.

2. Teks

Teks merupakan salah satu unsur penting dalam suatu komposisi desain. Teks

digunakan untuk memberikan informasi kepada pembaca melalui kumpulan

huruf yang disusun sedemikian rupa. Oleh karena itu, penyusunan hurufpun

harus diatur dengan baik agar mampu berinteraksi dengan pembaca. Proses

mempersiapkan teks yang akan dipakai sebagai materi desain disebut juga

dengan word processing. Di dalam proses pembuatan teks tersebut, beberapa

hal yang perlu diketahui meliputi, format penulisan, ukuran dan tipe huruf,

termasuk juga bentuk huruf, jarak antar huruf dan baris (spasi), tebal huruf

lebar dan tipe kolom lurus kanan dan lurus kiri, pengaturan dan pemenggalan

kata dan kalimat dan penggunaan bahasa yang sesuai dengan aturan yang

berlaku.

Anda mungkin juga menyukai