diperlukan data produk cacat dari dokumen yang dimiliki Home Industri UD.
Sabena. Data yang diambil mencakup data Produksi dan Data Jenis Kerusakan
Data Produksi Kerupuk Jangek pada Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel
Januari 350.000
Februari 280.000
Maret 300.000
April 275.000
Mei 250.000
Juni 300.000
Juli 380.000
Augustus 320.000
September 250.000
Oktober 450.000
November 340.000
Desember 240.000
Sumber : Home Industri UD. Sabena, 2015
53
54
Data jenis kerusakan produk Kerupuk Jangek Home Industri UD. Sabena
terdapat tiga jenis kerusakan diantaranya yaitu Hangus, Keras dan patah (hancur)
adapun data jenis kerusakan produk Kerupuk Jangek Tahun 2014 dapat dilihat
Tabel 3.2. Data Jenis Kerusakan Produk Kerupuk Jangek Tahun 2014
Jenis Kerusakan Produk Kerupuk Jangek (Bungkus)
Bulan
Hangus Keras Patah (hancur)
Januari 7840 6524 4634
Februari
5963 4429 4160
Maret
9113 2610 5277
April
7239 4330 5180
Mei
5700 2944 5446
Juni
6340 6520 6980
Juli
6963 4429 5765
Augustus
8340 4340 6973
September
8830 5670 5768
Oktober
7320 5830 6320
November
8110 7230 7985
Desember
7560 5870 5430
Sumber : Home Industri UD. Sabena, 2015
berikut:
2. Membuat histogram
pengolahan data dilakukan dengan metode seven tools, langkah pertama yang
akan dilakukan adalah membuat check sheet. Check sheet berguna untuk
mempermudah proses pengumpulan data serta analisis. Selain itu pula berguna
Adapun hasil pengumpulan dan pengolahan data melalui check sheet yang telah
Tabel 3.3. Laporan Produksi dan Produk Rusak Kerupuk Jangek Tahun
2014 Pada Home Industri UD. Sabena Kecamatan Meureubo
Jenis Kerusakan Produk Kerupuk Jangek Jumlah
Jumlah Produksi
Bulan Presentase Produk
Kerupuk Jangek Hangus Keras Patah (hancur)
Cacat
Januari 350.000 7840 6524 4634 5,43 18.998
Februari 280.000 5963 4429 4160 5,20 14.552
Maret 300.000 9113 2610 5277 5,67 17.000
April 275.000 7239 4330 5180 6,09 16.749
Mei 250.000 5700 2944 5446 5,64 14.090
Juni 300.000 6340 6520 6980 6,61 19.840
Juli 380.000 6963 4429 5765 4,52 17.157
Agustus 320.000 8340 4340 6973 6,14 19.653
September 250.000 8830 5670 5768 8,11 20.268
Oktober 450.000 7320 5830 6320 4,33 19.470
November 340.000 8110 7230 7985 6,86 23.325
Desember 240.000 7560 5870 5430 7,98 18.860
Total 3.735.000 89.318 60.726 69.918 72.58 219.962
Rata-Rata 311.250 7443,16 5060,50 5826,50 6,04 18.330
(Sumber : Data Primer Home Industri UD. Sabena 2015 yang diolah)
3.2.3. Histogram
histogram. Histogram ini berguna untuk melihat jenis kerusakan yang paling
banyak terjadi. Berikut ini Histogram yang dibuat berdasarkan Tabel 3.3. berikut.
90,000
80,000
70,000
69.918
60,000
60.726
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
Hangus (Bungkus) Keras (Bungkus) Patah (Bungkus)
Jenis Kerusakan Produk Kerupuk Jangek
Dari histogram tersebut, dapat kita lihat jenis kerusakan produk kerupuk
jangek yang paling sering terjadi adalah Kerupuk Jangek Hangus, dengan jumlah
kerusakan Sebanyak 89.318 bungkus dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah
kerusakan terbanyak kedua adalah karena kerupuk jangek patah dengan jumlah
kerusakan sebanyak 69.918 bungkus selama kurun satu tahun dan jumlah
kendali (p-chart) yang berfungsi untuk melihat apakah pengedalian kualitas pada
home industri UD. Sabena ini sudah terkendali atau belum. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya bahwa langkah awal dalam membuat peta kendali adalah
sebagai berikut :
kerusakan Kerupuk Jangek pada tiap sub-group (bulan). Rumus untuk menghitung
np
persentase kerusakan adalah : p
n
Keterangan : np : Jumlah gagal dalam sub grup
58
18.998
Sub Grup 1 x 100 5,43%
350.000
14.552
Sub Grup 2 x 100 5,20%
280.000
17.000
Sub Grup 3 x 100 5,67%
300.000
16.749
Sub Grup 4 x 100 6,09%
275.000
14.090
Sub Grup 5 x 100 5,64%
250.000
Garis pusat / Central Line adalah garis tengah yang berada diantar batas
kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL). Garis Pusat ini merupakan
garis yang mewakili rata-rata tingkat kerusakan dalam suatu proses produksi.
CL P
np
n
Keterangan :
Ʃnp = 219.962,000
Ʃn = 3.735.000
CL p
np 219.962,000 0,059
n 3.735.000
3.2.4.3. Menghitung Batas Kendali Atas (UCL) dan Batas Kendali Bawah (LCL)
Batas kendali atas dan batas kendali bawah merupakan indikator ukuran
secara statistik sebuah proses bisa dikatakan menyimpang atau tidak. Batas
p (1 p)
UCL p 3 (
n
Keterangan :
p 0,059
n = 12
p (1 p) 0,059 (1 0,059)
UCL p 3 ( 0,059 3
n 12
2,080
p (1 p)
LCL p 3 (
n
60
Keterangan :
dari rumus LCL maka dapat diperoleh batas kendali bawah sebesar :
p 0,059
n = 12
p (1 p) 0,059 (1 0,059)
LCL p 3 ( 0,059 3
n 12
0,20
Setelah nilai dari persentase kerusakan dari setiap grup, nilai CL, nilai
UCL dan nilai LCL didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah membuat peta
17 agar memudahkan untuk melihat grup mana sajakah yang keluar dari batas
kendali. Berikut ini p-chart dari hasil olah data Minitab 17:
61
1
0,00036
UCL=0,0003517
0,00034
Proportion
_
P=0,0003230
0,00032
0,00030
LCL=0,0002943
0,00028 1
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sample
Tests performed with unequal sample sizes
Dari gambar 3.2. diatas dapat kita lihat bahwa masih ada titik-titik yang
berada diluar batas kendali (UCL dan LCL). Terdapat 5 Titik yang berada diluar
batas kendali dan 7 titik yang berada didalam batas kendali, sehingga bisa
dikatakan bahwa proses tidak terkendali. Karena adanya titik yang berfluktuasi
dan tidak beraturan hal ini menunjukkan bahwa pengendalian kualitas untuk
produk Kerupuk Jangek masih mengalami penyimpangan, oleh sebab itu masih
diperlukan analisis lebih lanjut mengapa penyimpangan ini terjadi dengan
menggunakan diagram sebab-akibat (fishbone diagram) untuk mengetahui
penyebab dari penyimpangan /kerusakan dari produk ini.
62
secara permanen. Dengan diagram ini, maka dapat diketahui jenis kerusakan
produk Kerupuk Jangek yang paling dominan pada hasil produksi selama bulan
Januari hingga Desember 2014. Pada tabel 3.4. dapat dilihat jenis-jenis kerusakan
yang sering terjadi pada produk Kerupuk Jangek Home Industri UD. Sabena
berlangsung dan langsung terdeteksi, sehingga bisa di reject atau dipisahkan dari
produk yang baik agar tidak sampai ke tangan konsumen. Berikut ini merupakan
tabel dari jumlah rata-rata kerusakan produk Kerupuk Jangek pada Home Industri
UD. Sabena selama periode Januari hingga Desember 2014 yang dapat dilihat
Langkah selanjutnya yaitu data pada tabel 3.4 harus diurutkan berdasarkan
jumlah kerusakan, mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil dan dibuat
yang dominan.
63
Berdasarkan data diatas maka dapat disusun sebuah diagram pareto seperti
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kerusakan yang terjadi pada
produksi Kerupuk Jangek selama 12 (dua belas) bulan didominasi oleh 3 jenis
kerusakan yaitu karena Hangus dengan persentase 40,61 %, rusak karena patah
sebesar 31,78% dan rusak karena keras (kerupuk batet) 27,61 %dari jumlah
produksi.
64
Keras dan Patah kotoran dapat dilihat pada gambar 3.3. berikut ini
65
9000
8000
7000
6000
5000
Keras
4000
Patah (hancur)
3000
2000
1000
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
1. Pekerja (People), yaitu pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi.
4. Metode (Method), yaitu instruksi atau perintah kerja yang harus diikuti dalam
proses produksi.
66
Mesin Manusia
Hangus
Kerupuk Jangek yang Hangus disebabkan oleh suhu kompor terlalu panas
Cuaca Tidak
Mendukung
Kualitas Kurang
Baik
Suhu yang Terlalu
Lembab
Keras
Penyetelan Mesin
Prosedur Kurang Tepat Kurang Konsentrasi
Kurang Baik
Kurang Teliti pada
saat proses
Kerupuk Jangek yang keras disebabkan karena Cuaca yang lembab dan
pencahayaan kurang.
68
People Method
Patah
Ditumpuk dengan Daging Terlalu
Benda Lain Lembek Terlalu Rapuh
Material Machine
Penyebab kerupuk jangek di sebabkan karena kulit sapi terlalu lembek dan
terlalu matang.