BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kualitas
2.1.1 Definisi Kualitas
Menurut puteri dan prasetio (2016) Pengertian kualitas akan terus
berevolusi seiring dengan jalannya pertumbuhan dan kedewasaan profesi yang
berkaitan dengan kualitas. Tidak ada satupun konsultan atau pelaku bisnis yang
setuju pada satu pengertian kualitas yang universal. Berikut penelitian tentang
definisi kualitas kepada manager 86 perusahaan di bagian timur Amerika Serikat
menghasilkan beberapa jawaban yang berbeda, diantaranya:
1. Kesempurnaan
2. Konsistensi
3. Pengurangan Limbah
4. Kecepatan Pengiriman
5. Ketaatan pada peraturan dan prosedur
6. Penyediaan Produk yang Baik dan Bermanfaaat
7. Melakukan Hal yang Benar Sejak Awal
8. Memuaskan Pelanggan
9. Pelayanan
Dalam memahami makna dari kualitas tentu tidak hanya dilihat dari satu
pendefinisian saja, melainkan bisa dilihat juga dari pandangan-pandangan para ahli
yang mendefinisikan kualitas. Setiap pendefinisian berbeda-beda tetapi maksudnya
sama. Berikut dikemukakan pengertian kualitas berdasarkan pandangan beberapa
referensi.
Suatu studi oleh Kotler dan Keller (2012) dalam Suryati (2015) mengatakan
bahwa kualitas yaitu keseluruhan corak karakteristik dari produk atau jasa yang
menunjang kemampuan untuk memuaskan pelanggan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
5
Menurut Juharni (2017) kualitas adalah suatu strategi dasar bisnis yang
menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen
6
internal dan eksternal, secara eksplisit dan implisit. Strategi ini menggunakan
seluruh kemampuan sumberdaya managemen, pengetahuan, kompetensi inti,
model, teknologi, peralatan, material, sistem dan manusia untuk menghasilkan
barang dan jasa yang bernilai tambah bagi masyarakat.
1. Produktifitas meningkat.
2. Produk cacat berkurang.
3. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
4. Meningkatnya harga jual.
7
Menurut Umar (2005) Dimensi Kualitas Produk dapat melalui delapan dimensi
seperti yang dipaparkan berikut ini:
a. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam
memberi barang tersebut. Contohnya yaitu sebuah televisi yang memiliki
kinerja utama yaitu menampilkan kualitas gambar dan suara yang jelas dan
baik.
b. Features, yaitu aspek performasi yang berguna menambah fungsi dasar
berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya. Misalnya
produk penerbangan memberikan makanan dan minuman gratis.
c. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu
barang berhasil menajalankan fungsi-fungsinya setiap kali digunakan dalam
periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. Misalnya motor baru
sering macet saat digunakan.
d. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi
yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi
merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan
karakteristik kualitas standar yang ditetapkan. Contohnya printer laser yang
memiliki ketajaman cetak dibandingkan dengan kompetitor.
8
e. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau
masa pakai barang. Contohnya printer laser yang memiliki usia pakai yang
sangat lama.
f. Serviceability, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan percepat an,
kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk
perbaikan barang. Contohnya motor Yamaha yang memiliki tempat service
yang mudah dijangkau.
g. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-
nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari
preferensi individual. Misalnya bentuk tampilan sebuah ponsel yang ingin
dibeli.
h. Perceived Quality, sifat subyektif berkaitan dengan perasaan pelanggan
mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.
Berkaitan dengan citra dan reputasi suatu produk, contohnya ponsel iphone,
mobil Toyota, kamera canon.
a. Market (Pasar)
Jumlah produk baru dan lebih baik yang ditawarkan di pasar, terus tumbuh
pada laju eksplosit. Kebanyakan hasil produk ini adalah perkembangan dari
teknologi baru bukan hanya produk itu sendiri tapi juga bahan dan metode
yang mendasari pembuatan produk tersebut.
b. Money (Uang)
Meningkatnya persaingan dibanyak bidang, bersamaan dengan fluktuasi
ekonomi dunia telah menurunkan batas laba. Pada waktu yang bersamaan,
kebutuhan akan diotomasi. Pengeluaran biaya yang lebih besar untuk proses
dan perlengkapan yang baru. Kenyataan ini telah memfokuskan perhatian
9
manager di bidang biaya mutu sebagai salah satu “titik lunak” tempat biaya
operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk memperbaiki laba.
c. Management (Managemen)
Bagian kendali mutu harus direncanakan pengukuran-pengukuran mutu.
Hal ini telah menambah beban, khususnya dari bertambahnya kesulitan
dalam mengalokasikan tanggung jawab yang tepat untuk mengoreksi
penyimpangan standar mutu.
d. Man (Manusia)
Perkembangan yang sangat signifikan dalam berbagai bidang baru seperti
elektronik dan komputer menuntut perusahaan akan kebutuhan karyawan
yang tinggi dengan pengetahuan-pengetahuan tersebut. Oleh karena itu,
peningkatan mutu produk juga bergantung terhadap kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki.
e. Motivation (Motivasi)
Pemberian hadiah maupun pengharagaan dapat meningkatkan motivasi
karyawan sehingga karyawan dapat dibimbing kearah kebutuhan yaitu
pendidikan mutu dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran mutu
sehingga pekerja dapat menjamin mutu dari suatu produk.
f. Materials (Bahan)
Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan mutu, para ahli memilih
bahan dengan batasan yang lebih ketat daripada sebelumnya dan
menggunakan dan menggunakan banyak bahan yang baru. Pemeriksaan
spesifikasi bahan yang semakin ketat dapat menurunkan biaya secara
efektif.
g. Michine and Mechanisation (Mesin dan Mekanisasi)
Keinginan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan peningkatan
volume produksi mendorong penggunaan perlengkapan pabrik yang
sempurna.
h. Modern Information Methods (Metode Informasi Modern)
10
c. Fitur
Menurut Kotler dan Keller (2009) fitur adalah alat untuk bersaing yang
membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing. Fitur produk
identik dengan sesuatu yang sifatnya unik, khas dan istimewa yang tidak
dimiliki oleh produk lainnya. Cara perusahaan memutuskan untuk fitur baru
seperti apa yang akan ditambahkan yaitu dengan cara melakukan survey
kepada kosumen yang menggunakan produknya.
Salah satu cara yang paling efektif bagi perusahaan dalam mengungguli
kompetitornya adalah dengan menjadi produsen pertama yang
memperkenalkan fitur baru dan memiliki nilai lebih di mata konsumen.
d. Desain
Menurut Setyanto, dkk. (2017) desain merupakan cara yang potensial
untuk mengatasi persaingan dengan kompetitor karena dapat
mendiferensiasikan dan memposisikan produk perusahaan. Desain yang
didukung dengan komposisi yang tepat dan sesuai dengan perkembangan
zaman akan menghasilkan proses kinerja produk yang baik. Desain yang
baik dari suatu produk tentunya akan meningkatkan pemasaran produk
seperti menambah kualitas dan keawetan produk.
b. One-dimensional
Kategori ini merupakan kebutuhan yang apabila ada dalam sebuah produk atau
jasa akan memberikan kepuasan pada konsumennya, begitu juga sebaliknya
konsumen akan merasa kecewa dengan tidak adanya atribut ini. Dalam studi
oleh Lukman & Wahyu (2018) pengembangan produk coklat yang termasuk
ke dalam kategori ini terdapat 5 atribut diantaranya yaitu tekstur coklat tidak
keras dan lembut.
c. Attractive
Pemenuhan kategori ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan yang sangat
tinggi, tetapi jika tidak dipenuhi tidak akan menyebabkan penurunan tingkat
kepuasan. Misalnya dalam studi oleh Lukman & Wahyu (2018) terdapat 6
atribut attractive, salah satunya yaitu pada atribut isian coklat berupa kacang
mente menjadi atribut attractive.
d. Indifference
Yaitu kategori yang tidak akan menimbulkan reaksi apapun pada konsumen
jika kategori tersebut diadakan. Misalnya dalam studi oleh Lukman &
Wulandari (2018) pada studi pengembangan produk coklat. Atribut yang
termasuk ke dalam kategiri ini terdapat pada atribut rasa susu dan coklat yang
seimbang menjadi produk indefferent
e. Reverse
Yaitu kategori yang akan menimbulkan ketidakpuasan pada konsumen apabila
kategori ini dikembangkan dalam suatu produk. Misalnya pada jurnal wahyu
(2018) dalam pengembangan produk coklat yang termasuk dalam kategori
reverse yaitu masa kadaluwarsa produk.
2.3.3 Tahapan Dalam Metode KANO
Dalam penentuan kategori Kano dilakukan beberapa tahapan untuk
mengetahui atribut yang diinginkan oleh konsumen dan sudah seberapa jauh
pengaruh yang diberikan produk terhadap kepuaasan konsumen. Menurut
Nofirza & Indrayani (2011) berikut merupakan tahapan dalam menerapkan
metode Kano:
15
Customer Dysfunctional
requirement 1. Like 2. Must be 3. Neutral 4. live With 5. Dislike
1. Like Q A A A O
Functional
2. Must be R I I I M
3. Neutral R I I I M
4. live With R I I I M
5. Dislike R R R R Q
(Sumber: Nofirza & Indrayani, 2011)
Better
Indifferent must-be
0.0
Worse 1.0
Gambar 2.1 Kuadran Kano
(Sumber: Lukman & Wulandari, 2018)
2.4 Quality Function Deployment
Menurut Hidayat (2007) QFD dikembangkan pada tahun 1960 oleh Prof.
shigeru Mizuno dan Yuji Akao, dengan memperkenalkan metode peningkatan
jaminan kualitas yang dirancang dan dibangun berdasarkan nilai-nilai kepuasan
konsumen kedalam fungsi-fungsi produk. Dapat dikatakan bahwa QFD merupakan
suatu konsep untuk menginterpretasikan voice of customer
Quality Function Deployment (QFD) adalah salah satu perangkat kerja kualitas
yang sangat efektif digunakan dalam tahap-tahap desain. QFD adalah konsep
pendekatan struktur dalam mendefinisikan apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan,
17
• Adjustment factor
Merupakan nilai absolut tertinggi dari better atau worse.
Penilaian adjustment factor menempatkan bobot atribut yang
membawa kepuasan lebih saat terpenuhi atau yang membawa
ketidakpuasan lebih saat atribut itu tidak ada. Nilai adjustment factor
didapat dengan persamaan sebagai berikut (lukman & wulandari,
2018):
𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = max( [𝑏𝑒𝑡𝑡𝑒𝑟], [𝑤𝑜𝑟𝑠𝑒]) (5)
• Improvement Ratio
Menunjukkan besarnya usaha perbaikan yang perlu dilakukan
oleh perusahaan dalam mencapai tujuannya. Semakin besar nilai
improvement ratio maka semakin besar pula usaha yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kualitas (Kosasih, 2013). Nilai improvement
ratio dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut (Lukman &
wulandari, 2018):
𝑔𝑜𝑎𝑙 (𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡)
𝑖𝑚𝑝𝑟𝑜𝑣𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑠𝑎𝑡𝑖𝑠𝑓𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑐𝑢𝑠𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 (6)
E
Technical
Correlations
C. Technical Respon
A B
D
Customer Matrik
Relationships
Needs Perncanaan
F
Benchmarking & Penetapan
Target