Anda di halaman 1dari 26

STRAT

EGI
KUALI
A. PENGERTIAN KUALITAS

TASSuatu perusahaan untuk dapat mempertahankan keberadaannya di pasar


dalam jangka panjang, maka perusahaan yang bergerak di sektor barang maupun
jasa harus berorientasi pada kualitas. Karena kualitas dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu produk baik barang maupun jasa dalam memenuhi kebutuhan
konsumen.
Perusahaan yang bergerak di sektor barang menghasilkan produk nyata yang
berwujud sedangkan di sektor jasa menghasilkan produk yang merupakan
pelayanan. Dengan demikian kegiatan ekonomi yang biasanya menghasilkan
sesuatu yang wujudnya tidak nyata seperti pendidikan, hiburan, transportasi,
administrasi, layanan keuangan, kesehatan disebut kegiatan di sektor jasa. Namun
sekarang ini kecenderungan banyak produk yang merupakan kombinasi dari barang
maupun jasa yang biasanya dikenal dengan istilah mix service. Akan tetapi apapun
jenis produk yang dihasilkan perusahaan, sekarang ini harus memfokuskan pada
kualitas karena bagi konsumen, produk yang berkualitas akan memberikan kepuasan
sehingga kepercayaan untuk mengkonsumsi produk tersebut akan terus menjadikan
loyalitas para konsumen akan produk tersebut.
Banyak perusahaan telah menemukan bahwa kualitas merupakan obat kuat
untuk memperbaiki operasi. Mengelola kualitas membantu membangun strategi yang
suskes akan differensiasi, biaya rendah, dan respons cepat. Kualitas juga
merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan.
Kualitas tinggi atau kualitas rendah akan memberikan pengaruh pada
organisasi secara keseluruhan, mulai dari pemasok hingga ke pelanggan, dan dari
desain produk hingga ke pemeliharaan. Walaupun demikian, hal yang lebih penting
adalah membangun sebuah organisasi yang dapat mencapai kualitas dan juga
mempengaruhi organisasi secara keseluruhan.
Jadi definisi kualitas (quality) adalah ”keseluruhan fitur dan karakteristik
produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang
tersamar”. Definisi kualitas juga terbagi atas beberapa kategori :
1. Berbasis Pengguna
Mereka mengajukan bahwa kualitas ”bergantung kepada pemirsa”. Bagi orang
pemasaran dan pelanggan, kualitas yang lebih tinggi berarti kinerja yang lebih
baik, fitur yang lebih baik, dan perbaikan lainnya (yang terkadang memakan
biaya).
2. Berbasis Manufaktur
Bagi manajer produksi, kualitas berarti pemenuhan standar dan membuat produk
secara benar sejak dari awalnya.
3. Berbasis Produk
Memandang kualitas sebagai variabel yang tepat dan dapat dihitung.
Karakteristik yang terkandung dalam arti kualitas harus diidentifikasikan
pertama kali melalui penelitian (sebuah penelitian berbasis pengguna). Karakteristik
ini kemudian diterjemahkan pada atribut produk yang spesifik (sebuah pendekatan
kualitas berbasis produk). Kemudian proses manufaktur diatur untuk memastikan
produk dibuat tepat seperti spesifikasi yang ada (sebuah pendekatan kualitas
berbasis manufaktur). Suatu proses yang mengabaikan salah satu dari langkah ini
tidak akan menghasilkan produk yang berkualitas.

B. CARA KUALITAS MENINGKATKAN KEUNTUNGAN


1
Peningkatan kualitas membantu perusahaan meningkatkan penjualan dan
mengurangi biaya, yang keduanya akan meningkatkan keuntungan. Peningkatan
penjualan sering terjadi saat perusahaan mempercepat respons, merendahkan harga
jual sebagai hasil dari skala ekonomis, dan memperbaiki reputasi mereka akan
produk yang berkualitas. Demikian juga, kualitas yang diperbaiki menyebabkan biaya
turun karena perusahaan meningkatkan produktivitas dan menurunkan rework,
bahan yang terbuang (scrap), dan biaya garansi.
Dari suatu penelitian diketahui bahwa kualitas dan produktivitas berbanding
lurus. Artinya perusahaan dengan kualitas terbaik, lima kali lebih produktif (dengan
ukuran unit yang diproduksi per jam kerja) dibandingkan perusahaan dengan
perusahaan dengan kualitas paling rendah. Tentu saja, apabila pengaruh biaya
jangka panjang organisasi dan potensi peningkatan penjualan dipertimbangkan,
biaya total mungkin berada pada titik minimum, di saat 100% barang atau jasa yang
sempurna dan bebas dari kecacatan.

Keuntungan Penjualan
 Perbaikan respons
 Harga yang lebih tinggi
 Perbaikan reputasi

Peningkatan Kualitas Peningkatan Keuntungan

Penurunan Biaya
 Peningkatan produktivitas
 Pengurangan biaya rework dan
limbah
 Pengurangan biaya garansi

Gambar : Cara Kualitas Meningkatkan Keuntungan

C. PENGARUH KUALITAS
Selain sebagai elemen penting dalam operasi, kualitas juga memiliki pengaruh
lain. Ada tiga alasan lain pentingnya kualitas yaitu :
1. Reputasi Perusahaan
Suatu organisasi menyadari bahwa reputasi akan mengikuti kualitas, apakah itu
baik atau buruk. Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru
perusahaan, kebiasaan karyawan, dan hubungan pemasok. Promosi diri tidak
akan dapat menggantikan produk yang berkualitas.
2. Keandalan Produk
3. Keterlibatan Global
Di masa teknologi seperti sekarang, kualitas menjadi suatu perhatian
internasional, sebagai halnya Manajemen Operasi. Bagi perusahaan dan negara
yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, maka produk mereka
harus memenuhi harapan kualitas, desain, dan harga global. Produk yang rendah
mutunya mengurangi keuntungan perusahaan dan neraca pembayaran negara.

D. BIAYA KUALITAS
2
Ada empat kategori utama biaya dikaitkan dengan kualitas yang disebut
sebagai biaya kualitas (cost of quality – COQ ) yaitu:

1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)


Biaya yang terkait dengan pengurangan komponen atau jasa yang rusak.
Contoh : Pelatihan, program peningkatan kualitas.
2. Biaya Penaksiran (Appraisal Cost)
Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses, komponen dan jasa.
Contoh : Biaya percobaan, laboratorium, pengujian.
3. Kegagalan Internal (Internal Failure)
Biaya yang diakibatkan oleh proses produksi komponen atau jasa yang rusak
sebelum diantarkan ke pelanggan.
Contoh : Rework, scrap, dan waktu menunggu disebabkan mesin rusak (down
time).
4. Biaya Eksternal (External Failure)
Biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang cacat.
Contoh : Rework, barang dikembalikan, kewajiban, kehilangan goodwill, biaya
pada masyarakat.

Tiga jenis biaya pertama di atas dapat diperkirakan, akan tetapi biaya
eksternal sangat sulit dihitung. Contoh : General Electric harus menarik mesin
pencuci piringnya sejumlah 3,1 juta karena ada saklar cacat yang didakwa telah
menimbulkan tujuh kali kebakaran. Ternyata biaya perbaikan melebihi nilai mesin
keseluruhan. Hal ini mendorong keyakinan banyak pakar, bahwa biaya karena
kualitas yang rendah tidak dapat dipandang remeh.
Pengamat manajemen kualitas percaya bahwa secara seimbang, biaya
produk berkualitas hanyalah sebagian dari keuntungan. Mereka berpendapat bahwa
yang kalah adalah organisasi yang gagal bekerja secara agresif. Kualitas bukan
sebuah hadiah, tetapi memang gratis. Apa yang dibebani dengan biaya adalah
barang-barang yang tidak berkualitas, semua tindakan yang tidak dikerjakan secara
benar sejak awal.

E. STANDAR KUALITAS INTERNASIONAL


Kualitas secara global sangat penting, sehingga dunia bersatu dalam satu
standar kualitas, yaitu ISO. Pada dasarnya ISO merupakan singkatan dari The
International Organization for Standardization, meskipun secara teknis
singkatannya menjadi IOS, namun penulisannya bakunya adalah ISO.
The International Organization for Standardization merupakan lembaga
standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang
berkaitan dengan perubahan barang dan jasa. Lembaga atau organisasi ini berpusat
di Jenewa, Swiss. Beberapa contoh jenis-jenis ISO adalah sebagai berikut :
1. ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu)
2. ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan)
3. ISO 18001 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja-SMK3)
OHSAS
4. ISO 16949 (Sistem Manajemen Otomotif -Kendaraan Bermotor)
5. ISO 17025 (Sistem Manajemen Laboratorium)
6. ISO 15489 ( Sistem Manajemen Database Perusahaan)
7. ISO 22000(Sistem Manajemen Food Safety)
8. ISO 26000 (Sistem Manajemen Corporate Social Responsibility)
9. ISO 27000 ( Sistem Manajemen IT)
10. ISO 28000 (Sistem Manajemen Supply Chain)
11. ISO 31000 (Sistem Risk Management Perusahaan)

3
ISO 9000
Merupakan satu-satunya standar kualitas yang diakui secara internasional.
Pada tahun 1987, 91 negara anggota (termasuk Amerika Serikat) menerbitkan
beberapa standar jaminan kualitas, yang dikenal sebagai ISO 9000. Atas usulan
American National Standard Institute kepada Inggris, maka pada tahun 1987
melalui International Organization for Standardization, standard BS-5750
diadopsi sebagai sebuah international standard yang kemudian dinamai ISO
9000:1987. Ada 3 versi pilihan implementasi pada versi 1987 ini yaitu yang
menekankan pada aspek Quality Assurance, aspek QA and
Production dan Quality Assurance for Testing. Fokus utamanya adalah
inspection product  di akhir sebuah proses (dikenal dengan final inspection)
dan kepatuhan pada aturan system procedure yang harus dipenuhi secara
menyeluruh.
Pada perkembangan berikutnya, ditahun 1994, karena kebutuhan guaranty
quality bukan hanya pada aspek final inspection, tetapi lebih jauh ditekankan
perlunya proses preventive action untuk menghindari kesalahan pada proses
yang menyebabkan ketidak sesuaian pada produk. Namun demikian versi 1994
ini masih menganut system procedure yang kaku dan cenderung document
centre dibandingkan kebutuhan organisasi yang disesuaikan dengan proses
internal organisasi. Pada ISO 9000:1994 dikenal 3 versi, yaitu 9001 tentang
design, 9002 tentang proses produksi, dan 9003 tentang services.
Versi 1994 lebih fokus pada proses manufacturing dan sangat sulit
diaplikasikan pada organisasi bisnis kecil karena banyaknya prosedur yang
harus dipenuhi (sedikitnya ada 20 klausul yang semuanya wajib di
dokumentasikan menjadi prosedur organisasi). Karena ketebatasan inilah, maka
technical committee melakukan review atas standar yang ada hingga akhirnya
lahirlah revisi  ISO 9001:2000 yang merupakan penggabungan dari ISO 9001,
9002, dan 9003 versi 1994.
Pada versi tahun 2000, tidak lagi dikenal 20 klausul wajib, tetapi lebih pada
proses bisnis yang terjadi dalam organisasi. Sehingga organisasi sekecil apapun
bisa mengimplementasi sistem ISO 9001:2000 dengan berbagai pengecualian
pada proses bisnisnya. Maka dikenallah istilah BPM atau Business Process
Mapping, setiap organisasi harus memertakan proses bisnisnya dan
menjadikannya bagian utama dalam quality manual perusahaan, walaupun
demikian ISO 9001:2000 masih mewajibkan 6  prosedur yang harus
terdokumentasi, yaitu procedure control of document, control of record, Control
of Non conforming Product, Internal Audit, Corrective Action, dan Preventive
Action, yang semuanya bisa dipenuhi oleh organisasi bisnis manapun.
Pada perkembangan berikutnya, versi 2008 lahir sebagai bentuk
penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Adapun perbedaan antara versi 2000
dengan 2008 secara signifikan lebih menekankan pada efektivitas proses yang
dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada versi 2000 mengatakan
harus dilakukan corrective dan preventive action, maka versi 2008
menetapkan bahwa proses corrective dan preventive action yang dilakukan
harus secara effective berdampak positif pada perubahan proses yang
terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada control proses
outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam versi terbaru ISO 9001 ini.

Sistem ISO 9001:2008 fokus pada efektifitas proses continual improvement


dengan pilar utama pola berpikir PDCA, dimana dalam setiap proses senantiasa

4
melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas,
dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang
sesuai dan monitoring pelaksanaannya agar benar-benar bisa menuntaskan
masalah yang terjadi di organisasi.
Pilar berikutnya yang digunakan demi menyukseskan proses implementasi
ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah Delapan prinsip manajemen mutu yang
bertujuan untuk mengimprovisasi kinerja sistem agar proses yang berlangsung
sesuai dengan fokus utama yaitu effectivitas continual improvement, 8 prinsip
manajemen yang dimaksud adalah :
1) Customer Focus : Semua aktifitas perencanaan dan implementasi sistem
semata-mata untuk memuaskan customer.
2)  Leadership : Top Management berfungsi sebagai Leader dalam mengawal
implementasi sistem bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol dalam
satu komando dengan komitmen yang sama dan gerak yang sinergi pada
setiap elemen organisasi
3)  Keterlibatan Semua Orang : Semua elemen dalam organisasi terlibat dan
concern dalam implementasi sistem manajemen mutu sesuai fungsi kerjanya
masing-masing, bahkan hingga office boy sekalipun hendaknya senantiasa
melakukan yang terbaik dan membuktikan kinerjanya layak serta berkualitas,
pada fungsinya sebagai office boy.
4)  Pendekatan Proses : Aktifitas implementasi sistem selalu mengikuti alur
proses yang terjadi dalam organisasi. Pendekatan pengelolaan proses
dipetakan melalui business process. Dengan demikian, pemborosan karena
proses yang tidak perlu bisa dihindari atau sebaliknya, ada proses yang tidak
terlaksana karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan flow process itu
sendiri yang berdampak pada hilangnya kepercayaan pelanggan
5)   Pendekatan Sistem ke Manajemen  : Implementasi sistem mengedepankan
pendekatan pada cara pengelolaan (management) proses bukan sekedar
menghilangkan masalah yang terjadi. Karena itu konsep kaizen, continual
improvement  sangat ditekankan. Pola pengelolaannya bertujuan
memperbaiki cara dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah dan
melakukan improvement untuk menghilangkan potensi masalah.
6)   Perbaikan Berkelanjutan : Improvement, adalah roh implementasi ISO
9001:2008
7)   Pendekatan Fakta sebagai Dasar Pengambilan Keputusan : Setiap
keputusan dalam implementasi sistem selalu didasarkan pada fakta dan
data. Tidak ada data (bukti implementasi) sama dengan tidak
dilaksanakannya sistem ISO 9001:2008
8)   Kerjasama yang Saling Menguntungkan dengan Pemasok : Supplier
bukanlah Pembantu, tetapi mitra usaha, business partner karena itu harus
terjadi pola hubungan saling menguntungkan.

Pada tahun 2015 beberapa standar manajemen melakukan revisi atas


persyaratan yang ditetapkan menjadi ISO 9001:2015. Perkembangan terhadap
pengelolaan resiko atas kemungkinan kegagalan atau tidak sesuai dengan
tujuan sebuah proses telah menjadi ilmu wajib yang harus dilaksanakan dalam
memastikan keberlangsungan bisnis / operasional organisasi. ISO 9001 mulai
memasukkan risk management dalam proses pengelolaan manajemen pada
revisi terbaru ISO 9001 tahun 2015. Latar belakang perubahan ISO 9001:2008
ke ISO 9001:2015 adalah :

- Standar ISO ditinjau setiap lima tahun sekali untuk memastikan standar
tersebut tetap up-to-date dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
5
- Respon terhadap tren terbaru dan akan selaras dengan sistem manajemen
lainnya seperti ISO 14001.
- Munculnya permintaan untuk penggunaan bahasa yang umum serta selaras
dengan standar-standar lain.
- Mempertimbangkan manajemen risiko untuk mencapai tujuan organisasi

Beberapa Perubahan yang diterapkan di ISO 9001:2015


1) Perubahan Struktur Klausul : Bila pada ISO 9001:2008 mengandung 8
klausul, maka pada ISO 9001:2015 ada 10 klausul.
2) Terminology : beberapa perubahan terminology di ISO 9001:2015 ini adalah
sbb:
• Product akan berubah menjadi Product and Services
• Documentation, record menjadi Documented Information
• Work Environment menjadi Environment for the operation of process
• Purchase Product menjadi Externally provided product and services
• Supplier menjadi External Provider
3) Pendekatan Manajemen Resiko : ISO 9001:2015 tidak hanya menggunakan
pendekatan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan dalam menangani
sebuah masalah, tetapi mulai merambah ke manajemen resiko dimana
organisasi nantinya diminta mengadopsi prinsip manajemen resiko. Setiap
proses di dalam organisasi akan mempertimbangkan aspek resiko, walaupun
ketentuan atau metode untuk penghitungan resiko diserahkan kepada
organisasi masing masing.
4) Ruang Lingkup dan Pengecualian : Tidak ada spesifik klausal yang bisa
dikecualikan , apabila proses tidak dilakukan oleh organisasi maka proses
tersebut boleh tidak dilakukan dengan catatan bahwa tidak akan
mempengaruhi kualitas produk / jasa yang diberikan.

ISO 14000
Semua organisasi dari beragam jenis kegiatan, beragam ukuran, berbeda
lokasi, pada prinsipnya dapat menerapkan standar ISO 14000, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Beberapa pihak organisasi perlu dan berkepentingan
untuk menunjukkan kepada pihak lain (mitra usaha, konsumen, masyarakat,
investor, dll bahwa kegiatan pengelolaan lingkungan organisasi yang
bersangkutan. mengikuti standar yang diakui secara internasional, seperti ISO
14000. Faktor pendorong utama dalam penerapan standar ISO 14000 di seluruh
dunia adalah semakin meningkatnya kepedulian berbagai pihak terhadap
pentingnya upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup. Di satu sisi, pihak
organisasi yang bersangkutan dapat secara proaktif menerapkan standar ISO
14000 untuk meningkatkan citra organisasi dan meningkatkan daya saingnya,
sementara di sisi lain banyak organisasi lain merasa perlu menerapkan standar
ISO 14000 untuk mengantisipasi permintaan konsumen dan mitra usaha.
ISO 14000 yang memasukkan unsur standar manajemen lingkungan yang
berisi lima elemen dasar yaitu:
1) Manajemen lingkungan
2) Auditing
3) Evaluasi kinerja
4) Pelabelan
5) Penaksiran siklus hidup

Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan standard kualitas tersebut


diantaranya adalah:

6
1) Citra positif dari masyarakat dan mengurangi eksploitasi pada pertanggung
jawaban.
2) Pendekatan sistimatis yang bagus pada pencegahan terhadap polusimelalui
minimisasi dampak ekologi pada produk dan aktifitas.
3) Memenuhi ketentuan yang berlaku dan kesempatan memeperoleh
keunggulan bersaing.
4) Mengurangi kebutuhan audit yang bermacam-macam.

Standar ISO pasti akan mengalami perubahan/revisi seperti ISO 9001,


14001 dan standar ISO lainnya. Review yang mendalam terhadap standar
tersebut dilakukan untuk melihat sejauh mana standar tersebut masih memenuhi
kebutuhan suatu organisasi yang menerapkan. 
ISO 14001 pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996, untuk memenuhi
kebutuhan organisasi dalam hal pengelolaan lingkungan hidup sejalan dengan
kebijakan dan sasaran organisasi tersebut. Kemudian, pada tahun 2004
mengalami perubahan/revisi pertama, hal ini untuk mendukung sistem
manajemen yang terintegrasi dan sejalan dengan penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001: 2008.
Pada tahun 2008, ISO 14001 telah disepakati untuk dilakukan
perubahan/revisi dan direncanakan untuk Launching pada tahun 2015 dengan
perubahan yang besar. Perubahan besar ini diharapkan dapat merubah
paradigma dan tantangan bagi organisasi yang telah atau akan menerapkan
standar ini. Tetapi tetap sejalan dengan tujuan awal pembuatan standar ini yaitu
salah satunya meningkatkan kinerja lingkungan organisasi.

Tujuan ISO 14001 : 2015 antara lain adalah :


1. Mendorong upaya dan melakukan pendekatan untuk pengelolaan lingkungan
hidup dan sumber daya alam dan kualitas pengelolaannya diseragamkan
pada lingkup global.
2. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk mampu memperbaiki kualitas dan
kinerja Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam.
3. Memberikan kemampuan dan fasilitas pada kegiatan ekonomi dan industri,
sehingga tidak mengalami rintangan dalam berusaha.

Penerapan ISO 14001 : 2015 di Perusahaan


Penerapan ISO 14001:2015 berarti merencanakan pengendalian dan
menerapkan pengendalian terhadap semua aktifitas dalam organisasi yang
mempunyai aspek-aspek lingkungan yang potensial merugikan lingkungan.
Organisasi juga harus memahami semua peraturan dan perundangan lingkungan
yang terkait dengan aktifitas-aktifitasnya dan berupaya untuk memenuhi
peraturan dan perundangan tersebut. Penerapan ISO 14001 membutuhkan
komitmen dari pihak manajemen dan pengembangan wawasan dan setiap
karyawan akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Sama halnya
dengan penerapan ISO 9001, Penerapan ISO 14001 juga membutuhkan
tahapan-tahapan yang sistematis, yang dimulai dari tahapan perencanaan
perubahan, pelaksanaan, pemantauan dan tindak lanjut.
Jika semua pesyaratan dalam ISO 14001 : 2015 dilakukan sebagaimana
mestinya dalam organisasi, standar tersebut akan memberikan manfaat pada
Sistem Manajemen Lingkungan organisasi berupa :
• Integrasi yang lebih baik dengan kegiatan usaha lain.
• Peningkatan pendekatan proses dan siklus PDCA.
• Desentralisasi sistem dan pemerataan tanggung jawab untuk SML di seluruh
organisasi.

• Keterlibatan yang lebih besar dari manajemen puncak di SML.


• Pertimbangan seluruh siklus hidup produk atau jasa selama evaluasi aspek.
7
• Penekanan yang lebih tinggi pada pemantauan kinerja lingkungan.

F. STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)


Pada dasarnya, semua bentuk kegiatan menghasilkan produk yang tidak
memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) diperbolehkan dan tidak
dilarang. Meskipun begitu, supaya produk dalam negeri dapat bersaing secara
sehat di dunia internasional maka sangatlah diperlukan penerapan SNI.
Pemberlakuan SNI terhadap suatu produk dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Apabila SNI ini diterapkan pada semua
produk, maka akan sangat mendukung percepatan kemajuan di negeri ini. Seperti
halnya di negara-negara Eropa yang produk- produknya memenuhi standar
nasional bahkan internasional.
Dengan adanya standardisasi nasional, maka akan ada acuan tunggal dalam
mengukur mutu produk dan atau jasa di dalam perdagangan, yaitu Standar
Nasional Indonesia, sehingga dapat meningkatkan perlindungan kepada
konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk
keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Jadi Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang
berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu
disebut sebagai Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh BSN (Badan Standardisasi
Nasional). Untuk membina, mengembangkan serta mengkoordinasikan kegiatan
di bidang standardisasi secara nasional menjadi tanggung jawab Badan
Standardisasi Nasional (BSN).

Tanda SNI adalah seperti di bawah ini :

 Ketentuan mengenai standardisasi nasional telah diatur dalam Peraturan


Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional yang
ditetapkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 November 2000. Ketentuan ini
adalah sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 15/1991 tentang
Standardisasi Nasional Indonesia dan Keppres No. 12/1991 tentang Penyusunan,
Penerapan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia
Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional pada butir a dan b menjelaskan bahwa tujuan penerapan
SNI adalah :
a. Bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna
produksi, mutu barang, jasa, proses, sistem dan atau personel, yang
dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing, perlindungan konsumen,
pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat khususnya di bidang
keselamatan, keamanan, kesehatan dan lingkungan hidup, maka efektifitas
pengaturan di bidang standardisasi perlu lebih ditingkatkan;
b. Bahwa Indonesia telah ikut serta dalam persetujuan pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade Organization) yang di dalamnya mengatur
pula masalah standardisasi, berlanjut dengan kewajiban untuk menyesuaikan
peraturan perundang-undangan nasional di bidang standardisasi.

Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka
SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu:

8
1. Openess (keterbukaan)
Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
2. Transparency (transparansi)
Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti
perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai
ke tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua
informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI;
3. Consensus and impartiality  (konsensus dan tidak memihak)
Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan
kepentingannya dan diperlakukan secara adil;
4. Effectiveness and relevance
Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena
memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
5. Coherence 
Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan
pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan
memperlancar perdagangan internasional; dan
6. Development dimension  (berdimensi pembangunan)
Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan
kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian
nasional.

G. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)


1. Pengertian Total Quality Management

Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas, maka banyak


peryusahaan menerapkan konsep yang dikenal dengan TQM (Total Quality
Management). Total Quality Management (TQM) adalah manajemen organisasi
keseluruhan yang menjadikannya unggul dalam semua aspek produk barang
dan jasa yang penting bagi konsumen.
TQM penting karena keputusan kualitas mempengaruhi setiap keputusan
utama dalam manajemen operasional yang dibuat. Adapun konsep ini
sebetulnya mengacu pada 14 prinsip dari W. Edwards Deming yang kemudian
dikembangkan menjadi enam konsep program TQM yang efektif. Adapun 14 poin
Deming dalam menerapkan peningkatan kualitas yaitu :
1) Membuat tujuan yang konsisten.
2) Memimpin dalam mempromosikan perubahan.
3) Membangun kualitas pada produk, menghentikan ketergantungan pada
inspeksi untuk menangkap permasalahan.
4) Membangun hubungan jangka panjang berdasarkan kinerja, bukan
menghargai bisnis berdasarkan harga.
5) Meningkatkan produk, kualitas, dan jasa secara terus menerus.
6) Memulai pelatihan.
7) Menekankan kepemimpinan.
8) Membuang rasa takut.
9) Mendobrak batasan antar departemen.
10) Menghentikan pidato panjang lebar pada pekerja.
11) Mendukung, membantu, memperbaiki.
12) Mendobrak penghalang untuk merasa bangga atas pekerjaan masing-
masing.
13) Mendidikan program pendidikan yang kuat dan perbaikan mandiri.
14) Menempatkan orang di perusahaan untuk bekerja pada suatu transformasi.
2. Konsep Program TQM yang Efektif

9
Pakar kualitas W. Edward Deming menggunakan 14 poin untuk menandai
penerapan TQM. Hal ini dikembangkan menjadi enam konsep program TQM
yang efektif yaitu :

a. Perbaikan Terus Menerus

TQM membutuhkan perbaikan yang terus menerus yang tidak pernah berhenti
yang meliputi orang, peralatan, pemasok, bahan, dan prosedur. Dasar filosofi
adalah bahwa setiap aspek operasi dapat diperbaiki. Tujuan akhirnya adalah
kesempurnaan, yang tidak akan pernah dapat dicapai, tetapi selalu dicari.
Beberapa model yang digunakan dalam perbaikan terus menerus adalah :

1) PDCA (Plan Do Check Act)


Dikembangkan oleh Walter Shewhart (seorang pelopor manajemen
kualitas). Walter Shewhart mengembangkan sebuah model lingkaran yang
dikenal sebagai PDCA (plan, do, check, act). PDCA adalah model dalam
melakukan perbaikan terus menerus dengan merencanakan, melakukan,
periksa, tindakan (plan, do, check, act).

Tindakan Rencana

Menerapkan rencana Mengenali


perbaikan dan
membuat rencana
4 1

3 2
Apakah rencana
berjalan dengan baik Menguji rencana

Periksa Lakukan

2) Kaizen
Orang Jepang menggunakan kata “Kaizen” untuk menjelaskan dari suatu
perbaikan yang tidak pernah berhenti – penetapan dan pencapaian tujuan
yang lebih tinggi.
3) Zero Defect
Di Amerika Serikat, TQM dan proses produk tanpa produk cacat ( “zero
defect”) digunakan untuk menjelaskan usaha perbaikan yang terus
menerus.
4) Six Sigma
Six Sigma adalah suatu metodologi yang dipergunakan untuk melakukan
upaya perbaikan dan peningkatan proses yang berkesinambungan atau
terus menerus (Continuous Improvement). Six Sigma berasal dari kata six
yang berarti enam (6) dan sigma yang merupakan satuan dari Standard
Deviasi yang juga dilambangkan dengan simbol σ, Six Sigma juga sering
disimbolkan menjadi 6σ.

Makin tinggi Sigma-nya, semakin baik pula kualitasnya. Dengan kata lain,
semakin tinggi Sigma-nya semakin rendah pula tingkat kecacatan atau
kegagalannya. Strategi yang dilakukan oleh Six Sigma adalah :

10
 Fokus terhadap Kepuasan dan Kebutuhan Pelanggan (Customer
Focused)
 Menurunkan tingkat kecacatan (Reduce Defect)
 Berkisar di sekitar Pusat Target (Center around Target)
 Menurunkan Variasi (Reduce Variation)

Apakah itu PDCA, kaizen, zero defect ataupun sig sixma, manajer operasi
adalah pemain utama dalam membangun budaya kerja yang mendukung
perbaikan yang terus menerus.

b. Pemberdayaan Karyawan

Pemberdayaan karyawan adalah melibatkan karyawan pada setiap langkah


proses produksi. Literatur bisnis menyatakan bahwa 85 % permasalahan
kualitas adalah pada bahan dan proses, bukan pada kinerja karyawan. Tugas
yang diperlukan adalah untuk mendesain peralatan dan proses yang dapat
memproduksi kualitas yang diinginkan.
Teknik yang dapat digunakan dalam membangun pemberdayaan adalah :
1) Membangun jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan.
2) Membentuk penyelia yang terbuka dan mendukung.
3) Memindahkan tanggung jawab dari manajer dan staf pada karyawan di
bagian operasi.
4) Membangun organisasi yang memiliki moral yang tinggi.
5) Menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim dan lingkaran kualitas.

Tim dapat dibangun untuk mengatasi permasalahan. Tim tersebut disebut


“Lingkaran Kualitas”. Lingkaran Kualitas adalah sekelompok karyawan
yang bertemu secara rutin untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Anggota tim menerima pelatihan dalam hal perencanaan kelompok,
penyelesaian masalah, dan pengendalian kualitas statistik. Mereka biasanya
bertemu sekali seminggu (biasanya setelah jam kerja atau pada jam kerja).
Walaupun anggota tim tidak diberikan penghargaan materi, menerima
pengakuan dari perusahaan. Anggota tim yang dilatih khusus, disebut sebagai
“fasilitator”, biasanya membantu melatih anggota dan menjaga pertemuan
berjalan dengan mulus. Tim dengan pemusatan perhatian pada kualitas telah
terbukti merupakan jalan yang berbiaya efektif untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas.

c. Benchmarking

Benchmarking adalah pemilihan standar kinerja yang mewakili kinerja terbaik


sebuah proses atau aktivitas. Idenya adalah untuk mengembangkan suatu
target yang akan dicapai untuk membuat sebuah standar.
Langkah-langkah dalam menetapkan patokan :
1) Menetapkan apa yang akan dijadikan patokan.
2) Membentuk tim patokan.
3) Mengidentifikasi rekanan patokan.
4) Mengumpulkan dan menganalisis informasi patokan.
5) Mengambil tindakan untuk menyamai atau melebihi patokan.

d. Just in Time (JIT)

11
Filosofi JIT adalah salah satu dari perbaikan terus menerus dan penyelesaian
masalah. Sistem JIT didesain untuk memproduksi dan mengantarkan barang
saat mereka dibutuhkan.
JIT berkaitan dengan tiga hal yaitu:
1) JIT Memangkas Biaya Kualitas
Hal ini terjadi karena rework, scrap, investasi persediaan, dan biaya karena
barang rusak berkaitan langsung dengan persediaan yang ada. Karena
dengan penerapan JIT berarti hanya terdapat sedikit persediaan, maka
biayapun menjadi lebih rendah. Persediaan menyembunyikan kualitas yang
buruh di mana JIT dengan segera menyingkap kualitas buruk.
2) JIT Meningkatkan Kualitas
Di saat JIT memperkecil lead time, JIT dapat menjaga bukti kesalahan tetap
baru dan membatasi jumlah sumber kesalahan yang potensial. Karenanya,
JIT menciptakan sebuah sistem peringatan akan adanya permasalahan
kualitas, baik dalam perusahaan maupun dengan para penjual.
3) Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang lebih sedikit, serta
system JIT yang lebih baik dan mudah digunakan.
Seringkali tujuan memiliki persediaan adalah untuk melindungi kinerja
produksi yang buruk yang disebabkan kualitas tidak dapat diandalkan. Jika
kualitas konsisten, JIT membuat persediaan dapat mengurangi semua
biaya yang terkait pada persediaan.

e. Konsep Taguchi

Hampir semua permasalahan kualitas merupakan hasil produk dan desain


proses yang buruk.
Genichi Taguchi menyediakan 3 konsep yang bertujuan memperbaiki kualitas
produk dan proses :
1) Ketangguhan kualitas (quality robustness)
Ketangguhan kualitas adalah produk yang dapat diproduksi secara konsisten
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan terlepas dari kondisi yang kurang
baik pada proses produksinya.
Ide Taguchi adalah menghilangkan pengaruh kondisi kurang baik dan bukan
menghilangkan penyebabnya.
Taguchi menyarankan bahwa menghilangkan pengaruh seringkali lebih
daripada menghilangkan penyebab, dan lebih efektif dalam memproduksi
produk yang tangguh.
2) Fungsi kerugian kualitas (quality loss function-QLF)
Fungsi kerugian kualitas adalah fungsi matematis yang mengidentifikasi
semua biaya yang berkaitan dengan kualitas yang buruk dan menunjukkan
bagaimana biaya ini meningkat sejalan dengan kualitas produk yang
menjauh dari keinginan pelanggan.
Biaya ini meliputi tidak hanya ketidakpuasan pelanggan tetapi juga biaya
garansi dan jasa, biaya inspeksi internal, perbaikan dan scrap, dan biaya-
biaya yang digambarkan sebagai biaya pada masyarakat.
3) Kualitas berorientasi target (target oriented quality)
Tujuan Taguchi adalah memenuhi target, karena produk yang dekat kepada
spesifikasi atas dan batas yang dapat diterima menghasilkan QLF yang
tinggi.
Seluruh kerugian pada masyarakat disebabkan karena kinerja buruk
termasuk dalam fungsi kerugian. Semakin kecil kerugian, maka produk
semakin diinginkan. Semakin jauh produk dari nilai target, semakin besar
kerugian.

f. Pengetahuan mengenai Alat-alat TQM ,

12
Untuk memberdayakan karyawan dan menerapkan TQM sebagai suatu usaha
yang berlanjut, setiap orang dalam organisasi harus dilatih teknik-teknik TQM.
1) Lembar Pengecekan
2) Diagram Sebar
3) Diagram Sebab Akibat
4) Diagram Pareto
5) Diagram Alir
6) Histogram
7) Statistical Process Control

1) Lembar Pengecekan

 Lembar pengecekan (check sheet) adalah suatu formulir yang didesain


untuk mencatat data.
 Dalam banyak kasus, pencatatan dilakukan sehingga pada saat data
diambil pola dapat dilihat dengan mudah.
 Lembar pengecekan membantu analisis menentukan fakta atau pola yang
mungkin dapat membantu analisis selanjutnya.

2) Diagram Sebar

13
 Diagram sebar (scatter diagram) adalah diagram yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara 2 variabel atau 2 perhitungan.
 Jika dua hal berhubungan dekat, titik-titik akan membentuk sebuah pita
yang ketat.
 Jika hasilnya adalah sebuah pola acak, maka hal tersebut tidak
berhubungan.

3) Diagram Sebab Akibat

14
 Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) adalah teknik skematis
yang digunakan untuk menemukan lokasi yang mungkin pada
permasalahan kualitas.
 Diagram sebab akibat / diagram tulang ikan / diagram Ishikawa, bentuknya
menyerupai tulang ikan, setiap tulang mewakili kemungkinan sumber
kesalahan.

4) Diagram Pareto

15
 Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah metode untuk mengelola
kesalahan, masalah, atau cacat untuk membantu memusatkan perhatian
pada usaha penyelesaian masalah.
 Vilredo Pareto menyatakan bahwa 80% permasalahan perusahaan
merupakan hasil dari penyebab yang hanya 20%.
 Contoh :

Hard Rock Hotel di Bali baru saja mengumpulkan data dari 75 keluhan
pada general manager selama bulan Oktober. General Manager
memutuskan untuk menyiapkan analisis Pareto pada keluhan tersebut.
Data yang disediakan adalah pelayanan kamar, 54; keterlambatan
pendaftaran, 12; jam buka kolam renang, 4; harga minibar, 3; dan lain-lain,
2.

 Diagram Pareto yang ditunjukkan pada gambar mengindikasikan bahwa


72% panggilan merupakan hasil dari satu sebab, yakni pelayanan kamar.
 Keluhan utama akan dapat dihilangkan saat satu penyebab ini diperbaiki.

5) Diagram Alir

16
 Diagram Alir (Flow Charts) adalah diagram yang secara grafis menyajikan
sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang
saling berhubungan.
 Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik
untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan sebuah
proses.
 Contoh :

Proses Pengepakan dan Pengiriman Pabrik Pemrosesan Ayam.


Pabrik Pemrosesan Ayam WJC di Little Rock, Arkansas, menginginkan
karyawan barunya lebih memahami proses pengepakan dan pengiriman.
Mereka telah menyiapkan diagram berikut untuk membantu program
pelatihan karyawan baru.

Penyegelan Tempat Tempat


Stasiun Penimbangan Penyimpanan Penyimpanan Stasiun
Pengepakan Pemberian label Pembekuan (4 – 8 jam) Pengepakan
(60 menit)

6) Histogram

 Histogram adalah distribusi yang menunjukkan frekuensi kejadian sebuah


variabel.
 Histogram menunjukkan peristiwa yang paling sering terjadi dan juga
variasi dalam pengukuran.

7) Statistical Process Control

17
 Statistical Process Control (SPC) / Diagram Pengendalian Statistik adalah
sebuah diagram dengan waktu pada sumbu horizontal untuk memetakan
nilai sebuah statistik.
 SPC melakukan pengawasan standar, membuat pengukuran, dan
mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau sedang
diproduksi.
 Alat yang digunakan dalam Statistical Process Control adalah “Bagan
Kendali”.

 Bagan Kendali :

 Adalah penggambaran secara grafis data sejalan dengan waktu


dengan batas kendali yang ditetapkan sebelumnya.
 Batas kendali dibangun sedemikian rupa sehingga data baru dapat
dibandingkan dengan data masa lalu secara cepat.
 Sampel output proses diambil dan rata-rata sampel ini dipetakan pada
sebuah diagram yang memiliki batas.
 Batas atas dan bawah dalam sebuah diagram kendali bisa dalam
satuan temperatur, tekanan, berat, panjang, dan sebagainya.

 Sampel output proses diuji jika mereka berada dalam batas yang
diperbolehkan, maka proses boleh dilanjutkan.
 Jika mereka jatuh di luar jangkauan tertentu, maka proses dihentikan, dan
biasanya penyebab akan diteliti dan dihilangkan.

H. PERAN INSPEKSI

18
1. Pengertian Inspeksi
Untuk memastikan bahwa sistem menghasilkan kualitas yang diharapkan maka
perlu dilakukan pengendalian proses yang seringkali dengan cara pengawasan
atau inspeksi. Inspeksi yaitu jalan untuk memastikan bahwa sebuah operasi
menghasilkan tingkat kualitas yang diharapkan.
2. Tujuan Inspeksi
Tujuan inspeksi adalah untuk menemukan proses yang buruk sesegera
mungkin. Inspeksi tidak memperbaiki kekurangan dalam sistem atau cacat
pada produk, tidak juga mengubah suatu produk atau meningkatkan nilainya.
Inspeksi hanya untuk menemukan kekurangan dan cacat. Inspeksi harus dilihat
sebagai sebuah audit. Audit tidak menambahkan nilai pada produk.
3. Kapan dan Dimana Inspeksi Dilakukan
Terdapat 2 masalah dasar yang berkaitan dengan inspeksi :
1) Kapan inspeksi dilakukan
2) Dimana inspeksi dilakukan
Pemutusan kapan dan dimana inspeksi dilakukan akan bergantung pada tipe
proses dan nilai tambah pada setiap tahap.
Inspeksi dapat terjadi pada salah satu titik berikut :
a. Pada pabrik pemasok Anda saat pemasok sedang memproduksi.
b. Pada tempat Anda saat menerima produk dari pemasok Anda.
c. Sebelum dilakukannya proses yang mahal dan tidak dapat diubah
(irreversible).
d. Selama tahap demi tahap proses produksi.
e. Saat produksi atau jasa selesai.
f. Sebelum pengantaran dari tempat Anda.
g. Pada titik kontak pelanggan.

Inspeksi terbaik selalu dilakukan pada sumbernya sehingga dikenal Inspeksi


Sumber yaitu pengendalian atau pengawasan pada titik produksi atau pada
pembelian pada sumbernya.
Adapun alat sederhana yang sering digunakan untuk melakukan inspeksi
adalah ”Poka Yoke” yaitu “ bebas dari kesalahan” berarti teknik yang dapat
memastikan produksi sebuah produk yang baik setiap saat.
4. Atribut Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi karakteristik kualitas dibagi dalam dua hal yaitu:
a. Inspeksi Atribut : menggolongkan barang baik dan barang cacat.
b. Inspeksi variabel : menghitung dimensi seperti berat, kecepatan, tinggi,
kekuatan untuk melihat apakah produk masuk kriteria batas yang dapat
diterima.

I. TQM DI SEKTOR JASA


Kualitas jasa susah untuk diukur dan tergantung pada persepsi pada ekspektasi
dibandingkan kenyataan serta persepsi pada proses dan outputnya. Adapun
kualitas jasa digolongkan dalam dua hal yaitu:
1. Normal yaitu pengantaran jasa secara rutin.
2. Eksepsional yaitu bagaimana dapat mengatasi permasalahan.
Manajer operasional memainkan peranan penting dalam mengatasi beberapa
aspek utama kualitas jasa yaitu:
1. Komponen terukur dari banyak jasa yang penting.
2. Proses jasa.
3. Manajer dapat mempengaruhi harapan jasa.
4. Manajer harus dapat mengharapkan pengecualian.
Keempat aspek utama tersebut merupakan kunci jasa yang berkualitas.

Adapun yang menentukan Kualitas Jasa adalah:


1. Reliability
19
Dapat diandalkan, berhubungan dengan konsistensi kinerja dan
ketergantungan. Ini berarti perusahaan menyelenggarakan jasa dengan baik
sejak pertama kali dan menjunjung tinggi janji-janjinya.
2. Responsiveness
Daya saing, berhubungan dengan kesiapan karyawan menyediakan layanan
jasa. Juga menyangkut ketepatan waktu pelayanan.
3. Competence
Kompetensi, berarti kepemilikan kemampuan yang dibutuhkan dan
pengetahuan menyelenggarakan jasa.
4. Access
Akses, mengandung arti mudah didekati dan kemudahan kontak.
5. Courtesy
Kesopanan, berhubungan dengan kesopanan, saling menghormati, dan
keramahan hubungan antar orang (termasuk resepsionis, operator telepon, dll.).
6. Communication
Komunikasi, berarti berarti menjaga hubungan dengan pelanggan dalam
bahasa yang mereka mengerti dan mendengarkan mereka.
7. Crebility
Kredibilitas, berarti saling mempercayai, dapat dipercaya, dan kejujuran.
8. Security
Keamanan, mengandung arti kebebasan dari rasa takut, beresiko, dan
keraguan.
9. Understanding / Knowing
Memahami/mengenal pelanggan, berhubungan dengan usaha mengenal
kebutuhan pelanggan.
10.Tangible
Nyata, artinya bukti fisik dari jasa.

Arti dan Makna Simbol Logo Kualitas


20
 

Tanda CE

Penandaan CE (juga dikenal sebagai tanda CE) adalah perintah penyesuaian tanda
yang terdapat pada banyak produk yang ditempatkan pada pasar tunggal dalam
Kawasan Ekonomi Eropa (EEA) dan barang-barang ekspor dari luar negeri. Tanda CE
digunakan untuk meyakinkan bahwa produk tersebut aman untuk dipakai.

Sejarah Tanda CE

Awalnya, menggunakan “Tanda EC” dan secara resmi diganti dengan “Penandaan CE”
dalam instruksi 93/68/EEC. Tanda tersebut diwajibkan untuk dibubuhkan pada produk-
produk tertentu dalam kawasan ekonomi Eropa. Jika tidak dibubuhkan, maka produk
tersebut tidak akan diperbolehkan beredar di pasaran.

Asal Kata CE

CE adalah singkatan yang berasal dari kata berbahasa Perancis yaitu Communauté
Européenne atau Conformité Européenne yang artinya Perancis untuk persesuaian
Eropa.

Pembuatan Tanda CE

Tanda CE didesain oleh Arthur Eisenmenger untuk persetujuan pada artikel The
Guardian 2001-12-23. Berbagai komponen dengan Penandaan CE pada pokoknya
harus mempunyai dimensi vertikal sama dimana tidak boleh kurang dari 5 mm.

Kegunaan CE

Penandaan CE digunakan untuk produk yang disesuaikan dengan kepastian kesehatan


Eropa, keamanan, dan perlindungan lingkungan perundang-undangan. Penandaan CE
adalah wajib bagi produk langsung pakai untuk dibubuhkan. Penandaan pabrikan
dalam perintah agar diizinkan dijual dalam pasar Eropa (dalam anggota 15 negara yang

21
tergabung dalam Uni Eropa (EU), Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein. Demikian
Penandaan CE bisa menjadi tanda barang sebagai paspor barang untuk kawasan
Eropa. Sebelum Penandaan CE ditandai di produk, syarat pokoknya yaitu industri
produk harus dibuktikan dengan mengikuti percobaan dan prosedur sertifikasi.
Disamping itu, beberapa langkah administrasi itu bisa diartikan harus menganalis risiko
atau komplikasi produk itu maka harus diuji dalam laboratorium.
[sunting] Produk yang ditandai CE dan Produk yang tidak ditandai CE.

Penandaan CE dipakai untuk :


 Peralatan Medis
 Mesin
 Instalasi industry
 Mainan
 Perlengkapan Tekanan
 Peralatan Perlindungan Pribadi
 Alat Rekreasi
 Kulkas
 dll.

Penandaan CE tidak dipakai untuk :


 Kosmetik
 Kimia
 Farmasi
 Bahan Makanan

Keuntungan Penandaan CE

Prosedur sertifikasi CE Eropa mempunyai aturan pokok yaitu :


 Keseimbangan pada bermacam-macam regulasi nasional untuk konsumen dan
industri produk dalam anggota pemerintahan Eropa. Jadi, pasar tunggal itu
membesar.
Penghematan pada produsen.
 Mempertinggi keselamatan produk.
 Menyediakan badan umum dengan seluruh prosedur itu agar bisa diawasi.

Perlu Di Catat

Penandaan CE bukan tanda kualitas produk. Pertama, itu ditunjukkan untuk keamanan
daripada kualitas suatu produk. Kedua, Penandaan CE adalah perintah untuk ditandai
di produk itu mengingat banyak penandaan kualitas dengan sengaja.
Banyak orang menggunakan istilah ‘’Tanda CE’’. Inisial ungkapan ini digunakan untuk
menunjukkan kesesuaian penandaan. Bagaimanapun “Tanda CE” diganti secara resmi
dengan istilah Penandaan CE di tahun 1993. Demikian itu lebih baik untuk mengatakan
Penandaan CE.

FCC

Komisi Komunikasi Federal (FCC) adalah lembaga independen dari pemerintah


Amerika Serikat, diciptakan, undang-undang Kongres (lihat 47 USC § 151 dan 47 USC
§ 154), dan dengan mayoritas komisaris yang ditunjuk oleh Presiden saat ini. FCC
bekerja terhadap enam gol dalam bidang broadband, persaingan, spektrum, media,
keselamatan publik dan keamanan tanah air, dan modernisasi FCC. [2]

FCC didirikan oleh Undang-Undang Komunikasi tahun 1934 sebagai pengganti Komisi
Radio Federal dan dibebankan dengan mengatur semua penggunaan non-pemerintah
federal dari spektrum radio (termasuk radio dan televisi siaran), dan semua

22
telekomunikasi antarnegara (kawat, satelit dan kabel) serta semua komunikasi
internasional yang berasal atau mengakhiri di Amerika Serikat. Ini merupakan faktor
penting dalam kebijakan telekomunikasi AS. FCC mengambil alih regulasi kawat
komunikasi dari Komisi Perdagangan Antarnegara. Yurisdiksi FCC mengamanatkan
meliputi 50 negara, District of Columbia, dan harta benda Amerika Serikat. Namun,
FCC juga menyediakan beragam derajat kerjasama, pengawasan, dan kepemimpinan
bagi tubuh komunikasi serupa di negara lain Amerika Utara. FCC memiliki anggaran
2011 diperkirakan sebesar US $ 335.800.000 yang seluruhnya didanai oleh biaya
regulasi, dan memiliki anggaran yang diusulkan sebesar US $ 354.200.000 untuk 2012,
yang juga akan sepenuhnya berasal dari biaya regulasi. Ini memiliki 1.898 “penuh-
waktu yang setara” karyawan federal [3].

SNELL

Helm standar SNELL


Bagi yang belum tahu, SNELL MEMORIAL FOUNDATION merupakan lembaga institusi
standar independen yang tidak terikat pada regulasi Negara. Lembaga ini diakui
memiliki standar tinggi dan didukung oleh banyak pabrikan helm kelas dunia. Bahkan
SNELL melakukan pengujian lebih ketat dari standar pemerintah amerika. SNELL
bahkan memiliki spesifikasi yang sangat spesifik meliputi tipe dan ukuran.
Beberapa merek Helm yang memiliki kualifikasi SNELL antara lain AGV, Arai, Astral-X,
Astro-TR, Chaser, Classic-LE2, Classic/c, Condor, Corsair, GP-5X, Omni-J, Quantum-
2, Rapide-Ov, X-Eleven, dan XR-1000.

DOT

Salah satu lembaga sertifikasi helm lainnya adalah DOT. DOT merupakan singkatan
dari Departement of Transportation di amerika dengan kode FMVSS 218. Helm yang
memiliki stiker DOT adalah helm yang telah lulus uji produk yang dilakukan oleh
NHTSA (National Highway Traffic Safety Association). Helm dengan stiker DOT banyak
ditemukan di pasaran antara lain dengan merek KYT, MDS dan lain-lain.
Sebetulnya helm dengan sertifikasi SNELL dan DOT merupakan sertifikasi yang diakui
oleh International dan diadopsi oleh 50 negara besar di dunia diantaranya negara-
negara Eropa, Amerika dan Jepang. Lantas apakah helm dengan standar SNI jauh
lebih aman daripada standar SNELL atau DOT?

QC dan Toleransi

Katanya sih manusia itu tidak ada yang sempurna, jadi dibuatlah suatu sistem QC yang
punya toleransi. Nah toleransi ini yang beda antara satu dengan yang lain. Di
Indonesia, toleransi dalam teori sih mungkin sekecil Jepang. Tapi kok dalam kenyataan
jauh ya?
Toleransi itu bener bener dinamakan toleransi karena membolehkan kita sedikit
melenceng dibawah atau diatas ambang. Misalnya kita membuat tahu dengan
ketebalan 2cm dan kita akan ngasih sedikit toleransi ketebalan.
Aslinya toleransi satuannya ada yang dinyatakan dalam relatif seperti persen (%)atau
permil (‰) dan dinyatakan dengan absolut. Kalau diaplikasikan sama tahu tadi
misalnya, tu tahu punya toleransi relatif 5% atau 5mm. Mana yang lebih besar? Itung
aja. 5% dari 2cm itu 1mm.
Jadi Tahu merek A dengan ketebalan 20mm boleh memiliki ketebalan dari 19mm
hingga 21mm, sedangkan tahu merek B dengan ketebalan yang sama boleh diproduksi
dari 15mm hingga 25mm. Mana yang bakal masuk ke supermarket? Gw rasa tahu A.
23
Then What?
It’s ok kalo semua barang yang kita bikin telah lewat QC dengan baik, bagaimana yang
tidak? Ada dua hal yang dapat dilakukan:
 Repair
Barang akan diperbaiki, ini kejadian kalo misalnya melencengnya nggak parah parah
amat. Tahu A misalnya punya tinggi 23mm alias lebih 2mm dari batas toleransi. Potong
aja dikit. Beres deh.
 Reject
Kalo misal tidak bisa diperbaiki, barang akan direject, alias ditolak. Ujungnya bisa
direcycle alias daur ulang, maupun dibuang sama sekali
Pada barang kualitas ekspor yang gw temuin, kesalahan sedikit saja biasanya sudah
bisa menyebabkan barang itu direject sepenuhnya. Kalau mau lihat, coba saja di
Factory Outlet yang bener bener Factory Outlet, misalnya FO sepatu Tomkins di
Gedebage, Bandung, atau di Paberik Badjoe milik manufaktur Delami di Soekarno
Hatta, Bandung.

TUGAS STRATEGI KUALITAS

1. Buatlah Analisis Pareto dari penyebab keterlambatan proses produksi di Lument


Technology sebagai berikut :
24
Alasan Nilai Buruk Frekuensi

Menunggu keputusan teknis 11


Tidak tersedia skema 10
Peralatan tes rusak 22
Keterlambatan inspeksi 15
Komponen tidak mencukupi 40
Kekurangan karyawan 3

Apa yang dapat Anda simpulkan ?

2. Buat Analisis Pareto penyebab nilai ujian buruk berikut :

Alasan Nilai Buruk Frekuensi

Tidak cukup waktu 15


Datang terlambat 7
Kesulitan memahami bahan ujian 25
Kurang waktu persiapan 2
Mempelajari bahan yang salah 2
Ada gangguan di ruang ujian 9
Baterai kalkulator mati saat ujian 1
Lupa jadwal ujian 3
Merasa sakit saat ujian 4

3. Gunakan analisis Pareto untuk meneliti data yang dikumpulkan pada lini perakitan
printed circuit board (PCB) berikut :

Cacat Jumlah Cacat

Komponen tidak menempel 143


Perekat berlebihan 71
Transistor salah ditempelkan 601
Dimensi papan salah 146
Lubang pemasangan salah ditempatkan 12
Masalah sirkuit pada pengujian akhir 90
Komponen yang salah 212

4. Sebuah bengkel mobil telah mencatat keluhan berikut. Gunakan keluhan tersebut
untuk membuat sebuah diagram sebab akibat berdasarkan 4M.

a) Saya dikenai biaya bahal – upah pekerja Anda terlalu tinggi.


b) Mekanik meninggalkan oli pada bangku sopir.
c) Saya harap Anda membuat perjanjian untuk jasa dan perbaikan.
d) Anda tidak menyelesaikan mobil saya sebagaimana yang Anda janjikan.
e) Penggantian komponen gagal.
f) Penggantian komponen tidak sebaik aslinya.
g) Anda tidak mengencangkan tutup pengeringan dengan benar – terjadi
kebocoran.

25
h) Masalah saya ringan dan mudah diperbaiki – mengapa Anda tidak
mengerjakannya sekarang, dan membiarkan yang lain yang membutuhkan
perbaikan lebih lama menunggu-nunggu.
i) Perkiraan biaya perbaikan Anda sangat jauh dari kenyatannya.
j) Saya membawa mobil saya untuk ganti oli yang sederhana, tetapi Anda
mengerjakannya ditambah dengan tune-up lengkap.
k) Mekanik Anda hanya mengganti komponen – ia tidak tahu apa yang salah
dengan mobil saya.
l) Saya pikir komponen pengecekan Anda tidak bekerja dengan baik.
m) Anda membebani saya pekerjaan yang tidak dikerjakan.

26

Anda mungkin juga menyukai