NPM : 1513010145
Kelas/Matkul : B / TQM
Proses merupakan integrasi sekuensial (berurutan) dari orang, material, metode, dan
mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output untuk
pelanggan. Sedangkan pengertian manajemen proses adalah proses pengelolaan integrasi
sekuensial (berurutan) dari orang, material, metode, dan mesin atau peralatan dalam suatu
lingkungan guna mengahsilkan nilai tambah output untuk pelanggan. Dalam hal ini ada 4
pihak yang terlibat dalam operasi dan perbaikan proses, antara lain:
1. Pelanggan adalah orang yang akan menggunakan output secara langsung atau orang
yang akan menggunakan output itu sebagai input dalam proses kerja mereka
2. Kelompok kerja adalah orang-orang yang bekerja dalam proses untuk menghasilkan
dan menyerahkan output yang diinginkan
3. Pemasok adalah orang yang memberikan input ke proses kerja. Orang-orang yang
bekerja dalam proses pada kenyataanya merupakan pelanggan atau pemasok
4. Pemilik adalah orang yang bertanggungjawab untuk operasi dari proses dan untuk
perbaiakan prose itu
Pelanggan adalah orang yang mendefinisikan output yang diinginkan dari proses. Hal
ini diperoleh melalui 2 kategori informasi yang mengalir dari pelanggan ke kelompok kerja,
antara lain sebagai berikut:
1. Kebutuhan pelanggan yang merupakan suatu deskripsi dari apa yang diinginkan,
dibutuhkan, atau diharapkan oleh pelanggan.
2. Umpan balik adalah suatu keterangan tentang baik atau buruknya suatu output yang
diserahkan dalam perbandingannya dengan ekspektasi pelanggan.
Konsep dari manjemen proses berkaitan dengan perbaikan kualitas. Gabriel Pall
mengidentifikasi ada 6 komponen yang penting untuk manajemen proses, antara lain:
Aktivitas dalam mengidentifikasi masalah proses terdiri dari (a) identifikasi output, (b)
identifikasi pelanggan, (c) definisi kebutuhan pelanggan, (d) identifikasi proses yang
menghasilkan output, (e) identifikasi pemilik proses.
Dalam mendeskripsikan suatu proses dapat menggunakan alat seperti diagram alir.
Dalam pembuatan diagram alir akan memungkinkan untuk melakukan aktivitas
perbaikan sebagai berikut:
Semua proses yang telah diidentiikasi harus didokumentasikan secara baik dan benar
agar dapat digunakan sebagai bahan informasi yang berguna dalam perbaikan proses
secara terus menerus.
3. Mengukur Performansi
a. Proses, mendefinisikan aktivitas, variabel dan operasi dari proses kerja itu sendiri.
b. Output, mendefinisikan features spesifik, nilai dan atribut dari setiap produk yang
diuji dari dua sisi. Dua sisi yang dimaksudkan adalah sisi pertama berkaitan dengan
karakteristik output yang diinginkan pelanggan (suara dari pelanggan) dan sisi
kedua adalah karakteristik output yang secara aktual diserahkan oleh proses
(kapabilitas proses) atau bisa disebut sebagai suara dari proses.
c. Outcome, mendefinisikan dampak absolut dari proses dan tergantung pada
kepuasan pelanggan.
Apabila tidak ada data yang dibutuhkan akan menimbulkan kesulitan untuk memahami
mengapa suatu sistem berjalan seperti itu sehingga akan berdampak pada performansi
yang tidak sesuai dengan harapan. Masalah adalah penyimpangan yang terjadi antara
performansi yang di harapkan (sasaran) dan performansi aktual (hasil aktual).
Deming, seorang pakar kualitas dari Amerika Serikat menyatakan bahwa semua variasi
adalah penyebab yang mana penybab itu dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyebab
utama dan khusus.
a. Penyebab utama adalah faktor-faktor didalam sistem yang melekat pada proses
operasi yang menimbulkan variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya.
b. Penyebab khusus adalah kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi dalm
sistem.
Untuk mengembangkan dan menguji ide-ide untuk perbaikan proses melalui suatu
eksperimentasi sebelum ide-ide dipilih itu diimplementasikan.
Dr. Dougles Montgomey pada tahun 1990 mengemukakan suatu model yang disebut
sebagai Model Perbaikan Kualitas Prosees Bisnis (Business Proccess Quality
Improvement / BPQI). Model perbaikan proses bisnis mengkaji keseluruhan rantai pemasok-
pelanggan, dimana suatu kebutuhan dari pelanggan merupakan masukan bagi industri
untuk diteruskan kepada pemasok. Pengeluaran dilakukan pada keseluruhan sistem,
dimana apabila ditemukan ada kecacatan atau kegagalan, kegagalan atau kecacatan itu
harus diidentifikasi, untuk seterusnya dianalisis akibat kecacatan atau kegagalan yang
terjadi dalam proses secara keseluruhan. Hasil temuan berupa akar penyebab kegagalan
atau kecacatan itu selanjutnnya harus dihilangkan melalui pengembangan tindakan korektif.
Pada akhirnya tindakan pengujian dan evaluasi harus dilakukan untuk menguji dan
mengevaluasi apakah tindakan korektif yang dilakukan ini telah efektif menghilangkan
penyebab kegagalan.
William J. Latzko pada tahun 1986 mengemukakan suatu metode perbaikan
terstruktur yang dinamakan sistem pengukuran kualitas (Quality Measuring System = QSM).
Berdasarkan konsep utama Sistem Pengkuran Kualitas dari Latzko itu, Woerner (1995)
mengembangkan suatu manajemen proses terstruktur. Para peserta yang terlibat dalam
manajemen proses terstruktur adalah:
1. Sponsor adalah eksekutif yang mempunyai tanggung jawab atau proses secara
menyeluruh, yang biasanya berasal dari manajemen puncak.
2. Koordinator adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk memuluskan aliran
proses.
3. Pemilik proses adalah orang yang secara langsung bertanggung jawab untuk proses
yang akan dianalisis.
4. Kelompok penasihat manajemen adalah manajer yang terlibat dalam proses yang
sedang dianaalisis.
5. Tim adalah orang-orang kunci dari area yang dipelajari dalam proses, serta mereka
yang memberikan kontribusi, seperti wakil dari depertemen terkait.
1. Identifikasi Proses
2. Pemilihan Tim
Jika sponsor telah menyetujui untuk melaksanakan perbaikan proses, peserta laindipilih
dan pertemuan-pertemuan dijadwalkan.
Suatu pertemuan yang dihadiri oleh semua peserta dalam perbaikan proses dilakukan
untuk menetapkan ruang lingkup dan tujuan-tujuan perbaikan proses.
Tim, pemilik proses, dan koordinator bertemu untuk meninjau ulang aliran proses agar
menjadi benar dan menjamin bahwa telah tercipta pemahaman yang lengkap diantara
semua peserta tentang proses tersebut.
6. Memporoleh Persetujuan
Pada langkah ini pemilik proses – dengan bantuan koordinator dan tim –
mengembangkan rencana-rencana tindakan untuk melaksanakan rekomendasi-
rekomendasi yang telah disetujui bersama itu.
8. Presentasi Rencana Kualitas
Proses perbaikan dan pengendalian di bentuk oleh empat building blocks, yaitu input,
transformasi output ,dan costumer value. Setiap output memiliki pelanggan, baik internal
maupun eksternal. Manajer bertanggung jawab untuk mengendalikan dan memperbaiki
input sistem sebagai faktor penentu output. Elemen dasar dari proses perbaikan dan
pengendalian terdiri dari empat tahap:
2. Pengakuan
Dalam tahap ini ditetapkan pengukuran yang tepat dan data yang diperlukan untuk
penilaian kinerja.
3. Studi
Manajer menganalisis data dengan menggunakan metode statistic dan alat serta teknik
lain untuk mengetahui penyebab penyimpangan. Pendekatan TQM mencari penyebab
penyimpangan yang kemudian akan diperbaiki.
4. Tindakan
Tahap ini melakukan tindakan koreksi berdasarkan pengetahuan yang di peroleh dari
umpan balik. Tindakan yang di ambil dari masing-masing building block didasarkan
pada informasi umpan balik yang di peroleh dari hasil studi. Penerapan pengukuran
studi tindakan pada keempat titik merupakan aspek pengendalian kerja yaitu:
Preliminary control, bersifat preventif untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan
dan proaktif untuk mencapai hasil yang semakin meningkat. Bagian terpenting dari
preliminary control adalah tugas memperbaiki sistem didasarkan pada sumber
penyebabnya.
Siklus SDCA
Siklus PDCA
Siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA), atau juga dikenal sebagai siklus Shewhart atau siklus
Deming, merupakan model paling popular dalam perbaikan berkesinambungan (continuous
improvement). Sesuai dengan istilahnya, terdapat 4 langkah proses, yaitu:
3. Check, mengacu pada verifikasi apakah penerapan tersebut sesuai dengan rencana
peningkatan dan perbaikan yang diinginkan
jika proses telah menjadi stabil dengan pelaksanaan standar kerja, maka standar kerja
dibuat permanen. Namun Jika efek pada stabilitas proses diabaikan atau bahkan negatif
maka siklus SDCA diulang dengan mengambil tindakan dan penanggulangan terhadap akar
penyebab,memprediksi resiko ("Mizen-Boshi") dan menyiapkan tindakan pencegahan.