KEUNGGULAN BERSAING
(STUDI KASUS PADA SCHIZZO CAFÉ)
ABSTRAKSI
Pertumbuhan café di Kota Malang yang sangat tinggi menciptakan persaingan ketat sehingga banyak
café mengalami kebangkrutan. Ketiadaan keunggulan bersaing menjadi penyebab café tidak dapat
bertahan dalam industri. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis rantai nilai dan aktivitas yang
potensial untuk mencapai keunggulan bersaing pada Schizzo Café. Jenis penelitian yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif. Teknik Pengumpulan data yang dilakukan ialah wawancara, observasi,
dan pendokumentasian. Teknik analisis menggunakan tahapan Data Collection, Data Reduction, Data
Display, dan Conclusion. Pengukuran rantai nilai dilakukan dengan membuat daftar penciptaan nilai,
pembobotan, dan penilaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai nilai Schizzo saat ini sudah
berjalan dengan baik. Aktivitas rantai nilai potensial dalam Schizzo Café adalah Inbound Logistic serta
Pemasaran dan Penjualan. Schizzo Café dapat mencapai keunggulan bersaing melalui kepemimpinan
biaya dari hasil kerja sama dengan petani lokal Ngantang sebagai pemasok. Keunikan pemilihan
pemasok, konsep café, kerja sama dengan pihak luar dalam penciptaan produk makanan dan pengadaan
kegiatan yang melibatkan komunitas juga menjadi keunggulan bersaing melalui diferensiasi.
ABSTRACT
The growth of cafes in Malang City is currently very high. The high growth of the café makes the cafe
industry competition even tighter. The intense competition has caused many cafes to go bankrupt. The
absence of competitive advantage is the reason why cafes cannot survive in the industry. This research
aims to analyze the value chain and potential activity to achieving a competitive advantage at Schizzo
Café. This research uses a qualitative approach to analyzes. This research gathers data through
interviews, observation, and documentation. The analysis technique uses the stages of Data Collection,
Data Reduction, Data Display, and Conclusion. The data is then analyzed by listing the value creation,
weighting and scoring. The results show that the Schizzo value chain is currently running well. The
potential value chain activities within the Schizzo Café are Inbound Logistics and Marketing and Sales.
Schizzo Café can achieve a competitive advantage through cost leadership from working with Ngantang
local farmers as suppliers. The uniqueness of the selection of suppliers, the cafe concept, and the
procurement of activities that involve the community also become competitive advantages through
differentiation.
Keywords: Value Chain, Competitive Advantage, Cost Leadership, Differentiation.
Pendahuluan para ahli ekonomi sejak pertumbuhan
Indonesia saat ini telah konsumsi untuk komponen seperti
mengalami pergeseran pola hotel, restoran, transportasi dan
konsumsi. Kebiasaan mengonsumsi komunikasi kegiatan, rekreasi serta
sandang, pangan maupun papan kebudayaan tumbuh cepat.
(good based consumption) telah Pergeseran pola konsumsi masyarakat
bergeser menjadi hiburan dan terjadi karena masyarakat kini lebih
pengisian waktu luang (experience tertarik menggunakan uangnya untuk
based consumption). Fenomena kegiatan yang memberikan
pergeseran pola konsumsi tersebut pengalaman seperti liburan,
merupakan definisi dari Leisure nongkrong, backpacker (Dewi dan
Economy. Istilah Leisure Economy Suseno, 2019). Hoontrakul (2017)
sendiri dijelaskan dan dipopulerkan mengatakan bahwa perkembangan
oleh Linda Nazareth dalam teknologi mempercepat Leisure
bukunya The Leisure Economy: How Economy dan gaya hidup masyarakat
Changing Demographics, asia saat ini
Economics, and Generational Segala fenomena tersebut
Attitudes Will Reshape Our Lives and ditanggapi dengan baik oleh penggiat
Our Industries (2007). Gejala Leisure bisnis, khususnya di Kota Malang.
Economy di Indonesia sendiri telah Bisnis yang paling banyak muncul di
dilihat oleh Badan Pusat Statistik Kota dengan jumlah penduduk
(BPS) pada tahun 2015. Menurut sebanyak 874.890 ini ialah usaha café
kepala BPS Suhariyanto salah satu atau kopi. Dilansir dari artikel yang
penyebab konsumsi rumah tangga diterbitkan oleh kumparan.com pada
tidak tumbuh optimal karena adanya 2019, diperkirakan jumlah tempat
pergeseran pola konsumsi masyarakat ngopi untuk nongkrong atau café atau
dari yang awalnya bersifat pembelian kopi di Kota Malang jumlahnya
barang atau ritel (non leisure) menjadi mencapai sekitar lebih dari 1000. Hal
kegiatan waktu luang atau rekreasi tersebut diungkapkan oleh Indra
(leisure) (Neraca.co.id, 2017). Setiyadi, Ketua Asosiasi Pengusaha
Leisure economy mulai Kafe dan Restoran Indonesia
popular di Indonesia dan dibicarakan
(Apkrindo) Malang dalam gagal karena tidak memiliki
pemberitaan Kumparan.com. keunggulan kompetitif. Oleh karena
Hikam (2019) dalam itu, masing-masing kedai kopi harus
penelitiannya mengatakan bahwa memiliki keunggulan kompetitif agar
tingginya pertumbuhan café atau kopi mampu menarik konsumen dan
di Malang membuat semakin ketatnya sanggup bertahan dalam pasar.
persaingan antara masing-masing Porter (1995) dalam Budi
pengelola café atau kopi sehingga (2014) mengatakan bahwa analisis
mereka berlomba-lomba untuk strategi yang digunakan untuk
unggul dalam persaingan. Semua memahami secara lebih baik terhadap
aspek dalam sistem café atau kopi keunggulan kompetitif adalah rantai
dipertandingkan untuk dapat menarik nilai atau value chain. Sebab value
konsumen baik produk, layanan atau chain dapat mengindentifikasi cara
suasana dari café atau kopi tersebut. meningkatkan value pelanggan atau
Persaingan bisnis café atau kopi di melakukan penurunan biaya dan
Malang juga sangat ketat. Dilansir memahami secara lebih baik
dari dari Kumparan.com, Indra hubungan perusahaan dengan
Setiyadi menyatakan bahwa banyak pemasok, pelanggan, serta
café atau kopi yang baru buka atau perusahaan lain dalam industri.
beroperasi langsung bangkrut. Keunggulan kompetitif
Kondisi kegagalan usaha cafe untuk mengembangkan cara organisasi
bertahan juga terjadi secara universal. mengatur dan melakukan aktivitas
McAdoo (2020) mengatakan bahwa terpisah. Kegiatan yang dilakukan,
lebih dari 50% usaha kecil, dalam hal ketika bersaing dalam suatu industry
ini coffee shop, gagal bertahan setelah tertentu, dapat dikategorikan menjadi
lima tahun. kegiatan utama dan aktivitas
Ketiadaaan keunggulan pendukung. Sejalan dengan hal
bersaing menjadi penyebab kegagalan tersebut, Mildawati (2006)
bagi penggiat bisnis di café atau kopi. mengatakan bahwa alat yang bisa
Sadiqah (2017) mengatakan tidak digunakan mengimplementasikan
sedikit kedai kopi yang berusaha strategi perusahan dan untuk
bertahan dalam persaingan berakhir membantu pencapaian keberhasilan
pada faktor-faktor keberhasilan yang penjualannya dan transfer ke pembeli
kritis/penting adalah analisis value serta bantuan purna jual. Aktivitas
chain. Montenska dan Tour (2018) utama dapat dibagi ke dalam lima
mengatakan bahwa alat untuk kategori umum, yaitu inbound
menciptakan keunggulan bersaing logistic, operasi/produksi, barang
adalah rantai nilai. outbound, pemasaran dan penjualan,
Vattikoti dan Razak (2018) serta layanan lainnya. Sedangkan,
mengatakan bahwa Rantai Nilai aktivitas pendukung merupakan
adalah kondisi ketika suatu organisasi aktivitas yang mendukung aktivitas
memperoleh sumber daya, teknologi utama dengan menyediakan aktivitas
dan memiliki kapasitas untuk pembelian, pengembangan teknologi,
membuat perubahan dalam produk manajemen sumberdaya manusia, dan
dan layanan untuk memenuhi infrastruktur.
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Penelitian yang dilakukan
Hal tersebut juga dapat dikatakan Luhung (2019) menyatakan bahwa
memiliki kapasitas untuk bereaksi rantai nilai memiliki dampak yang
dan beradaptasi dengan cepat sesuai baik untuk perusahaan yang memiliki
dengan perubahan dalam lingkungan visi jangka panjang. Hal tersebut
kompetitif. Marisa et. al (2017) menunjukkan pentingnya penerapan
mengatakan bahwa Analisis Rantai rantai nilai pada perusahaan privat
Nilai adalah alat analisis yang dapat maupun publik. Wicaksono (2016)
digunaan untuk memberikan dalam penelitiannya menunjukkan
informasi guna membuat keputusan aktivitas operasional serta pemasaran
strategis dalam menghadapi dan penjualan sangat berperas besar
persaingan bisnis. Analisis ini terhadap perkembangan perusahaan.
merumuskan beberapa aktivititas Sedangkan aktivitas sekunder yang
dalam sebuah organisasi, yaitu sangat berperan besar pada
aktivitas utama dan pendukung. perusahaan tesebut ialah Manajemen
Pranata dan Marianti (2017) Sumber Daya Manusia. Roko dan
mendefinisikan aktivitas utama Opusunju (2016) menyatakan bahwa
sebagai kegiatan yang terlibat dalam rantai nilai berpengaruh signifikan
penciptaan fisik produk dan dalam pencapaian kinerja UKM.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dan menjual berbagai jenis kopi.
kegiatan utama dan sekunder rantai Rosyidah (2019) dalam penelitiannya
nilai berkontribusi secara signifikan mengatakan bahwa Rantai nilai pada
terhadap kinerja UKM. aktivitas pendukung (sekunder)
Pentingnya rantai nilai untuk secara keseluruhan menunjukkan hal
meningkatkan keunggulan bersaing positif dalam mendukung kinerja
juga berlaku di café atau kopi. Hal ini pada aktivitas utama (primer) untuk
dapat dilihat dari pernyataan menciptakan produk kedai Nyala
Anggadwita (2019) menyatakan Coffe Roastery. Hal tersebut
bahwa bisnis café atau kopi dalam meningkatkan daya saing perusahaan
menghadapi tingkat persaingan, melalui analisis rantai nilai pada
pebisnis coffee shop dituntut untuk aktivitas pendukung (sekunder). Hasil
dapat dan siap memiliki daya saing pengkajian analisis rantai nilai dalam
tinggi. Setiap perusahaan harus meningkatkan daya saing semuanya
memiliki keunggulan kompetitif dan saling bersinergi untuk membentuk,
mempertahankan pertumbuhan bisnis mendukung, dan menunjang dalam
yang berkelanjutan agar dapat proses pembuatan kopi.
bertahan dalam persaingan bisnis saat Salah satu bisnis café atau
ini. Daya saing bisnis salah satunya kopi di Malang saat ini adalah
dipengaruhi oleh rantai nilai atau Schizzo Cafe. Bisnis café yang berdiri
value chain yang efektif, sehingga Februari 2020 ini mengusung konsep
mencapai kinerja yang optimal. classic garden dengan tema comic
Rantai nilai dari bisnis café sketch. Di setiap sisi Schizzo
atau kopi dapat dilihat kembali dalam digambambarkan lukisan dua dimensi
penelitian Anggadwita. Ia berwarnakan hitam dan putih. Tak
menyatakan bahwa umumnya bisnis hanya itu, Schizzo juga menawarkan
café atau kopi melibatkan tiga pelaku kebun di tempatnya. Hal tersebut
utama, yaitu petani kopi lokal dan dilakukan untuk memanjakan
pedagang kopi lokal sebagai penyedia konsumen yang suka berfoto. Tak
bahan baku kopi lokal, pengolahan hanya menawarkan tempat yang
kopi (roasting), dan kedai kopi menarik, Schizzo sendiri memiliki
sebagai distributor yang memasarkan menu yang variatif. Baik menu
minuman kopi, nonkopi, maupun atas keputusan serta tindakan yang
makanan di Schizzo akan terkait dengan strategi yang dimiliki
memanjakan konsumen dengan oleh perusahaan (Pearce dan
pilihan yang banyak. Harga yang Robbinson, 2008). Sejalan dengan hal
dipatok pun cenderung terjangkau, tersebut, David (2016)
yaitu 10 ribu sampai 25 ribu. mendefinisikan manajemen strategi
Mengacu kepada penjabaran sebagai seni dan pengetahuan untuk
sebelumnya, maka dapat disimpulkan merumuskan, mengimplementasikan
bahwa Schizzo harus memperhatikan dan mengevaluasi keputusan lintas
rantai nilai untuk mencapai fungsional yang membuat organisasi
keunggulan bersaing. Keharusan mampu mencapai obyektifnya.
bertahan atau memenangkan Keunggulan Bersaing
persaingan dengan jumlah pesaing Laudon dan Traver (2017)
dengan lebih dari 1000 menjadi menyatakan bahwa keunggulan
masalah tersendiri bagi bisnis baru kompetitif dicapai oleh suatu
berdiri tersebut. Oleh karena itu, perusahaan saat menghasilkan produk
penelitian ini akan membahas yang superior dan/atau membawa
mengenai “ANALISIS RANTAI produk untuk dipasarkan di harga
NILAI UNTUK MENCAPAI lebih rendah dari kebanyakan, atau
KEUNGGULAN BERSAING semua, para pesaingnya. Keunggulan
(STUDI KASUS PADA SCHIZZO kompetitif diperoleh ketika sebuah
CAFÉ)” organisasi mengembangkan atau
memperoleh satu set atribut (atau
Landasan Teori tindakan eksekusi) yang
Manajemen Strategi memungkinkan untuk mengungguli
Manajemen strategi adalah pesaingnya. Atribut ini dapat
sekumpulan keputusan dan tindakan mencakup akses ke sumber daya alam
yang menghasilkan perumusan serta atau sumber daya manusia personel
pelaksanaan rencana untuk mencapai yang sangat terlatih dan terampil.
tujuan perusahaan. Hal tersebut (Wang, 2011).
mencakup perencanaan, pengarahan, Porter (1998) menyebut
pengorganisasian, dan pengendalian bahwa keunggulan kompetitif adalah
atribut yang tidak dimiliki oleh dari standar produk agar perusahan
kompetitor, melakukan sesuatu yang bisa mengambil keuntungan dari
lebih baik dari kompetitor, atau skala dan kurva pengalaman. Produk
mampu melakukan sesuatu yang tidak dalam stargegi ini biasanya adalah
dapat dilakukan oleh industri lain di produk yang umum yang diproduksi
pasar yang sama. Sedangkan dengan biaya rendah dan diterma oleh
pengertian strategi bersaing menurut masyarakat luas. Starategi ini
Proses Keunggulan Bersaing memerlukan pertimbangan dari
Porter (1985) mengatakan keunggulan pasar atau akses yang
bahwa keunggulan kompetitif tidak mudah pada bahan baku, komponen,
akan dipahami dengan melihat tenaga kerja atau input penting
keseluruhan bisnis. Cara sistematis lainnya agar bisa sukses.
untuk menganalisis keseluruhan b) Diferensiasi
aktivitas untuk menemukan sumber Diferensiasi memiliki tujuan pasar
keunggulan bersaing perusahaan yang luas dimana melibatkan kreasi
disebut rantai nilai. Hal tersebut dari produk atau pelayaanan sebagai
memisahkan perusahaan ke dalam keunikan dari industry itu sendiri.
aktivitas yang relevan secara strategis Perusahaan atau unit bisnis nantinya
untuk memahami biaya perilaku dan akan mebebankan biaya premium
sumber diferensiasi potensial. terhadap produk tersebut.
Perusahaan akan memperoleh Diferensiasi ini bisa dilakukan mulai
keunggulan kompetitif dengan dari desain, brand image, teknologi,
melakukan aktivitas yang secara fitur, dealers, jaringan atau pelayanan
strategis lebih murah atau lebih baik konsumen. Diferensiasi ini
daripada pesaing. Berikut penjelasan merupakan strategi yang dilakukan
mengenai Kepemimpinan Biaya dan agar perusahaan bisa lebih dari
Diferensiasi: ratarata yang ada dalam bisnis
tertentu agar mendapatkan konsumen
a) Kepemimpinan Biaya
yang loyal terhadap merek karena
Porter (1985) menjelaskan bahwa
sensitivitas terhadap harga.
kepeminan biaya adalah perusahaan
Peningkatan biaya yang muncul bisa
lebih efisien dengan cara
saja diberikan kepada pembeli.
memproduksi dengan volume banyak
Loyalitas pembeli dapat pemasok/supplier, pelanggan, serta
memeberikan suatu masukan baru perusahaan lain dalam industri.
pada perusahaan untuk Analisis Rantai Nilai
mengembangkan kompetensi untuk VCA memandang perusahaan
mendiferensiasikan produknya dalam sebagai salah satu bagian dari Rantai
berbagai cara agar sukses. Nilai suatu produk. Rantai Nilai suatu
produk adalah aktivitas yang berasal
Rantai Nilai
dari bahan baku hingga penanganan
Rantai nilai pada awalnya
purna jual. Rantai Nilai mencakup
merupakan serangkaian aktivitas
aktivitas yang terjadi karena
yang dilakukan oleh perusahaan
hubungan dengan pemasok
fokus dalam industri tertentu untuk
(hubungan pemasok) dan hubungan
memberikan produk atau layanan
dengan konsumen (hubungan
yang berharga bagi pasar (Porter,
konsumen). Kegiatan-kegiatan ini
1985). Rantai nilai kemudian
terpisah tetapi sangat tergantung satu
diperluas untuk menggambarkan
sama lain (Porter, 1996). VCA
serangkaian kegiatan organisasi yang
membantu para manajer untuk
menciptakan, memberikan, dan
memahami posisi perusahaan dalam
menangkap nilai pada setiap langkah,
Rantai Nilai suatu produk dan untuk
mulai dari pemrosesan bahan mentah
meningkatkan keunggulan kompetitif
hingga berakhir dengan produk jadi di
produk. Tujuan VCA adalah untuk
tangan pengguna akhir.
mengidentifikasi tahapan Rantai Nilai
Di tahun yang sama Porter
di mana perusahaan dapat
menjelaskan analisis rantai nilai
meningkatkan nilai kepada pelanggan
merupakan alat analisis strategik yang
atau menurunkan biaya. Penurunan
digunakan untuk memahami secara
biaya atau peningkatan nilai tambah
lebih baik terhadap keunggulan
suatu produk akan membuat
kompetitif. Hal ini dilakukan guna
perusahaan lebih kompetitif (Soosay,
mengidentifikasi posisi value
Fearne, dan Dent, 2012).
pelanggan yang dapat ditingkatkan
Model Rantai Nilai
atau penurunan biaya, dan untuk
Porter (1985) mengajukan
memahami secara lebih baik
suatu model rantai nilai sebagai alat
hubungan perusahaan dengan
untuk mengidentifikasi cara-cara 2) Operasi.
menghasilkan nilai tambah bagi Kegiatan yang berhubungan
konsumen. Model ini menampilkan dengan mengubah input menjadi
keseluruhan nilai yang terdiri dari bentuk produk akhir.
aktifitas-aktifitas nilai dan 3) Outbound Logistics.
keuntungan (margin). Kegiatan yang berhubungan
Aktifitas yang terdapat dalam dengan pengumpulan,
model rantai nilai Porter dibagi penyimpanan, dan pendistribusian
menjadi lima aktifitas utama (primary produk kepada pembeli.
activities) dan empat aktifitas 4) Pemasaran dan Penjualan.
pendukung (support activities). Kegiatan membujuk pelanggan
Kegiatan dari model Rantai Nilai agar dapat membeli produk,
tersebut dapat dijelaskan pada gambar 5) Layanan.
berikut: Kegiatan yang berhubungan
Gambar 1. Model Rantai Nilai Porter dengan menyediakan layanan
untuk meningkatkan atau
mempertahankan nilai produk.
2. Kegiatan Pendukung
Kegiatan pendukung yang
terlibat persaingan dalam industri
apapun dapat dibagi menjadi empat
Sumber: Porter (1985) kategori generik.
1. Kegiatan Utama 1) Pengadaan
Ada lima kategori umum Pengadaan mengacu pada
dari kegiatan utama yang terlibat fungsi pembelian input yang
dalam bersaing dalam industri digunakan dalam rantai nilai
apapun. perusahaan.
1) Inbound Logistics. 2) Pengembangan teknologi.
Kegiatan yang berhubungan Setiap nilai teknologi
dengan menerima, menyimpan, aktivitas mewujudkan, baik itu
dan menyebarkan input untuk pengetahuan, prosedur, atau
produk.
teknologi yang terkandung dalam bulan Agustus hingga September
peralatan proses. 2020.
3) Manajemen Sumber Daya Jenis data yang digunakan
Manusia. dalam penelitian ini terdiri dari dua
Manajemen sumber daya jenis, yaitu Data Primer dan
manusia terdiri dari kegiatan Sekunder. Data primer merupakan
yang terlibat dalam merekrut, data atau informasi yang diperoleh
menyewa, pelatihan, dari sumber pertama, sedangkan Data
pengembangan, dan kompensasi Sekunder merupakan data primer
dari semua jenis personil. yang telah diolah lebih lanjut dan
4) Infrastruktur perusahaan. disajikan baik oleh pihak pengumpul
Infrastruktur perusahaan data pimer atau oleh pihak lain
terdiri dari sejumlah kegiatan misalnya dalam bentuk table-tabel
termasuk manajemen umum, atau diagram-diagram maupun
perencanaan, keuangan, gambar.
akuntansi, hukum, urusan Sumber data dalam penelitian
pemerintahan, dan manajemen ini adalah informan, peristiwa,
mutu. tempat, dan dokumen atau arsip yang
Metode Penelitian berkenaan dengan Schizzo Café.
Penelitian kali ini Informan kunci yang ditentukan
menggunakan penelitian Kualitatif. adalah Owner Schizzo Café sekaligus
Menurut Strauss dan Corbin (2007) pengelola operasional.
penelitian kualitatif merupakan Teknik pengumpulan data
penelitian yang dapat digunakan yang digunakan adalah wawancara,
untuk meneliti kehidupan observasi dan pendokumentasian.
masyarakat, sejarah, tingkah laku, Teknik analisis data yang digunakan
fungsionalisasi organisasi, gerakan ialah Data Collection, Data
sosial, atau hubungan kekerabatan. Reduction, Data Display, dan
Lokasi penelitian berada di Schizzo Conclusion.
Café, Jl. Candi Mendut No. 39. Kota Pengelohan Analisis Rantai Nilai
Malang. Waktu penelitian dilakukan yang digunakan mengikuti Umar
(2002). Hal tersebut dilakukan
dengan memberi bobot pada masing- perusahaan pada saat ini, maka
masing aktifitas sehingga diperoleh diberi bobot 0,20.
hasil total pada rantai nilai dan dapat 3. Setelah pembobotan, tahap-tahap
disajikan matriks yang menunjukkan berikutnya adalah mencari nilai
hasil dari masing-masing gabungan dari masing-masing potensi
antara aktivitas primer dan aktifitas pencipta nilai.
sekunder. Lankah-langkah dalam 4. Dalam tabel penilaian terdapat 9
menyusun analisis pada rantai nilai, butir potensi pencipta nilai (primer
antara lain: dan sekunder) dalam kolom
1. Membuat daftar pencipta nilai keterangan.
pada masing-masing aktifitas 5. Kemudian dilakukan penilaian
primer maupun aktifitas sekunder dengan angka 1 (di bawah rata-
di kolom kiri tabel. rata), angka 2 (rata-rata), dan
2. Untuk melakukan pembobotan, angka 3 (di atas rata-rata).
pada aktifitas primer dilakukan
pengurutan besarnya pengaruh Hasil Penelitian
terhadap kesuksesan di masing- Rantai Nilai Schizzo Café
masing potensi pencipta nilai,
Tabel 1. Pengukuran Rantai Nilai Schizzo Cafe
dengan jumlah total pembobotan
No Aktivitas Bobot Nilai Skor
sebanyak 1,00 dengan kriteria:
a. Jika pengaruh aktifitas tersebut Primer
1 Inbound Logistic 0,20 2 0,40
lemah terhadap kesuksesan 2 Operasional 0,10 2 0,20
perusahaan pada saat ini, maka 3 Outbound Logistic 0,05 1 0,05
4 Pemasaran dan Penjualan 0,20 3 0,60
diberi bobot 0,05. 5 Layanan 0,10 2 0,20
b. Jika pengaruh aktifitas tersebut Sekunder
1 Pengadaan dan Pembelian 0,10 1 0,10
cukup kuat terhadap kesuksesan
2 Manajemen SDM 0,10 2 0,20
perusahaan 3 Pengembangan Teknologi 0,05 1 0,10
4 Infrastuktur Perusahaan 0,10 2 0,20
pada saat ini, maka diberi bobot
Total 1 2.05
0,10. Sumber: data primer diolah (2020).
c. Jika pengaruh aktifitas tersebut Analisis Rantai Nilai Schizzo