Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

RISET AKUNTANSI KEUANGAN DAN SEKTOR PUBLIK

Eka Pratiwi C 302 22 017


Yulia Gita C 302 22 019

Title : Job Market Signaling


Author : Michael Spence
Journal : The Quarterly Journal of Economics, Vol. 87, No. 3. (Aug., 1973), pp. 355-374.

1. RESEARCH PROBLEM OR QUESTION :


Dalam meknisme pasar, tidak semua pihak mendapatkan informasi yang sama. Sedangkan
informasi sangat penting bagi keberlangsungan pasar. Adanya kesenjangan informasi antar
pihak dapat berpotensi menciptakan kegagalan pasar. Spence dalam tulisannya mencoba
membentuk suatu model yang dapat menjawab permasalahan mengenai kesenjangan atau
asimetri informasi yang terjadi. Menurut Spence, asimetri informasi dapat dikurangi
dengan memberikan “sinyal” kepada pihak lain yang dinamakan dengan Signaling Theory.

2. WHY IS PROBLEM/QUESTION IMPORTANT? :


Ketidakseimbangan pemberian dan penerimaan informasi menjadi alasan utama dibalik
hadirnya Signaling Theory. Signaling Theory ini hadir untuk memberikan kesetaraan atau
keseimbangan yang bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi. Seperti dalam tulisan
Spence, dalam pasar tenaga kerja yang menunjukkan bagaimana pelamar pekerjaan mampu
terlibat mengurangi asimetri informasi yang menghambat kemampuan seleksi calon
pemberi kerja. Jadi Signaling Theory ini membantu menjelaskan perilaku dua pihak ketika
mereka memiliki akses ke informasi yang berbeda. Dalam pengambilan keputusan hal
krusial yang diperlukan adalah mendapatkan informasi akurat, hal ini merupakan fungsi
kunci dari Signaling Theory untuk mengurangi asimetri dalam informasi.
3. LITERATUR REVIEW
Job Market Signaling dalam jurnal ini menggabarkan bahwa ketika terjadi asimetri
informasi antara pemberi kerja dan pencari kerja, maka “sinyal” memberikan informasi
tentang kualitas individual dalam pasar tenaga kerja. Pada dasarnya para pencari kerja dan
sinyal-sinyal menyatakan informasi mengenai kemampuan mereka untuk pekerjaan
tertentu kepada pemberi kerja.
Dalam teori ini, sinyal salah satunya dapat diinterpretasikan oleh edukasi/tingkat
pendidikan. Dalam model teori ini, pencari kerja yang mempunyai tingkat pendidikan yang
tinggi akan lebih produktif dan memberikan tingkat pendapatan yang tinggi. Sedangkan
pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah akan kurang produktif dan
memberikan pendapatan yang cenderung lebih rendah. Pemberi kerja akan
mempertimbangkan tingkat Pendidikan sebagai sinyal atas produktivitas.
Adapun model signaling teori dalam penelitian ini :
 Pemberi kerja dihadapkan pada dua grup pencari kerja dalam pasar tenaga kerja.
 Grup I adalah pekerja yang mempunyai produktivitas yang rendah dengan marginal
produk 1 dan memiliki tingkat pendidikan yang redah
 Grup II adalah pekerja yang mempunyai produktivitas tinggi dengan marginal
produk 2 dan memiliki tingkat pendidikkan yang tinggi
 Spence mengukur pendidikan dengan menggabungkan tahun (years) dan tingkat
pendidikan yaitu dilambangkan dengan y. Biaya pendidikan dari pekerja Grup I
adalah y dan Grup II adalah y/2. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan grup
yang mempunyai produktivitas rendah lebih banyak dibandingkan dengan grup
yang mempunyai produktivitas tinggi.
Pada figure II merupakan gambaran upah yang ditawarkan oleh pemberi kerja
kepada pencari kerja dengan produktivitas dan tingkat pendidikan tertentu (yang telah
dijelaskan sebelumnya).

Pada Figure III, jika penawaran upah diberikan kepada kedua grup, maka
pertimbangan yang dilakukan oleh grup dalam kategori y<y* akan membuat pilihan yang
optimal yaitu dengan y=0 karena pendidikan membutuhkan biaya, dan sebelum mencapai
y*, tidak ada untungnya untuk meningkatkan y. sama halnya dengan grup dalam kategori
y≥y* akan menetapkan y=y*.
Diatas jadwal pengupahan terdapat jadwal biaya untuk dua kelompok. Setiap
kelompok memilih y untuk memaksimalkan perbedaan antara upah yang ditawarkan dan
biaya pendidikan. Mengingat terdapat level y* dalam diagram, maka Grup I memilih y=0
dan Grup II memilih y=y*. Jadi, dalam hal ini keyakinan pemberi kerja terkonfirmasi, dan
kita mendapatkan keseimbangan sinyal. Kita dapat menetapkan kondisi perilaku dari dua
grup tersebut, agar keyakinan pemberi kerja terkonfirmasi secara persamaan aljabar.
Grup I menetapkan y=0 jika 1>2-y*
Grup II akan menetapkan y* sesuai dengan yang disyratkan, jika 2-y*/ 2>1.
Dengan menggabungkan kedua kondisi tersebut, kita menemukan bahwa
keyakinan awal pemberi kerja terkonfirmasi berdasarkan pengalaman pasar, dengan
parameter y* memenuhi pertidaksamaan, 1 < y* < 2.
Dalam ekspektasi pemberi kerja yang digunakan diatas, maka terdapat jumlah yang
tidak terbatas atas kemungkinan nilai keseimbangan untuk y*. Hal ini menandakan bahwa
terdapat keseimbangan yang tidak terbatas. Di salah satu keseimbangan, pemberi kerja
dapat membuat prediksi titik yang sempurna tentang produktivitas setiap individu setelah
mengamati tingkat pendidikannya. Hal ini dengan asumsi bahwa biaya pendidikan
berkorelasi negative dengan produktivitas.
Dalam model pensinyalan diatas, kita tidak mempertibangkan karakteristik lainnya
selain pendidikan. Dalam model tersebut, pendidikan adalah sinyal. Selain model sinyal
pendidikan, terdapat pula beberapa informasi yang dapat mempengaruhi model sinyal
tersebut, pada jurnal ini disebut dengan indeks. Adapun contoh yang diambil yaitu jenis
kelamin. Tidak sama halnya pendidikan yang dapat diamati, karakteristik dapat diubah
pada model pertama. Jenis kelamin dapat di observasi namun tidak dapat diubah.
Pada model ini diasumsikan bahwa terdapat dua kelompok, pria dan wanita (men
and women), dimana dilambangkan M dan W. Dalam setiap kelompok distribusi
kemampuan produktif dan timbulnya biaya sinyal adalah sama. Jadi, dalam M proporsi
orang dengan produktivitas satu dan pensinyalan (pendidikan) biaya y adalah q l . Sisanya
memiliki produktivitas dua dan biaya pensinyalan y / 2. Begitu pula dengan kelompok W.
Berikut model data dapat dilihat pada tabel berikut.

Jenis kelamin dan produktivitas tidak berkorelasi dalam populasi. Oleh karena itu,
jenis kelamin tidak pernah bisa memberikan informasi kepada pemberi kerja terkait dengan
produktivitas. Jenis kelamin dapat memberikan dampak informasional jika melalui interaksi
dengan mekasisme pensinyalan pendidikan. Namun adapun asumsi bahwa pria dan wanita
dengan produktivitas yang sama, memiliki biaya pensinyalan yang sama (biaya pendidikan).
Namun, kesempatan pria dan wanita dalam perbandingan produktivitas belum tentu
sama. Dalam teorinya, spance menyatakan bahwa tidak ada kondisi logis yang mensyaratkan
bahwa y*w sama dengan y*m dalam keseimbangan. Karena seks dapat diamati, pemberi
kerja dapat melakukannya penilaian probabilitas bersyaratnya juga bergantung pada jenis
kelamin pendidikan.
Salah satu contoh dari asimetri keseimbangan diberikan oleh y*w = 1.1 dan y*m =
1.9. Dalam hal ini perempuan dengan produktivitas tinggi harus mengeluarkan lebih
banyak biaya untuk pendidikan dan lebih sedikit untuk meyakinkan pemberi kerja bahwa
mereka termasuk dalam kelompok dengan produktivitas tinggi. Karena independensi
kedua grup yaitu W dan M dalam tingkat pensinyalan, kita dapat menghasilkan banyak
kemungkinan yang berbeda dalam konfigurasi keseimbangan dengan mengambil sinyal
keseimbangan pendidikan pada model sebelumnya dan menetapkannya ke W, kemudian
mencari keseimbangan pendidikan dan menerapkannya ke M.

4. THEORY IMPLICATIONS
Teori ini mempunyai implikasi besar pada masa sekarang, tidak hanya diterapkan pada
pasar tenaga kerja dimana pencari kerja menunjukkan “sinyal” yaitu berupa informasi
tingkat pendidikan kepada pemberi kerja. Signaling Theory sekarang telah berkembang
dimana teori ini memberikan dasar teori dalam mengkaji perilaku entitas dalam
menjalankan bisnis dan perekonomian. Salah satunya tentu dalam bidang ilmu Akuntansi.
Signaling Theory memberikan keunikan, praktis, dan perspektif yang dapat diuji secara
empiris tentang masalah seleksi sosial dalam kondisi informasi yang tidak sempurna.
Dimana sinyal ini dapat diterima dan diberikan baik dari perusahaan, konsumen maupun
pencari kerja. Saat ini teori sinyal telah menjadi dasar teori dalam menentukan nilai
perusahaan, keputusan bisnis, serta keputusan investasi.

5. IMPROVEMENT / EXTENTIONS
Penelitian ke depan dapat mengeksplorasi penggunaan Signaling Theory untuk dijadikan
basis teori dalam beragam penelitian serta untuk pengembangan teori lebih lanjut.
Beberapa penelitian empiris yang perlu dilakukan untuk mengungkap area pengembangan
Signaling Theory di bidang Akuntansi yang juga terjadi asimetri informasi, misalnya
perilaku keputusan investasi, dalam hal ini perusahaan akan memberikan sinyal kepada
investor berupa informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan sehingga investor.
Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat menggali lebih dalam mengenai bagaimana
sinyal yang diberikan perusahaan kepada pihak luar dapat diterima sebagai sinya yang baik
(good news) atau sebaliknya merupakan sinyal yang buruk (bad news).

Anda mungkin juga menyukai