Pada Figure III, jika penawaran upah diberikan kepada kedua grup, maka
pertimbangan yang dilakukan oleh grup dalam kategori y<y* akan membuat pilihan yang
optimal yaitu dengan y=0 karena pendidikan membutuhkan biaya, dan sebelum mencapai
y*, tidak ada untungnya untuk meningkatkan y. sama halnya dengan grup dalam kategori
y≥y* akan menetapkan y=y*.
Diatas jadwal pengupahan terdapat jadwal biaya untuk dua kelompok. Setiap
kelompok memilih y untuk memaksimalkan perbedaan antara upah yang ditawarkan dan
biaya pendidikan. Mengingat terdapat level y* dalam diagram, maka Grup I memilih y=0
dan Grup II memilih y=y*. Jadi, dalam hal ini keyakinan pemberi kerja terkonfirmasi, dan
kita mendapatkan keseimbangan sinyal. Kita dapat menetapkan kondisi perilaku dari dua
grup tersebut, agar keyakinan pemberi kerja terkonfirmasi secara persamaan aljabar.
Grup I menetapkan y=0 jika 1>2-y*
Grup II akan menetapkan y* sesuai dengan yang disyratkan, jika 2-y*/ 2>1.
Dengan menggabungkan kedua kondisi tersebut, kita menemukan bahwa
keyakinan awal pemberi kerja terkonfirmasi berdasarkan pengalaman pasar, dengan
parameter y* memenuhi pertidaksamaan, 1 < y* < 2.
Dalam ekspektasi pemberi kerja yang digunakan diatas, maka terdapat jumlah yang
tidak terbatas atas kemungkinan nilai keseimbangan untuk y*. Hal ini menandakan bahwa
terdapat keseimbangan yang tidak terbatas. Di salah satu keseimbangan, pemberi kerja
dapat membuat prediksi titik yang sempurna tentang produktivitas setiap individu setelah
mengamati tingkat pendidikannya. Hal ini dengan asumsi bahwa biaya pendidikan
berkorelasi negative dengan produktivitas.
Dalam model pensinyalan diatas, kita tidak mempertibangkan karakteristik lainnya
selain pendidikan. Dalam model tersebut, pendidikan adalah sinyal. Selain model sinyal
pendidikan, terdapat pula beberapa informasi yang dapat mempengaruhi model sinyal
tersebut, pada jurnal ini disebut dengan indeks. Adapun contoh yang diambil yaitu jenis
kelamin. Tidak sama halnya pendidikan yang dapat diamati, karakteristik dapat diubah
pada model pertama. Jenis kelamin dapat di observasi namun tidak dapat diubah.
Pada model ini diasumsikan bahwa terdapat dua kelompok, pria dan wanita (men
and women), dimana dilambangkan M dan W. Dalam setiap kelompok distribusi
kemampuan produktif dan timbulnya biaya sinyal adalah sama. Jadi, dalam M proporsi
orang dengan produktivitas satu dan pensinyalan (pendidikan) biaya y adalah q l . Sisanya
memiliki produktivitas dua dan biaya pensinyalan y / 2. Begitu pula dengan kelompok W.
Berikut model data dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis kelamin dan produktivitas tidak berkorelasi dalam populasi. Oleh karena itu,
jenis kelamin tidak pernah bisa memberikan informasi kepada pemberi kerja terkait dengan
produktivitas. Jenis kelamin dapat memberikan dampak informasional jika melalui interaksi
dengan mekasisme pensinyalan pendidikan. Namun adapun asumsi bahwa pria dan wanita
dengan produktivitas yang sama, memiliki biaya pensinyalan yang sama (biaya pendidikan).
Namun, kesempatan pria dan wanita dalam perbandingan produktivitas belum tentu
sama. Dalam teorinya, spance menyatakan bahwa tidak ada kondisi logis yang mensyaratkan
bahwa y*w sama dengan y*m dalam keseimbangan. Karena seks dapat diamati, pemberi
kerja dapat melakukannya penilaian probabilitas bersyaratnya juga bergantung pada jenis
kelamin pendidikan.
Salah satu contoh dari asimetri keseimbangan diberikan oleh y*w = 1.1 dan y*m =
1.9. Dalam hal ini perempuan dengan produktivitas tinggi harus mengeluarkan lebih
banyak biaya untuk pendidikan dan lebih sedikit untuk meyakinkan pemberi kerja bahwa
mereka termasuk dalam kelompok dengan produktivitas tinggi. Karena independensi
kedua grup yaitu W dan M dalam tingkat pensinyalan, kita dapat menghasilkan banyak
kemungkinan yang berbeda dalam konfigurasi keseimbangan dengan mengambil sinyal
keseimbangan pendidikan pada model sebelumnya dan menetapkannya ke W, kemudian
mencari keseimbangan pendidikan dan menerapkannya ke M.
4. THEORY IMPLICATIONS
Teori ini mempunyai implikasi besar pada masa sekarang, tidak hanya diterapkan pada
pasar tenaga kerja dimana pencari kerja menunjukkan “sinyal” yaitu berupa informasi
tingkat pendidikan kepada pemberi kerja. Signaling Theory sekarang telah berkembang
dimana teori ini memberikan dasar teori dalam mengkaji perilaku entitas dalam
menjalankan bisnis dan perekonomian. Salah satunya tentu dalam bidang ilmu Akuntansi.
Signaling Theory memberikan keunikan, praktis, dan perspektif yang dapat diuji secara
empiris tentang masalah seleksi sosial dalam kondisi informasi yang tidak sempurna.
Dimana sinyal ini dapat diterima dan diberikan baik dari perusahaan, konsumen maupun
pencari kerja. Saat ini teori sinyal telah menjadi dasar teori dalam menentukan nilai
perusahaan, keputusan bisnis, serta keputusan investasi.
5. IMPROVEMENT / EXTENTIONS
Penelitian ke depan dapat mengeksplorasi penggunaan Signaling Theory untuk dijadikan
basis teori dalam beragam penelitian serta untuk pengembangan teori lebih lanjut.
Beberapa penelitian empiris yang perlu dilakukan untuk mengungkap area pengembangan
Signaling Theory di bidang Akuntansi yang juga terjadi asimetri informasi, misalnya
perilaku keputusan investasi, dalam hal ini perusahaan akan memberikan sinyal kepada
investor berupa informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan sehingga investor.
Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat menggali lebih dalam mengenai bagaimana
sinyal yang diberikan perusahaan kepada pihak luar dapat diterima sebagai sinya yang baik
(good news) atau sebaliknya merupakan sinyal yang buruk (bad news).