Abstrak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen
membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota
kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen
mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk
tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”. Pendekatan yang
sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang
luas, seperti: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari kelas
sosial.
Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial,
ada faktor-faktor gaya hidup tertentu (kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku
bersama) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas
sosial lainnya. Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam
kedudukan kelas sosial dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua
mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik
karena tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang untuk
mengembangkan dan memajukan diri.
Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup
dan barang-barang yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi
maka para pemasar sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang
lebih tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan yang
ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.
Kelas sosial merupakan bentuk segmentasi yang hierarkis dan alamiah,
dikarenakan aspek hierarkis kelas sosial begitu penting bagi pemasar dan
produsen untuk menentukan konsumen mana yang akan dituju dari produk yang
telah diciptakan, apa untuk status yang lebih tinggi atau status yang lebih rendah.
Memang disini begitu terlihat begitu ada ketidakadilan dan jarak terhadap
konsumen, namun itu semua merupakan segmentasi yang alamiah karena semua
sudah terjadi dan tercipta dengan sendirinya.
Adapun yang merupakan ukuran kelas sosial dari konsumen yang dapat
diterima secara luas dan mungkin merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat
dari pekerjaan, pendidikan dan penghasilan. Gaya hidup dari lapisan atas akan
berbeda dengan gaya hidup lapisan menengah dan bawah. Demikian juga halnya
dengan perilaku masing-masing anggotanya dapat dibedakan sehingga kita
mengetahui dari kalangan kelas social mana seseorang berasal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenjang Sosial
Jenjang sosial atau kelas sosial lebih banyak mengacu terhadap lapisan
yang berdasarkan pada unsur ekonomis. Pada zaman sekarang, kelas sosial bagi
sebagian orang sangat di junjung tinggi dan sifatnya tegas. Masyarakat
mempunyai konsepsi dan kesadaran tehadap adanya jenjang sosial. Tidak jarang
bagi mereka yang mempunyai kelas sosial tinggi mereka mendapatkan fasilitas
hidup tertentu yang mungkin tidak sama dengan yang lainnya. Seperti standar
hidup yang tinggi, harta benda serta kebebasan, dan lain-lain.1 Jenjang sosial
terdapat tujuh macam yaitu kelas atas-atas, atas-bawah, menengah atas,
menengah, pekerja, bawah-atas, bawah-bawah.
1
Nugroho, Perilku Konsumen Perspektif pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen. (Jakarta:
Prenadamedia Grub, 2019),
2
Nugroho, Perilku Konsumen Perspektif pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen…………
3
Ilham, hermawati
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
serta mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaam, kepribadian, keterampilan, pengendalian diri, serta akhlak mulia.
Hal tersebut berguna bagi bangsa, negara dan masyrakat. Transmisi
pengetahuan , kepercayaan, sikap bertalian erat dengan pendidikan.
Masyarakat beranggapan terhadap seseorang yang mempunyai jenis dan
tingginya pendidikan akan mempunyai jenjang dalam kelas sosial.
3. Kekayaan dan Penghasilan
Peran kekayaan dan penghasilan dapat memberikan gambaran tentang
latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang dan hal ini
menengahmerupakan determinan kelas sosial yang penting.4
Menurut pendapat Gilbert dan Kahl , ada sembilan variabel yang
menjadi penentu kelas sosial seseorang yaitu variabel ekonomi, variabel
interaksi, dan variabel politik. Adapun variabel ekonomi meliputi status
pekerjaan, harta benda, dan pendapatan. Variabel interaksi terdiri dari
asosiasi, prestise individu, dan sosialisasi. Sedangkan variabel politik terdiri
dari mobilitas, kesadaran kelas serta kekuasaan.
6
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/ciri-ciri-perubahan-sosial-dan-contohnya-di-sekitar-
kita-5295/
Kelas sosial lebih unggul dalam pemangsaan pasar dari pada pendapatan.
Namun, kombinasi pendapatan dan kelas sosial akan sangat bagus sekali untuk
menentukan pasar khususnya busana dan Make-up. Sebaiknya, kita tidak boleh
mengharapkan perbedaan kelas-kelas sosial sebagaimana sebanyak perbedaan
subtil dalam konsumsi produk.7
G. Nilai-Nilai Individu
Pola yang dapat dilihat dari nilai individu adalah perubahan perilaku dan
alasan seseorang dalam membelanjakan uang atau sumber daya yang mereka
kelola dan mereka miliki. Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan
jasa terhadap kehidupan, maka akan semakin tinggi pula apresiasi mereka dalam
memandang barang dan jasa tersebut dari segi konsumsi.
Orientasi nilai yang tercermin dalam sikap mempunyai peranan penting
dalam setiap tindakan manusia. Sikap merupakan disposisi atau kesiapan yang ada
pada diri manusia untuk bertindak atau berbuat. Nilai merupakan pola perhatian
dalam hidup baik secara individu maupun secara kelompok. Setiap individu atau
kelompok biasanya memiliki nilai tertentu yang mungkin berbeda dengan
individu atau kelompok lainnya. Nilai merupakan pendukung dasar dari sikap dan
merupakan disposisi yang dapat mengarahkan perbuatan. Nilai merupakan sikap
yang sifatnya masih sangat general dan berkaitan erat dengan apa yang diinginkan
seseorang.8
Nilai merupakan suatu konsepsi, berarti nilai itu menunjukkan suatu
susunan yang sesuai dengan adat dan struktur masyarakat. Bukan berarti nilai itu
dapat dilihat melalui adat, tetapi adat seakan-akan merupakan sebagian
manifestasi dari nilai yang dianut oleh masyarakat. Tindakan atau perbuatan
manusia mempunyai hubungan yang konsisten dengan nilai yang dianutnya. Nilai
banyak didasarkan pada kegunaan sesuatu dengan pertimbangan kognitif dan
bukan melalui pertimbangan emosi atau afeksi. Nilai merupakan bentuk dasar
bagi sebagian besar sikap situasional yang spesifik dan konsekuensinya nilai
7
Nugroho, Perilku Konsumen Perspektif pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen…………
8
Abdul Hadi Hari, Peran Nilai-Nilai Personal (Personal Values) Terhadap Sikap Konsumen,
Magistra No. 92 Th. XXVII Juni 2015
mempengaruhi perilaku. Nilai sebagai suatu pertimbangan yang konkrit atau
eksistensial, juga merupakan suatu kecenderungan yang mendorong perbuatan
individu. Nilai bukan merupakan referensi mutlak bagi individu, tetapi merupakan
suatu kecenderungan atau pertimbangan yang dirasakan dan dianggap sebagai
sesuatu yang dapat ditentukan secara moral, dengan melihat alasan atau ketentuan
estetika.
9
Joseph Plummer, Konsep dan Penerapan Gaya Hidup, Segmentasi. Jurnal Pemasaran, 1974, hal
38
10
K. Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal 65
11
marthin
Suatu kelompok mempunyai identitas yaitu gaya hidup. gaya hidup
masing-masing kelompok mempunyai ciri-ciri tersendiri. Usaha-usaha pemasar
dalam menjual produkya sangat relevan dengan gaya hidup mereka. Gaya hidup
dapat berubah melalui perubahan selera, perilaku pembelian dan kebiasaan. Para
pemasar dapat memamfaatkan perubahan gaya hidup konsumen. Seperti, gaya
hidup pada masa pandemi Covid-19 sekarang orang indonesia lebih banyak
mementingkan kesehatan dan ketahanan tubuh dari serangan virus, maka pemasar
memasang iklan produk-produk yang bervitamin khusunya vitamin-C, didalam
iklan tersebut modelnya menggunakan masker yang merupakan protokol
kesehatan. Hal ini, dilakukan sebab gaya hidup konsumen mengalami perubahan.
Adapun pengukuran gaya hidup ditinjau dari aspek nilai kultural yaitu
sebagai berikut:
1. Outer directed
Gaya hidup konsumen jika membeli product harus sesuai dengan norma dan
nilai-nilai tradisional yag telah terbentuk
2. Inner directed
Gaya hidup konsumen jika membeli product untuk memenui keinginan dari
dalam dirinya untuk memiliki sesuatu serta tidak memikirkan norma budaya
yang terjadi saat itu
3. Need driven
Gaya hidup konsumen yang membeli sesuatu berdasarkan kebutuhan bukan
keinginan berbagai pilihan yang tersedia
Gaya hidup konsumen dapat digunakan pemasar untuk melakukan
segmentasi pasar sasaran. kelompok konsumen yang mengonsumsi kesehatan dan
kebutuhan gizinya terpenuhi menjadi segmentasi pasar bagi produsen produk
jamu. Gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di
pasar dengan menggunakan iklan. Seperti contoh iklan jamu kiranti diposisikan
yang bisa dikonsumsi untuk perempuan remaja dan dewasa.
Selain itu, jika pemasar telah mengetahui gaya hidup, maka pemasar dapat
menempatkan iklan produknya pada media- media yang paling cocok. Media yang
paling cocok adalah media mana yang paling banyak dibaca oleh kelompok
konsumen. Seperti produk jamu kiranti . kriteria yang paling cocok untuk iklan
ialah media yang sering dibaca oleh perempuan yang suka kesehatan dan dari
kalangan mana, dan berasal dari kelas sosial mana. Kemudian pemasar
mengetahui gaya hidup konsumen. Biasanya pemasar bisa mengembangkan
produk sesuai dengan gaya hidup mereka. Seperti di era mellineal sekarang para
wanita muda banyak menginginkan wajah bersih dan glowing, maka pemasar
dapat mengembangkan produk jamu yang dapat menyehatkan sekaligus dengan
kandungan jamu yang bisa membuat kulit bersih dan glowing seperti yang
dilakukan oleh produk NASA.
Perilku konsumen dapat diamati dan diukur dengan sistem AIO (Activities,
Interest, and opinion) sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mereka menggunakan waktu dalam kehidupan sehari-hari
2. Apa saja yang menjadi minat atau apa saja yang ada di sekeliling mereka
yang dianggap penting dalam kehidupan dan berinteraksi sosial
3. Bagaimana pendapat konsumen dan opininya yang memandang diri sendiri
dan terhadap dunia disekitar mereka
4. Karakteristik dasar kelompok konsumen tersebut umumnya didasarkan pada
wilayah geografi
13
David dan Albert, Perilaku Konsumen, (New York: Perusahaan Buku, 1984), hal 23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA