Anda di halaman 1dari 13

KELAS SOSIAL DAN GAYA HIDUP KONSUMEN

Sitti Mubarokah
Satini
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Prodi Ekonomi Syariah)

ABSTRAK
Kelas sosial adalah sekelompok manusia yang ada dan menempati lapisan sosial
berdasarkan dari kriteria ekonomi. Pada dasarnya, terdapat semua masyarakat yang
memiliki strata sosial. Sedangkan Kelas sosial konsumen terkait dengan posisinya dalam
masyarakat. Faktor-faktor seperti pendidikan, profesi dan pendapatan menentukan kelas
konsumen di masyarakat.dalam hal ini jenis kelas konsumenp dibagi mnejadi 6, yaitu;
bersifat multi dimensi, hierarki, pembatasan prilaku, homogen, dinamis dan kelas social
sebagai kerangka referensi. Adapun yang mempengaruhi Indikato kelas social adalah
pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap implikasi
kelas social dalam prilaku konsumen yang berpengaruh pada pakaian, mode dan belnja –
pencarian waktu senggang serta simpanan pengeluaran dan cicilan/kredit.
Sedangkan gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang tercemin dalam
kegiatan, minat, dan pendapat. Gaya hidup memotret interaksi “seseorang secara utuh”
dengan lingkungannya. Sebagian gaya hidup terbentuk oleh keterbatasan uang dan
keterbatasan waktu konsumen. Adapun faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup
adalah sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi.
Sedangkan faktor ekternalnya adalah kelompok referensi, keluarga dan kelas social. Dwi
Ilham (2014) mengklasifikasikan gaya hidup berdasarkan tipologi values and lifestyle
menjadi Actualizes, Fulfilled, Believers, Achievers, Strives, Experiences, Makers, dan
Strugglers. Sedangkan jenisnya menurut Women dan Minor terbagi menjadi Functionalist,
Nurturers, Aspirers, Experientials, Succeeders, Moral majority, The golden years,
Sustainers, dan Subsisters. Dan menurut Kotler dalam Debora (2016) indicator gaya hidup
dapat diukur dengan melihat aktifitas, minat dan pendapat dari setiap konsumen.

Kata Kunci: Kelas Sosial, Gaya Hidup Konsumen

PENDAHULUAN
Gaya hidup merupakan dasar dari perilaku manusia. Menurut Hawkins dalam
Nugroho (2002), Gaya hidup adalah pola hidup yang berhubungan dengan uang dan waktu
yang dilaksanakan oleh seseorang dan berhubungan dengan keputusan. Dua Orang yang
sudah mengambil suatu keputusan langkah selanjutnya adalah tindakan. Selama manusia
masih hidup, tentu manusia memiliki gaya hidup yang berbeda-beda. Gaya hidup yang
dimiliki oleh manusia banyak dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat manusia
tersebut tinggal dan berativitas. Sejak lahir, gaya hidup dan nilai-nilai seseorang mulai
dibentuk oleh keluarga yang membesarkannya, hingga pada saat seseorang mulai terjun ke
dalam masyarakat, barulah gaya hidup dan nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang
mulai dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar tempat orang tersebut bergaul. Nilai akan
terbentuk ketika manusia mulai berinteraksi dengan orang lain. Melalui interaksi tersebut,
seseorang mulai menangkap hal-hal apa saja yang dirasakan dan dialami. Nilai-nilai yang
dianut dan diterima oleh seseorang di dalam masyarakat, menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi sikap dan gaya hidup yang ia miliki. Oleh karena itu, tidak heran apabila
para orang tua selalu berpesan kepada anaknya agar memiliki pergaulan yang baik di
masyarakat.
Kelas sosial adalah pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status
kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status
yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada perbedaan-perbedaan yang
berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Beragamnya orang yang ada di suatu
lingkungan akan membentuk status sosial dan kelas sosial. Status dan Kelas sosial
menunjukan preferensi produk dan merek dalam bidang-bidang ter-tentu seperti pakaian,
perabotan rumah, kegiatan pada waktu luang, dan kendaraan. Beberapa pemasar
memfokuskan usaha mereka pada satu kelas sosial.

PEMBAHASAN
A. Definisi Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sekelompok manusia yang ada dan menempati lapisan sosial
berdasarkan dari kriteria ekonomi. Pada dasarnya, terdapat semua masyarakat yang
memiliki strata sosial. Strata tersebut juga kadang-kadang bisa berbentuk sistem kasta
di mana terdapat anggota kasta mereka yang berbeda dan dibesarkan dengan peran
tertentu dan juga tidak dapat mengubah keanggotaan dari kasta mereka. Stratifikasi ini
lebih sering ditemukan yakni dalam bentuk kelas sosial. Kelas sosial merupakan sebuah
pembagian dari masyarakat yang relatif homogen dan juga permanen, yang bisa
tersusun secara hierarki dan juga memiliki anggota dengan nilai-nilai, minat dan
perilaku yang juga serupa. Orang-orang yang memiliki tersebut termasuk dalam
kumpulan kelas sosial dan akan sama juga dalam hal pendapatan dan juga status sosial
di masyarakat. Mereka dapat bekerja dalam sebuah pekerjaan yang kurang lebih sama
dan serupa serta mereka juga cenderung akan memiliki sebuah selera yang sama juga
dalam musik, pakaian, kegiatan rekreasi dan seni.
Kelas sosial konsumen terkait dengan posisinya dalam masyarakat. Faktor-
faktor seperti pendidikan, profesi dan pendapatan menentukan kelas konsumen di
masyarakat. Hampir semua kelompok membuat perbedaan antar anggota dalam hal
keunggulan komparatif, kekuasaan dan akses ke sumber daya yang berharga. Hirarki
sosial ini akan menciptakan hierarki status di mana konsumen lebih memilih beberapa
produk dari pada produk lain. Pendapatan merupakan indikator penting dari kelas
sosial, tetapi proporsinya jauh dari sempurna. Faktor-faktor seperti tempat tinggal,
minat budaya dan pandangan dunia juga menentukan kelas sosial. Ketika distribusi
pendapatan berubah di seluruh dunia, maka akan menjadi semakin sulit untuk
membedakan anggota kelas sosial. Banyak produk yang berhasil karena menarik
kelompok baru yang oleh pemasar disebut sebagai kelas massa, setidaknya mereka yang
memiliki pendapatan cukup untuk membeli barang mewah dalam skala kecil.1

B. Jenis – Jenis Kelas Sosial


Menurut Damiati, dkk (2017, h.125) Jenis-jenis Kelas sosial dibagi menjadi 6
yaitu :
a. Kelas sosial bersifat multi-dimensi Kelas sosial dapat dikatakan multidimensi karena
didasari sejumlah komponen atau dimensi. Kelas-kelas sosial tidak ditentukan
semata-mata oleh penghasilan atau satu dimensi lainnya, melainkan kombinasi
beberapa dimensi.
b. Kelas sosial bersifat hierarki Kategori kelas sosial biasanya disusun secara hierarki
dari status rendah sampai status tinggi. Dengan demikian, anggota dari satu kelas
sosial tertentu mempersepsikan anggota dari kelas sosial lainnya memiliki status
lebih tinggi atau lebih rendah.
c. Kelas sosial membatasi perilaku Klasifikasi anggota masyarakat ke dalam jumlah
kelas sosial yang kecil atau sedikit memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi
nilai, sikap, dan pola perilaku yang ada di dalam setiap kelas, serta memungkinkan
pula untuk membedakan nilai, sikap, dan pola perilaku itu di antara kelas sosial yang
berbeda.

1
Ahmad Jibril, S.T., M.T. Teori Perilaku Konsumen, (Pekalongan:. PT. Nasya Expanding Management,
2012) hal. 185.
d. Kelas sosial bersifat homogen Sifat homogen ini terjadi karena anggota masyarakat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok atau kelas berdasarkan kesamaan pada
satu atau beberapa dimensi yang dianggap penting atau bernilai. Karena itu, anggota
dalam satu kelas sosial tertentu cenderung terdapat nilai, sikap, dan perilaku yang
sama sehingga dikatakan kelas sosial tersebut bersifat homogen.
e. Kelas sosial bersifat dinamis Kelas sosial bukanlah suatu klasifikasi anggota
masyarakat yang bersifat permanen, melainkan sebagai suatu sistem yang sifatnya
terbuka.
f. Kelas sosial sebagai kerangka referensi Kelas sosial berfungsi sebagai referensi bagi
konsumen dalam pengembangan sikap dan perilakunya.2

C. Ukuran Kelas Sosial dan Dampaknya


Kelas sosial adalah konsep kompleks yang bergantung pada banyak faktor.
Tidak mengherankan, para ilmuwan sosial terbagi dalam cara terbaik untuk mengukur
kelas sosial tersebut. Indikator awal adalah indeks sifat status pada tahun 1940-an dan
indeks status sosial. Dalam masyarakat, tingkatan sosial dibagi menjadi "kaya" dan
"tidak memiliki" (walaupun jumlah "memiliki" relatif). Tempat yang anda tempati
dalam struktur sosial tidak hanya menentukan berapa banyak uang yang anda
belanjakan, tetapi juga bagaimana anda membelanjakannya.
Sosiolog W. Lloyd Warner mengusulkan pada tahun 1941 klasifikasi struktur
kelas yang paling berpengaruh. Warner telah mengidentifikasi enam kelas sosial
diantaranya: atas atas, bawah atas, atas tengah, bawah tengah, atas bawah dan bawah
bawah.
Kelas sosial secara umum dapat menjelaskan keseluruhan peringkat orang
dalam masyarakat. Orang-orang dari kelas sosial yang sama memiliki status sosial yang
kurang lebih sama dalam masyarakat. Mereka bekerja dalam profesi yang kurang lebih
serupa dan cenderung memiliki gaya hidup yang serupa berdasarkan tingkat pendapatan
dan preferensi yang serupa. Orang-orang ini cenderung berbagi dan berinteraksi dengan
banyak ide dan nilai tentang bagaimana mereka hidup setelah tahun 1950-an. Indeks ini
menggabungkan karakteristik individu (pendapatan, jenis perumahan, dll.) ke dalam
label status kelas sosial. Keakuratan konfigurasi ini masih kontroversial di kalangan

2
Mashur Razak, Perilaku Konsumen (Makassar : Alauddin Universitas Press,2016) hal 168
peneliti. Satu studi mengklaim bahwa pendidikan mentah dan pengukuran pendapatan,
serta pengukuran status gabungan, digunakan untuk tujuan segmentasi.
Konsumen di negara Amerika umumnya tidak memiliki masalah dalam
menempatkan diri, baik di kelas pekerja (kelas menengah bawah) atau kelas menengah.
Pekerja dengan pekerjaan yang relatif prestisius masih menganggap dirinya sebagai
kelas pekerja, meskipun pendapatan mereka sejalan dengan pendapatan banyak pekerja
kerah putih. Fakta ini memperkuat gagasan bahwa istilah "kelas pekerja" atau "kelas
menengah" bersifat subjektif. Pentingnya mereka berbicara tentang identitas diri,
setidaknya sebanyak kesejahteraan finansial. Peneliti pemasaran pertama kali
menyarankan bahwa orang-orang dari kelas sosial yang berbeda dapat dibedakan.
Namun, banyak metode yang awalnya digunakan untuk mengklasifikasikan konsumen
sudah ketinggalan zaman dan sudah tidak efektif lagi saat ini. Salah satu alasannya
adalah karena ilmuwan sosial merancang pengukuran untuk sebagian besar kelas sosial
dengan mempertimbangkan keluarga inti tradisional. Unit ini mencakup pekerja pria
paruh baya dan ibu rumah tangga wanita penuh waktu. Langkah-langkah ini berjuang
untuk mengakomodasi rumah tangga berpenghasilan dua yang paling umum saat ini,
yaitu lajang muda yang tinggal sendiri, atau rumah tangga yang dipimpin oleh wanita.
Masalah lain dalam mengukur kelas sosial adalah meningkatnya anonimitas masyarakat
kita. Studi sebelumnya mengandalkan metode reputasi di mana peneliti melakukan
wawancara ekstensif di wilayah tersebut untuk menentukan reputasi dan latar belakang
seseorang. Jika mereka menggunakan informasi dan juga mengikuti pola interaksi
masyarakat, mereka dapat menciptakan gambaran yang komprehensif tentang status
sosial masyarakat. Namun, pendekatan ini hampir tidak dapat diterapkan di sebagian
besar masyarakat saat ini. Komprominya adalah mewawancarai seorang individu untuk
mendapatkan data demografis dan menggabungkan data tersebut dengan kesan subjektif
pewawancara tentang kekayaan dan standar hidup setiap individu.3

D. Indikator Kelas Sosial


Adapun indikator yang mempengaruhi Kelas sosial antara lain yaitu :
1. Pekerjaan Pekerjaan merupakan dimensi tunggal yang paling banyak digunakan
dalam studi-studi pemasaran. Pertanyaan tentang jenis pekerjaan yang dilontarkan

3
Paullicia Priska Isyana dan Sujana, Pengaruh Gaya Hidup Dan Kelas Sosial Terhadap Keputusan
Pembelian, (Jurnal Ilmiah Pariwisata Kesatuan, Vol.1 No. 1 September 2020) hal 8.
saat seseorang bertemu dengan orang lain menunjukkan keingintahuan seseorang
untuk menyimpulkan kelas sosialnya. Pekerjaan sangat erat hubungannya dengan
pendidikan dan penghasilan. Pekerjaan memberikan status bagi dirinya. Jenis
pekerjaan yang dilakukan seseorang dan jenis individu yang bekerja dari waktu ke
waktu juga secara langsung berpengaruh pada nilai, gaya hidup, dan semua aspek
yang menyangkut proses konsumsi.
2. Pendidikan Pendidikan merupakan ukuran langsung dari status. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin tinggi posisi sosialnya dalam sebagian besar
masyarakat. Umumnya, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi
penghasilannya. Pendidikan tidak hanya memberikan status, tetapi juga
mempengaruhi selera, nilai, dan gaya pengolahan informasi seseorang.
3. Pendapatan Pendapatan merupakan ukuran yang paling tradisional, baik untuk
mengukur daya beli maupun status. Pendapatan yang merupakan refleksi tingkat
kesejahteraan, secara jelas dapat memberikan status. Hal itu juga menunjukkan pola
konsumsi seseorang.4

E. Implikasi Kelas Sosial Dalam Perilaku Konsumen


Perbedaan kelas sosial berimplikasi terhadap sikap dan perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi produk serta kebiasaan mereka dalam menggunakan waktu dab
sumberdaya keuangannya. Beberapa implikasi perilaku konsumen pada kelas soaial,
antara lain:
• Pakaian, mode dan berbelanja. Para anggota kelas tertentu memiliki sudut pandang
yang berbeda mengenai apa yang mereka anggap sesuai dengan mode atau selera
yang baik. Kelas sosial juga merupakan variabel yang penting dalam menentukan
dimana seorang konsumen berbelanja. Orang cenderung menghindari toko-toko yang
mempunyai citra daya tarik bagi suatu kelas social yang sangat berbeda dengan
citranya sendiri.
• Pencarian waktu senggang. Keanggotaan kelas sosial juga berhubungan erat dengan
kegiatan rekreasi dan bagimana mereka menggunakan waktu senggangnya.
Konsumen kelas atas mengunakan waktu senggangnya untuk menonton bioskop dan
konser, bermain bridge atau menonton pertandingan sepak bola. Sedangkan para

4
Damiati, dkk., Perilaku Konsumen, (Depok : Rajawali Pers, 2017) hal. 130
konsomen kelas bawah lebih banyak melawatkan waktunya untuk memancing,
nonton televisi, atau mongkrong diwarung kopi.
• Simpanan, pengeluaran dan kredit. Simpanan, pengeluaran dan pemakaian kartu
kredit memiliki hubungan dengan kedudukan kelas sosial. Konsumen kelas atas
lebih berorientasi kemasa depan dan meyakini kepandaian mereka dalam mengatur
keuangan. Mereka lebih cenderung berinvestasi dalam bentuk.5

F. Pengertian Gaya Hidup


Minat manusia dalam berbagai barang dipengaruhi oleh gaya hidupnya dan
barang yang mereka beli mencerminkan gaya hidup tersebut. Gaya hidup seseorang
adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya.
Gaya hidup pada prinsipnya adalah pola seseorang dalam mengelola waktu dan
uangnya. Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang yang pada akhirnya
menentukan pola konsumsi seseorang.
Menurut Kotler dan Keller (2009 : 175) gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup
seseorang di dunia yang tercemin dalam kegiatan, minat, dan pendapat. Gaya hidup
memotret interaksi “seseorang secara utuh” dengan lingkungannya. Sebagian gaya
hidup terbentuk oleh keterbatasan uang dan keterbatasan waktu konsumen. Perusahaan
yang bertujuan melayani konsumen dengan keuangan terbatas, akan menciptakan
produk dan jasa yang murah. Dan perusahaan yang bertujuan melayani konsumen yang
mengalami keterbatasan waktu, akan menciptakan produk dan jasa yang nyaman,
karena pada kelompok ini mereka akan lebih mementingkan waktu daripada uang.
Menurut Bob Sabran (2009:210) mengatakan: “Gaya hidup secara luas didefinisikan
sebagai pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktifitas, minat dam
opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi
dengan lingkungannya.”6
Menurut Sutisna dalam Heru Suprihhadi (2017) gaya hidup secara luas
didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang lain
menghabiskan waktu mereka (aktivitas) dilihat dari pekerjaan, hobi, belanja, olahraga,
dan kegiatan sosial serta interest (minat) terdiri dari makanan, mode, keluarga, rekreasi

5
Karisma Nur Laksana, Hubungan Gaya Hidup, Kelas Sosial dan Keputusan Pembelian, (Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, vol.1 No.1 2021) hal 8.
6
Agustinawati, Analisis Pengaruh Gaya Hidup terhadap Perilaku Konsumen (Jurnal Ekonomi Bisnis,
vol.2 No.3, 2016) Hal 7.
dan juga opinion (pendapat) terdiri dari mengenai diri mereka sendiri, masalah-masalah
sosial, bisnis, dan produk. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas
sosial ataupun kepribadian seseorang.7
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Gaya hidup didefinisikan
sebagai cara hidup yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu
mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (minat), dan
apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri (opini/pendapat). Gaya hidup
suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang satu dengan yang lainnya.8

F. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Gaya Hidup


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup (Life Style) Menurut pendapat
Amstrong gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh
individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-
barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep
diri, motif, dan persepsi dengan penjelasannya sebagai berikut:9
1. Sikap - Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman
dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat
dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
2. Pengalaman dan Pengamatan - Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial
dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu
dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman.
Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu
objek.

7
Edwin Zusrony, Perilaku Konsumen Di Era Modern (Semarang : Yayasan Prima Agus Teknik, 2021)
hal.36.
8
M. Anang Firmansyah, Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran), (Yogyakarta : Deepublish,2018)
hal.65.
9
Nugraheni, W. N. A, Perbedaan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis pada Remaja Ditinjau dari
Lokasi Tempat Tinggal, (Surakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UMS, 2003) hal. 19
3. Kepribadian - Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara
berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
4. Konsep Diri - Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.
Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk
menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek.
Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu
objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku
individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan
frame of reference yang menjadi awal perilaku.
5. Motif - Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman
dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika
motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk
gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
6. Persepsi - Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti
mengenai dunia.
Sedangkan faktor eksternalnya dijelaskan oleh Nugraheni sebagai berikut :
1. Kelompok Referensi - Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu
tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang
memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi
anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan
menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
2. Keluarga - Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk
kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
3. Kelas Sosial - Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan
bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang,
dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku
yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam
masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat
seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya.
Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja
maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan.

G. Klasifikasi dan Jenis Gaya Hidup


Menurut Dwi Ilham (2014) mengklasifikasikan gaya hidup berdasarkan tipologi
values and lifestyle (VALS) dari Stanford Research International yang disarikan sebagai
berikut:10
a. Actualizes yaitu orang yang memiliki pendapatan paling tinggi dengan banyak
sumber daya yang ada, mereka sertakan dalam suatu orientasi diri.
b. Fulfilled yaitu orang profesional yang matang, bertanggung jawab, dan
berpendidikan tinggi. Mereka berpendapatan tinggi tetapi termasuk konsumen yang
praktis dan berorientasi pada nilai.
c. Believers yaitu konsumen konservatif, kehidupan mereka berpusat pada keluarga,
agama, masyarakat dan bangsa.
d. Achievers yaitu orang-orang yang sukses, berorientasi pada pekerjaan, konservatif
dalam politik yang mendapatkan kepuasan dari pekerjaan dan keluarga mereka.
e. Strives yaitu orang-orang dengan nilai-nilai yang serupa dengan achievers tetapi
sumber daya ekonomi, sosial dan psikologisnya lebih sedikit.
f. Experiences yaitu konsumen yang berkeinginan besar untuk menyukai hal hal baru.
g. Makers yaitu orang yang suka mempengaruhi lingkungan mereka dengan cara yang
praktis.
h. Strugglers yaitu orang yang berpenghasilan rendah dan terlalu sedikit
sumberdayanya untuk dimasukkan kedalam orientasi konsumen yang manapun
dengan segala keterbatasannya, mereka cenderung menjadi konsumen yang loyal
pada merek.
Sedangkan Menurut Mowen dan Minor, Terdapat sembilan jenis gaya hidup
yaitu sebagai berikut:11
a. Functionalist yaitu Menghabiskan uang untuk hal-hal yang penting. Pendidikan
rata-rata, pendapatan rata-rata, kebanyakan pekerja kasar (buruh). Berusia kurang
dari 55 tahun dan telah menikah serta memiliki anak.

10
Jefri Putri Nugraha, Teori Perilaku Konsumen, Jawa Tengah: NEM IKAPI, 2021, hal 72.
11
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen, Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2011, hal. 45
b. Nurturers yaitu muda dan berpendapatan rendah. Mereka berfokus pada
membesarkan anak, baru membangun rumahtangga dan nilainilai keluarga.
Pendidikan diatas rata-rata.
c. Aspirers yaitu Berfokus pada menikmati gaya hidup tinggi dengan membelanjakan
sejumlah uang di atas rata-rata untuk barang-barang berstatus, khususnya tempat
tinggal. Memiliki karakteristik Yuppie klasik. Pendidikan tinggi, pekerja kantor,
menikah tanpa anak.
d. Experientials yaitu Membelanjakan jumlah di atas rata-rata terhadap barangbarang
hiburan, hobi, dan kesenangan (convenience). Pendidikan rata-rata, tetapi
pendapatannya diatas rata-rata karena mereka adalah pekerja kantor.
e. Succeeders yaitu Rumah tangga yang mapan. Berusia setengah baya dan
berpendidikan tinggi. Pendapatan tertinggi dari kesembilan kelompok.
Menghabiskan banyak waktu pada pendidikan dan kemajuan diri. Menghabiskan
uang di atas rata-rata untuk hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan.
f. Moral majority yaitu Pengeluaran yang besar untuk organisasi pendidikan, masalah
politik dan gereja. Berada pada tahap emptynest. Pendapatan tertinggi kedua.
Pencari nafkah tunggal.
g. The golden years yaitu kebanyakan adalah para pensiunan, tetapi pendapatannya
tertinggi ketiga. Melakukan pembelian tempat tinggal kedua. Melakukan
pengeluaran yang besar pada produk-produk padat modal dan hiburan.
h. Sustainers yaitu Kelompok orang dewasa dan tertua. Sudah pensiun. Tingkat
pendapatan terbesar dibelanjakan untuk kebutuhan seharihari dan alkohol.
Pendidikan rendah, pendapatan terendah kedua.
i. Subsisters yaitu tingkat sosial ekonomi rendah. Persentase kehidupan pada
kesejahteraan di atas rata-rata. Kebanyakan merupakan keluarga-keluarga dengan
pencari nafkah dan orang tua tunggal jumlahnya di atas rata-rata kelompok
minoritas.

H. Indikator Gaya Hidup


Gaya hidup dapat diukur dengan sistem AIO (Activity, interest and opini)
dengan adanya Activity atau Aktivitas perusahaan dapat dengan mudah mengetahui
kegiatan apa saja yang dilakukan konsumen, sehingga mempermudah perusahaan untuk
menciptakan strategi-strategi dari informa si yang didapatkan. Interest atau Minat,
dengan memahami minat pelanggannya, dapat memudahkan perusahaan untuk
menciptakan ide-ide baru. Sedangkan Opinion atau Opini merupakan pendapat dari
setiap konsumen12.
Menurut Kotler dalam Debora, (2016) indikator yang mempengaruhi gaya hidup
antara lain :
a. Aktivitas adalah identifikasi atas apa yang konsumen lakukan, apa yang mereka beli,
dan bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka.
b. Minat adalah suatu bentuk fokus pada preferensi dan prioritas konsumen. Minat
merupakan faktor pribadi konsumen dalam mempengaruhi proses pengambilan
keputusan.
c. Opini merupakan pendapat dari setiap konsumen yang berasal dari pribadi mereka
sendiri.

12
Fitri Nomiasari, Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Konsumen, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam Vol. 2 No.2, 2019, hal. 13.
DAFTAR PUSTAKA

Agustinawati, Analisis Pengaruh Gaya Hidup terhadap Perilaku Konsumen, Jurnal


Ekonomi Bisnis, vol.2 No.3, 2016.

Jibril Ahmad, S.T., M.T., 2012, Teori Perilaku Konsumen, Pekalongan : PT. Nasya
Expanding Management.

Damiati, dkk., 2017, Perilaku Konsumen, Depok : Rajawali Pers

Zusrony Edwin, 2021, Perilaku Konsumen Di Era Modern, Semarang : Yayasan Prima
Agus Teknik

Nomiasari Fitri, Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Konsumen, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam Vol. 2 No.2, 2019.

Putri Jefri Nugraha, 2021, Teori Perilaku Konsumen, Jawa Tengah: NEM IKAPI

Nur Karisma Laksana, Hubungan Gaya Hidup, Kelas Sosial dan Keputusan Pembelian,
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, vol.1 No.1 2021.

Anang M. Firmansyah, 2018, Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran), Yogyakarta :


Deepublish.

Razak Mashur, 2016, Perilaku Konsumen, Makassar : Alauddin Universitas Press

Nugraheni, W. N. A, Perbedaan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis pada Remaja


Ditinjau dari Lokasi Tempat Tinggal, Surakarta : Skripsi Fakultas Psikologi UMS,
2003

Priska Paullicia Isyana dan Sujana, Pengaruh Gaya Hidup Dan Kelas Sosial Terhadap
Keputusan Pembelian, Jurnal Ilmiah Pariwisata Kesatuan, Vol.1 No. 1, 2020.

Sumarwan Ujang, 2011, Perilaku Konsumen, Bogor: PT Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai