Anda di halaman 1dari 11

1

BABA I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara filosofis individu memang merupakan pribadi yang utuh yang keseluruhan
hidupnya didukung oleh kemauan baik pada kebutuhan sisi duniawi maupun spiritual.
Dalam filsafat Islam tidak ditekankan adanya dikotomi pada dua aspek ini, baik pada
ranah individual maupun sosial kemasyarakatan. Pada prinsip yang demikian terkandung
nilai adanya unsur kebebasan namun tetap dapat dipertanggung jawabkan bagi umat
Islam ketika ia berikhtiar untuk mencapai kemenangan hidupnya, termasuk kebutuhan
ekonominya.
Ekonomi Islam sebagai salah satu cabang ilmu menuntun pelaku ekonomi pada
pencapaian kesejahteran hidup melalui distribusi sumber daya yang didasarkan pada
syariat Islam. Aturan ini juga merupakan perangkat nilai, moral etis dalam beraktifitas
lainnya yang memberikan daya kontrol bagi setiap muslim dalam menjalankan perilaku
kehidupan ekonominya. Pada era kekinian tampaknya ekonomi Islam telah hadir sebagai
solusi alternatif di tengah pertarungan antara sistem ekonomi kapitalis dan sosialisme
sebagai sistem yang sedang mengalami kebuntuhan karena belum mampu memecahkan
segenap permasalahan ekonomi.
Sehingga makalah ini dihadirkan untuk menjadi bahan pengantar diskusi seputar
konsep dasar ekonomi Islam. Didalamnya akan terkemukakan deskripsi pemaknaan
basis tujuan hidup umat Islam, makna ilmu ekonomi Islam, dasar-dasar ekonomi Islam,
prinsip-prinsip serta tujuan ekonomi Islam dari beberapa referensi yang ada. Dengan
demikian diharapkan dalam bahasan ini akan didapatkan gambaran konsepsi yang
mendasar tentang ekonomi Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ekonomi Islam ?
2. Apa saja dasar-dasar ekonomi Islam ?
3. Apa saja prinsip ekonomi Islam ?
4. Apa saja tujuan ekonomi Islam ?
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Islam


Kata ekonomi berasal dari kata Yunani, yaitu oikos dan nomos. Kata oikos berarti
rumah tangga, sedangkan nomos memiliki arti aturan. Jadi, ekonomi adalah aturan rumah
tangga. Dalam kenyataannya, ekonomi bukan hanya dalam lingkup keluarga saja, namun
bisa berarti suatu desa, kota, bahkan suatu negara. Sedangkan, ilmu yang mempelajari
mengenai bagaimana setiap rumah tangga atau masyarakat mengelola sumber daya yang
mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan disebut ilmu ekonomi.1
Ekonomi dan islam sangat erat hubungannya. Ekonomi tidak terlepas dari aturan-
aturan dalam syari’ah islam yang disebut ekonomi Islam. Ekonomi Islam adalah
pengelolaan atau aturan-aturan rumah tangga (bangsa, negara dan dunia) bertujuan untuk
menciptakan barang dan jasa dalam memenuhi kehidupan sehari-hari yang berlandaskan
syariah Islam.2
Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai hakikat ekonomi islam, maka ada baiknya
diberikan beberapa pengertian tentang ekonomi islam yang dikemukakan oleh para ahli
ekonomi islam, antara lain:3
 M. Akram Kan; Ilmu ekonomi islam adalah kajian tentang kebahagiaan hidup
manusia yang dicapai dnegan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja
sama dan partisipasi. Definisi yang dikemukakan Akram Kan memberikan dimensi
normatif (kebahgiaan hidup didunia dan akhirat) serta dimensi positif (mengorganisir
sumber daya alam)
 Muhammad Abdul Manan; Ilmu ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh
niali-nilai islam.
 M. Umer Chapra; Ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu
upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang
terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa

1 Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.2

2 M. Yatimin Abdullah, Studi islam kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2004), hlm.131

3 Muhammad, Pemikiran ekonomi islam, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), hlm. 5


3

memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makroekonomi yang


berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
B. Dasar-Dasar Ekonomi Islam
Ada tiga aspek mendasar dalam ajaran Islam mengenai ekonomi islam, yaitu:4
1. Aspek akidah
Ekonomi islam dalam dimensi akidahnya, antara lain:

a. Ekonomi islam bersifat ekonomi ilahiyah.; Ketika seseorang mengesakan dan


menyembah Allah, dikarenakan Allah sebagai dzat yang wajib disembah, maka
akan berimpilkasi pada adanya niat yang tulus bahwa segala pekerjaan yang
dilakukan manusia dalam rangka beribadah kepada Allah (bentuk penyembahan
kepadaNya). Termasuk ketika seseorang melakukan kegiatan ekonomi.
b. Ekonomi islam bersifat Rabbaniyah; Mengesakan Allah melalui segala hal
yang telah diciptakanNya, dengan selalu meyakini bahwa Allah adalah pemberi
rezeki dan pemilik semesta alam. Maka ketika seseorang telah bersyahadat dan
berikrar mengabdi kepada Allah, ia harus mampu memanfaatkan apa yang ada
didunia ini dengan sebaik-baiknya, sehingga bisa membawa kemaslahatan bagi
masyarakat.
c. Asma; Segalah hal yang terangkum dalam tawhid asma5 yang akan
menyadarkan manusia bahwa mereka hanyalah seorang yang diberikan amanah
oleh Allah untuk dapat mengelola alam semesta ini, agar bisa menyejahterakan
kehidupan mereka. Dalam aktivitas ekonomi perlu adanya penghayatan bahwa
segala yang ada didunia adalah milik Allah dan manusia hanya memperoleh hak
untuk memnafaatkannya.
2. Aspek Syariah
Ketika menjalankan ekonomi islam yang bersifat uluhiyyah dan Rabbaniyah,
seseorang haruslah berjalan sesuai dnegan rambu-rambu yang telah ditetapkan
oleh syar’i (Allah), melalui syariatNya. Kaidah yang berlaku untuk segala aktivitas
ekonomi yaitu: “segala sesuatau (dalam hal muamalat) boleh dilakukan, sampai ada
dalil yang mengharamkan.” Atas dasar kaidah tersebut, maka segala aktivitas dalam
ekonomi islam yang membawa kemaslahatan dan tidak ada larangan didalamnya boleh
dilakukan.

4 Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 8-12

5 Tauhid asma merupakan bagian dari mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam akidah Islam. Tauhid ini
merupakan bentuk penerapan pengesaan dari makhluk terhadap Allah mengenai nama-nama-Nya dan sifat-sifat-
Nya, yang mana nama-nama dan sifat-sifat ini telah diatributkan oleh-Nya sendiri.
4

3. Aspek Akhlak
Menegakkan norma dan etika yang merupakan ‘ruh’ ekonomi islam itu sendiri, dengan
cara mentransformasikan etika transdental (etika yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits) dalam segala aktivitas ekonomi.
Dari tiga hal diatas, lahirlah dasar-dasar ekonomi Islam yang kita kenal saat ini,
yaitu;
1. Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, baik didunia dan
diakhirat
2. Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan
dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula
3. Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlantar
4. Dalam harta benda itu, terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta,
karena itu, harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rezeki
5. Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat
6. Perniagaan diperkenankan, tetapi riba dilarang
7. Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerjasama dan yang menjadi
ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.6

Sedangkan yang menjadi landasan dan tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam
adalah sebagai berikut:
1. Nilai dasar sistem ekonomi Islam, meliputi:
a) Hakikat kepemilikan
b) Keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia
c) Keadilan antar sesama manusia
2. Nilai instrumental sistem ekonomi Islam, meliputi:
a) Kewajiban zakat
b) Larangan riba
c) Kerjasama ekonomi
d) Jaminan sosial
e) Peranan negara
3. Nilai filosofis sistem ekonomi Islam, meliputi:
a) Sistem ekonomi Islam bersifat terikat yakni nilai

6 Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hal. 259
5

b) Sistem ekonomi Islam bersifat dinamik, dalam arti penelitian dan pengembangan
berlangsung terus-menerus
4. Nilai normatif sistem ekonomi Islam, meliputi:
a) Landasan akidah
b) Landasan akhlak
c) Landasan syariah
d) Al-Qur’anul Karim
e) Ijtihad.7

C. Prinsip Ekonomi Islam


Dalam sistem ekonomi Islam terdapat beberapa prinsip, diantaranya adalah:
1. Hak milik peribadi, Islam memperakui pemilikan hak perseorangan dan menempatkan
hak ini ditempat yang paling sesuai dengan fitrah manusia. Islam melihat bahawa
manusia adalah makhluk yang memiliki dorongan dorongan memiliki dan menyukai
harta benda.
2. Kebebasan mencari sumber pendapatan,Islam memberikan kepada setiap orang hak
dan kebebasan dalam menentukan corak kehidupannya. la bebas memilih kerja kerja
yang ia minati asalkan tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
3. Keadilan sosial; kegiatan ekonomi adalah sebagian daripada ruang lingkup Islam yang
syumul.8
4. Hak pewarisan; di antara prinsip yang ditetapkan oleh Islam dalam memperoleh hak
milik ialah melalui hak pewarisan. Hak pewarisan berdasarkan kepada fitrah manusia,
keadilan dan penghormatan terhadap kehendak dan cita cita pemilik. Islam memandang
bahwa hak pewarisan adalah salah satu alat yang utama bagi mencapai keadilan sosial di
dalam masyarakat.9
Selain empat hal diatas terdapat pula prinsip dasar dalam perilaku ekonomi Islam
yang dalam hal ini dibagi menjadi 3, yaitu;

1. Prinsip-prinsip produksi
Manusia melakukan kegiatan produksi secara umum adalah untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok semua individu dan setiap orang agar memiliki standar
7 Ibid, hal. 259

8 Syumul atinya menyeluruh/mencakupi semua bidang kehidupan.

9 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar . (Yogyakarta: EKONSIA, 2002) hal. 166
6

hidup yang manusiawi, terhormat dan sesuai dengan martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan.10
Pada umumnya, barang-barang itu belum mempunyai kegunaan sebelum
dikerjakan oleh manusia. Usaha membuat suatu barang menjadi berguna atau lebih
berguna untuk memenuhi kebutuhan tersebut disebut dengan produksi. Dengan kata
lain, produksi itu adalah setiap usaha membuat suatu barang menjadi berguna atau
lebih berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan produksi merupakan
kegiatan ekonomi yang memadukan berbagai kekuatan melalui suatu proses tertentu
yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu lembaga usaha. Perpaduan kekuatan
tersebut, misalnya modal serta kewirausahaan. Dengan demikian, produksi bertujuan
untuk memberikan nilai lebih pada barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia.
Produksi, distribusi, dan konsumsi merupakan tiga serangkai dari kegiatan
ekonomi. Ketiganya saling memengaruhi. Namun, produksi menempati posisi kunci.
Tidak akan ada distribusi tanpa adanya produksi, dan siapapun tidak dapat
mengonsumsi barang yang diperlukannya jika ia sendiri atau orang lain tidak
memproduksinya. Jadi, pangkal kehidupan ekonomi adalah produksi.
Adapun yang menjadi prinsip-prinsip dari produksi adalah sebagai berikut:
a. Barang dan jasa yang haram dilarang untuk diproduksi ataupun di pasarkan
b. Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah kepada kezaliman
c. Proses produksi harus senantiasa mempertimbangkan aspek ekonomi, mental,
dan kebudayaan
d. Prinsip kesejahteraan
e. Prinsip kebersamaan dengan tujuan produksi swasembada individu dan
masyarakat luas
f. Tidak melakukan penimbunan barang dengan maksud untuk meraih
keuntungan besar.11
2. Prinsip-prinsip Konsumsi
Adapun yang menjadi prinsip-prinsip Konsumsi adalah sebagai berikut:
a. Prinsip halalan thayyibah. Artinya, Islam melarang mengkonsumsi barang-
barnag yang tidak bermanfaat
b. Prinsip kesederhanaan, tidak berlebih-lebihan dan kebutuhan terhadap barang
konsumsi harus diteliti terlebih dahulu

10 Muhammad Alim, Pengantar Ilmu Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka, 2007), hal. 73

11 Ibid, hal. 77
7

c. Prinsip moralitas. Dalam pemenuhan kebutuhan, konsumen tidak hanya


mementingkan kebutuhan yang bersifat material semata, tetapi juga kebutuhan yang
bersifat spiritual
d. Prinsip kemurahan hati
e. Prinsip keseimbangan. Aturan dan kaidah berkonsumsi dalam sistem ekonomi
Islam menganut paham keseimbangan dalam berbagai aspek.12
3. Prinsip-prinsip distribusi
Adapun prinsip-prinsip distribusi meliputi hal-hal sebagai berikut seperti:
a. Islam menghendaki mekanisme pasar dengan bentuk persaingan sempurna
b. Dalam rangka melindungi hak pembeli dan penjual, Islam membolehkan
bahkan mewajibkan pemerintah untuk melakukan interview pasar
c. Monopoli, duopoli, oligopoli dalam artian hanya ada satu penjual, dan penjual
atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaanya selama mereka tidak mengambil
keuntungan diatas keuntungan normal.13
D. Tujuan Ekonomi Islam
Islam memiliki seperangkat tujuan dan nilai yang mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia, termasuk didalamnya urusan sosial, politik dan ekonomi. Dalam hal
ini tujuan Islam (Maqasid al-Syar’i)14 pada dasarnya ingin mewujudkan kebaikan hidup
di dunia dan akhirat.15 Dalam pada itu, permasalahan ekonomi yang merupakan bagian
dari permasalahan yang mendapatkan perhatian dalam ajaran Islam, tentu memiliki tujan
yang sama yakni tercapainya maslahah di dunia dan akhirat.
Beberapa pemikiran tokoh Islam mengenai tujuan dari ekonomi Islam dapat
dijabarkan dalam uraian sebagai berikut. Dr. Muhammad Rawasi Qal’aji dalam bukunya
yang berjudul Mabahis Fil Iqtishad Al-Islamiyah menyatakan bahwa tujuan ekonomi
Islam pada dasarnya dapat dijabarkan dalam 3 hal, yakni :

1. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi dalam Negara


Pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang bersifat fundamental, sebab dengan
pertumbuhan ekonomi negara dapat melakukan pembangunan. Salah satu langkah
yang dapat dilakukan dalam rangka menumbuhkan pertumbuhan ekonomi dalam
Negara adalah dengan jalan mendatangkan investasi.

12 Ibid, hal. 81

13 Ibid, hal. 83

14 tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum

15 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar . (Yogyakarta: EKONSIA, 2002) hal. 170
8

2. Mewujudkan kesejahteraan manusia


Terpenuhinya kebutuhan pokok manusia dalam pandangan Islam sama pentingnya
dengan kesejahteraan manusia sebagai upaya peningkatan spiritual. Oleh sebab itu,
konsep kesejahteraan dalam Islam bukan hanya berorientasi pada terpenuhinya
kebutuhan material-duniawi, melainkan juga berorientasi pada terpenuhinya
kesejahteraan spiritual-ukhrowi. Menurut Umer Chapra, keselarasan kesejahteraan
individu dan kesejahteran masyarakat yang senantiasa menjadi konsensus ekonomi
Islam dapat terealisasi jika pelaksanaan nilai-nilai spiritual Islam secara keseluruhan
untuk individu maupun masyarakat dan pemenuhan kebutuhan pokok material
manusia dengan cukup dan seimbang.

3. Mewujudkan sistem distribusi kekayaan yang adil


Dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang sudah menjadi ketentuan bahwa setiap
manusia memiliki kemampuan dan kecakapan yang berbeda-beda. Namun demikian
perbedaan tersebut tidaklah dibenarkan menjadi sebuah alat untuk mengekspliotasi
kelompok lain. Dalam hal ini kehadiran ekonomi Islam bertujuan membangun
mekanisme distribusi kekayaan yang adil ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, Islam sangat melarang praktek penimbunan (ikhtikar) dan monopoli
sumber daya alam di sekolompok masyarakat. Konsep distribusi kekayaan yang
ditawarkan oleh ekonomi Islam dalam hal ini antara lain dengan cara :
 Menciptakan keseimbangan ekonomi dalam masyarakat, Keseimbangan
ekonomi hanya akan dapat terwujud manakala kekayaan tidak berputar di
sekelompok masyarakat. Oleh karena itu, Islam memerintahkan sirkulasi kekayaan
haruslah merata.
 Larangan Penimbunan Harta, Sistem ekonomi Islam, melarang individu
mengumpulkan harta secara berlebihan. Sebab, akan berakibat pada mandegnya
roda perekonomian. Oleh karena itu, penimbunan merupakan prilaku yang dilarang
dalam ajaran Islam.
Sementara itu, pakar lain juga berpendapat bahwa tujuan ekonomi Islam tidak lain
adalah mendorong tercapainya kesejahteraan dan keberhasilan di dunia dan akhirat. Hal
ini sebagaimana diungkapkan oleh Amin Akhtar yang menyatakan tujuan ekonomi Islam
hanya dapat dipahami dalam konteks pandangan hidup Islam secara keseluruhan. Oleh
karena itu, pada hakekatnya ekonomi Islam merupakan sistem yang berlandaskan pada
nilai-nilai keadilan , kedermawanan, kemanfaatan serta kebajikan dan kemakmuran.16

16 Yuliadi, Imamudin, Ekonomi Islam: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta, LPPI-UMY, 2001) hal. 89
9

Ada pula yang mengatakan Tujuan ekonomi islam adalah mashlahah


(kemaslahatan) bagi umat manusia. Yaitu dengan mengusahakan segala aktivitas demi
tecapainya hal-hal yang berakibat pada adanya kesejahteraan bagi manusia. Aktivitas
lainnya demi mengapai kemaslahatan adalah dengan menghindarkan diri dari segala hal
yang membawa mafsadah(kerusakan) bagi manusia.
Menjaga kemaslahatan bisa dengan dua cara, yaitu:
1. Min haytsu al-wujud
Dengan cara mengusahakan segala bentuk aktivitas dalam ekonomi yang bisa
membawa kemaslahatan. Misalnya, ketika seseorang memasuki sektor industri, ia
harus selalu mempersiapakan beberapa strategi agar bisnisnya bisa berhasil mendapat
keuntungan yang baik, sehingga akan membawa kebaikan bagi banyak pihak.
2. Min haytsu al-adam
Dengan cara memerangi segala hal yang bisa menghambat jalannya kemaslahatan itu
snediri. Misalnya, ketika seseorang memasuki sektor industri, ia harus
mempertimbangkan beberapa hal yang bisa menyebabkan bisnis tersebut bangkrut.

Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 12-13
10

BAB III
KESIMPULAN

Dari paparan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa, Ekonomi Islam
adalah pengelolaan atau aturan-aturan rumah tangga (bangsa, negara dan dunia) bertujuan
untuk menciptakan barang dan jasa dalam memenuhi kehidupan sehari-hari yang
berlandaskan syariah Islam.

Dasar-dasar ekonomi Islma terdiri dari beberapa aspek, yakni; 1) Aspek akidah yang
meliputi (Ekonomi islam bersifat ekonomi ilahiyah, Ekonomi islam bersifat Rabbaniyah serta
tauhid asma), 2) Aspek Syariah, dan 3) Aspek Akhlak. Sedangkan yang menjadi landasan dan
tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam adalah; 1) Nilai dasar sistem ekonomi Islam, 2)
Nilai instrumental sistem ekonomi Islam, 3) Nilai filosofis sistem ekonomi Islam, dan 4) Nilai
normatif sistem ekonomi Islam.

Dalam sistem ekonomi Islma, Prinsip-prinsip dalam ekonomi islam dibagi menjadi 4
yaitu; 1) Hak milik peribadi, 2) Kebebasan mencari sumber pendapatan, 3) Keadilan sosial,
dan 4) Hak pewarisan. Sedangkan secara mendasar, prinsip dalam perlaku ekonomi Islam
dibagi menjadi 3, yaitu; 1) Prinsip produksi, 2) Prinsip Konsumsi, dan 3) Prinsip-prinsip
distribusi.

Dan adapun tujuan dari ekonomi Islam adalah Mewujudkan pertumbuhan ekonomi
dalam Negara, Mewujudkan kesejahteraan manusia dan Mewujudkan sistem distribusi
kekayaan yang adil. Sedangkan pada hakekatnya ekonomi Islam merupakan sistem yang
berlandaskan pada nilai-nilai keadilan , kedermawanan, kemanfaatan serta kebajikan dan
kemakmuran untuk tercapainya kesejahteraan dan keberhasilan di dunia dan akhirat. Ada juga
yang mengatakan bahwa tujuan ekonomi islam adalah mashlahah (kemaslahatan) bagi umat
manusia. Yaitu dengan mengusahakan segala aktivitas demi tecapainya hal-hal yang berakibat
pada adanya kesejahteraan bagi manusia serta menghindarkan diri dari segala hal yang
membawa mafsadah(kerusakan) bagi manusia.
11

DAFTAR PUSTAKA

Heri Sudarsono, 2002, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar , Yogyakarta: Ekonisia

Ika Yunia Fauzia, Abdul Kadir Riyadi, 2014, Prinsip Dasar Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana

M. Yatimin Abdullah, 2004, Studi islam kontemporer, Jakarta: Amzah

Muhammad, 2003, Pemikiran ekonomi islam, Yogyakarta: Ekonisia

Muhammad Alim, 2007, Pengantar Ilmu Ekonomi Islam, Bandung: Pustaka

Veithzal Rivai, Andi Buchari, 2009, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi
Solusi, Jakarta: Bumi Aksara

Yuliadi, Imamudin, 2001, Ekonomi Islam: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: LPPI-UMY

Anda mungkin juga menyukai