Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,

karena data dalam penelitian ini akan berbentuk angka dan menggunakan

metode penelitian survei, yaitu suatu bentuk penelitian di mana teknik

perolehan datanya dengan cara mengumpulkan informasi dari sejumlah

sampel yang ditentukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.20


B. Profil Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Sumber Payung di

Desa Bataal Barat Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep dan

permasalahan yang ditemukan adalah para santri di pondok tersebut

banyak yang mengkonsumsi mie Sedaap daripada mie instan lainnya.

Seperti data awal yang diperoleh peneliti bahwa di Pondok Pesantren

Sumber Payung, khususnya di daerah Al-Hasyimiyah putri yang santrinya

berjumlah 80 orang dalam satu minggu bisa menghabiskan 3-4 kardus

mie Sedaap.21 Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.
Pondok Pesantren Sumber Payung ini terletak di Dusun Sumber

Payung, Desa Bataal Barat Ganding Sumenep. Nama ini diambil dari

sumber mata air yang berada di dekat Pesantren. Ia merupakan bentuk

akulturasi dan pribumisasi antara Islam dan Madura, yang mungkin

sangat dipahami konsekuensinya oleh pendiri Pesantren ini.

20 Ibid., hlm. 79.

21 Hasil wawancara dengan ibu Riskiyah, penjaga kantin di daerah Al-Hasyimiyah, Bataal Barat
Ganding, tanggal 9 Maret 2017.

27
2

Pesantren ini dirintis dan didirikan oleh Kiai Hasyim Thabrani

pada tahun 1942. Ia adalah putra dari Kiai Thabrani dan Nyai Jauharah

bin Kiai Syarqawi, pendiri Pondok Pesantren Annuqayah. Masa

mudanya, ia habiskan untuk belajar ilmu agama pada ayah dan kakeknya.

Kemudian, ia melanjutkan di Pondok Pesantren Panji. Karena

pertimbangan keilmuannya. Pamannya, Kiai Abdullah Sajjad bin

Syarqawi menjadikannya sebagai menantu dan ia pun tinggal di

Pesantren Annuqayah daerah Latee untuk beberapa tahun.


Di tahun 1942, ia diminta oleh seorang saudagar kaya dari

Ganding menetap di Sumber Payung. Di Dusun ini, ia membangun

masjid bersama masyarakat. Beberapa orang mulai datang kepadanya,

mereka belajar membaca al-Quran dan hal-hal yang ringan yang

berkaitan dengan agama. Pada tahun 1947, proses pengajaran

diberhentikan sementara, karena pesantrennya diobrak-abrik oleh tentara

Belanda. Sebab, Kiai Hasyim pada waktu itu menjadi komandan Laskar

Sabil untuk Kecamatan Ganding.


Saat kondisi aman, beliau kembali dan memimpin masyarakat

sekitar. Secara perlahan, mulai ada santri yang menetap. Baru di tahun

1968, beliau berkeinginan untuk mendirikan Madrasah Ibtidaiyah

Diniyah. Keinginan itu tentu mendapat sambutan yang hangat dari

masyarakat dan putra-putrinya. Untuk memimpin Madrasah itu, ia

pasrahkan kepada putranya, K.H. Ahmad Sa`duddin. Di tahun 1970, Kiai

Ahmad merasa perlu untuk mendaftarkan lembaga binaannya ke

Departemen Agama, agar statusnya diakui. Di saat itulah, ada kebutuhan


3

untuk mendirikan Yayasan dan akhirnya Yayasan itu didirikan dan diberi

nama Yayasan Sumber Payung (YASPA).


Respon masyarakat pun semakin baik terhadap lembaga. Ini bisa

dilihat dari kegairahan mereka untuk meminta anaknya agar belajar di

lembaga ini. Bersamaan dengan itu, ada tuntutan dari masyarakat, agar

Sumber Payung bisa menyelenggarakan tingkat pendidikan yang lebih

tinggi. Oleh karena itu, di tahun 1983, Yayasan Sumber Payung

mendirikan Madrasah Tsanawiyah. Awalnya, anak yang belajar di tingkat

ini jumlahnya sedikit, karena memang kesadaran pendidikan pada waktu

itu sangat rendah. Namun secara perlahan, masyarakat mulai sadar akan

pentingnya pendidikan bagi putra-putri mereka.


Kesadaran ini, akhirnya menuntut tersedianya lembaga

pendidikan pra-sekolah (TK). Berdasarkan tuntutan ini, pada tahun 1986

didirikan TK. Di tahun berikutnya, di tahun 1987, Yayasan mendirikan

Madrasah Aliyah. Tidak hanya itu, Yayasan juga mendirikan Madrasah

Diniyah di tahun 1998. Tujuannya adalah untuk menjaga tradisi

Pesantren, yaitu lembaga tafaqquh fiddin.


Kemajuan itu semakin terasa, terlihat dari prestasi peserta didik

dan para alumninya. Prestasi itu didapat tidak luput karena bimbingan

dari para pengasuh, Kiai Haji Ahmad Sa`duddin, Kiai Haji Washil, Kiai

Haji Halim Isma’iel dan Kiai Haji Luthfi Abi Suja’. Atas bimbingan

mereka, di tahun 2010, lembaga ini membuka program unggulan, baik di

tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah dengan konsentrasi

pada pengembangan ilmu agama dan sains. Demikian juga, di tahun 2012

ia mengembangkan pondok cilik, khusus untuk siswa-siswi di tingkat


4

dasar. Dan pada tahun 2015, Yayasan ini mendirikan Sekolah Menengah

Atas Terpadu (SMAT) Insan Hanifa.


Visi dan Misi Pondok Pesantren Sumber Payung
1. Visi:
Menciptakan manusia yang memiliki skill, berpengetahuan dan

bertaqwa
2. Misi:
a. Mencetak manusia yang berakhlaqul karimah
b. Mencetak manusia yang cinta pengatahuan, baik agama

atau umum.
c. Mencetak manusia yang ahli ibadah.
d. Mencetak manusia yang mandiri.
e. Mencetak manusia Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan

Fathanah.
C. Populasi dan Sampel
Jumlah santri di Pondok Pesantren Sumber Payung adalah 400

orang dan sampel yang diambil adalah 80 orang. Cara menetapkan

sampel dalam penelitian ini adalah didasarkan pada perhitungan yang

ditetapkan oleh Solvin, yaitu:


n= N
1 + N(10 %)2

Di mana:

n= Ukuran sampel

N= Jumlah populasi
e= perkiraan tingkat kesalahan
Dari rumus di atas, dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
n= 400
1+ 400 (10%)2
= 80 orang

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan data yang digunakan

adalah teknik Random Sampling (penarikan sampel acak sederhana),


5

artinya pengambilan sampel dari populasi secara acak tidak

memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan setiap anggota

populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. 22

Menggunakan Random sampling karena dapat dipastikan bahwa semua

santri yang ada di Pondok Pesantren Sumber Payung yang berjumlah 400

semuanya pernah mengkonsumsi mie Sedaap.


D. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh harus dapat dibuktikan kebenarannya, sesuai

dan dapat memberikan gambaran. Maka jenis data yang dipilih adalah:
1. Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka dan dapat dihitung

yang diperoleh dari hasil kuesioner yang akan dilakukan yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.


2. Data kualitatif, yaitu data yang bukan dalam bentuk angka, artinya

data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan santri di Pondok

Pesantren Sumber Payung terkait dengan masalah yang diteliti.


Dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penulis langsung dari

responden dalam bentuk wawancara serta tanggapan responden

terhadap pertanyaan yang diajukan penulis dalam bentuk kuesioner.


2. Data Sekunder, yaitu data pendukung yang diperoleh peneliti dari

data referensi yang relevan untuk memperdalam hasil penelitian. Data

yang dimaksud adalah data atau jurnal yang telah dipublikasikan.


E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan

dua cara yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan

dapat dipertanggungjawabkan, yaitu:

22 Suharyadi dkk, Statistik untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Edisi Kedua (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), hlm. 10.
6

1. Kuesioner, responden diminta untuk memilih dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti yang sesuai dengan keadaan

responden dalam bentuk pertanyaan tertulis yang berupa angket.


2. Wawancara, dalam hal ini teknik pengambilan datanya ialah dengan

melakukan dialog langsung dengan responden.

F. Operasionalisasi Konsep dan Variabel


Operasionalisasi konsep dan variabel merupakan definisi atau

uraian dari suatu variabel yang akan diteliti dengan indikatornya, yang

penjelasannya adalah sebagai berikut:

TABEL 3.1

Konsep Variabel Indikator Skala


Pengukuran
Faktor-Faktor Yang Faktor Budaya (X1)  Pergeseran Skala likert

Mempengaruhi Budaya adalah suatu budaya


 Kelas sosial
Keputusan Santri kepercayaan, nilai-  Kebiasaan

Terhadap nilai, dan kebiasaan

Pembelian Mie yang dipelajari

Sedaap seseorang yang dapat

mengarahkan

seseorang dalam

mengkonsumsi

barang dan jasa.


Faktor Sosial (X2)  Pengaruh Skala likert

Sosial merupakan kelompok


 Mengikuti
pembagian anggota
7

masyarakat ke dalam kelompok

status sosial dan acuan dan

keadaan ekonomi keluarga


 Menunjukkan
yang berbeda
peran dan
sehingga masyarakat
status sosial
mempunyai status

yang sama, lebih

tinggi, ataupun lebih

rendah.
Faktor Pribadi (X3)  Skala likert
Pribadi adalah suatu Pekerjaan

keadaan di mana
Gaya hidup
seseorang 
mempunyai selera Situasi
atau karakteristik ekonomi

tertentu dalam
Umur dan
menentukan
tahapan dalam
keputusannya untuk
siklus hidup
mengkonsumsi suatu 
barang/jasa tanpa ada Kepribadian
paksaan dari pihak dan konsep
lain. diri
Faktor Psikologis  Persepsi Skala likert

(X4) terhadap iklan


 Keyakinan/
8

Psikologis merupakan sikap


 Motivasi
suatu keadaan di  Proses belajar

mana seseorang

mempunyai

keinginan yang

berasal dari

pribadinya untuk

menentukan

keputusan sesuai

dengan keinginannya.
Pembelian Mie  Kebutuhan Skala likert
Sedaap (Y) konsumen
 Pencarian
Pembelian
informasi
merupakan suatu  Evaluasi
keputusan konsumen alternatif
dalam mengkonsumsi sebelum
barang/jasa yang pembelian
 Keputusan
disukai.
pembelian

konsumen
 Kepuasan

konsumen
9

Pengukuran jawaban responden untuk pertanyaan dibedakan atas

lima skala dengan skor jawaban sebagai berikut:

Jawaban Skor
Sangat Setuju : 5
Setuju : 4
Netral : 3
Tidak Setuju :2
Sangat Tidak Setuju :1

G. Validitas dan Reabilitas


Validitas adalah sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa

yang ingin diukur. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas adalah

korelasi product moment, rumusnya adalah sebagai berikut:

r= n ( Ƹ xy )−( Ƹ x . Ƹ y)

√n(Ƹx2) ˗ (Ƹx)2 nƸy2 – (Ƹy)2

r= koefisien korelasi

n= jumlah responden

Ƹx= skor item

Ƹy= jumlah skor total item

Setelah perhitungan dilakukan, kemudian membandingkan nilai

rhitung (correlated item – total correlation) dengan nilai rtabel. Jika rhitung >

rtabel, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.


Reabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat

ukur artinya alat ukur mempunyai nilai yang konsisten apabila dilakukan

berkali-kali. Teknik yang digunakan adalah Alpha Cronbach, yaitu

dikatakan reabel apabila Alpha > 0.6


H. Analisis Data
10

Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan sebelumnya,

maka akan dilakukan pengujian sebagai berikut:


1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda ini ialah untuk mengetahui variabel

bebas dalam mempengaruhi variabel terikat, sementara jumlah

variabel bebasnya lebih dari satu artinya bisa berjumlah 2, 3, atau

lebih.
Model regresi linier berganda adalah

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + ................. + e


Di mana:
Y = Variabel terikat
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
x = Variabel bebas
e = Error term

2. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk mengetahui valid tidaknya

parameter dalam suatu model. Asumsi-asumsi tersebut harus dipenuhi

dalam menyusun regresi berganda agar hasilnya tidak bias, untuk itu

perlu dilakukan beberapa tes yang memungkinkan pendeteksian

pelanggaran asumsi tersebut.23 Asumsi-asumsi tersebut adalah:


a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan di mana variabel gangguan pada

periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada

periode lain.
Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk menguji ada

tidaknya autokorelasi. Cara menguji autokorelasi ialah dengan

23 Ibid., hlm. 230.


11

melihat uji Durbin Watson yaitu apabila d u>DW>4-du maka tidak

terdapat autokorelasi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari

model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu

observasi ke observasi lainnya. Sebagaimana telah ditunjukkan

dalam salah satu asumsi yang harus ditaati pada model regresi

linier adalah residual harus homokedastis, artinya variance

residual harus memiliki variabel yang konstan.


Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat

dilakukan dengan berbagai cara salah satunya seperti uji grafik.

Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji grafik untuk

membandingkan sebaran antara nilai prediksi variabel terikat

dengan residualnya. Cara mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari gambar

scatter plot. Cara menganalisa gambar scatter plot ialah

menggunakan syarat-syarat heteroskedastisitas, yaitu:


1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di

sekitar angka nol.


2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di

bawah saja.
3) Penyebaran titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang, melebar, kemudian menyempit dan melebar

kembali.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan

antarvariabel bebasnya terdapat multikolinieritas atau tidak. Jika


12

terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat multikolinieritas. Cara

pendeteksian multikolinieritas dapat dilakukan dengan mengamati

nilai variance inflation factor (VIF) yaitu apabila nilai VIF dari

variabel bebas tersebut 1-10 maka tidak terdapat multikolinieritas.

Untuk melihat nilai VIF dari hasil SPSS adalah terdapat pada tabel

coefficient.
Apabila seluruh asumsi klasik tersebut telah terpenuhi artinya

tidak ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan juga tidak ada

multikolinieritas, maka akan menghasilkan hasil regresi yang best, linear,

unbias, efficient of estimation (BLUE).24


3. Uji Signifikansi
Uji signifikansi digunakan untuk menguji tingkat signifikansi dari

variabel X dalam mempengaruhi variabel Y atau variabel dependen

mempengaruhi variabel independen. Ada dua alat untuk menguji

signifikan tidaknya variabel X dalam mempengaruhi variabel Y.


a. Uji t
Uji t digunakan hanya untuk menguji signifikansi satu variabel

saja. Oleh karena itu, disebut dengan uji signifikansi secara

individual. Pengujian signifikansi secara individual pertama kali

dikembangkan oleh R.A. Fisher yaitu dengan membandingkan

nilai thitung dengan nilai ttabel. Apabila thitung lebih besar dari ttabel, maka

variabel X dikatakan signifikan dalam mempengaruhi variabel Y,

akan tetapi sebaliknya apabila nilai thitung lebih kecil dari ttabel maka

variabel X dalam mempengaruhi variabel Y tidak signifikan.

24 Tajus Subqi, Ekonometrika (t.tp, t.p, 2015), hlm. 102-103.


13

Untuk melihat nilai t dari perhitungan SPSS ialah terdapat pada

tabel coefficients.
b. Uji F
Uji F digunakan ialah untuk menguji signifikan tidaknya variabel

X yang lebih dari satu dalam mempengaruhi variabel Y dan

pengujian ini dilakukan secara serentak. Uji F ini dikembangkan

oleh Neyman dan Pearson. Dalam uji F ini sama halnya dengan uji

t, yaitu membandingkan Fhitung dengan Ftabel, yaitu apabila nilai

Fhitung lebih besar dari pada Ftabel maka variabel X secara serentak

signifikan dalam mempengaruhi variabel Y, akan tetapi sebaliknya,

apabila nilai Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel, maka variabel X

secara serentak tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel Y.

Untuk melihat nilai F yang didapatkan dari perhitungan SPSS

adalah terdapat pada tabel ANOVA.


4. Uji Koefisien Determinasi
Di samping menguji signifikansi tidaknya dari masing-masing

variabel, kita dapat pula menguji determinasi seluruh variabel penjelas

yang ada dalam model regresi. Uji koefisien determinasi (R2) pada

intinya ialah untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel terikat atau dengan kata lain uji

koefisien determinasi adalah untuk menguji seberapa besar pengaruh

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Besarnya nilai

koefisien determinasi adalah di antara angka nol dan satu 0<R 2<1.
14

Untuk melihat nilai koefisien determinasi yang didapat dari

perhitungan SPSS adalah terdapat pada tabel model summary.25

25 Ibid., hlm. 90.

Anda mungkin juga menyukai