Anda di halaman 1dari 12

1-12

Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014)

PENGARUH ATRIBUT CAFÉ TERHADAP MOTIF BELANJA HEDONIK


MOTIF
BELANJA UTULITARIAN DAN LOYALITAS PELANGGAN STARBUCKS
COFFEE DI THE SQUARE APARTEMENT SURABAYA
Jeslyn Monica Leha dan Dr. Hartono Subagio,M.M.
Program Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail : m36410081@john.petra.ac.id ; hartono@peter.petra.ac.id
tersebut maka terdapat unsurunsur kunci,
yaitu upaya, tujuan dan kebutuhan. Motif
Abstract - The research was berbelanja (shopping motives) terdiri dari dua
conducted by questionnaire directly on the yaitu utilitarian shopping motives dan
object of research is consumer Starbucks hedonic shopping motives (Setiadi, 2003:94-
Coffee with the criteria that consumers are 95).
least within a period of three month make
purchase at The Square Apartment. By using
the reference minimum number of samples to
be taken, the researchers determined the
amount of study sample as many as 200 Hedonic shopping motives yaitu kebutuhan
people tested by means of SEM analysis. yang bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi,
From this research, it was found the result emosi, dan perasaan subjektif lainnya. Kebutuhan
that the influence of consumers visiting ini seringkali muncul untuk memenuhi tuntutan
Starbucks Coffee based on Utilitarian sosial dan estetika dan disebut juga motif
Shopping motivation. emosional (Setiadi, 2003:96). Motif belanja
hedonik dikembangkan oleh Arnold and Reynolds
Keywords – Attribute Café, Hedonic (2003:80,81) dikelompokkan menjadi enam
Shopping Motivation, Utilitarian Shopping dimensi yaitu yang pertama adalah adventure
Motivation, Customer Loyalty shopping didefenisikan sebagai belanja ada
tantangan, suatu sensasi, menggembirakan, masuk
1.PENDAHULUAN lingkungan universal yang menyenangkan. Kedua
Sejalan dengan perkembangan dunia adalah Social shopping didefenisikan sebagai
bisnis dewasa ini, maka di dalam menghadapi sosialisasi adalah tujuan utama dari pembelanja
persaingan yang semakin ketat tersebut tidak ketika mereka pergi belanja. Ketiga adalah
cukup bagi suatu perusahaan untuk menarik Gratification shopping didefenisikan sebagai
pembeli hanya dengan mengandalkan pilihan kehidupan yang kompleks saat ini dan tingkat stres
produk yang beraneka ragam, namun meningkat di masyarakat. Beberapa orang belanja
beberapa aspek lainnya selain produk, seperti untuk menghilangkan stress. Keempat adalah Idea
penataan cafe, desain interior dan eksterior, Shopping didefenisikan sebagai berbelanja
fasilitas, cat dinding, ataupun musik yang memberikan pengetahuan baru perkembangan
disebut dengan atmosfer cafe, juga menjadi trend baru dan model baru. Kelima adalah Role
faktorfaktor yang sangat penting bagi shopping didefenisikan sebagai peranan belanja
konsumen dalam berbelanja. Perubahan direfleksikan dalam kenikmatan, dipengaruhi oleh
kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari perasaan dan keadaan hati (moods). Keenam adalah
suatu kesenangan juga merupakan suatu motif Value shopping didefenisikan sebagai beberapa
berbelanja yang baru. Motivasi adalah orang belanja untuk menemukan barang yang baik
kecenderungan dalam diri seseorang yang dan bernilai bagi dirinya. Sedangkan Utilitarian
membangkitkan topangan dan tindakan. shopping motives yaitu motif yang mendorong
Selain itu motivasi adalah segala sesuatu yang konsumen membeli produk karena manfaat
mendorong seseorang (konsumen) untuk fungsional dan karakteristik objektif dari produk
berperilaku tertentu, dan upayanya untuk tersebut dan disebut juga motif rasional (Setiadi,
mencapai kepuasan, baik secara rasional 2003:96). Untuk menarik konsumen yang motif
maupun emosional. Motivasi meliputi faktor berbelanjanya adalah Utilitarian shopping motives
kebutuhan biologis dan emosional yang hanya perusahaan dapat menyediakan ragam kebutuhan
dapat diduga dari pengamatan tingkah laku sehari–hari berdasarkan manfaat produk tersebut
manusia. Motivasi dapat pula diartikan secara lebih variatif, baik dari segi harga maupun
sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat pilihan produknya. Berikutnya adalah atribut cafe
upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan yang yang didefinisikan sebagai evaluasi kriteria
hendak dicapainya, yang dikondisikan oleh konsumen yang terkait dengan semua nilai yang
kemampuan upaya untuk memenuhi suatu ditawarkan oleh sebuah cafe. Nilai-nilai yang
kebutuhan individual. Berdasarkan defenisi
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

dimaksud meliputi atmosfer, lokasi, fasilitas, Dalam upaya mempertahankan konsumennya


layanan, dan merchandise. Kecenderungan cafe Starbucks Coffe memberikan jaminan kepada
untuk mengubah variasi atribut cafe ini didasarkan konsumen bahwa produk-produknya memiliki
pada nilai-nilai yang dianggap penting yang kualitas yang sangat baik sehingga konsumen tidak
diinginkan oleh konsumen. Hal ini dapat perlu ragu untuk membelinya. Selain itu untuk
mempengaruhi tujuan dan dapat sebagai aspek membuat konsumen nyaman dan betah
yang memotivasi konsumen dalam berbelanja. berlamalama duduk adalah penyediaan beberapa
Variabel demografis yang terdiri dari jenis fasilitas seperti pembedaan tempat duduk yang
kelamin, usia, dan pendapatan merupakan variabel dibagi menjadi dua dareh yaitu smoking area dan
yang diduga dapat memperkuat atau memperlemah non smoking area, menyediakan condiment bar
proses keperilakuan konsumen berkeinginan untuk yaitu tempat untuk menyediakan milk, sugar,
loyal pada sebuah cafe tertentu. chocolate, vanilla powder untuk melengkapi rasa
Salah satu ritel yang akan diteliti adalah minuman yang kurang pas pada selera pelanggan
Starbucks Coffee. Starbucks Corporation adalah itu sendiri, juga menyediakan sedotan dan tissue
sebuah perusahaan coffee shop/kedai kopi sehingga bagi pelanggan yang membutuhkannya
internasional yang berbasis di Seattle, Washington, dapat langsung mengambilnya sendiri di
Amerika Serikat. Produk utama yang ditawarkan condiment bar. Kemudian Starbucks Coffe juga
dari Starbucks adalah kopi. Starbucks adalah menyediakan fasilitas wi-fi sehingga pengunjung
perusahaan kedai kopi terbesar di dunia, dengan dapat mengakses internet secara gratis.
15.012 kedai di 44 negara. Di Indonesia sendiri, Oleh karena itu berdasarkan fenomena diatas
Starbucks mulai masuk pada tahun 2002, melalui maka di dalam penelitian ini penulis bertujuan
PT Sari Coffee Indonesia. Hingga saat ini, untuk mengetahui pengaruh atribut cafe, motif
Starbucks telah memiliki 147 gerai di Indonesia. belanja hedonic dan motif belanja utilitarian
Tidak seperti jaman dahulu dimana sebagian besar terhadap loyalitas pelanggan pada Starbucks Coffe
penikmat kopi adalah kaum pria, saat ini penikmat di The Square Apartement Surabaya.
kopi Starbucks telah lintas gender yaitu terlihat dari
produk-produknya yang terdiri dari aneka pilihan Rumusan Masalah
rasa sehingga kaum perempuan juga dapat 1. Apakah attribut cafe berpengaruh
menikmatinya. Starbucks menjual banyak produk, signifikan terhadap motif belanja hedonic
mulai dari kopi minuman panas yang berbasis pelanggan Starbucks Coffee di The
espresso, minuman dingin, frappuccino blended Square Apartement Surabaya?
coffee dan frappuccino blended cream, makanan 2. Apakah attribut cafe berpengaruh
ringan seperti cake, puff, cookies, sampai sandwich. signifikan terhadap motif belanja
Salah satu gerai Starbucks Coffe di Surabaya utilitarian pelanggan Starbucks Coffee di
terletak di jalan siwalan kerto no.146-148 tepatnya The Square Apartement Surabaya?
berada di dalam The Square Apartement & Arcade 3. Apakah attribut cafe berpengaruh
dimana kedai kopi ini menyediakan tempat yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan
nyaman bagi orang-orang untuk bersosialisasi saat Starbucks Coffee di The Square
mereka bertemu dengan teman-teman mereka di Apartement Surabaya?
waktu santai, saat bekerja atau beristirahat ketika 4. Apakah motif belanja hedonic
bekerja. Starbucks menyebut dirinya sebagai “the berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
third place” yaitu ada rumah, kantor, dan pelanggan Starbucks Coffee di The
Starbucks. Kedai ini menawarkan berbagai macam Square Apartement Surabaya?
produk kopi, desain interior yang menarik, filosofi 5. Apakah motif belanja utilitarian
pelayanan, komunikasi yang baik, serta suasananya berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
dengan music dan sofa sebagai tempat duduknya pelanggan Starbucks Coffee di The
mendorong konsumen betah berlama-lama duduk Square Apartement Surabaya?
sambil menikmati secangkir kopi dan snack.
Berkaitan dengan usaha untuk Tujuan Penelitian
mempertahankan loyalitas pelanggannya maka 1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan
Starbucks Coffee mengeluarkan Starbucks Card attribut cafe terhadap motif belanja
untuk memfasilitasi pelanggan yang ingin membeli hedonic pelanggan Starbucks Coffee di
produk-produknya secara nontunai. Dengan kartu The Square Apartement Surabaya.
tersebut pelanggan juga akan mendapatkan 2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan
berbagai macam benefit, termasuk minuman gratis attribut cafe terhadap motif belanja
ukuran grande untuk setiap pembelian 10 cups. utilitarian pelanggan Starbucks Coffee di
Program tambahan yang ditawarkan Starbucks The Square Apartement Surabaya.
Coffee dalam mempertahankan loyalitas 3. Untuk mengetahui pengaruh signifikan
pelangganya adalah pelanggan dapat memperoleh attribut cafe terhadap loyalitas pelanggan
diskon sebesar 10% setiap melakukan transaksi Starbucks Coffee di The Square
menggunakan Starbucks flazz card. Apartement Surabaya.
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

4. Untuk mengetahui pengaruh signifikan Kategori ini juga meliputi kemudahan, seperti
motif belanja hedonic terhadap loyalitas lokasi yang mudah, tempat parkir. Layanan
pelanggan Starbucks Coffee di The pramuniaga lebih pada kualitas yang disediakan
Square Apartement Surabaya. oleh karyawan sebuah café, sedangkan layanan
5. Untuk mengetahui pengaruh signifikan purna jual meliputi fasilitas penukaran barang yang
motif belanja utilitarian terhadap loyalitas tidak cocok dan kebijakan pengembalian uang, dan
pelanggan Starbucks Coffee di The barang dagangan lebih pada kualitas produk yang
Square Apartement Surabaya. dijual, macam merek dan ketersediaan barang
persediaan. Terdapat 5 indikator atribut cafe yang
akan dibahas, diantaranya adalah:
2. LANDASAN TEORI
1. Atmosfer
A. Pemasaran Atmosfer adalah suasana dalam cafe yang
Pemasaran adalah suatu sistem dari menciptakan perasaan tertentu dalam
kegiatan bisnis yang dirancang untuk memenuhi pelanggan yang ditimbulkan dari
kebutuhan pasar dengan barang atau jasa dengan penggunaan unsur “desain interior,
merencanakan, menentukan harga, pengaturan cahaya, tata suara sistem
mempromosikan dan mendistribusikan barang- pengaturan udara dan pelayanan”. Café
barang yang dapat memuaskan keinginan dan atmosfer adalah salah satu elemen penting
mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. dari retailing mix yang mampu
Pemasaran berdasarkan definisi social adalah mempengaruhi konsumen untuk
peoses social dimana melalui proses itu, individu berbelanja, Karena dalam keputusan
atau kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan pembelian konsumen tidak hanya member
dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan respon terhadap barang dan jasa yang
dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa ditawarkan oleh cafe, tetapi juga
yang bernilai kepada pihak lain. Sementara itu, jika memberikan respon terhadap lingkungan
ditinjau dari defenisi manajerial, pemasaran sering pembelian yang diciptakan oleh sebuah
digambarkan sebagai “seni menjual produk” cafe.
(Kotler, 2005, p.10). 2. Lokasi
Lokasi (place), dapat juga berarti saluran
B. Café (saluran pemasaran). Namun dalam hal
Kafe berasal dari bahasa Perancis café. Arti bisnis ritel, place lebih mengarah pada
sebetulnya adalah (minuman) kopi, tetapi lokasi pembangunan usaha ritel. Lokasi
kemudian menjadi tempat di mana seseorang bisa adalah faktor yang sangat penting dalam
minumminum, tidak hanya kopi, tetapi juga retail mix (retail marketing mix). Pada
minuman lainnya. Di Indonesia, kafe berarti lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih
semacam tempat sederhana, tetapi cukup menarik sukses dibandingkan gerai lainnya yang
di mana seseorang bisa makan makanan ringan. berlokasi kurang strategis, meskipun
keduanya menjual produk yang sama,
C. Atribut Cafe (Cafe Atributes) oleh pramuniaga yang sama banyak dan
Keputusan konsumen dalam membeli produk terampil, dan sama-sama punya setting
seringkali dilakukan di cafe karena informasi yang atau ambience yang bagus. Penentuan
diperoleh konsumen di cafe atau komunikasi yang letak usaha yang strategis dilakukan untuk
dilakukan pada saat belanja sangat mempengaruhi mempermudah akses transportasi, lalu
keputusan pembelian. Berbagai perusahaan sering lintas pejalan kaki, serta kedekatannya
membuat atribut cafe (cafe attributes) yang dengan konsumen atau para konsumen.
menarik (Sumarwan, 2002:276). Seperti produk, 3. Fasilitas
sebuah cafe juga memiliki kepribadian. Beberapa Yaitu berkaitan erat dengan kemampuan
cafe bahkan memiliki atribut yang jelas di dalam cafe untuk menyediakan fasilitas yang
benak konsumen. Dengan kata lain atribut cafe digunakan untuk meningkatkan
adalah kepribadian sebuah cafe. Kepribadian atau produktivitas dan citra cafe.
atribut cafe menggambarkan apa yang dilihat dan Fasilitasfasilitas yang disediakan juga
dirasakan oleh konsumen terhadap cafe tertentu sangat menentukan pilihan konsumen
(Sopiah,2008:138). akan ritel seperti memiliki tempat parkir
Koo (2003) menyarankan tujuh komponen untuk yang baik, hal ini menjadi sangat penting
atribut cafe seperti atmosfer toko, lokasi, fasilitas karena apabila konsumen kesulitan
kemudahan, nilai, layanan pramuniaga, layanan mencari parkir pada suatu ritel maka
purna jual, dan barang dagangan. Pada penelitian mereka akan mencari cafe lain yang
ini atribut dengan indikator komponen fasilitas memiliki fasilitas parkir yang lebih baik.
fisik, layanan pramuniaga, layanan purna jual, 4. Layanan
barang dagangan. Fasilitas fisik yang tersedia di Layanan dapat memberikan nilai tambah
café seperti fisik bangunan, layout, dan display. yang positif bagi pelanggan sehingga
keberadaannya sangat diperlukan untuk
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

menunjang kebutuhan pokok pelanggan. tersebut untuk merubahnya menjadi lebih


Kenyamanan pelayanan ditambah dengan baik.
adanya berbagai fasilitas penunjang servis
dapat meningkatkan ketertarikan 1. Social Shopping
konsumen akan suatu ritel, seperti “A second category is labeled “social
kemudahan pembayaran dengan shopping,” which refers to the enjoyment of
menggunakan kartu debit dan kredit, shopping with friends and family, socializing
karena tidak semua orang mau membayar while shopping, and bonding with others
dengan uang tunai dengan alasan while shopping” (McGuire, 1974). Kategori
keamanan, selain itu dengan menawarkan ke dua ini menjelaskan bahwa berbelanja
pengiriman barang sesuai dengan waktu didasarkan untuk suatu kegembiraan dengan
yang diinginkan yang disertai anggota keluarga, teman, bersosialisasi ketika
pembayaran dengan kartu kredit. berbelanja dan menyatu dengan yang lain
5. Merchandise (produk yang ditawarkan) ketika berbelanja. Dengan cara berbelanja ini,
Kemungkinan kinerja bauran pemasaran individu merasa adanya semakin kedekatan
yang paling utama yang ditawarkan ikatan batin sambil mencari kebutuhan
pedagang eceran untuk konsumennya hidupnya. Tauber (1972) :
adalah menyediakan ketersediaan produk “recognized that shoppers desire social
yang ditawarkan karena kedekatan interaction outside the home, communicating
pedagang eceran dengan konsumennya, with reference groups.” (Arnolds dan
mereka dapat menyediakan ketersediaan Reynolds, 2003, p.80). Artinya shopper
produk yang oleh banyak produsen sulit menginginkan interaksi social diluar rumah,
untuk dilakukan. berkomunikasi dengan orang lain yang
mempunyai kegemaran yang sama, dan
D. Hedonic Shopping Motivation bergabung dengan kelompok yang sama.
Hedonic Shopping yaitu kebutuhan yang
2. Gratification Shopping
bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi,
dan perasaan subjektif lainnya. Kebutuhan ini “A third category is labeled “gratification
seringkali muncul untuk memenuhi tuntutan sosial shopping” which involves shopping for stress
dan estetika dan disebut juga motif emosional relief, shopping to alleviate a negative mood,
(Setiadi, 2003:96). Hedonic shopping sama artinya and shopping as a special treat to oneself”
dengan recreational shopping, yaitu aktivitas (McGuire, 1974). Kategori ketiga ini
berbelanja yang dilakukan karena waktu luang, menjelaskan bahwa berbelanja untuk
merupakan suatu hiburan dan untuk memperoleh mengurangi mood negative dan berbelanja
kesenangan dan kepuasan bagi dirinya sendiri. sebagai cara istimewa mentraktir untuk diri
Menurut Holbrook dan Hirshman (1982): sendiri. Individu merasa dengan cara
“Hedonic consumption has been defined as those berbelanja ini mereka dapat menghilangkan
facet of behavior that relate to the multisensory, stress atau masalah yang dihadapi. Babin et al.
fantasy, and emotive aspects of consumption”. (1994): “recognized the value of shopping as
Maksudnya adalah konsumsi hedonic telah a self-gratifying, escapist, and therapeutic
digambarkan sebagai segi perilaku yang activity, describing respondents who view
berhubungan dengan berbagai macam, indra shopping as a
perasa, imajinasi, dan aspek emosi terhadap “pick-me-up” and a “lift” when they feel
konsumsi. depressed” (Arnolds dan Reynolds, 2003:80)
artinya adalah nilai belanja sebagai kepuasan
Menurut J. Arnold dan Kristy E. Reynolds
diri, lari dari kenyataan, dan aktivitas terapi,
(2003, p.1) enam golongan besar motivasi hedonic
menggambarkan reponden yang melihat
shopping ini sebagai berikut:
berbelanja sebagai “bangunkan aku” dan
1. Adventure Shopping “mengangkat” ketika merasa depresi.

“The first category is labeled “adventure 3. Idea Shopping


shopping,” which ferefs to shopping for
“A fourth category we label “idea shopping,”
stimulation, adventure, and the feeling of
which refers to shopping to keep up with trend
being in another world”. Kategori
and new fashions, and to see new products
pertama ini menjelaskan bahwa
and innovations” (McGuire, 1974). Kategori
berbelanja didasarkan untuk rangsangan,
ke empat ini menjelaskan bahwa berbelanja
petualangan, dan perasaan seperti ada di
untuk tetap mengikuti trend dan mode terbaru
dunia lain. Individu pergi berbelanja
yang sedang berlangsung saat ini, dan untuk
untuk suatu kegembiraan belaka dan
melihat produk terbaru dan inovasi. Motif ini
petualangan dari perjalanan dalam
berhubungan dengan Tauber’s (1974):
berbelanja. Petualangan berbelanja ini
“Personal shopping motive of learning about
didasarkan pada perasaan dari individu
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

new trends and keeping informed about the Konsumen yang loyal merupakan salah satu
latest trends and keeping informed about the hal penting di dalam keberlangsungan hidup
latese trends in fashion, styling, or sebuah perusahaan. Pelanggan yang loyal dapat
innovations” (Arnolds and Reynolds, memberikan pendapatan kepada perusahaan secara
2003:80). Artinya adalah motif pribadi terus menerus dan hal ini juga menjadi sangat
berbelanja untuk belajar mengenai tren baru penting apabila terjadi pembelian secara
dan tetap mendapat informasi tentang tren berulangulang dengan intensitas yang sangat tinggi.
mode terbaru, gaya, atau inovasi. Kesetiaan pelanggan atau customer loyalty adalah
“Suatu kecendrungan untuk membeli dan
4. Role Shopping menggunakan suatu produk tertentu baik produk
yang dihasilkan oleh suatu industry jasa yang
“A fifth category of shopping motivations
disediakan oleh penyedia jasa“ (Jhonson, 1997,
is labeled “role shopping,” which reflects the
41).
enjoyment that shoppers derive from shopping
Tujuan akhir keberhasilan perusahaan
for others, the influence that this activity has
menjalin hubungan relasi dengan pelanggannya
on the shopper’s feelings and moods, and the
adalah untuk membentuk loyalitas yang kuat.
excitement and intrinsic joy felt by shoppers
Indikator dari loyalitas yang kuat menurut
when finding the perfect gift for others”
Zeithaml, Bitner dan
(McGuire, 1974). Kategori ke lima ini
Dwayne (2009,p.47) adalah:
menjelaskan bahwa berbelanja untuk suatu
kesenangan sebagai seorang individu yang a. Say positive thing, berupa penyampaian
memiliki peranan dan arti penting dalam suatu kepada orang lain dalam bentuk kata-kata secara
komunitas, keluarga karena berbelanja untuk positif tentang suatu penyedia jasa, biasanya
orang lain. Peranan berbelanja terdapat dalam berupa ulasan cerita atau uraian pengalaman.
McGuire’s (1974): “People are motived by b. Recommend friends adalah proses yang
the perceived roles that may be playing at any berujung pada mengajak pihak lain untuk ikut
given time” (Arnolds dan Reynolds, 2003:80). menikmati penyedia jasa tersebut akibat dari
Artinya seseorang merasa termotivasi oleh pengalaman positif yang dirasakan.
perasaan peran yang mereka mainkan setiap c. Continue purchasing adalah sikap untuk
waktu. 5. Value Shopping “The final category membeli ulang terus menerus oleh konsumen
is labeled “value shopping,” which refers to tersebut pada penyedia jasa tertentu sehingga
shopping for sales, looking for discounts, and menimbulkan perulangan yang dapat dilandasi dari
hunting for bargains” (McGuire, 1974). kesetiaan.
Kategori terakhir ini menjelaskan bahwa
berbelanja untuk penjualan, mencari potongan F. Kerangka Konseptual
harga, dan berburu tawar-menawar. Individu
merasa menikmati cara berbelanja murah,
mencari barang-barang diskon, sehingga
individu tersebut merasa adanya keuntungan H1 H4
dalam berbelanja. Nilai berbelanja menurut
McGuire’s (1974) : “Which view the human
H3
as a competitive achiever, seeking success and
agmiration, and striving to develop his
potentials in order to enhancehis self-esteem”
(Arnolds and Reynolds, 2003, p.80). Artinya
melihat manusia sebagai pencapaian tujuan
H2 H5
yang bersaing, mencari kesuksesan dan pujian,
dan berjuang untuk membangun potensinya
untuk mencapai kepercayaan diri.
Gambar 1. Model Konspetual
D. Utilitarian Shopping Motivation Utilitarian
shopping motives yaitu motif yang mendorong
G. Hipotesis
konsumen membeli produk karena manfaat
H1: Diduga Attribut Cafe berpengaruh signifikan
fungsional dan karakteristik objektif dari
terhadap Motif Belanja Hedonic pelanggan
produk tersebut dan disebut juga motif
rasional (Setiadi, 2003:96). Untuk menarik H2: Diduga Attribut Cafe berpengaruh signifikan
konsumen yang motif berbelanjanya adalah terhadap Motif Belanja Utilitarian pelanggan
Utilitarian shopping motives perusahaan dapat
menyediakan ragam kebutuhan sehari–hari H3: Diduga Attribut Cafe berpengaruh signifikan
berdasarkan manfaat produk tersebut secara terhadap Loyalitas Pelanggan
lebih variatif, baik dari segi harga maupun
pilihan produknya. H4: Diduga Motif Belanja Hedonic berpengaruh
signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan
E. Loyalitas Konsumen (Customer Loyalty)
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

H5: Diduga Motif Belanja Utilitarian berpengaruh penggunaan unsur desain interior dan tata
signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan letak.
 Desain cafe Starbucks Coffee
3. METODE PENELITIAN menarik
 Display produk dari Starbucks Coffee
A. Jenis Penelitian menarik
Penelitian ini bertujuan untuk mencari b. (X1.2) Lokasi adalah penentuan letak
pengaruh atribut cafe terhadap motif belanja usaha yang strategis dilakukan untuk
hedonic motif belanja utilitarian dan loyalitas mempermudah akses transportasi dan
pelanggan Starbucks coffee di the square apartment kedekatan lokasinya dengan konsumen.
surabaya. Berdasarkan tujuan penelitian ini maka  Lokasi Starbucks Coffee strategis
desain penelitian yang digunakan peneliti dalam  Kemudahan mencapai/mengunjungi
penelitian ini adalah Penelitian Kausal (causal Starbucks Coffee
research). Penelitian kausal (sebab akibat) yang c. (X1.3) Fasilitas Yaitu berkaitan erat
merupakan jenis penelitian yang menjelaskan dengan kemampuan cafe untuk
hubungan yang bersifat mempengaruhi antara dua menyediakan fasilitas yang digunakan
variabel atau lebih. Penelitian kausal adalah untuk meningkatkan produktivitas dan
penelitian yang berguna untuk mengukur hubungan citra cafe. Fasilitas-fasilitas yang
antara variabel riset. Hubungan dalam penelitian disediakan seperti memiliki tempat parkir
ini bersifat asimetris, karena hubungan tersebut yang baik dan potongan harga.
terjadi akibat dari variabel bebas terhadap variabel  Fasilitas tempat parkir Starbucks
tidak bebas (Umar, 2002, 41). Menurut Malhotra Coffee memadai
(2004.  Mendapatkan diskon dengan
p.85), penelitian kausal adalah salah satu dari tipe pembayaran menggunakan kartu
penelitian konklusif dimana mempunyai tujuan tertentu
utama untuk mengetahui dan memperoleh bukti d. (X1.4) Layanan adalah suatu kegiatan
mengenai hubungan sebab-akibat. Tujuan dari yang diberikan kepada pelanggan yang
penelitian kausal ini adalah untuk mengetahui sesuai dengan harapannya berupa
mana yang merupakan variabel independen dan kemudahan dan keramahan.
mana yang merupakan variabel dependen. Selain  Karyawan Starbucks Coffee ramah
itu juga untuk menentukan sikap hubungan antara kepada konsumen
causal variabel dan dampak yang diprediksi.  Karyawan Starbucks Coffee cepat
Sedangkan metode penelitian yang digunakan merespon dan membantu konsumen
adalah metode penelitian kuanitatif. Menurut yang membutuhkan
Malhotra (2004, p.137), metode penelitian e. (X1.5) Merchandise adalah ketersediaan
kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang produk yang ditawarkan oleh sebuah
berusaha untuk mengukur data, biasanya perusahaan.
diaplikasikan dalam bentuk analisa statistik.  Varian produk yang ditawarkan oleh
Starbucks Coffee beraneka ragam
 Harga dari produk yang ditawarkan
B. Populasi dan Sampel
oleh Starbucks Coffee sebanding
Populasi dari penelitian ini Konsumen yang
dengan kualitasnya
berbelanja di Starbucks Coffee di The Square
2. Variabel Dependen/tidak bebas yaitu
Apartement minimal dalam tiga bulan terakhir dan
hedonic shopping motivation (Y1),
Berusia minimal 17 tahun ke atas. Dari hasil
utilitarian shopping motivation (Y2) dan
perhitungan sampel yang diambil minimal 175
loyalitas pelanggan (Y3). Indikatornya
responden, Namun untuk memperoleh data yang
adalah:
lebih akurat maka sampel dibulatkan menjadi 200
orang responden. Teknik pengambilan sampel
(Y.1.1) hedonic shopping motivation
dalam penelitian ini menggunakan non probability
a. Adventure Shopping, yaitu berbelanja yang
sampling.
mengarah untuk rangsangan, petualangan,
dan perasaan seperti berada pada dunia lain.
C. Definisi Operasional Variabel Dalam  Berbelanja di Starbucks Coffee The
penelitian ini batasan operasional yang Square merupakan sebuah
digunakan adalah sebagai berikut: 1. Variabel petualangan
Independen/bebas yaitu atribut cafe (X), yang  Berbelanja di Starbucks Coffee The
dapat diukur dengan menggunakan indikator Square dapat
yaitu : membangkitkan
a. (X1.1) Atmosfer adalah suasana dalam semangat
cafe yang menciptakan perasaan tertentu  Berbelanja di Starbucks Coffee The
dalam pelanggan yang ditimbulkan dari Square membuat saya seperti berada
di dunia saya sendiri
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

b. Social Shopping, yaitu berbelanjayang a. Kualitas Produk adalah pemahaman


mengarah pada kegembiraan berbelanja bahwa produk yang ditawarkan oleh
bersama teman dan keluarga,bersosialisasi sebuah perusahaan mempunyai nilai jual
dan menyatu dengan yang lain ketika lebih yang tidak dimiliki oleh pesaing. 
berbelanja. Produk-produk yang ditawarkan oleh
 Mengunjungi Starbucks Coffee Starbucks Coffee berkualitas baik
dengan teman untuk bersosialisasi  Produk-produk yang ditawarkan oleh
(menjalin hubungan) Starbucks Coffee diproses dengan
 Dapat bersosialisasi dengan orang baik
lain sewaktu berkunjung ke Starbucks  Mudah untuk melihat varian (menu)
Coffee dari produk-produk yang ditawarkan
 Berkunjung ke Starbucks Coffe oleh Starbucks Coffee
dengan teman dapat menciptakan b. Kualitas Layanan adalah pelayanan yang
ikatan kebersamaan diberikan kepada pelanggan sesuai
c. Gratification Shopping, yaitu berbelanja dengan standar pelayanan yang telah
untuk penyembuhan stress, mengurangu dibakukan sebagai pedoman dalam
suasana hati yang negative, dan belanja pemberian layanan.
sebagai cara untuk menyenangkan diri  Karyawan Starbucks Coffee selalu
sendiri. menyapa konsumen pada saat
 Berkunjung ke Starbucks Coffee berkunjung
untuk mengubah suasana hati  Karyawan Starbucks Coffee selalu
 Berkunjung ke Starbucks Coffee menjawab pertanyaan yang diajukan
merupakan suatu cara untuk konsumen dengan baik
mengatasi stress  Karyawan Starbucks Coffee cepat
 Saat berkunjung ke Starbucks Coffe merespon jika ada konsumen yang
saya ingin di perlakukan secara membutuhkan bantuan
khusus (Y3) Loyalitas pelanggan
d. Idea Shopping, yaitu berbelanja agar dapat a. Loyalitas pelanggan (Customer loyalty)
tetap mengikuti trend an mode terbaru, dan adalah suatu kecendrungan konsumen
untuk melihat produk dan inovasi terbaru. untuk membeli dan menggunakan suatu
 Berkunjung ke Starbucks Coffe untuk produk tertentu baik produk yang
mencoba produk baru dihasilkan oleh suatu perusahaan secara
 Mengunjungi Starbucks Coffe karena terus menerus. Indikator yang digunakan
fasilitasnya (menggunakan fasilitas untuk mengukur variabel ini adalah:
free wi-fi)  Merekomendasikan Starbucks Coffee
 Berbelanja di Starbucks Coffee kepada orang lain
karena menyukai varian  Mengatakan hal positif mengenai
produk yang Starbucks Coffee kepada orang lain
ditawarkan  Melakukan pembelian kembali di
e. Role Shopping, yaitu berbelanja untuk Starbucks Coffee
mencerminkan kesenangan yang didapat
shoppers dengan berbelanja untuk orang D. Alat Analisis Data
lain. Pengaruh dari aktifitas berbelanja ini 1. Analisis Structural Equation Model (SEM)
ada pada perasaan dan suasana hati Menurut Ferdinand (2002, p.165) alat analisis
shoppers. SEM sehubungan dengan dua jenis model yang
 Suka membelikan produk Starbucks terdapat dalam SEM (measurement model dan full
Coffe untuk orang lain structural model) adalah sebagai berikut:
 Menikmati saat berkunjung a. Teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA)
ke Alat analisis ini digunakan untuk mengestimasi
Starbucks Coffe bersama teman atau sebuah measurement model. Tujuan dari analisis
keluarga faktor konfirmatori ini adalah akan
f. Value Shopping, yaitu berbelanja untuk mengkonfirmasi apakah variabel yang diamati
penjualan, mencari potongan harga, berburu dapat mencerminkan faktor yang dianalisis. b. Full
tawar-menawar. Structural Equation Model
 Sebagian besar membeli Model ini digunakan untuk menguji model
produk kausalitas yang telah dinyatakan sebelumnya
Starbucks Coffe ketika ada diskon dalam berbagai hubungan sebab-akibat. Melalui
 Suka mencari diskon sewaktu analisis full model akan terlihat ada tidaknya
berkunjung ke Starbucks Coffe kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang
dibangun dalam model yang diuji.
(Y2) Utilitarian shopping motivation:
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN demikian disimpulkan bahwa indikator-indikator


A. Analisis Structural Equation Model (SEM) yang membentuk Hedonic Shopping Motivication
a. Confirmatory Factor Analysis (CFA) telah valid dan reliabel.
1. Atribut cafe
Tabel 1 3. Utilitarian shopping moyivation
Hasil Uji Convergent Validity dan Tabel 3
Reliability Construct Pada atribut Hasil Uji Convergent Validity dan Reliability
cafe Construct Pada Utilitarian Shopping Motivication
Standardize
SFL Error Standardize
Construct SFL Error
Konstruk Indikator Factor Construct
Kuadrat [εj] Reliability Konstruk Indikator Factor
Kuadrat [εj] Reliability
Loading
Loading

X1.1 0.601 0.361 0.639 Utilitarian Y2.1 0.718 0.516 0.484


X1.2 0.750 0.563 0.438 0.857
shopping
Y2.2 0.997 0.994 0.006
X1.3 0.531 0.282 0.718
Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa
X1.4 0.394 0.155 0.845
0.712 semua indikator pada Utilitarian Shopping
Atribut Motivication mempunyai nilai standardized
Café regression weight lebih besar dari 0.5 sehingga
indikator-indikator tersebut telah memenuhi
convergent validity. Diketahui pula nilai construct
X1.5 0.583 0.340 0.660
reliability bernilai di atas 0.7 yaitu 0.857 sehingga
Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa telah memenuhi reliability construct. Dengan
semua indikator pada atribut cafe mempunyai nilai demikian disimpulkan bahwa indikator-indikator
standardized regression weight lebih besar dari 0.5 yang membentuk Utilitarian Shopping
dan nilai probability kurang dari 0.05 sehingga Motivication telah valid dan reliabel.
indikator-indikator tersebut telah memenuhi
convergent validity. Diketahui pula nilai construct 4. Customer loyalty
reliability bernilai di atas 0.7 yaitu 0.712 sehingga Tabel 4
telah memenuhi reliability construct. Dengan Hasil Uji Convergent Validity dan Reliability
demikian disimpulkan bahwa indikator-indikator Construct Pada Customer Loyalty
yang membentuk atribut cafe telah valid dan Standardize
SFL
reliabel kecuali pada indikator X1.4 mempunyai Konstruk Indikator Factor Error [εj]
Construct

nilai standardized regression weight kurang dari Kuadrat Reliability


Loading
0.5 sehingga harus di reduksi pada analisis
selanjutnya . Y3.1 0.551 0.304 0.696

Y3.2 0.801 0.642 0.358


2. Hedonic shopping motivation Tabel 2 0.695
Customer
Hasil Uji Convergent Validity dan Reliability Loyalty
Construct Pada Hedonic Shopping Motivication Y3.3 0.609 0.371 0.629

Standardize Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa


SFL Error Construct
Konstruk Indikator Factor Reliability
semua indikator pada customer Loyalty mempunyai
Kuadrat [εj] Loading nilai standardized regression weight lebih besar
dari 0.5 sehingga indikator-indikator tersebut telah
Y1.1 0.731 0.534 0.466
memenuhi convergent validity. Diketahui pula nilai
Y1.2 0.854 0.729 0.271 construct reliability bernilai 0.695, dengan indikasi
0.905
Hedonic bahwa indikator pada variabel ini dapat dikatakan
Y1.3 0.839 0.704 0.296 cukup reliabel.
Shopping
Motivication Y1.4 0.775 0.601 0.399
b. Structural Model
Y1.5 0.734 0.539 0.461

Y1.6 0.766 0.587 0.413

Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui bahwa


semua indikator pada Hedonic Shopping
Motivication mempunyai nilai standardized
regression weight lebih besar dari 0.5 sehingga
indikator-indikator tersebut telah memenuhi
convergent validity. Diketahui pula nilai construct
reliability bernilai di atas 0.7 yaitu 0,905 sehingga
telah memenuhi reliability construct. Dengan
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

signifikan adalah variabel atribut cafe


terhadap Customer Loyalty.

E. Pembahasan
Variabel Atribut Café terhadap
Hedonic Shopping
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai
probability pengaruh aribut café terhadap hedonic
shopping sebesar 0.000 kurang dari 0.05 (α=5%),
sehingga disimpulkan aribut café berpengaruh
signifikan terhadap hedonic shopping. Berdasarkan
hasil ini hipotesis pertama penelitian yang
menduga aribut café berpengaruh signifikan
Gambar 2. Full Model Structural terhadap hedonic shopping, dapat diterima dan
terbukti kebenarannya. Nilai standardized
Hasil uji goodness of fit adalah sebagai berikut : regression weight aribut café sebesar 0.431
Tabel 5 menunjukkan arah pengaruh positif aribut café
Uji Goodness of Fit terhadap hedonic shopping, artinya semakin baik
Cut-off Value Hasil Model Keterangan aribut café di Starbucks Coffee di The Square
Good of Fit Index Apartement Surabaya, maka semakin tinggi tingkat
Chi-Square (df=85) < 107.522 94.662 baik
hedonic shopping di Starbucks Coffee di The
Probability Chi-Square
Square Apartement Surabaya.
> 0.05 0.223 baik
Variabel Atribut Cafe terhadap
CMIN/DF
 2.00 1.113 baik
Utilitarian Shopping
Berdasarkan nilai probability pengaruh aribut café
GFI
 0.90 0.942 baik terhadap utilitarian shopping sebesar 0.000 kurang
AGFI
dari 0.05 (α=5%), sehingga disimpulkan aribut
 0.90 0.918 baik café berpengaruh signifikan terhadap utilitarian
RMSEA shopping. Berdasarkan hasil ini hipotesis kedua
 0.08 0.024 baik
penelitian (H2) yang menduga aribut café
berpengaruh signifikan terhadap utilitarian
c. Uji Hipotesis shopping, dapat diterima dan terbukti
Berikut merupakan hasil uji hipotesis yang kebenarannya. Nilai standardized regression
dihasilkan structural model : weight aribut café sebesar 0.342 menunjukkan arah
Tabel 6 pengaruh positif aribut café terhadap utilitarian
Regression Weight dan Standardized Regression shopping, artinya semakin baik aribut café di
Weight Structural Model Setelah Outlier Starbucks Coffee di The Square Apartement
Dihilangkan Surabaya, maka semakin tinggi tingkat utilitarian
shopping di Starbucks Coffee di The Square
Std. Apartement Surabaya.
Pengaruh S.E C.R. P
Regression
Weight
Variabel Atribut Cafe terhadap Customer
Loyalty Berdasarkan nilai probability pengaruh
Atribut Cafe  Hedonic Shopping 0.431 0.174 4.238 0.000 aribut café terhadap customer loyalty sebesar 0.152
Atribut Cafe  Utilitarian Shopping 0.342 0.312 3.526 0.000 lebih dari 0.05 (α=5%), sehingga disimpulkan
Atribut Cafe  Customer Loyalty 0.147 0.224 1.432 0.152
aribut café tidak berpengaruh terhadap customer
loyalty. Berdasarkan hasil ini hipotesis ketiga
Hedonic Shopping  Customer Loyalty
penelitian yang menduga aribut café berpengaruh
0.348 0.123 3.602 0.000
signifikan terhadap customer loyalty, tidak dapat
Utilitarian Shopping  Customer diterima dan tidak terbukti kebenarannya. Nilai
Loyalty 0.434 0.074 3.941 0.000 standardized regression weight aribut café sebesar
0.147 menunjukkan arah pengaruh positif aribut
café terhadap customer loyalty, artinya semakin
Pengaruh antar variabel dikatakan bersifat baik aribut café di Starbucks Coffee di The Square
signifikan jika nilai probability lebih kecil Apartement Surabaya, maka semakin tinggi
dari nilai α = 0,05. Sehingga diketahui bahwa tingkat customer loyalty di Starbucks Coffee di
berdasarkan Tabel 6, terdapat hubungan yang The Square Apartement Surabaya.
signifikan antara variabel atribut cafe Variabel Hedonic Shopping terhadap Customer
terhadap hedonic shopping, atribut cafe Loyalty
terhadap utilitarian shopping, hedonic Berdasarkan nilai probability pengaruh hedonic
shopping terhadap Customer Loyalty dan shopping terhadap customer loyalty sebesar 0.000
utilitarian shopping terhadap Customer kurang dari 0.05 (α=5%), sehingga disimpulkan
Loyalty dan yang tidak berpengaruh hedonic shopping berpengaruh signifikan terhadap
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

customer loyalty. Berdasarkan hasil ini hipotesis semakin tinggi tingkat utilitarian
keempat penelitian yang menduga aribut café shopping di Starbucks Coffee di The
berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty, Square
dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Nilai Apartement Surabaya.
standardized regression weight hedonic shopping 3. Tidak ada pengaruh signifikan dari aribut
sebesar 0.348 menunjukkan arah pengaruh positif café terhadap customer loyalty di
hedonic shopping terhadap customer loyalty, Starbucks Coffee di The Square
artinya semakin baik hedonic shopping di Apartement Surabaya. Terlihat dari nilai
Starbucks Coffee di The Square Apartement standardized regression weight aribut
Surabaya, maka semakin tinggi tingkat customer café sebesar 0.147 menunjukkan arah
loyalty di Starbucks Coffee di The Square pengaruh positif aribut café terhadap
Apartement Surabaya. customer loyalty, artinya semakin baik
Variabel Utilitarian Shopping terhadap aribut café di Starbucks Coffee di
Customer Loyalty Starbucks Coffee di The Square
Berdasarkan nilai probability pengaruh utilitarian Apartement Surabaya, maka semakin
shopping terhadap customer loyalty sebesar 0.000 tinggi tingkat customer loyalty di
kurang dari 0.05 (α=5%), sehingga disimpulkan Starbucks Coffee di The Square
utilitarian shopping berpengaruh signifikan Apartement Surabaya.
terhadap customer loyalty. Berdasarkan hasil ini 4. Ada pengaruh signifikan dari hedonic
hipotesis kelima penelitian yang menduga shopping terhadap customer loyalty di
utilitarian shopping berpengaruh signifikan Starbucks Coffee di The Square
terhadap customer loyalty, dapat diterima dan Apartement Surabaya. Terlihat dari nilai
terbukti kebenarannya. Nilai standardized standardized regression weight hedonic
regression weight utilitarian shopping sebesar shopping sebesar 0.348 menunjukkan
0.434 menunjukkan arah pengaruh positif arah pengaruh positif hedonic shopping
utilitarian shopping terhadap customer loyalty, terhadap customer loyalty, artinya
artinya semakin baik utilitarian shopping di semakin baik hedonic shopping di
Starbucks Coffee di The Square Apartement Starbucks Coffee di The Square
Surabaya, maka semakin tinggi tingkat customer Apartement Surabaya, maka semakin
loyalty di Starbucks Coffee di The Square tinggi tingkat customer loyalty di
Apartement Surabaya. Starbucks Coffee di The Square
Apartement Surabaya.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5. Ada pengaruh signifikan dari utilitarian
A. Kesimpulan shopping terhadap customer loyalty di
Berdasarkan hasil pengolahan data dalam Starbucks Coffee di The Square
penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil Apartement Surabaya. Terlihat dari nilai
uji hipotesis menyatakan bahwa: standardized regression weight utilitarian
shopping sebesar 0.434 menunjukkan
1. Ada pengaruh signifikan dari aribut café arah pengaruh positif utilitarian shopping
terhadap hedonic shopping di Starbucks terhadap customer loyalty, artinya
Coffee di The Square Apartement semakin baik utilitarian shopping di
Surabaya. Terlihat dari nilai standardized Starbucks Coffee di The Square
regression weight aribut café sebesar Apartement Surabaya, maka semakin
0.431 menunjukkan arah pengaruh positif tinggi tingkat customer loyalty di
aribut café terhadap hedonic shopping, Starbucks Coffee di The Square
artinya semakin baik aribut café yang Apartement Surabaya.
terdiri dari atrmosfer, lokasi, fasilitas,
layanan,dan merchandise di Starbucks B. Saran
Coffee di The Square Apartement Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Surabaya, maka semakin tinggi tingkat terhadap Starbucks Coffee melalui variabel atribut
hedonic shopping di Starbucks Coffee di cafe, hedonic shopping motivation,utilitarian
The Square Apartement Surabaya. shopping motivation, customer loyalty maka
2. Ada pengaruh signifikan dan positif dari beberapa saran yang diajukan oleh peneliti yang
Aribut café terhadap utilitarian shopping dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Starbucks
di Starbucks Coffee di The Square Coffee The Square Apartement Surabaya adalah
Apartement Surabaya. Terlihat dari nilai sebagai berikut:
standardized regression weight aribut 1. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
café sebesar 0.342 menunjukkan arah pada variabel atribut café yaitu pada
pengaruh positif aribut café terhadap indikator fasilitas memiliki angka
utilitarian shopping, artinya semakin baik terendah, sehingga Starbucks Coffee The
aribut café di Starbucks Coffee di The Square Apartement Surabaya harus lebih
Square Apartement Surabaya, maka memperhatikan fasilitas khususnya
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

fasilitas tempat parkir yang masih yang disediakan oleh Starbucks Coffee
kurang memadai, sehingga diperlukan The Square Apartement Surabaya.
perluasan tempat parkir untuk
kenyamanan pelanggan. 6. Dari hasil penelitian padap profil
responden menunjukkan bahwa rata-rata
2. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pelanggan Starbucks Coffee The Square
pada variabel hedonic shopping Apartement Surabaya berusia diantara
motivation yaitu pada indikator role 1722 tahun dimana kebiasaan mereka
shopping memiliki angka terendah, yang adalah suka menghabiskan
menunjukkan bahwa konsumen merasa waktu/nongkrong di kafe bersama
pembelian produk Starbucks Coffee teman-temannya. Agar dapat
jarang untuk dibawa pulang, sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan
Starbucks Coffee The Square menyenangkan sebaiknya Starbucks
Apartement Surabaya perlu Coffee The Square Apartement Surabaya
menambahkan promosi-promosi untuk menambah fasilitas tempat duduk sofa
meningkatkan minat beli konsumen. yang lebih banyak sehingga para
pelanggan dapat merasa nyaman dan
3. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa betah berlama-lama saat berkunjung ke
pada variabel utilitarian shopping Starbucks Coffee.
motivation yaitu pada indikator kualitas
layanan memiliki angka terendah,
sehingga Starbucks Coffee The Square
Apartement Surabaya harus lebih DAFTAR PUSTAKA
memperhatikan dan meningkatkan [1] Arnold, Mark J. dan Reynolds, Kristy E.
kecepatan pelayanan, kemampuan (2003). Hedonic shopping motivation.
karyawan dalam menyampaikan Journal of Retailing, 79 (2), 77-95
informasi dan juga sikap yang ramah
dari keryawan kepada konsumen yang [2] Holbrook, M.B. & Hirchman, E.C (1982).
membutuhkan bantuan. The experiential aspects of consumption:
consumer fantasies, feelings, and fun.
4. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Journal of Consumer Research. 11(9), 132-
pada variabel customer loyalty yaitu 140
pada merekomendasikan kepada orang
lain memiliki angka terendah, sehingga [3] Johnson, D.M., (1997). Customer
Starbucks Coffee The Square orientation and market action. Englewood
Apartement Surabaya perlu melakukan Cliffs, New Jersey:
survey berkala sehingga dapat Prentice hall international inc
mengetahui keinginan dari konsumennya
kemudian juga dapat mengadakan [4] Kotler Philip (2005), “Marketing
promo-promo yang menarik secara Management”, Eleventh Edition, New
berkala sehingga konsumen tertarik Jersey: Prentice Hall
untuk berkunjung ke Starbucks Coffee
[5] Koo, D.M., 2003, “Inter-relationships
The Square Apartment Surabaya.
among stores images, stores satisfaction, and
5. Dari hasil observasi/pengamatan peneliti store loyalty among Korea discount retail
selama membagikan kuesioner, salah patrons”, “Asia Pacific Journal of
satu kekurangan yang dirasakan Marketing and logistics”, vol.15, no.4,
konsumen adalah papan menu di pp.42-71
Starbucks Coffee The Square
[6] Maholtra, N.K. (2004). Marketing research
Apartement Surabaya yang ada memang
(4th ed.). Prentice Hall: Pearson Education,
sudah terlihat cukup jelas, namun
Inc
sebaiknya menu tidak hanya tersedia
dalam bentuk papan yang diletakkan [7] McGuire, R., 1974, An approach to
pada dinding, tetapi juga dibuat dengan Environmental
versi buku dan dilengkapi dengan Psychology, In Fisher, Feffrey D., Paul A. Bell,
gambar produknya yang diletakkan and
didekat kasir, sehingga dapat dilihat Andrew Baum 1984 Environmental
dengan lebih jelas oleh para pelanggan Psychology, 2nd ed. New York: Holt, Rinchart
yang ingin memesan. Hal ini juga dapat and Winston
membantu para pengunjung yang
memiliki keterbatasan dalam penglihatan [8] Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku
agar dapat membaca dengan jelas menu Konsumen: Konsep dan implikasi untuk
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, (2014) 1-12

strategi dan penelitian pemasaran. Jakarta: [9] Sopiah, 2008, Perilaku


Prenada Media Organisasional,
Yogyakarta : C.V Andi Offset

[10] Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran.
Ghalia Indonesia. Jakarta
[11] Tauber, Edward M. (1972), "Why Do People Shop?," Journal of Marketing, 36(4), 46-49
[12] Umar, Husein, (2002). Riset pemasaran & perilaku konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

[13] Zeithaml, V., Bitner, M.J., dan Gremeler, D.D,. (2009). Services Marketing – integrating customer focus
across the firm 5th Edition. McGraw-Hill : Newyork [18] Kertajaya, Hermawan. (2006). Hermawan
Kertajaya on Selling. Jakarta: PT. Mizan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai