Anda di halaman 1dari 9

JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No.

1, (2013) 1-9 1

ANALISA PENGARUH KUALITAS LAYANAN, BRAND


IMAGE,
DAN ATMOSFER TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING KONSUMEN KEDAI DEJA- VU SURABAYA

David Harianto dan Dr. Hartono Subagio, S.E., M.M.


Jurusan Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: david_harianto@hotmail.com ; hartono@peter.petra.ac.id
Abstrak— Seiring dengan bertumbuhnya jika muncul anggapan bahwa Surabaya telah menjadi
jumlah restoran dan café yang ada di Surabaya, maka salah kota destinasi bisnis di Indonesia.
dapat dikatakan bahwa persaingan dalam industri Salah satu bisnis yang memiliki pertumbuhan yang
tersebut semakin berat. Oleh karena itu, diperlukan suatu baik di Surabaya adalah bisnis restoran dan café. Data
usaha agar sebuah restoran atau café dapat bertahan di
dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur menunjukkan
industri tersebut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan
adalah menciptakan strategi pemasaran yang berorientasi
bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran
pada konsumen yang berusaha memberikan kepuasan merupakan salah satu sektor bisnis yang memiliki
atas kebutuhan dan keinginan pelanggan. Penelitian ini pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 9,69%. Memang,
berisi tentang kualitas layanan, brand image, dan pertumbuhan sektor ini masih kalah jika dibandingkan
atmosfer yang diduga memiliki pengaruh terhadap dengan sektor pengangkutan dan komunikasi yang
loyalitas konsumen dengan mediasi kepuasan konsumen. mencapai pertumbuhan sebesar 13,01% dan sektor
Penelitian ini dilakukan dengan membagikan konstruksi yang mencapai pertumbuhan sebesar
kuisioner kepada 150 pengunjung yang melakukan 10,18%. Namun, secara keseluruhan sektor
proses pembelian di Kedai Deja- vu Surabaya. Hasil
perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor
observasi akan di analisis dengan menggunakan metode
Structural Equation Model (SEM). yang mendominasi struktur ekonomi Surabaya jika
Hasil analisis menggunakan Structural Equation dibandingkan dengan sektor- sektor bisnis yang lain,
Model (SEM) menyimpulkan bahwa kualitas layanan, yaitu sebesar 45,06%.
brand image dan atmosfer yang dimiliki oleh Kedai Deja- Berdasarkan fakta- fakta di atas, maka dapat
vu Surabaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dikatakan bahwa bisnis restoran dan café berkembang
kepuasan konsumen. Hasil lain menunjukkan bahwa dengan sangat pesat di Surabaya. Hal tersebut dapat
kepuasan konsumen Kedai Deja-vu Surabaya memiliki dilihat dari pertumbuhan jumlah restoran dan café yang
pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Wiwiek
Kedai Deja- vu Surabaya.
Widyawati selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Jawa Timur, jumlah restoran dan café di
Kata Kunci:
Surabaya mengalami peningkatan sebesar 15% hingga
Kualitas layanan, brand image, atmosfer, kepuasan
konsumen, loyalitas konsumen
20% setiap tahunnya. Menurut Sekretaris Jenderal
Asosiasi Pengusaha Café dan Restoran Jawa Timur,
Mufid Wahyudi, pertumbuhan tersebut sangat mungkin
I. PENDAHULUAN terjadi sebagai salah satu bentuk reaksi terhadap
perubahan gaya hidup masyarakat Surabaya.

S
Kesimpulan tersebut tidaklah berlebihan. Pada
kenyataannya, data dari Pemerintah Provinsi Jawa
Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terjadi
urabaya merupakan kota terbesar kedua di peningkatan pendapatan per kapita warga jika
Indonesia. Sebagai salah satu kota metropolitan, kota dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pendapatan
Surabaya memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup per kapita pada tahun 2011 berkisar antara 2700 US$
baik dari tahun ke tahun. Data dari Badan Pusat hingga 2800 US$. Bandingkan dengan pendapatan per
Statistik Jawa Timur menunjukkan bahwa ekonomi kapita pada tahun 2010 yang hanya mencapai angka
Surabaya pada triwulan I tahun 2012 mengalami Rp. 20.700.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa ada
pertumbuhan sebesar 7,19% jika dibandingkan peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Surabaya.
ekonomi Surabaya pada triwulan yang sama tahun Tentu saja hal ini akan mempengaruhi gaya hidup dan
2011. Berdasarkan data tersebut, maka tidak berlebihan pola perilaku masyarakat Surabaya. Di samping itu,
berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Jurusan
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-9 2

Manajemen Perhotelan Universitas Kristen Petra TUJUAN PENELITIAN


Surabaya, sebanyak 33,2% penduduk Surabaya
memiliki pola makan 3 hingga 4 kali dalam sehari. 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan
Padahal, pola makan umum adalah 2 hingga 3 kali terhadap kepuasan konsumen Kedai Deja- vu
dalam sehari. Faktor- faktor tersebut pada akhirnya Surabaya
memicu terjadinya pertumbuhan bisnis restoran dan 2. Untuk mengetahui pengaruh brand image
café. terhadap kepuasan konsumen Kedai Deja- vu
Pertumbuhan jumlah restoran dan café di Surabaya Surabaya
memang menunjukkan bahwa sektor bisnis tersebut 3. Untuk mengetahui pengaruh atmosfer terhadap
mengalami pertumbuhan yang positif. Namun, kepuasan konsumen Kedai Deja- vu Surabaya
pertumbuhan jumlah restoran dan café di Surabaya juga 4. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan konsumen
turut menunjukkan bahwa tingkat persaingan dalam terhadap loyalitas konsumen Kedai Deja- vu
sektor bisnis tersebut juga semakin ketat. Untuk Surabaya
mengatasi persaingan yang semakin ketat, maka
diperlukan suatu usaha untuk mengatasi hal tersebut. MANFAAT PENELITIAN
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
menciptakan strategi pemasaran yang berorientasi pada Penelitian ini bermanfaat bagi :
konsumen. Pemasaran yang berorientasi pada 1. Café yang diteliti sebagai bahan evaluasi
konsumen merupakan pemasaran yang menekankan terhadap kepuasan konsumen dan
pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen pengembangan strategi pemasaran yang akan
(McDonald & Keegan, 1999, p.7). Karena menurut dilakukan, khususnya kualitas layanan, brand
Kotler (1997, p.41), pelanggan yang puas akan image, atmosfer agar dapat meningkatkan
memiliki ikatan emosional dengan produk atau jasa loyalitas konsumen nya melalui peningkatan
yang dikonsumsi dan cenderung menjadi loyal kepada kepuasan konsumen.
perusahaan. Beberapa faktor yang dapat berpengaruh 2. Universitas Kristen Petra dalam menjadi
terhadap kepuasan konsumen adalah kualitas layanan, bahan referensi bagi peneliti di masa yang
brand image, dan atmosfer (Peter & Olson, 2003, akan datang yang mengambil topik yang sama
p.148; Zeithaml & Bitner, 2003,p.124). dengan penelitian ini.
Kedai Deja- vu merupakan salah satu pemain baru
dalam bisnis café di Surabaya. Café ini berlokasi di
Jalan Wijaya Kusuma nomor 17 Surabaya. Café yang II. TINJAUAN PUSTAKA
buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul
22.00 WIB ini merupakan salah satu café yang A. Kualitas Layanan
mengedepankan konsep dalam menjalankan bisnis nya.
Tjiptono (2005) menyatakan bahwa kualitas layanan
Konsep yang diangkat Kedai Deja- vu adalah konsep
merupakan pemenuhan kebutuhan dan keinginan
“Indonesia Kontemporer” yang mencoba
pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk
menggabungkan antara suasana Indonesia dan western
mengimbangi harapan pelanggan. Dengan demikian
yang semuanya berlatar belakang tahun 1970-an.
ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas layanan
Karena Kedai Deja- vu merupakan salah satu café yang
yaitu layanan yang diharapkan (expected service) dan
baru berdiri, maka penting bagi Kedai Deja- vu untuk
layanan yang diterima/ dirasakan (perceived service).
memperhatikan kepuasan konsumennya agar dapat
Menurut Zeithaml & Bitner (2009, p.111), ada lima
bertahan dan berkembang dalam industri tersebut.
dimensi yang dapat digunakan dalam menentukan
kualitas layanan, yaitu.
RUMUSAN MASALAH 1. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk
memberikan jasa yang dijanjikan dengan handal
1. Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap dan akurat. Jika dilihat dalam bidang usaha jasa
kepuasan konsumen Kedai Deja- vu Surabaya? restoran, maka sebuah layanan yang handal adalah
2. Apakah brand image berpengaruh terhadap ketika seorang karyawan mampu memberikan
kepuasan konsumen Kedai Deja- vu Surabaya? pelayanan sesuai yang dijanjikan dan membantu
3. Apakah atmosfer berpengaruh terhadap kepuasan penyelesaian masalah yang dihadapi konsumen
konsumen Kedai Deja- vu Surabaya? dengan cepat.
4. Apakah kepuasan konsumen berpengaruh 2. Responsiveness (cepat tanggap) yaitu kemauan
terhadap loyalitas konsumen Kedai Deja- vu untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa
Surabaya? dengan cepat. Jika dilihat lebih mendalam pada
layanan yang cepat tanggap di sebuah restoran, bisa
dilihat dari kemampuan karyawan yang cepat
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-9 3

memberikan pelayanan kepada pelanggan dan cepat atribut yang tidak berkaitan dengan produk atau
menangani keluhan mereka. jasa melainkan berhubungan dengan kebutuhan
3. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan, sopan untuk bermasyarakat.
santun, dan kemampuan karyawan untuk 3. Brand attitudes merupakan kategori yang berkaitan
menimbulkan keyakinan dan kepercayaan. Dalam dengan evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh
sebuah jasa restoran kepastian menjadi hal yang terhadap suatu merk. Sikap konsumen terhadap
penting untuk dapat diberikan kepada merk mendasari pemilihan merk dalam keputusan
konsumennya, seperti jaminan keamanan dan pembelian konsumen.
keselamatan dalam bertransaksi dan kerahasiaan
konsumen yang terjamin.
C. Atmosfer
4. Empathy (empati) yaitu kepedulian dan perhatian
secara pribadi yang diberikan kepada pelanggan. Menurut Kotler (2005), atmosfer adalah suasana
Layanan yang diberikan oleh para karyawan harus terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan
dapat menunjukkan kepedulian mereka kepada yang dapat menarik konsumen untuk membeli.
konsumen. Atmosfer dalam sebuah café dapat mempengaruhi
5. Tangible (berwujud) yaitu berupa penampilan emosi atau perasaan konsumen sehingga dapat
fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan material yang menyebabkan terjadinya proses pembelian. Menurut
dipasang. Menggambarkan wujud secara fisik dan Levi dan Weitz (2001), atmosfer dapat diklasifikasikan
layanan yang akan diterima oleh konsumen. menjadi dua bagian, yaitu Instore atmosphere dan
Contohnya seperti keadaan gedung, fasilitas café, Outstore atmosphere.
desain café, dan kerapian penampilan karyawan. 1. Instore atmosphere
Instore atmosphere adalah pengaturan- pengaturan
di dalam ruangan yang menyangkut:
B. Brand Image a. Internal Layout merupakan pengaturan dari
Keller (1993, p.3), menyatakan bahwa brand image berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari
adalah persepsi pelanggan terhadap sebuah merk yang tata letak meja kursi pengunjung, tata letak meja
digambarkan melalui asosiasi merk yang ada di dalam kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan.
ingatan pelanggan. Adapun yang dimaksud dengan b. Suara, merupakan keseluruhan alunan suara yang
asosiasi merk sebagaimana diungkapkan oleh Aaker dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan
(1991, p.109) adalah segala sesuatu yang berhubungan kesan rileks yang terdiri dari live music yang
dengan ingatan seseorang mengenai merk. Menurut disajikan restoran atau alunan suara musik dari
Keller (1993), asosiasi merk dapat diklasifikasikan sound system.
dalam tiga tingkatan kategori, yaitu. c. Bau,merupakan aroma-aroma yang dihadirkan
1. Attributes, merupakan suatu bentuk deskriptif yang dalam ruangan untuk menciptakan selera makan
memberikan karakter pada produk dan layanan. yang timbul dari aroma makanan dan minuman
Berdasarkan hubungannya dengan produk, kategori dan aroma yang ditimbulkan oleh pewangi
ini dapat dibedakan menjadi atribut yang berkaitan ruangan.
dengan produk dan atribut yang tidak berkaitan d. Tekstur, merupakan tampilan fisik dari bahan-
dengan produk. Atribut yang berkaitan dengan bahan yang digunakan untuk meja dan kursi di
produk dapat membentuk fungsi produk atau jasa. dalam ruangan serta dinding ruangan.
Sedangkan atribut yang tidak berkaitan dengan e. Desain interior, merupakan penataan ruang- ruang
produk berhubungan dengan pembelian atau meliputi luas ruang, ruas jalan, desain, penataan
konsumsi, seperti harga, kemasan, informasi, meja, penataan lukisan, dan sistem pencahayaan
penampilan produk, tipe konsumen, dan situasi dalam ruangan.
penggunaan. 2. Outstore Atmosphere
2. Benefit, merupakan suatu penilaian pribadi Outstore atmosphere adalah pengaturan- pengaturan
konsumen terhadap atribut produk atau jasa. di luar ruangan yang menyangkut:
Kategori ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu a. External Layout yaitu pengaturan tata letak
manfaat fungsional, manfaat yang dialami, dan berbagai fasilitas restoran di luar ruangan yang
manfaat simbolis. Manfaat fungsional merupakan meliputi tata letak parkir pengunjung, tata letak
keuntungan intrinsik dari pemakaian produk atau papan nama, dan lokasi yang strategis.
jasa, biasanya manfaat ini berkaitan dengan atribut b. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-
produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan bahan yang digunakan bangunan maupun fasilitas
dan keinginan konsumen. Kedua, manfaat yang diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding
dialami merupakan manfaat yang berhubungan bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama
dengan apa yang dirasakan saat mengonsumi luar ruangan.
sebuah produk atau jasa. Sedangkan manfaat
simbolis adalah manfaat yang berhubungan dengan
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-9 4

c. Desain eksterior merupakan penataan ruangan- 1. Say positive thing adalah berupa penyampaian
ruangan luar restoran meliputi desain papan nama kepada orang lain dalam bentuk kata-kata secara positif
luar ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk tentang suatu penyedia jasa, biasanya berupa ulasan
bangunan dilihat dari luar, dan sistem cerita atau uraian pengalaman.
pencahayaan luar ruangan. 2. Recommend friends adalah proses yang
berujung pada mengajak pihak lain untuk ikut
menikmati penyedia jasa tersebut akibat dari
D. Customer satisfaction (Kepuasan Pelanggan)
pengalaman positif yang dirasakan.
Definisi kepuasan pelanggan menurut Zeithaml, 3. Continue purchasing adalah sikap untuk
Bitner dan Dwayne (2009, p.104) adalah penilaian membeli ulang terus-menerus oleh konsumen tersebut
pelanggan atas produk ataupun jasa dalam hal menilai pada penyedia jasa tertentu sehingga menimbulkan
apakah produk atau jasa tersebut telah memenuhi perulangan yang dapat dilandasi dari kesetiaan.
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Menurut Kotler
dan Keller (2009, p.164) kepuasan pelanggan adalah
perasaan pelanggan yang puas atau kecewa yang F. Hipotesa Penelitian
dihasilkan dari membandingkan kinerja yang
dipersepsikan produk (atau hasil) dengan ekspektasi
pelanggan. Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi,
maka pelanggan tidak akan puas. Hal sebaliknya akan
terjadi, jika kinerja sesuai dengan ekspektasi, maka
pelanggan akan puas.
Ada 3 metode yang bisa dipakai untuk mengukur
tinggi tidaknya kepuasan pelanggan terhadap suatu
perusahaan menurut Kotler dan Keller (2009, p.166),
yaitu:
1. Periodic surveys (survei berkala)
Survei berkala mampu melacak kepuasan pelanggan
secara langsung dan juga mengajukan pertanyaan
tambahan untuk mengukur niat pembelian kembali
dan kemungkinan atau kesediaan responden untuk
merekomendasikan suatu perusahaan dan merek
kepada orang lain.
2. Customer loss rate (tingkat kehilangan pelanggan)
Gambar 1.
Pengukuran tingkat kehilangan pelanggan dapat Hipotesa Penelitian
dilakukan dengan mengamati secara langsung
kepada konsumen yang merupakan pelanggan tetap.
H1: Diduga kualitas layanan berpengaruh terhadap
Pencegahan yang dapat dilakukan kepada
kepuasan konsumen. (X1→X4)
konsumen yang tidak datang lagi ke perusahaan kita
adalah dengan menghubungi pelanggan tersebut. H2: Diduga brand image berpengaruh terhadap
3. Mystery shoppers (pelanggan misterius) kepuasan konsumen. (X2→X4)
Pelanggan misterius merupakan seseorang yang H3: Diduga atmosfer berpengaruh terhadap kepuasan
berperan sebagai pembeli potensial dan melaporkan konsumen. (X3→X4)
titik kuat dan titik lemah yang dialaminya dalam H4: Diduga kepuasan konsumen berpengaruh terhadap
berbelanja produk di perusahaan tersebut ataupun customer loyalty. (X4→Y)
saat berbelanja di perusahaan kompetitor.
III. METODE PENELITIAN

E. Customer loyalty (Loyalitas Pelanggan) A. Populasi dan Teknik Penarikan Sampling


Menurut Hurriyati (2005, p.129), loyalitas adalah Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen
komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk di Kedai Deja- vu Surabaya yang telah atau pernah
berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang mengkonsumsi produk (makanan dan minuman),
produk/jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan mendapatkan pelayanan dan merasakan
datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha fasilitas di Kedai Deja- vu Surabaya.
pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan Peneliti menggunakan 16 variabel
perubahan perilaku. Menurut Japarianto (2007, p.36) indikator dan menggunakan nilai perhitungan
indikator dari loyalitas yang kuat adalah sebagai sampel sebesar 9, sehingga perhitungan sampelnya
berikut. adalah sebagai berikut : Jumlah sampel = 9 x Jumlah
Variabel Indikator (1)
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-9 5

= 9 x 16 faktor dan analisis regresi (korelasi). SEM bertujuan


untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang
= 144 responden (dibulatkan menjadi 150
responden) ada pada sebuah model,baik itu antar-individu
Sehingga, jumlah sampel yang akan digunakan dalam (Santoso, 2012, p.14).
penelitian ini adalah sebanyak 150 orang responden. Model dalam SEM dibagi menjadi dua bagian utama
Untuk itu peneliti akan menyebarkan 150 kuisioner yaitu measurement model dan structural model : a.
guna memenuhi perhitungan sampel SEM dengan cara Measurement model
membagikan kuisioner kepada konsumen Kedai Deja- Measurement model menggambarkan hubungan
vu Surabaya. antara variabel laten dengan indikator-indikatornya
(Santoso, 2012, p.10). Di dalam SEM, pengukuran
measurement model dilakukan dengan
B. Identifikasi Variabel
menggunakan confirmatory factor analysis (CFA).
1. Variabel Eksogen (bebas) adalah kualitas Tujuan dari analisis faktor konfirmatori ini adalah
layanan (X1), brand image (X2), dan atmosfer untuk mengetahui apakah indikator-indikator yang
(X3) 2. Variabel Endogen (terikat) adalah tersedia benar-benar dapat menjelaskan sebuah
loyalitas konsumen (Y). variabel laten (konstruk).:
3. Variabel Intervening adalah kepuasan Convergent Validity
konsumen (X4). Menurut Santoso (2012, p.128), untuk menguji apakah
indikator yang ada pada sebuah konstruk memang
C. Instrumen dan Pengukuran merupakan bagian atau dapat menjelaskan konstruk,
maka perlu dilakukan uji validitas. Dalam SEM, uji
1. Kualitas layanan diukur berdasarkan 5
validitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji
dimensi yaitu reliability, tangible, assurance,
convergent validity. Jika memang sebuah indikator
emphaty, dan responsiveness dengan
menjelaskan sebuah konstruk, maka indikator tersebut
menggunakan 23 item pernyataan. Masing-
akan memiliki factor loading yang tinggi dengan
masing item pernyataan menggunakan skala
konstruk tersebut dan total indikator akan mempunyai
likert 5 tingkat dari sangat tidak setuju hingga
variance extracted yang cukup tinggi (di atas
sangat setuju.
0,5).Variance extracted merupakan hasil penghitungan
2. Brand image diukur berdasarkan 3 dimensi
rata- rata dari total kuadrat semua angka factor loading.
yaitu attribute, benefit, dan brand attitude
dengan menggunakan 11 item penyataan.
Construct Reliability
Masing-masing item pernyataan menggunakan
skala likert 5 tingkat dari sangat tidak setuju Di samping itu, analisis SEM juga mengenal uji
hingga sangat setuju. reliabilitas. Uji reliabilitas di dalam SEM dikenal
3. Atmosfer diukur berdasarkan dua dimensi dengan nama reliabilitas komposit (composite
yaitu in-store atmosphere dan out-store reliability). Menurut Hair, et. Al (2010), reliabilitas
atmosphere dengan menggunakan 12 item komposit (composite reliability) disebut juga dengan
pernyataan. Masing-masing item reliabilitas konstruk. Secara manual, pengukuran
menggunakan skala likert 5 tingkat dari sangat reliabilitas konstruk dapat dilakukan dengan
tidak setuju hingga sangat setuju. menggunakan rumus sebagai berikut.
4. Kepuasan konsumen diukur dengan
menggunakan 3 item pernyataan. Masing-
masing item menggunakan skala likert 5 Contruct Realiability =
tingkat dari sangat tidak setuju hingga sangat (2) dimana :
setuju. Std. Loading diperoleh langsung dari standardized
5. Loyalitas konsumen diukur berdasarkan 3 loading untuk tiap k, εj adalah measurement error dari
dimensi, yaitu Say Positive Things, tiap indicator yaitu pangkat dua dari standardized
Recommend Friends, Continue Purchasing loading indicator yang dianalisis.
dengan menggunakan 4 item pernyataan.
Masing-masing item menggunakan skala b. Structural Model
likert 5 tingkat dari sangat tidak setuju hingga Digunakan untuk menggambar model-model
sangat setuju. kausalitas dengan hubungan yang berjenjang
(Ferdinand, 2005, p.122). Structural Model terdiri
D. Alat Analisa atas uji asumsi SEM dan uji goodness of fit model,
Pengukuran kausalitas dihitung dengan menggunakan yaitu :
SEM (structural equation modeling). Structural
Equation Modeling (SEM) merupakan teknik statistik
multivariat yang merupakan kombinasi antara analisis
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-9 6

i. Uji Asumsi SEM ii. Ukuran sampel harus dengan df sehingga disebut x2 relatif. Nilai x2 relatif
dipenuhi 5-10 indikator variabel iii. Uji ≤ 2,0 bahkan ≤ 3,0 adalah indikasi dari model fit
Normalitas dengan data.
SEM mensyaratkan data berdistribusi normal,
sehingga perlu menghitung cr(critical ratio) dari
tingkat kemencengan(skewness), menghitung cr IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
dari tingkat keruncingan (kurtosis) dan menghitung A. Gambaran Umum Responden
distribusi data secara keseluruhan (multivariate). Berdasarkan jumlah kuisioner yang layak
(Santoso, 2012, p.85). iv. Uji Outliers dianalisis dan memenuhi persyaratan terdapat 150
Observasi yang muncul dengan nilai-nilai kuisioner dengan 134 laki-laki dan 16 orang
ekstrim baik secara univariat maupun perempuan dengan karakteristik yang terdapat
multivariate yaitu yang muncul karena pada tabel 2.
kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya Tabel 2.
dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi- Karakteristik Responden
observasi lainnya (Ferdinand, 2005, p.81). Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
v. Uji Goodness of Fit Model
Menurut Ferdinand (2005, p.84-89), Peneliti Pria 134 89.3
diharapkan untuk melakukan pengujian dengan Wanita 16 10.7
menggunakan beberapa fit indeks untuk mengukur
Total 150 100
“kebenaran” model yang diajukannya. Berikut
disajikan beberapa indeks kesesuaian dan cut off Usia Frekuensi Persentase (%)
value-nya untuk digunakan dalam menguji apakah
<20 tahun 38 25.3
sebuah model dapat diterima atau ditolak : Statistik
Chi-square (x2) makin kecil makin baik (p > 0,05) 21-30 tahun 105 70
artinya model makin baik, alat ini merupakan alat uji 31-40 tahun 6 4
yang paling fundamental untuk mengukur overall fit,
dan sangat sensitif terhadap jumlah Statistik Chi- > 40 tahun 1 0.7
Square (x2) makin kecil makin baik (p > 0,05) artinya Total 150 100
model makin baik: alat ini merupakan alat uji yang
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
paling fundamental untuk mengukur overall fit, dan
sangat sensitif terhadap jumlah sampel, sehingga Wiraswasta 23 15.3
penggunaan chi-square (x2) hanya sesuai jika sampel
berukuran 100 sampai dengan 200. Karyawan Perusahaan 22 14.7
RMSEA (The Root Mean Square Error of
Approximation), adalah sebuah indeks yang dapat Pegawai Negeri 3 2
digunakan untuk mengkonpensasi statistik chi-square
(x2), nilai makin kecil makin baik (≤ 0,08) Mahasiswa/Pelajar 97 64.7
merupakan indeks untuk dapat diterimanya model Lainnya 5 3.3
yang menunjukkan sebagai sebuah close fit dari
Total 150 100
model berdasarkan derajat kebebasan.
GFI (Goodness of Fit Index), merupakan indeks
kesesuaian yang akan menghitung proporsi Pengeluaran Per bulan Frekuensi Persentase (%)
tertimbang dari varians dalam matriks kovarian
sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarian <Rp.1000.000 34 22.7
populasi yang terestimasikan. Nilai GFI berada antara
0,00 – 1,00; dengan nilai ≥ 0,90 merupakan model >Rp.1000.001-<Rp.2.000.000 60 40
yang baik (better fit).
AGFI (Adjusted Goodness of Fit), analog dengan
koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi >Rp.2.000.001-<Rp.3.000.000 37 24.7
berganda. Indeks ini dapat disesuaikan terhadap
>Rp.3.000.001 19 12.7
derajat bebas yang tersedia untuk menguji
diterimanya model. Tingkat penerimaan yang Total 150 100
direkomendasi adalah bila AGFI ≥ 0,90.
CMIN/DF (The Minimum Sample Discrepancy
Function), umumnya dilaporkan oleh peneliti sebagai B. Pembuktian Hipotesis
salah satu indikator mengukur tingkat fitnya sebuah Pembuktian hipotesis penelitian ini ialah dengan
model. CMIN/DF tidak lain adalah statistik x2 dibagi melihat hubungan sebab akibat dari masing-masing
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-9 7

variabel pembentuk model berdasarkan 4 hipotesis tiga kriteria yang menunjukkan nilai marginal yaitu
(H1 sampai H4). Sebelum melakukan pengujian CMIN/DF, GFI dan RMSEA. Oleh sebab itu perlu
terhadap hipotesis penelitian, dilakukan pengujian dilakukan proses modifikasi untuk memperbaiki model.
instrumen pembentuk variabel penelitian. Suatu Modifikasi model dilakukan berdasarkan modifications
kontruk dikatakan memiliki confirmatory model indices yang dikeluarkan AMOS 16.0.
yang baik jika memenuhi kriteria goodness of fit.
Selain itu, konstruk harus memenuhi convergent
validity dan reliability construct. Dikatakan
memenuhi convergent validity jika nilai
standardized regression weight > 0.5 dan
probability kurang dari 0.05 (α=5%), sedangkan
nilai reliability construct ≥ 0.7. Variabel kualitas
layanan, brand image, atmosfer, kepuasan
konsumen dan loyalitas konsumen telah valid dan
reliabel. Selain itu,berdasarkan tidak terdapat
outlier dengan nilai diatas 39.252, asumsi
C. Modifikasi Model
multivariate normality terpenuhi.
Gambar 3.
Structural Model Setelah Modifikasi
C. Uji Goodness of Fit Model

Gambar 2. Tabel 4.
Structural Model Tahap Awal Hasil Pengujian Goodness of Fit Pada Structural Model
Setelah
Modifikasi
Tabel 3.
Goodness Cut-off value Hasil model Keteranga n
Hasil Pengujian Goodness of Fit Pada Structural
of fit index
Model
Tahap Awal Chi-Square
< 103.009 160.784 Kurang Baik
Good of fit Cut-off Hasil Keteranga n (df=81)
index value model Probability Chi-
> 0.05 0 Kurang Baik
Square
Chi-Square
< 124.342 375.048 Kurang baik Cmin/DF  2.00 1.914 Baik
(df=100)
Probability RMSEA  0.08 0.078 Baik
> 0.05 0 Signifikan
Chi-Square
GFI  0.90 0.885 Marginal
Cmin/DF  2.00 3.75 Kurang baik
AGFI  0.90 0.814 Marginal
RMSEA  0.08 0.136 Kurang baik
TLI  0.95 0.902 Marginal
GFI  0.90 0.776 Kurang baik
CFI  0.95 0.931 Marginal
AGFI  0.90 0.695 Kurang baik
Berdasarkan Gambar 3. dan Tabel 4. terlihat bahwa
TLI  0.95 0.705 Kurang baik
hasil uji goodness of fit pada structural model setelah
CFI  0.95 0.754 Kurang baik
modifikasi lebih baik dari pada hasil uji goodness of fit
Berdasarkan Gambar 2. dan Tabel 3., maka dapat pada structural model tahap awal. Dengan demikian
diketahui bahwa kriteria-kriteria dalam uji goodness of untuk melakukan pengujian hipotesis penelitian,
fit untuk structural model tahap awal masih belum digunakan model setelah modifikasi.
memenuhi batas kritis yang dianjurkan, hanya terdapat
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-9 8

E. Uji Kausalitas kepuasan konsumen berpengaruh signifikan terhadap


Tabel 5. loyalitas konsumen. Berdasarkan hasil ini hipotesis
Regression Weight dan Standardized Regression Weight Structural keempat penelitian (H4) yang menduga kepuasan
Model
Setelah Modifikasi
konsumen berpengaruh terhadap loyalitas konsumen,
Standardi telah terbukti kebenarannya. Nilai standardized
zed S.E C.R. .Pestimate sebesar 0.864 menunjukkan arah pengaruh
Estimate positif terhadap loyalitas konsumen, artinya semakin
Kepuasan
Kualitas_L
tinggi tingkat kepuasan konsumen Kedai Deja- vu
_Konsume <--- 0.178 0.113 2.937 0.003
Surabaya, maka semakin tinggi tingkat loyalitas
ayanan
n
Kepuasan
konsumennya.
Brand_Im
_Konsume <--- 0.3 0.05 5.925
age
n V. KESIMPULAN
Kepuasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
_Konsume <--- Atmosfer 0.269 0.063 4.892
n 1. Kualitas Layanan berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan konsumen Kedai Deja- vu Surabaya.
Loyalitas Kepuasan
Konsumen
<---
Konsumen
0.864 0.134 6.01 Berdasarkan hasil ini hipotesis pertama penelitian
(H1) yang menduga kualitas layanan berpengaruh
Nilai probability pengaruh kualitas layanan terhadap terhadap kepuasan konsumen, telah terbukti
kepuasan konsumen sebesar 0.003 kurang dari 0.05 kebenarannya.
(α=5%), sehingga disimpulkan kualitas layanan 2. Brand Image berpengaruh signifikan terhadap
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. kepuasan konsumen. Berdasarkan hasil ini
Berdasarkan hasil ini hipotesis pertama penelitian (H1) hipotesis kedua penelitian (H2) yang menduga
yang menduga kualitas layanan berpengaruh terhadap bahwa brand image berpengaruh terhadap
kepuasan konsumen telah terbukti kebenarannya. Nilai kepuasan konsumen telah terbukti kebenarannya.
standardized estimate kualitas layanan sebesar 0.178 3. Atmosfer berpengaruh signifikan terhadap
menunjukkan arah pengaruh positif kualitas layanan kepuasan konsumen. Berdasarkan hasil ini
terhadap kepuasan konsumen, artinya semakin baik hipotesis ketiga penelitian (H3) yang menduga
kualitas layanan di Kedai Deja- vu Surabaya, maka bahwa atmosfer berpengaruh terhadap kepuasan
semakin tinggi tingkat kepuasan konsumennya. konsumen, dapat diterima dan
Hasil analisis menunjukkan nilai probability terbukti kebenarannya.
pengaruh brand image terhadap kepuasan konsumen 4. Kepuasan konsumen berpengaruh signifikan
sebesar 0.000 kurang dari terhadap loyalitas konsumen. Berdasarkan hasil ini
0.05 (α=5%), sehingga disimpulkan bahwa brand hipotesis keempat penelitian (H4) yang menduga
image berpengaruh signifikan terhadap customer bahwa kepuasan konsumen berpengaruh
satisfaction. Berdasarkan hasil ini hipotesis pertama signifikan terhadap loyalitas konsumen, telah
penelitian (H2) yang menduga brand image terbukti kebenarannya.
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen
terbukti benar. Nilai standardized estimate brand
SARAN
image sebesar 0.300 menunjukkan arah pengaruh
1. Pemilik atau pengelola perlu melakukan orientasi
positif brand image terhadap kepuasan konsumen,
atau pengarahan kepada karyawan Kedai Deja- vu
artinya semakin baik brand image di Kedai Deja- vu
Surabaya terutama terkait soft skill yang dimiliki
Surabaya, maka semakin tinggi tingkat kepuasan
oleh karyawannya, seperti selalu tersenyum saat
konsumennya.
menyambut atau mengucapkan terima kasih
Nilai probability pengaruh atmosfer terhadap
kepada konsumen dan memiliki inisiatif untuk
kepuasan konsumen sebesar 0.000 kurang dari 0.05
memberikan info kepada konsumen mengenai
(α=5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa atmosfer
produk yang dimilikinya agar konsumen tidak ragu
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.
dalam melakukan pemesanan produk.
Berdasarkan hasil ini hipotesis ketiga penelitian (H3)
2. Berdasarkan hasil kritik dan saran pada kuisioner,
yang menduga atmosfer berpengaruh signifikan
dapat diketahui bahwa konsumen akan lebih puas
terhadap kepuasan konsumen telah terbukti benar. Nilai
jika hiburan yang disajikan oleh Kedai Deja- vu
standardized estimate atmosfer sebesar 0.269
Surabaya tidak hanya sekedar siaran olahraga,
menunjukkan arah pengaruh positif atmosfer terhadap
film, atau pemutaran musik. Sebagian besar
kepuasan konsumen, artinya semakin baik atmosfer di
konsumen berharap agar Kedai Deja- vu Surabaya
Kedai Deja- vu Surabaya, maka semakin tinggi tingkat
juga menyediakan sajian live music secara berkala.
kepuasan konsumennya. Hasil analisis juga
Oleh karena itu, peneliti merasa bahwa penyajian
menunjukkan nilai probability pengaruh kepuasan
acara live music perlu mendapatkan perhatian dari
konsumen terhadap loyalitas konsumen sebesar 0.000
pemilik atau pengelola Kedai Deja- vu Surabaya.
kurang dari 0.05 (α=5%), sehingga disimpulkan
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 1, (2013) 1-9 9

3. Pemilik atau pengelola Kedai Deja- vu Surabaya 30). Retrieved from


perlu mempertimbangkan untuk memperbaiki http://wartapedia.com/bisnis/korporasi/3446-apkrindo--prospek-
bisnis-ka fe-a-restoran-di-jatim-cukup-bagus.html
signage Kedai Deja- vu Surabaya. Karena hasil [6] Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Dominasi Perekonomian
penelitian menunjukkan bahwa signage yang ada Kota
sangat sulit terlihat oleh konsumen yang melintas Surabaya. (2012, Agustus 30). Retrieved
di Jalan Wijaya Kusuma Surabaya. Perbaikan from
http://surabayakota.bps.go.id/index.php?
signage tentu akan memudahkan konsumen yang option=com_content&view=artic le&id=88%3Astrk-
melintas di Jalan Wijaya Kusuma untuk ek&catid=3%3Anewsflash&Itemid=76 [7] McDonald, M. H., &
mengetahui lokasi Kedai Deja- vu Surabaya. Warren, J. K. (1999). Marketing Plans that Work (Alexander Sindoro,
4. Pemilik atau pengelola Kedai Deja- vu Surabaya Trans). Jakarta: Erlangga.
[8] Kottler, P. (1997). Marketing Management: Analysis, Planning,
perlu mempertimbangkan untuk menambah jumlah
Implementation, and Control (9th ed). Englewood Cliff:
meja dan kursi dengan cara memanfaatkan lahan Prentice Hall Inc.
yang masih kosong seperti taman kecil di dalam [9] Peter, J. P., & Olson, J. C. (2003). Consumer Behavior in
ruangan café. Marketing Strategy (6th Ed.). Singapore: McGraw Hill.
5. Pemilik atau pengelola Kedai Deja- vu Surabaya [10] Zeithaml, V. A., & Bitner, M. J. (2003). Services Marketing
(International Edition). Singapore: McGraw Hill Companies,
perlu melakukan promosi secara intens. Untuk Inc.
pemanfaatan biaya secara efektif dan efisien, [11] Tjiptono, F. (2005). Pemasaran Jasa. Cetakan pertama. Malang:
pemilik atau pengelola Kedai Deja- vu Surabaya Bayu Media Publishing.
dapat melakukan promosi gratis melalui media- [12] Zeithaml, V. A., Mary Jo, B., & Gremler, D. D. (2009).
Services Marketing - Integrating Customer Focus Across the
media sosial seperti facebook, twitter, atau media-
Firm (5th Ed.). New York: McGraw Hill.
media sosial lainnya. Hal tersebut akan membantu [13] Keller, K. L. (1993). Conceptualizing, Measuring, and
Kedai Deja- vu Surabaya agar dapat lebih dikenal Managing Customer-Based Brand Equity. Journal of Marketing,
oleh calon konsumennya. Vol.57 , 1-22.
6. Untuk membantu meningkatkan omset pada siang [14] Aaker, D. (1991). Managing Brand Equity. New York: The Free
Press.
hari, pemilik atau pengelola Kedai Deja- vu [15] Kottler, P. (2005). Manajemen Pemasaran. Edisi ke sebelas.
Surabaya dapat melakukan strategi penjualan Jilid 2. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Indeks.
seperti sistem akumulasi pembelian. Artinya, [16] Levy, M., & Weitz, B. A. (2001). Retailling Management (4th
konsumen yang melakukan pembelian di siang hari ed.). Richard D. Irwin Inc.
[17] Kottler, P., & Keller, K. L. (2009). Marketing Management.
akan mendapatkan poin yang dapat 13th Ed. New Jersey: Upper Saddle River.
diakumulasikan hingga mencapai angka tertentu. [18] Hurriyati, R. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas
Selanjutnya, konsumen yang telah mencapai angka Konsumen. Bandung: Alfabeta.
tersebut akan mendapatkan satu buah minuman [19] Japarianto, Laksmono, & Khomariyah. (2007, Maret). Analisa
gratis dari Kedai Deja- vu Surabaya. Sistem ini kualitas layanan sebagai pengukur loyalitas pelanggan Hotel
Majapahit Surabaya dengan pemasaran relasional sebagai
juga akan membantu Kedai Deja- vu Surabaya variabel intervening. Dimensi Manajemen Perhotelan, 3 (1), 34-
dalam membuat database konsumennya. 42.
Database yang dimiliki kemudian dapat [20] Santoso, S. (2012). Analisa SEM Menggunakan AMOS.
dikembangkan untuk melakukan strategi- strategi Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
[21] Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E.
lain seperti mempererat hubungan antara Kedai (2010). Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall
Deja- vu dengan konsumennya. Inc.
[22] Ferdinand, A. (2005). Structural Equation Modeling dalam
Penelitian Manajemen: Aplikasi Model-model Rumit dalam
Penelitian untuk Tesis Magister. Semarang: UNDIP.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-
to-c) Mencapai 7,19%. (2012, Agustus 28). Retrieved from BPS
Jatim: http://jatim.bps.go.id/index.php/pelayanan-statistik/brs-
jawa-timur/brs-p drb-jatim/174-pertumbuhan-ekonomi-jawa-
timur-triwulan-i-tahun-2012c-to-c-mencapai-719-persen
[2] Ambisi Jadi Kota Wisata Kuliner. (2012, Agustus 30).
Retrieved from http://www.surabayapost.co.id/?
mnu=berita&act=view&id=8e08998cb1
abb518c122352edea68ea6&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b06
74a318d5
[3] Bisnis kafe dan resto diramal tumbuh 30%. (2012, Agustus 30).
Retrieved from http://www.kabarbisnis.com/read/2820403
[4] Industri Restoran dan Kafe Tumbuh Pesat. (2012, Agustus 30).
Retrieved from
http://www.centroone.com/news/2012/01/1r/industri-restoran-
dan-kafe-tu mbuh-pesat/?fullSite
[5] Prospek Bisnis Kafe dan Restoran di Jatim Cukup Bagus.
(2012, Agustus

Anda mungkin juga menyukai