Para penganut prinsip etika relativis berpendapat bahwa nilai-nilai etis bersifat
relatif bagi orang-orang, budaya, atau waktu tertentu. Mereka menyangkal
adanya pembenaran yang masuk akal atau keputusan etis yang objektif. Ketika
terjadi ketidaksepakatan etis antarorang atau budaya, mereka menyimpulkan
bahwa tidak mungkin menyelesaikan perselisihan ini dan tidak mungkin pula
membuktikan siapa yang benar atau lebih masuk akal dibandingkan yang lain.
Bayangkan seorang dosen mengembalikan sebuah tugas dengan nilai “F.”
Ketika Anda meminta penjelasannya, ia berkata terus terang bahwa ia tidak
percaya bahwa seseorang “seperti Anda” (sebagai contoh: wanita, penganut
ajaran Kristen, seorang keturunan Afrika-Amerika) mampu melakukan pekerjaan
dengan baik dalam bidang ini (sebagai contoh: sains, teknik, matematika,
keuangan). Ketika Anda keberatan bahwa anggapannya tidak adil dan salah, ia
memberikan penjelasan seorang relativis, “Keadilan adalah pendapat pribadi.”
Anda bertanya, “Siapa yang menentukan apa yang adil dan apa yang tidak
adil?” Ia bersikeras bahwa pandangannya tentang konsep keadilan adalah
benar. Karena semua orang bergantung pada pendapat pribadi, maka ia tidak
meluluskan Anda karena Anda, menurut pendapat pribadinya, tidak layak untuk
lulus.
BAB 3 ETIKA BISNIS - Hartman & Desjardins 8
Poin Siapa yang Dapat Menentukan
Keputusan Mana yang Benar dan Mana yang Salah?
• Apakah Anda menerima penjelasan ini dan berpuas diri dengan nilai itu?
Jika tidak, bagaimana Anda akan membela pandangan Anda yang
berseberangan itu?
• Apakah ada fakta-fakta yang relevan yang akan Anda pakai untuk
mendukung tuntutan Anda?
• Nilai-nilai apa yang terlibat dalam perselisihan ini?
• Alternatif-alternatif apa yang tersedia bagi Anda?
• Selain Anda dan dosen Anda, haruskah orang lain, pemegang kepentingan
lainnya, terlibat dalam situasi ini?
• Alasan-alasan apa yang akan Anda berikan kepada dekan untuk
mengajukan permohonan perubahan nilai?
• Konsekuensi-konsekuensi apa saja yang ditimbulkan oleh tindakan profesor
ini dalam pendidikan?
• Jika pertimbangan dan bujukan logis tidak ampuh, bagaimana caranya agar
perselisihan ini dapat diselesaikan?
Pada beberapa tahun belakangan, kontroversi etis dan politis utama muncul
terhadap perlakuan ratusan tahanan perang dari Afghanistan dan Irak.
Pihak pemerintah A.S. mengatakan bahwa mereka berbahaya dan merupakan
ancaman besar sehingga perlakuan bagi mereka dibenarkan. Bahkan,
pengacara pemerintah berargumen, karena orang-orang itu bukan anggota
militer dari negara yang diakui, mereka tidak dilindungi oleh hukum dan
pelarangan internasional terhadap penyiksaan.
Pemerintah A.S. berargumen bahwa tindakan serupa penyiksaan dibenarkan
untuk mendapatkan informasi dari para tahanan ini yang dapat mencegah
penyerangan di masa depan terhadap Amerika Serikat.
Para kritikus berargumen bahwa beberapa tindakan, di antaranya penyiksaan,
sama sekali tidak etis sehingga seharusnya tidak perlu digunakan, walaupun
jika akibatnya adalah kehilangan peluang untuk mencegah penyerangan.
Dikatakan bahwa semua orang, bahkan teroris sekalipun, berhak atas hak-hak
mendasar akan pengadilan, perwakilan hukum, dan proses yang layak.
Apakah tujuan pencegahan penyerangan terhadap Amerika Serikat, dalam
kondisi apa pun, dapat membenarkan cara untuk menggunakan penyiksaan?