Anda di halaman 1dari 3

Strategi Pemasaran dalam Berbagai Persaingan Pasar

A. Market Leader  Indomie

Perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu


peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu
penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek
yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada masa yang akan datang.
Perubahan gaya hidup  acap mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah
satu dari perubahan itu adalah digemarinya mie instan sebagai makanan substitusi
nasi. Bahkan kian hari produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen,
karena selain praktis dan harganya terjangkau, mie instan juga cukup
mengenyangkan perut. Saat ini, Indomie masih merajai pasar mie instan di
Indonesia, sekaligus merupakan perusahaan mie instan terbesar di dunia dengan
kapasitas produksi 13 milyar bungkus.
B. Market Challenger  Mie Sedap
Momentum Indomie yang “sudah mapan” dan malam berinovasi, Wings Food
meluncurkan Mie Sedaap yang siap menggilas kejayaan Indomie. Mie Sedaap
dipilih masyarakat Indonesia karena Wings Food pandai membuat masyarakat
penasaran dengan memilih nama MIE SEDAAP, membuat konsumen ingin
memcoba apakah rasa mie tersebut benar-benar Sedap.
Kemunculan Mie Sedaap membuat masyarakat menemukan sesuatu yang baru
dan berbeda dari Indomie. Mie Sedaap juga gencar beriklan di media. Saat itu,
Mie Sedaap yang sedang memasuki tahap perkenalan (introduction) menggunakan
strategi peluncuran cepat rapid skimming strategy). Wings Food meluncurkan
produk baru dengan harga yang hampir menyamapi harga Indomie, dengan
tingkat promosi yang tinggi.
Iklan pun dibuat sedemikian menarik, diluncurkan di berbagai media, seperti
media cetak dan elektronik. Pilihan rasa yang diberikan pun lebih banyak, dengan
kelebihan di pemberian “kriuk”, sesuai dengan lidah orang Indonesia yang gemar
dengan makanan pelengkap dengan tekstur agak keras seperti kerupuk.
C. Market Follower  Sarimi
Sarimi diluncurkan pada 1982, yang pada waktu itu juga ikut meramaikan
persaingan antar-merek mi instan yang diikuti oleh Supermi (1968) dan Indomie
(1972). Berkat kerja keras dan kepercayaan konsumen, Sarimi menempati urutan
ketiga di bawah Supermi (peringkat kedua) dan Indomie (peringkat pertama).
Saat Indomie menjadi merek mi instan yang pertama kali go public pada 1993,
semua produsen makanan secara serius mengelola merek mereka, termasuk
Sarimi. Mulailah Sarimi berada pada tingkat yang lebih tinggi, untuk membayang-
bayangi Indomie. Sarimi bahkan memasang harga yang lebih murah dari Indomie.
Pertempuran segitiga antara Indomie, Supermi, dan Sarimi pun dimulai.
Sebelum periode 2002 berakhir, Indomie, Supermi, dan Sarimi merebut
persaingan untuk memperebutkan posisi. Namun, takdir tetap tidak bisa
ditolak seperti halnya pada tahun 2001. Indomie tetap berada pada posisi
pertama, begitu pula dengan Supermi di tempat kedua, dan Sarimi di tempat
ketiga.
D. Market Nicher  Supermie
Supermi pertama kali diluncurkan pada tahun 1968 sebagai mi instan
pertama di Indonesia, dimana saat itu terdapat keraguan tentang luncurnya
produk mi instan nomor 3 di Indonesia ini. Keraguan itu disebabkan karena
saat itu tidak ada mi instan di Indonesia. Maka dari itu, Supermi mulai
membuka pintu peperangan antar-merek mi instan di Indonesia sampai saat
ini.
Oleh karena itu, Supermi mulai gencar bersaing dengan Indomie pada
tahun 1976, ketika Supermi hadir dengan Rasa Kaldu Ayam. Maka, tuntutan
akan mi instan menjadi semakin gencar. Pertimbangan Supermi adalah sama
seperti Indomie, mi cepat dimasak dengan bumbu yang lengkap yang
meliputi : bumbu bubuk, bubuk cabai, dan minyak.
Saat Indomie membentuk perseroan dan go public pada tahun 1993,
Supermi tidak mau kalah. Supermi bahkan mengklaim menjadi nomor dua
di Indonesia waktu itu, menempatkan Sarimi pada urutan ketiga. Demikian
juga, Mie Sedaap yang juga merupakan saingan Supermi yang juga
mencoba membayang-banyangi Indomie.
Mulailah pada 1996, Supermi menggandeng Ira Maya Sopha kembali
menjadi bintang iklan Supermi, setelah sukses pada 1976. Pemasaran ini
terbukti berhasil, iklan Supermi menampilkan Ira Maya Sopha selama 20
tahun ternyata benar-benar memastikan Supermi berada pada urutan kedua
di antara Indomie dan Sarimi.
MAKALAH

HASIL ANALISIS STRATEGI PEMASARAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas (kuis) mata kuliah Manajemen
Pemasaran yang dibina oleh Dra.Balqis SE., MM

DISUSUN OLEH :

Bobby Mubariq Akhmad


155020301111059
Manajemen Pemasaran CD

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
TAHUN 2016

Anda mungkin juga menyukai