Anda di halaman 1dari 19

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PEKERJA/BURUH

YANG TERKENA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA AKIBAT


EFISIENSI DALAM PERUSAHAAN DITINJAU DARI UNDANG-
UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
Oleh:
PARIS PANJAITAN
NIM. 2014020227

ABSTRAK

Paris Panjaitan, NIM. 2014020227, PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP


HAK-HAK PEKERJA/BURUH YANG TERKENA PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA AKIBAT EFISIENSI DALAM PERUSAHAAN DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 518 K/Pdt.
Sus-PHI/2014)Bagi Pekerja masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan
masalah yang kompleks, karena mempunyai hubungan dengan masalah ekonomi
maupun psikologi. Masalah ekonomi karena PHK akan menyebabkan hilangnya
pendapatan, sedangkan masalah psikologi yang berkaitan dengan hilangnya status
seseorang. Dalam skala yang lebih luas, dapat merambat kedalam masalah
pengangguran dan kriminalitas.
Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan cita-cita berdirinya Republik Indonesia
sebagaimana dituangkan dalam Undang Undang dasar 1945. Pasal 27 menyebutkan
“Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui proses penyelesaian
PHK dengan alasan efisiensi sudah ditentukan diatur Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2004 tentang Penyelesaian perselisihan hubungan industrial, mengetahui argumentasi
tentang Perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja/buruh sebagai kompensasi PHK
dengan alasan efisiensi dilihat dari Keputusan MA Nomor 518 K/Pdt. Sus-PHI/2014.
Dalam menulis skripsi ini digunakan metode deskriptif yaitu penelitian hukum normatif.
Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan
data-data sekunder. Hasil penelitian Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dengan
alasan tidak diatur Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, hanya diatur penyelesaian perselisihan PHK secara
umum. Pada asasnya penyelesaian PHK khususnya PHK dengan alasan efisiensi
terlebih dahulu diselesaikan melalui proses musywarah untuk mufakat antara kedua
belah pihak tanpa campur tangan pihak ketiga (tripartie), jika gagal dilanjutkan dengan
cara mediasi. Untuk selanjutnya proses dilanjutkan melalui mediasi. Apablia
penyelesaian bipartie dan mediasi juga gagal maka akan dilanjukan konsoliasi. Jika
dalam hal ini juga tidak menemukan hasil, maka prosesnya akan dilanjutkan dengan
melalui proses litigasi. Perlindungan hukum hak-hak pekerja/buruh sebaga kompensasi
PHK, harus dibayar oleh pengusaha berdasarkan jenis dari PHK yang terjadi pada
pekerja/buruh yang bersangkutan. Jika kita melihat kasus pada Keputusan MA Nomor
27 K/PHI/2006. Bahwa telah terjadi pemutusan hubungan kerja di PT Newmount Nusa
Tenggara dimana dalam putusan Pengadilan Hubungan Industrial maupun dalam
putusan Mahkamah Agung, memberikan putusan yang tidak sesuai dengan ketentuan
berlaku. Dimana Hakim Agung memberikan putusan uang pesangon sebanyak dua kali
lipat yang mana itu hanya berlaku bagi pekrja/buruh yang di PHK diakibatkan
Perusahaan tutup dengan alasan efisiensi. Namun pada kenyataannya perusahaan itu
tidak tutup, maka seharusnya pembayaran uang pesangon itu mengacu pada Pasal 156
ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

PENDAHULUAN pekerjaan (walau ala kadarnya)


dalam prakteknya sangat mudah
A. Latar Belakang Masalah kehilangan pekerjaan dengan cara
Setiap orang selalu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
membutuhkan biaya untuk Tetapi tidak jarang dapat
memenuhi kebutuhannya. Untuk kita temukan banyak pekerja/buruh
mendapatkan biaya hidup seseorang setelah mereka terkena PHK,
perlu bekerja. Bekerja dapat pekerja/buruh kadang meminta
dilakukan secara mandiri atau kepada pihak pengusaha/perusahaan
bekerja pada orang lain. Bekerja untuk dibayarkan hak-hak mereka
kepada orang lain dapat dilakukan melebihi apa yang diatur dalam
dengan bekerja pada negara yang ketentuan yang berlaku. Dengan
selanjutnya disebut dengan pegawai kondisi inilah yang membuat
atau bekerja pada orang lain persoalan penyelesaian perselisihan
(swasta) yang disebut dengan buruh PHK sulit diselesaikan.
atau pekerja. Maka dalam penulisan
Pemutusan Hubungan Kerja skripsi ini akan dibahas mengenai
(PHK) merupakan suatu hal yang Perlindungan Hukum Terhadap
merupakan kegiatan yang sangat hak-hak pekerja/buruh yang
ditakuti oleh pekerja/buruh yang terkena PHK akibat efisiensi
masih aktif bekerja. Hal ini karena dalam perusahaan Ditinjau dari
kondisi kehidupan politik yang Undang-Undang Nomor 13 Tahun
goyah, kemudian disusul dengan 2003 tentang Ketenagakerjaan.
carut marutnya kondisi (Analisa Putusan Mahkamah
perekonomian yang berdampak Agung Nomor 518 K/Pdt. Sus-
pada banyaknya industri yang PHI/2014)
gulung tikar dan tentu saja B. Identifikasi Masalah
berdampak pada Pemutusan Suatu kegiatan penelitian/penulisan
Hubungan Kerja yang dilakukan untuk menfokuskan permasalahan
dengan sangat tidak terencana. yang akan dikaji diperlukan
Kondisi inilah yang menyebabkan rumusan masalah. Sebab dengan
orang yang bekerja pada waktu ini adanya rumusan masalah akan
selalu dibayangi kekhawatiran dan memudahkan peneliti untuk
kecemasan, kapan giliran dirinya melakukan pembahasan searah
diberhentikan dari pekerjaannya dengan tujuan yang ditetapkan.
yang menjadi penopang hidup Adapun identifikasi masalah dalam
keluarganya. skripsi ini adalah:
Pada kenyataannya, 1. Apakah proses penyelesaian
jangankan untuk memperoleh PHK dengan alasan efisiensi
kehidupan yang layak. Untuk sudah ditentukan diatur dalam
memperoleh pekerjaan, jaminan Undang-Undang Nomor 2
hidup ataupun perlindungan masih Tahun 2004 tentang
jauh dari harapan. Malahan, buruh Penyelesaian perselisihan
atau pekerja yang sudah memiliki hubungan industrial?

ii
2. Apakah argumentasi tentang Secara teoritis, dari hasil
Perlindungan hukum terhadap pembahasan ini penulis
hak-hak pekerja/buruh sebagai mengharapkan dapat
kompensasi PHK dengan alasan memperoleh penjelasan
efisiensi dilihat dari Keputusan tentang Perlindungan hukum
MA Nomor 518 K/Pdt. Sus- bagi buruh/tenaga kerja yang
PHI/2014? terkena PHK akibat efisiensi
C. Perumusan Masalah perusahaan. Selain itu
Perumusan masalah dalam penulis berharap
penelitian ini, yaitu sebagai berikut: pembahasan ini bermanfaat
1. Bagaimana proses penyelesaian untuk menambah wawasan
PHK dengan alasan efisiensi penulis dalam bidang hukum
sudah ditentukan diatur perburuhan.
Undang-Undang Nomor 2 b. Manfaat Praktis
Tahun 2004 tentang Secara praktis, kegunaaan
Penyelesaian perselisihan dari pembahasan ini adalah
hubungan industrial? sebagai tambahan bahan
2. Bagaimana argumentasi tentang kajian bagi perusahaan
Perlindungan hukum terhadap sehingga dapat memperluas
hak-hak pekerja/buruh sebagai ilmu pengetahuan,
kompensasi PHK dengan alasan khususnya dalam
efisiensi dilihat dari Keputusan memberikan perlindungan
MA Nomor 518 K/Pdt. Sus- bagi pekerja/buruh . Selain
PHI/2014? itu juga bermanfaat bagi
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian pekerja/buruh pada
1. Tujuan Penulisan umumnya dan mahasiswa
Berdasarkan rumusan masalah pada khususnya yang ingin
di atas, maka penelitian ini menegetahui dan mendalami
bertujuan untuk: masalah-masalah
a. Untuk mengetahui proses ketengakerjaan Indonesia.
penyelesaian PHK dengan E. Kerangka Teori
alasan efisiensi sudah Menurut H. Zainal Asikin
ditentukan diatur Undang- pemutusan hubungan kerja antara
Undang Nomor 2 Tahun buruh dengan majikan (pengusaha)
2004 tentang Penyelesaian lazimnya dikenal dengan istilah
perselisihan hubungan PHK atau pengakiran hubungan
industrial. kerja, yang dapat terjadi karena
b. Untuk mengetahui telah telah berakhirnya waktu
argumentasi tentang tertentu yang telah
Perlindungan hukum disepakati/diperjanjiakn sebelumnya
terhadap hak-hak dan dapat pula terjadi karena adanya
pekerja/buruh sebagai perselisihan buruh dan majikan,
kompensasi PHK dengan meninggalnya buruh atau karena
alasan efisiensi dilihat dari terjadi sebab lainnya. 1
Keputusan MA Nomor 518
K/Pdt. Sus-PHI/2014. 1
H. Zainal Asikin, H. Agusfian
2. Manfaat Penulisan Waahab, Lalu Husni, Zaeni Asyhadie ,
a. Manfaat Teoritis Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 173

iii
Beberapa literatur hukum fotocopi surat-surat lainya.)
perburuhan tidak satupun kita c. Kehilangan biaya hidup untuk
jumpai rumusan ataupun defenisi diri dan keluarganya sebelum
tentang Pemutusan hubungan kerja, mendapat pekerjaan baru
namun dari uraian diatas dapat sebagai penggantinya.
diartikan bahwa, pemutusan d. Sehubungan dengan akibat yang
hubungan kerja adalah langkah ditimbulkan dengan adanya
pengakhiran hubungan kerja antara pemutusan hubungan kerja itu
buruh (pekerja) dengan majikan khususnya bagi buruh dan
(pengusaha) yang disebabkan keluarganya. Karena itulah
karena keaadaan tertentu. pemutusan hubungan kerja ini
Dalam praktik, pemutusn harus dihindari terjadinya
hubungan kerja yang terjadi karena bahkan jika mungkin ditiadakan
berakhirnya waktu yang telah sama sekali.2
ditetapkan dalam perjanjian, tidak Sejak bergulirnya tuntutan
menimbullan permasalahan kedua demokrasi, maka pemerintah telah
belah pihak (buruh maupun melakukan reformasi peratura
majikan) karena pihak- pihak yang perundang-undangan
bersangkutan sama-sama telah ketenagakerjaan sebagai dasar
menyadari atau mengetahui saat hukum pemutusan hubungan kerja
berakhirnya hubungan kerja yaitu; Undang-Undang Nomor 14
tersebut, sehingga masing-masing Tahun 1969, tentang Pokok-pokok
telah berupaya telah mempersiapkan Ketenagakerjaan, telah diganti
diri dalam menghadapi kenyataan dengan Undang-undang Nomor 13
itu. Berbeda halnya dengan Tahun 2003 tentang
pemutusan yang telah nterjadi Ketenagakerjaan. Undang-undang
karena adanya perselisihan, keadaan Nomor 22 Tahun 1957 tentang
ini akan membawa dampak terhadap penyelesaian Perselisihan
kedua belah pihak, lebih-lebih bagi perburuhan di Perusahaan Swasta,
buruh yang dipandang dari sudut telah diganti dengan UU Nomor 2
ekonomis mempunyai kedudukan Tahun 2004 tentang penyelesaian
yang lemah jika dibandingkan Perselisihan hubungan Industrial
dengan pihak pengusaha. yang selanjutnya disebut dengan UU
Menurut Ridwan Halim PPHI. Disamping peraturan
Karena pemutusan hubungan kerja perundang-undangan sebagai dasar
bagi pihak buruh akan memberi hukum pemutusan Hubungan Kerja,
pengaruh psikologis, ekonomis, juga dapat diatur di Perjanjian Kerja
finansial sebab : (PK), Peraturan Perusahaan (PP),
a. Dengan adanya pemutusan dan Perjanjian Kerja Bersama
hubungan kerja, bagi buruh telah (PKB).
kehilangan mata pencaharian. Dengan lahirnya UU Nomor 13
b. Untuk mencari pekerjaan yang Tahun 2003 tentang
baru sebagai penggantinya, Ketenagakerjaan, dan Undang-
harus banyak mengeluarkan undang Nomor 2 Tahun 2004
biaya (keluar masuk perusahaan tentang Penyelesaian Perselisihan
disamping biaya-biaya lain
seperti pembuatan surat-surat 2
Ridwan Halim, Hukum
untuk keperluan lamaran dan Perburuhan Dalam Tanya Jawab, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 45

iv
Hubungan Industrial , maka tidak yaitu pekerja, pengusaha,
ada lagi pembatasan atau pemerintah, dan masyarakat.5
diskrimnasi antara perusahaan
swasta dengan perusahaan milik Menurut Soepomo regulasi yang
negara, karena perusahaan dalam banyak mendapat sorotan adalah
undang-undang ini meliputi : Undang-Undang Nomor 13 Tahun
a. Badan Usaha yang berbadan 2003 tentang Ketenagakerjaan.
hukum atau tidak, Meskipun Undang-Undang tersebut
b. Milik orang perseorangan, milik sebagian besar merupakan
persekutuan atau milik badan pembaharuan atau perpanjangan
hukum milik swasta atau milik dari Undang-Undang
negara. Ketenagakerjaan yang lama, namun
c. Usaha-usaha sosial atau usaha- karena memuat beberapa ketentuan
usaha lain yang mempunyai baru banyak mengundang
pengurus dalam mempekerjakan perdebatan menyangkut kepentingan
orang lain dengan membayar buruh dan pengusaha. Masalah
upah ayau imbalan dalam bentuk ketenagakerjaan ini tak kalah
lain.3 penting karena merupakan salah
Dr. Payaman J. Simanjuntak APU: satu sub sistem dari sistem sosial
hubungan industrial adalah ekonomi dan selalu menarik untuk
hubungan antara semua pihak yang dibahas karena menyangkut
terkait atau berkepentingan atas kepentingan rakyat banyak, dimana
proses produksi barang atau lebih kurang 50 % penduduk
pelayanan jasa disuatu perusahaan. Indonesia masuk dalam kategori
Tujuannya adalah untuk angkatan kerja yang berusia 15
menciptakan hubungan yang aman tahun ke atas dan sebagian besar
dan harmonis anatar pihak-pihak diantaranya masuk kelompok usia
tersebut, sehingga dapat kerja yang potensial untuk bekerja
meningkatkan produktivitas usaha. (labour force).6
Dengan demikian pembinaan
hubungan industrial merupakan Antara majikan/pengusaha dengan
bagian atau salah satu aspek dari pekerja/buruh membuat suatu
manajemen sumber daya manusia.4 perjanjian kerja yang mana
perjanjian ini mempunyai manfaat
Drs. Yunus Shamad, M.M., bahwa yang besar bagi para pihak yang
hubungan industrial dapat diartikan membuatnya. Hal ini disadari
sebagai suatu corak atau sistem karena dengan perjanjian kerja yang
pergaulan atau sikap dan perilaku dibuat dan ditaati dengan itikad baik
yang terbentuk di antara para pelaku dapat menciptakan suatu ketenangan
proses produksi barang dan jasa,
5
Soepomo, Iman. Hukum
3
Mitar Pelawi,makalah Perburuhan Bidang Hubungan Kerja,
”Pemutusan Hubungan Kerja”, kuliah Djambatan, Jakarta, 1975, hal. 55
umum di FH USU 22 Februari 2008, 6
Sehat Damanik, Outsourcing
diakses tanggal 23 Juli 2017. Dan Perjanjian Kerja Menurut UU Nomor
4
Supomo Suparman, Hukum 13 Tahun 2003Tentang Ketenagakerjaan
Acara Peradilan Hubungan Industrial, sebagai Penuntun Untuk Merencanakan-
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Melaksanakan Bisnis Outsourcing Dan
Perburuhan, Jala Permata Aksara, Jakarta, Perjanjian Kerja, DSS Publishing, Jakarta,
2009, hal. 3 2007, hal.1

v
kerja dan memberikan jaminan lain yang berhubungan dengan
kepastian hak serta kewajiban bagi penulisan , berupa bahan-bahan
para pihak. Pada dasarnya setiap pustaka. Fungsi data sekunder
perjanjian harus memenuhi unsur untuk mendukung data primer.
syarat sahnya perjanjian Data sekunder yang berkaitan
sebagaimana yang diatur dalam dengan penulisan meliputi:
Pasal 1320 KUH Perdata, sepakat, a. Bahan Hukum Primer yaitu
cakap, hal tertentu, dan sebab yang bahan-bahan hukum yang
halal mengikat kepada
Muzni Tambuzai, menyatakan masyarakat, yang terdiri dari
bahwa hubungan industrial pada Undang-undang Dasar 1945,
intinya merupakan pola hubungan Undang-undang No. 13
interaktif yang terbentuk di antara tentang Ketenagakerjaan,
para pelaku proses produksi barang Undang-undang N0. 2 Tahun
dan jasa (pengusaha, pekerja/buruh, 2004.
dan pemerintah) dalam suatu b. Bahan Hukum Sekunder
hubungan kerja.7 yaitu bahan hukum yang
Hakim memegang peranan penting memberikan penjelasan
dalam menegakkan hukum dan mengenai bahan hukum
keadilan. terlebih dahulu secara primer, seperti Rancangan
lengkap dan objektif tentang duduk Undang-undang, hasil
perkara yang sebenarnya dapat penelitian atau pendapat
diketahui dari proses pembuktian. pakar hukum.
Setelah suatu peristiwa dinyatakan c. Bahan Hukum Tertier yaitu
terbukti, menemukan hukum dari bahan yang memberikan
peristiwa yang disengketakan8 petunjuk maupun penjelasan
F. Metode Penulisan terhadap bahan hukum
1. Metode Penulisan primer dengan bahan hukum
Dalam menulis skripsi ini sekunder, seperti kamus
digunakan metode deskriptif hukum dan ensiklopedia.
yaitu penelitian hukum normatif. 3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian hukum normatif Dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian dengan hanya penulis menggunakan teknik
mengolah dan menggunakan pengumpulan data dengan cara
data-data sekunder.9 Library Research (Penelitian
2. Data yang Digunakan Kepustakaan). Library Research
Data sekunder adalah data-data adalah penelitian melalui
perpustakaan dengan cara
7
G. Kartasapoetra, dkk, Hukum membaca, menafsirkan,
Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan mempelajari, mentransfer dari
Pancasila, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985, buku- buku, makalah-makalah
hal. 202 seminar, Peraturan-peraturan
8
Lalu Husni, Penyelesaian dan bahan perkuliahan penulis
Perselisihan Hubungan Industrial Melalui memiliki keterkaitan untuk
Pengadilan & Di Luar Pengadilan, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. mendukung terlaksananya
26 penulisan skripsi ini.
9
Johny Ibrahim, Teori dan 4. Metode Analisis Data
Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Metode yang dipergunakan
Bayu Media, Malang, 2007

vi
untuk menganalisis data adalah redaksional pada ketentuan yang
analisis kualitatif, yaitu data ada (hanya sepenggal-sepenggal).10
yang diperoleh kemudian Dengan kondisi ini sering
disusun secara sistematis dan sekali dijadikan celah oleh pihak
selanjutnya dianalisis secara perusahaan untuk menghilangkan
kualitatif untuk mencapai hak warga negara untuk bekerja
kejelasasn masalah yang akan sebagaimana dijamin Pasal 28D
dibahas dan hasilnya tersebut ayat (2) UUD 1945. Sebab, pekerja
dituangkan dalam bentuk dapat setiap saat di-PHK dengan
skripsi. dalih efisiensi meski tanpa
kesalahan dan kondisi perusahaan
A. PHK dengan Alasan Efisiensi dalam keadaan baik sekalipun.
dalam Peraturan Perundang- “Karena itu, Pasal 164 ayat (3)
undangan inkonstitusional.”11
Pemutusan Hubungan Kerja Tanggapan lain menyatakan
(PHK) dengan alasan efisiensi bahwa tujuan perusahaan
diatur secara rinci dan jelas dalam melakukan PHK dengan alasan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun efisiensi dilatarbelakangi oleh
2003 dalam Pasal 164 ayat (3) yang tujuan untung mengurangi beban
menyatakan: ”Pengusaha dapat perusahaan supaya dapat tetap
melakukan pemutusan hubungan beroperasi. Sehingga seperti dalam
kerja terhadap pekerja/buruh karena kondisi krisis global yang
perusahaan tutup bukan karena mengharuskan pengurangan pekerja,
mengalami kerugian 2 (dua) tahun pengusaha tidak perlu khawatir
berturut-turut atau bukan karena melakukan PHK karena efisiensi
keadaan memaksa (force majeur) sebab ada alasan hukum Pasal 164
tetapi perusahaan melakukan ayat (3) Undang-Undang No. 13
efisiensi, dengan ketentuan Tahun 2003.12
pekerja/buruh berhak atas uang Mengenai PHK itu sendiri
pesangon sebesar 2 (dua) kali secara khusus juga diatur dalam UU
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang PPHI Dengan berlakukan Undang-
penghargaan masa kerja sebesar 1 Undang Nomor 2 Tahun 2004
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat tentang Penyelesaian perselisihan
(3) dan uang penggantian hak sesuai hubungan industrial tersebut,
ketentuan Pasal 156 ayat (4).” Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Banyak pihak yang 1964 tentang Pemutusan Hubungan
menafsirkan bahwa salah satu Kerja di Perusahaan Swasta dan
alasan yang dapat digunakan Undang- undang Nomor 22 Tahun
perusahaan untuk melakukan PHK 1957 tentang Penyelesaian
terhadap pekerjanya adalah karena Perselisihan Perburuhan (P3)
“melakukan efisiensi”. Padahal, dinyatakan tidak berlaku lagi.
sebenarnya Undang-Undang 10
Ketenagakerjaan sendiri tidak http://boedexx.blogspot.com/20
09/08/phk-karena-wfisiensi.html, diunduh
pernah mengenal alasan PHK pada tanggal 20 April 2017
karena melakukan efisiensi. 11
http://www.hukumonline.com/b
Kesalahan penafsiran tersebut erita/baca/lt4d7a30ce95bca/aturan-phk-
mungkin terjadi karena banyak alasan-efisiensi-dinilai- inkonstitusional-
pihak yang kurang cermat membaca
12
Ferianton dan Darmanto,
Op.cit, hal. 263

vii
Namun, untuk peraturan Depnaker mengeluarkan surat
pelaksanaan kedua undang-undang edaran yang berusaha
tersebut masih tetap berlaku memberikan penjelasan tentang
sepanjang tidak bertentangan akibat putusan tersebut.14
dengan UU PPHI.13
Undang-Undang PPHI, istilah Pasal 158, ayat 1
sengketa yang digunakan adalah berbunyi, "Pengusaha dapat
perselisihan atau perselisihan memutuskan hubungan kerja
hubungan industrial. UU PPHI Pasal terhadap pekerja/buruh dengan
1 angka 1 menyatakan: alasan pekerja/buruh telah
“Perselisihan Hubungan Industrial melakukan kesalahan berat
adalah perbedaan pendapat yang sebagai berikut:
mengakibatkan pertentangan antara a. melakukan penipuan,
pengusaha atau gabungan pencurian, atau penggelapan
pengusaha dengan pekerja/buruh barang dan/atau uang milik
atau serikat pekerja/serikat buruh perusahaan;
karena adanya perselisihan b. memberikan keterangan
mengenai hak, perselisihan palsu atau yang dipalsukan
kepentingan, perselisihan sehingga merugikan
pemutusan hubungan kerja dan perusahaan;
perselisihan antar serikat c. mabuk, meminum minuman
pekerja/serikat buruh dalam satu keras yang memabukkan,
perusahaan.” memakai dan/atau
B. Alasan-alasan Terjadinya PHK mengedarkan narkotika,
Ada sepuluh alasan bagi perusahaan psikotropika, dan zat adiktif
untuk mem-PHK Anda dengan lainnya di lingkungan kerja;
mengacu kepada Undang-Undang d. melakukan perbuatan asusila
No. 13 tahun 2003. atau perjudian di lingkungan
1. Pekerja/buruh melakukan kerja;
Kesalahan Berat e. menyerang, menganiaya,
Setelah Mahkamah mengancam, atau
Konstitusi (MK) menyatakan mengintimidasi teman
Pasal 158 UU Ketenagakerjaan sekerja atau pengusaha di
inkonstitusional, maka lingkungan kerja;
pengusaha tidak lagi dapat f. membujuk teman sekerja
langsung melakukan PHK atau pengusaha untuk
apabila ada dugaan pekerja melakukan perbuatan yang
melakukan kesalahan berat. bertentangan dengan
Berdasarkan asas praduga tak peraturan perundang-
bersalah, pengusaha baru dapat undangan; dengan ceroboh
melakukan PHK apabila pekerja atau sengaja merusak atau
terbukti melakukan kesalahan membiarkan dalam keadaan
berat yang termasuk tindak bahaya barang milik
pidana. Atas putusan MK ini, 14
Industrial Relation, Artikel
Kasus PHK menjadi Kasus Terpopuler di
13
http://requestartikel.com/penger akses dari situs
tian-dan-pengaturan-pemutusan-hubungan- http://beritahr.wordpress.com/category/ind
kerja- 201104727.html, diunduh pada ustrial-relation/ di unduh tanggal 10 April
tanggal 20 April 2017. 2017.

viii
perusahaan yang 3) bukti lain berupa laporan
menimbulkan kerugian bagi kejadian yang dibuat oleh
perusahaan; pihak yang berwenang di
g. dengan ceroboh atau sengaja perusahaan yang
membiarkan teman sekerja bersangkutan dan didukung
atau pengusaha dalam oleh sekurang-kurangnya 2
keadaan bahaya di tempat (dua) orang saksi.
kerja; 2. Pekerja/buruh Melakukan
h. membongkar atau Diduga Tindak Pidana
membocorkan rahasia Istilah Tindak Pidana
perusahaan yang seharusnya adalah berasal dari kata istilah
dirahasiakan kecuali untuk yang dikenal dalam Hukum
kepentingan negara; ata Belanda yaitu “Strafbaar Feit”.
i. melakukan perbuatan Walaupun istilah ini terdapat
lainnya di lingkungan dalam WvS Hindia Belanda
perusahaan yang diancam (KUHP), tetapi tidak ada
pidana penjara 5 (lima) penjelasan resmi tentang apa
tahun atau lebih." yang dimaksud dengan
Jenis kesalahan berat Strafbaar Feit itu. Karena itu
lainnya dapat diatur dalam para ahli hukum berusaha untuk
PP/PKB, tetapi apabila terjadi memberikan arti dan isi dari
PHK karena kesalahan berat istilah itu. Sayangnya sampai
(dalam PP/PKB) tersebut, harus kini belum ada keragaman
mendapat izin dari lembaga pendapat.16
yang berwenang. Demikian juga Menurut wujud dan
sebelum melakukan PHK, harus sifatnya, tindak pidana ini
terlebih dahulu melalui adalah perbuatan-perbuatan
mekanisme yang ditentukan, yang melawan hukum.
misalnya dengan memberi surat Perbuatan-perbuatan ini juga
peringatan (baik berturut- turut, merugikan masyarakat, dalam
atau surat peringatan pertama arti bertentangan dengan atau
dan terakhir) untuk jenis menghambat akan terlaksananya
kesalahan berat yang ditentukan tata dalam pergaulan masyarakat
PP/PKB. 15 yang dianggap baik dan adil.
Namun, perlu kita Dapat pula dikatakan bahwa
ketahui bahwa alasan PHK perbuatan pidana ini adalah
berupa kesalahan berat yang perbuatan yang anti sosial. Pasal
dimaksud pada Pasal 158, ayat 1 160, ayat 1 menyebutkan,
harus didukung dengan bukti "Dalam hal pekerja/buruh
misalnya: ditahan pihak yang berwajib
1) pekerja/buruh tertangkap karena diduga melakukan tindak
tangan; pidana bukan atas pengaduan
2) ada pengakuan dari pengusaha, "
pekerja/buruh yang 3. Pekerja/buruh Melakukan
bersangkutan; atau Pelanggaran Ketentuan yang

Adrian
15
Sutedi, Hukum 16
Adam Chazawi, Pelajaran
Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hukum Pidana I, PT. RajaGrafindo
hal.74 Persada, Jakarta, 2002, hal.67

ix
17
diatur dalam Perjanjian Kerja
Pasal 161, ayat 1 Bagi setiap
menyebutkan, "Dalam hal pekerja/buruh, pengakhiran
pekerja/buruh melakukan atau PHK bisa sejauh mimpi
pelanggaran ketentuan yang buruk. Setiap pekerja/buruh
diatur dalam perjanjian kerja, sedapat mungin mengupayakan
peraturan perusahaan atau agar dirinya tidak sampai
perjanjian kerja bersama, kehilangan pekerjaan. PHK
pengusaha dapat melakukan dapat berarti awal dari sebuah
pemutusan hubungan kerja, penderitaan. Namun demikian,
setelah kepada pekerja/buruh suka atau tidak suka,
yang bersangkutan diberikan pengakhiran hubungan kerja
surat peringatan pertama, kedua, sesungguhnya adalah sesuatu
dan ketiga secara berturut-turut." yang cukup dekat dan sangat
Bila Anda tidak mengindahkan mungkin serta wajar terjadi
peraturan perusahaan dan Anda dalam konteks hubungan kerja,
tidak mengindahkan surat hubungan antara majikan
peringatan yang diberikan oleh (pengusaha) dengan
perusahaan kepada Anda- ini pekerja/buruh.
bisa menjadi alasan PHK untuk Seseorang pengusaha
pekerja. dalam mengembangkan
C. Faktor-faktor Penyebab usahanya selalu berkeinginan
Terjadinya PHK agar perusahaan yang
1. Pemutusan Hubungan Kerja dimlikinya dapat berjalan
Oleh Perusahaan dengan baik dan sukses, hal ini
Pada umumnya bdapat terlaksana apabila
kelangsungan ikatan kerja produksi barang-barang yang
bersama antara perusahaan dihasilkan dapat diminati dan
dengan tenaga kerja terjalin laku terjual dipasaran dengan
apabila kedua belah pihak harga relatif murah dan kualitas
masih saling membutuhkan dan baik. Salah satu keberhasilan
saling patuh dan taat akan yang didapat adalah adanya
perjanjian yang telah kerjasama yang baik antara
disepakatinya pada saat mereka pengusaha dengan
mulai menjalin kerja bersama. pekerja/buruh. Kondisi
Dengan adanya keterikatan demikian tidak mudah
bersama antara para tenaga terlaksana terus-menerus karena
kerja berarti masing-masing setiap pekerja/buruh ada yang
pihak memiliki hak dan patuh dan taat pada pemimpin
kewajiban. Demikian pula dan ada juga yang tidak
sebaliknya, apablia terjadi PHK mematuhi perintah yang
berarti manajer tenaga kerja diberikan.18
dituntut untuk memenuhi hak
B. Siswanto Sastrohadiwiryo,
17
dna kewajiban terhadap tenaga Manajemen Tenaga kerja Indonesia,
kerja sesuai dengan kondisi Pendekatan Administratif dan
pada saat terjadi kontrak kerja. Operasional, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
2005 hal.1
18
Soedarjadi, Hukum
Ketenagakerjaan Di Indonesia, Panduan

x
Setiap orang mempunyai seimbang dengan beban kerja yang
tujuan dan motivasi yang dipikul tenaga kerja. Dengan
berbeda dalam melakukan demikian, tujuan pembinaan tenaga
pekerjaan. Bagi mereka yang kerja adalah untuk menciptakan
tidak patuh atau menentang tenaga kerja yang berdaya guna
perusahaan dapat diberikan daan berhasil dapat tewujud. 19
teguran atau sanksi balikan
yang lebih tegas diputuskn 1. Batasan Kompensasi
hubungan kerjanya. Pemahaman mengenai
kompensasi disini tidak sama
A. Kompensasi PHK Dengan Alasan dengan upah. Upah merupakan
Efisiensi menurut Peraturan salah satu perwujudan real dari
Perundang-undangan pemberian kompensasi. Bagi
Mengenai kompensasi PHK suatu perusahaan, upah adalah
dengan alasan efisiensi diatur perwujudan dari kompensasi
dalam Pasal 164 ayat (3) Undang- yang paling besar diberikan
Undang Nomor 13 Tahun 2003, kepada tenaga kerja. Pengertian
bahwa pekerja/buruh berhak atas kompensasi selain terdiri atas
uang pesangon sebesar 2 (dua) kali upah, dapat berupa tunjangan in
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang natura, fasilitas perumahan,
masa kerja 1 (satu) kali ketentuan fasilitas kendaraan, tunjangan
Pasal 156 ayat (3) dan uang keluarga, tunjangan kesehatan,
penggantian hak sesuai ketentuan pakaian seragam (tunjangan
Pasal 156 ayat (4). Dalam hal ini pakaian), dan sebagainya yang
yang perlu diperhatikan khususnya dapat dinilai dengan uang serta
pihak pengadilan hubungan cenderung diberikan secara
industrial dalam memeriksa dan tetap. Jadi, kompensasi adalah
menyelesaikan perkara yang imbalan jasa atau balas jasa
menyangkut PHK dengan alasan yang diberikan oleh perusahaan
efisiensi ini yaitu masalah hak kepada para tenaga kerja, karena
pekerja/buruh yang mendapat uang tenaga kerja tersebut telah
pesangon sebanyak dua kali lipat memberikan sumbangan tenaga
dari ketentuan yang berlaku. dan pikiran demi kemajuan
Mengingat dampak PHK dengan perusahaan guna mencapai
alasan efisiensi ini sangat tujuan yang telah ditetapkan.
berdampak besar bagi Salah satu perwujudan
pekerja/buruh. dari kompensasi adalah gaji dan
Masalah kompensasi selain upah. Penentuan besarnya gaji
sensitif, karena menjadi pendorong dan upah berkaitan dengan
seseorang untuk bekerja juga kualitas pegawai yang dimiliki
berpengaruh terhadap moral dan perusahaan, sebab ada anggapan
disiplin tenaga kerja. Oleh karena bahwa erat antara besar –
itu, setiap perusahaan atau kecilnya penghasilan yang
organisasi manapun seharusnya diperoleh pegawai dengan
dapatmemberikan kompensasi yang kualitas pegawai tersebut.20
Disamping kualitas pegawai,
bagi Pegusaha, Pekerja, dan Calon
Pekerja, Cetakan I, Pustaka Yustisia, 19
B. Siswanto Sastrohadiwiryo,
Jakarta, 2008, hal.106 Op.cit, hal.181

xi
pemberian gaji atau upah 2003, yang berbunyi “
berkaitan juga dengan rasa 1) Pengusaha dapat melakukan
keadilan antara para pegawai pemutusan hubungan kerja
didalam suatu perusahaan terhadap pekerja/buruh
maupun antar pegawai didalam karena perusahaan tutup
beberapa perusahaan. yang disebabkan perusahaan
Pandangan lama mengalami kerugian secara
menyatakan bahwa kenaikan terus menerus selama 2
gaji atau upah secara otomatis (dua) tahun, atau keadaan
akan dibarengi dengan kenaikan memaksa (force majeur),
produktivitas. Kenyataannya dengan ketentuan
tidak demikian, kadang terjadi pekerja/buruh berhak atas
kenaikan produktivitas karena uang pesangon sebesar 1
adanya kenaikan gaji atau upah, (satu) kali ketentuan Pasal
akan tetapi terkadang juga hal 156 ayat (2) uang
itu tidak terjadi. Gaji atau upah penghargaan masa kerja
bukan satu- satunya faktor yang sebesar 1 (satu) kali
mempengaruhi tingkat ketentuan Pasal 156 ayat (3)
produktivitas. Tingkat dan uang penggantian hak
keterampilan karyawan dan sesuai ketentuan Pasal 156
teknologi yang digunakan ayat (4).
merupakan 2 (dua) faktor 2) Kerugian perusahaan
penting lain yang mempengaruhi sebagaimana dimaksud
tingkat produktivitas. Faktor- dalam ayat (1) harus
faktor lain seperti sikap dibuktikan dengan laporan
manajemen, cara keuangan 2 (dua) tahun
memperlakukan pekerja/buruh, terakhir yang telah diaudit
lingkungan fisik dan psikologis oleh akuntan publik.
serta aspek-aspek lain dari 3) Pengusaha dapat melakukan
budaya perusahaan juga pemutusan hubungan kerja
mempengaruhi produktivitas terhadap pekerja/buruh
pekerja/buruh.21 karena perusahaan tutup
B. Analisis Hukum Terhadap Kasus bukan karena mengalami
putusan 518 K/Pdt.Sus-PHI/2014 kerugian 2 (dua) tahun
1. Pemahaman tentang PHK berturut-turut atau bukan
karena Efisiensi karena keadaan memaksa
Melihat kasus diatas (force majeur) tetapi
bahwa penulis melihat bahwa perusahaan melakukan
pemahaman tentang Perusahaan efisiensi, dengan ketentuan
melakukan Pemutusan pekerja/buruh berhak atas
Hubungan Kerja alasan efisiensi uang pesangon sebesar 2
terdapat dua pandangan saat ini. (dua) kali ketentuan Pasal
Hal ini dapat kita lihat dalam 156 ayat (2), uang
Pasal 164 UU Nomor 13 Tahun penghargaan masa kerja
sebesar (satu) kali ketentuan
20
F. Winami dan G. Sugiyarso, Pasal 156 ayat (3) dan uang
Administrasi Gaji dan Upah, Widyatama, penggantian hak sesuai
Yogyakarta, 2006, hal.7 ketentuan Pasal 156 ayat (4).
21
Ibid, hal.8

xii
Jika dicermati kembali, perusahaan tutup, dan
penekanan harus diberikan pada secara terminologi sebab
klausul “perusahaan tutup”, tersebut menjadi dasar
karena Pasal 164 ini sebenarnya munculnya mengapa uang
mengatur alasan bagi pesangon dan
perusahaan untuk melakukan penghargaan masa kerja
PHK terhadap pekerja karena yang menjadi hak pekerja
perusahaan tutup, bukan karena hanya 1 kali ketentuan
alasan lainnya. Berikut akan Pasal 156 UUK)
coba dipenggal satu persatu d. dengan ketentuan
kalimat yang terdapat pada ayat- pekerja/buruh berhak atas
ayat di atas : uang pesangon sebesar 1
Ayat (1) (satu) kali ketentuan Pasal
a. Pengusaha dapat melakukan 156 ayat (2), uang
pemutusan hubungan kerja penghargaan masa kerja
terhadap pekerja/buruh karena sebesar 1 (satu) kali ketentuan
perusahaan tutup yang Pasal 156 ayat (3) dan uang
disebabkan perusahaan penggantian hak sesuai
mengalami kerugian secara ketentuan Pasal 156 ayat (4).
terus menerus selama 2 (dua) (hak pekerja atas PHK yang
tahun, atau keadaan memaksa dilakukan perusahaan
(force majeur), dengan ayat (3)
ketentuan pekerja/buruh a. pengusaha dapat melakukan
berhak atas uang pesangon pemutusan hubungan kerja
sebesar 1 (satu) kali ketentuan terhadap pekerja/buruh
Pasal 156 ayat (2) uang karena perusahaan tutup
penghargaan masa kerja bukan karena mengalami
sebesar 1 (satu) kali ketentuan kerugian 2 (dua) tahun
Pasal 156 ayat (3) dan uang berturut-turut atau bukan
penggantian hak sesuai karena keadaan memaksa
ketentuan Pasal 156 ayat (4). (force majeur) tetapi
(mengisyaratkan bahwa perusahaan melakukan
sebenarnya PHK dibenarkan efisiensi, dengan ketentuan
oleh UUK, namun harus pekerja/buruh berhak atas
memperhatikan syarat-syarat uang pesangon sebesar 2
atau ketentuan untuk dapat (dua) kali ketentuan Pasal
melakukan PHK tersebut). 156 ayat (2), uang
b. karena perusahaan tutup, penghargaan masa kerja
(merupakan alasan untuk sebesar (satu) kali ketentuan
melakukan PHK) Pasal 156 ayat (3) dan uang
c. yang disebabkan karena ; penggantian hak sesuai
1) perusahaan mengalami ketentuan Pasal 156 ayat (4).
kerugian secara terus (mengisyaratkan bahwa
menerus selama 2 (dua) sebenarnya PHK dibenarkan
tahun; atau oleh Undang-Undang
2) keadaan memaksa (force Ketenagakerjaan, namun
majeur) (merupakan harus memperhatikan syarat-
sebab-sebab mengapa syarat atau ketentuan untuk

xiii
dapat melakukan PHK yang terdapat pada Pasal 164 ayat
tersebut.) (1) dan (3) di atas terlihat bahwa :
b. karena perusahaan tutup a. butir b : alasan untuk
(merupakan alasan untuk melakukan PHK, yaitu
melakukan PHK) tutupnya perusahaan
c. Pengusaha dapat melakukan b. butir c : penyebab mengapa
pemutusan hubungan kerja ; perusahaan tutup, dan menjadi
1) bukan karena dasar untuk menentukan
perusahaan mengalami besarnya hak pekerja karena
kerugian secara terus terjadinya PHK
menerus selama 2 (dua) Tutupnya perusahaan
tahun; atau karena rugi dan force majeur,
2) bukan karena keadaan pesangon dan penghargaan masa
memaksa (force majeur) kerjanya hanya 1 kali ketentuan
3) tetapi perusahaan Pasal 156 Undang-undang
melakukan efisiensi Ketenagakerjaan, sedangkan
Butir 1) dan 2) bukanlah apabila tutupnya perusahaan
sebab-sebab perusahaan karena melakukan efisiensi
tutup, tetapi merupakan pesangon dan penghargaan masa
klausul pengecualian untuk kerjanya hanya 2 kali ketentuan
membedakan dengan sebab- Pasal 156 Undang-undang
sebab pada ayat (1). Yang Ketenagakerjaan.
menjadi penyebab Dengan demikian, kata
perusahaan tutup adalah butir efisiensi yang terdapat di dalam
3), yaitu untuk melakukan Pasal 164 ayat (3) Undang-
efisiensi. Dan secara undang Ketenagakerjaaan tidak
terminologi sebab tersebut dapat diartikan bahwa hal tersebut
menjadi dasar munculnya menjadi dasar perusahaan untuk
mengapa uang pesangon dan melakukan PHK terhadap pekerja
penghargaan masa kerja yang atau juga “Mengefisienkan biaya
menjadi hak pekerja menjadi tenaga kerja” dengan cara mem-
2 kali ketentuan Pasal 156 PHK pekerja yang ada. Namun
Undang-Undang harus diartikan bahwa PHK dapat
Ketenagakerjaan dilakukan perusahaan apabila
d. Dengan ketentuan perusahaan tutup, dan tutupnya
pekerja/buruh berhak atas perusahaan adalah sebagai bentuk
uang pesangon sebesar 2 efisiensi, atau dengan kata lain
(dua) kali ketentuan Pasal "Pengusaha melakukan efisiensi,
156 ayat (2), uang caranya dengan menutup
penghargaan masa kerja perusahaan". Di Pasal tersebut
sebesar 1 (satu) kali disebutkan kata "pengusaha", bisa
ketentuan Pasal 156 ayat (3), saja pengusaha memiliki suatu
dan uang penggantian hak perusahaan holding dengan
sesuai ketentuan Pasal 156 beberapa perusahaan anak.
ayat (4). (hak pekerja atas Dengan adanya suatu hal tertentu
PHK yang dilakukan pengusaha merasa harus
perusahaan) melakukan efisiensi dengan cara
Dari penggalan kedua ayat menutup salah satu perusahaan

xiv
anak. Hubungan Industrial memutus
Jika perusahaan tersebut perkara tersebut harus dengan
tutup, maka "pengusaha dapat pertimbangan bahwa Perusahaan
melakukan PHK atas tenaga tersebut tutup dengan alasan
kerjanya".22Selanjutnya jika penutupan perusahaan disebabkan
penutupan perusahaan tersebut merugi selama 2 tahun berturut-
disebabkan oleh kerugian selama turut. Maka dalam putusan
2 tahun berturut-turut atau force pemberian uang pesangon
majeur, maka diterapkan terhadap karyawan juga harus
ketentuan Pasal 164 ayat (1). mengacu pada Pasal 156 ayat (2),
Namun jika penutupan dimana kedua pekerja tersebut
perusahaan untuk kepentingan mempunyai hak yang sama
efisiensi maka diterapkan Pasal dengan 26 karyawan lainnya yaitu
164 ayat (3). sebesar 9 (sembilan) bulan upah,
karena sudah lebih dari 8 tahun
Dilihat dari kasus tersebut, masa kerja mereka.
maka seharusnya Pengadilan Putusan Pengadilan
Hubungan Industrial memutuskan Hubungan Industrial juga
perkara tersebut harus melihat memutuskan pemberian upah
alasan yang diajukan pihak lebih dari apa yang dituntut dan
pengusaha, bahwa mereka yang ada dalam ketentuan
melakukan pemutusan hubungan Undang-Undang Nomor 13
kerja dengan alasan penutupan Tahun 2003.
perusahaan yang mana usahanya 2. Besarnya Uang Pesangon yang
mereka merugi sejak tahun 2000. Seharusnya diterima oleh
Dan kedua pihak pekerja yang Pekerja Dilihat dari Kasus
mengajukan gugatan dengan Yusniari, Marthen Lempang,
alasan efisiensi. Namum seperti Dwi Yantoro dan Suryadi
yang telah kita lihat penjelasan Berdasarkan kasus
diatas maka dapat dilihat disini diatas kita banyak menemukan
bahwa pemahaman oleh kedua kesalahan dalam memeriksa,
pekerja tersebut belum mengerti mengadili dan memutus
maksud dari efisiensi. perkara tersebut khusus yang
Sedangkan dalam Pasal terlihat dalam Putusan
164 ayat (3) Pengusaha dapat Pengadilan Hubungan
melakukan pemutusan hubungan Industrial. Dalam putusan PHI
kerja terhadap pekerja/buruh memutuskan bahwa dalam
karena perusahaan tutup bukan pembayaran uang pesangon,
karena mengalami kerugian 2 PHI memutus lebih yang dari
(dua) tahun berturut-turut atau dituntut oleh penggugat
bukan karena keadaan memaksa (pekerja/buruh), yaitu masalah
(force majeur) tetapi perusahaan pembayaran uang pesangon,
melakukan efisiensi. Dan bila kita penghargaan masa kerja,
lihat dalam kasus ini maka pengobatan dan perumahan,
seharusnya pihak Pengadilan upah selama skorsing dan cuti
yang belum diambil.
22
http://boedexx.blogspot.com/20 Ultra petita dalam hukum
09/08/phk-karena-wfisiensi.html diunduh formil mengandung pengertian
pada tanggal 15 Maret 2017

xv
penjatuhan putusan atas perkara diatas maka Pemohon Kasasi
yang tidak dituntut atau lalu mengadakan musyawarah
meluluskan lebih dari pada yang kembali dengan para buruh yang
diminta. Ultra petita menurut mana begitu alot dan panjang,
I.P.M. Ranuhandoko adalah namun akhirnya tercapai
melebihi yang diminta.Ultra kesepakatan antara Pemohon
petita sendiri banyak dipelajari di Kasasi dengan pihak
bidang hukum perdata dengan buruh/ALBUM yaitu dilakukan
keberadaan peradilan perdata PHK ke 4 buruh dan pemberian
yang lebih tua berdiri sejak pesangon 1 X dan usaha
ditetapkan kekuasaan kehakiman Pemohon Kasasi tidak dilakukan
di Indonesia.23 penutupan. (merupakan jalan
keluar yang paling akhir dan
Melihat kasus yang terjadi baik) ;
Yusniari, Marthen Lempang, Dwi 4. Bahwa Para Termohon Kasasi
Yantoro dan Suryadi tersebut, tidak menerima hasil
pihak pekerja melakukan upaya musyawarah lalu melakukan
hukum yaitu kasasi ke MA. Ada perlawanan terhadap
beberapa pertimbangan yang kesepakatan tersebut ke Dinas
menarik diperhatikan dilakukan Tenaga Kerja Nusa Tenggara
oleh pihak pengusaha yaitu ; yang semata-mata hanya ingin
1. Bahwa pertimbangan PHI yang mendapat hak yang lebih dari
dalam menafsirkan pengurangan pada teman-teman yang lainnya
tersebut hanya mirip efisiensi (ke 4 buruh) tanpa
adalah pertimbangan yang memperdulikan maupun
kurang mendalam dan kurang mempertimbangkan komitmen,
luas serta sangat formil, ini rasa hormat dan solidaritas
akibat disebabkan tidak sesama buruh dan juga tidak
memperhatikan dan mau tahu dengan kondisi
mempertimbangkan sama sekali keuangan Pemohon Kasasi atau
alasan-alasan yang dikemukakan saran-saran dari Serikat Pekerja
oleh Pemohon Kasasi. ; maupun Tokoh Masyarakat
2. Bahwa dengan besarnya uang Sumbawa (lingkungan Pabrik) ;
kewajiban Pemohon Kasasi Pendapat penulis
terhadap Para Termohon Kasasi Setelah diajukannya
sangat memukul manajemen kasasi ke Mahkamah Agung
Pemohon Kasasi sebab usaha menolak tersebut dengan
Pemohon Kasasi adalah usaha pertimbangan dan alasan bahwa
padat karya (tambang minerba) tidak dapat dibenarkan bahwa
bukan padat modal sehingga alasan Judex Factienya tidak
nilai tersebut sangat membebani. salah menerapkan hukum.
3. Bahwa setelah mendapatkan Dalam kasus tersebut
saran maupun petunjuk dari sama sekali hakim dalam
beberapa pihak seperti tersebut putusannya tidak melihat alasan-
alasan dari pihak pemohon kasasi
23
Miftakhul Huda, dalam hal ini pihak Pengusaha.
http://www.miftakhulhuda.com/2009/06/ul Bahwa sejak mulanya pengusaha
tra-petita-dalam-pengujian- undang.html ingin melakukan penutupan
diunduh pada tanggal 20 Maret 2017

xvi
perusahaan, namun berdasarkan Dalam pasal 164 ayat (3)
pertimbangan pemerintah dan UU Ketenagakerjaan tersebut
adanya musywarah dengan menyatakan, “Pengusaha dapat
organisasi buruh setempat maka melakukan pemutusan hubungan
perusahaan ini dinyatakan tetap kerja terhadap pekerja/buruh
berlanjut, maka dalam hal ini karena perusahaan tutup bukan
dapat diambil kesimpulan bahwa karena mengalami kerugian 2
Perusahaan melakukan PHK (dua) tahun berturut-turut atau
bukan alasan penutupan bukan karena keadaan memaksa
melainkan pengurangan (Force Majeur), tetapi perusahaan
pekerja/buruh. melakukan efisiensi dengan
Maka dalam hal ini ketentuan pekerja/buruh berhak
seharusnya Mahkamah Agung atas pesangon sebesar 2 (dua) kali
dalam memutuskan perkara ini, ketentuan Pasal 156 ayat (2),
khususnya dalam pemberian uang uang penghargaan masa kerja
pesangon hanya 9 bulan bukan 16 sebesar 1 (satu) kali ketentuan
bulan. Pasal 156 ayat (3), dan uang
Perusahaan seharusnya tak penggantian hak sesuai ketentuan
boleh lagi melakukan PHK Pasal 15 ayat (4).” Perusahaan
terhadap pegawainya bila PHK harus memberi tahu karyawan
itu hanya berdalih embel-embel sebelum PHK dilakukan dan
demi efisiensi perusahaan. Hal ini alasan PHK. Pada perusahaan
sesuai dengan penilaian tertentu, pemberitahuan ini
Mahkamah Konstitusi yang dilakukan 30 hari sebelum PHK.
menilai bahwa pemutusan Walaupun PHK
hubungan kerja dengan dalih merupakan pilihan terakhir
reorganisasi dan efisiensi perusahaan sebagai upaya
merupakan perbuatan melawan efisiensi, seharusnya perusahaan
hukum dan bertentangan dengan menempuh dulu beberapa upaya
Putusan Mahkamah Konstitusi dalam rangka efisiensi tersebut.
No. 19/PUU-IX/2011 yang Upaya-upaya tersebut termaktub
membatalkan bunyi Pasal 164 dalam putusan MK, seperti
ayat (3) Undang-Undang Nomor diantaranya mengurangi upah dan
13 Tahun 2013 tentang fasilitas pekerja tingkat atas,
Ketenagakerjaan. mengurangi shift, mengurangi
Mahkamah Konstitusi jam kerja, meliburkan atau
memutuskan perkara pasal 164 merumahkan pekerja/buruh
ayat (3) UU Nomor 13 Tahun secara bergilir untuk sementara
2003 tentang Ketenagakerjaan waktu, dan lain-lain.
yang mengatur seputar Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Dalam A. Kesimpulan
putusannya, MK menyatakan 1. Penyelesaian Pemutusan
bahwa PHK hanya sah dilakukan Hubungan Kerja dengan alasan
setelah perusahaan tutup secara tidak diatur Undang-Undang
permanen dan sebelumnya Nomor 2 Tahun 2004 tentang
perusahaan melakukan sejumlah Penyelesaian Perselisihan
langkah terlebih dahulu dalam Hubungan Industrial, hanya
rangka efisiensi. diatur penyelesaian perselisihan

xvii
PHK secara umum. Pada Pasal 156 ayat (2) Undang-
asasnya penyelesaian PHK Undang Nomor 13 Tahun 2003.
khususnya PHK dengan alasan
efisiensi terlebih dahulu DAFTAR PUSTAKA
diselesaikan melalui proses
musyawarah untuk mufakat Abdul Khakim, Pengantar Hukum
antara kedua belah pihak tanpa Ketenagakerjaan Indonesia
campur tangan pihak ketiga Berdasarkan Undang-Undang
(tripartie), jika gagal dilanjutkan Nomor 13 Tahun 2003, PT. Citra
dengan cara mediasi. Untuk Aditya Bakti, Bandung, 2003
selanjutnya proses dilanjutkan Abdulkadir Muhammad, Hukum dan
melalui mediasi. Apablia Penelitian Hukum, PT. Citra
penyelesaian bipartie dan Adiyta Bakti, Bandung, 2004
mediasi juga gagal maka akan _____________, Hukum Perusahaan
dilanjukan konsoliasi. Jika Indonesia. PT. Citra Aditya
dalam hal ini juga tidak Bakti, Bandung, 2002
menemukan hasil, maka Agusmidah, Dinamika dan Kajian
prosesnya akan dilanjutkan Teori Hukum Ketenagakerjaan
dengan melalui proses litigasi. Indonesia, Ghalia Indonesia,
2. Perlindungan hukum hak-hak Bogor, 2010
pekerja/buruh sebaga Aloewic Tjepi F. Naskah Akademis
kompensasi PHK, harus dibayar Tentang Pemutusan Hubungan
oleh pengusaha berdasarkan Kerja dan Penyelesaian
jenis dari PHK yang terjadi pada Perselisihan Industrial. cetakan
pekerja/buruh yang sebelas. BPHN, Jakarta, 1996
bersangkutan. Jika kita melihat Chatamarrasjid, Menyikapi Tabir
kasus pada Keputusan MA Perseroan Terbatas (Piercing
Nomor 27 K/PHI/2006. Bahwa The Corporate Veil) Kapita
telah terjadi pemutusan Selekta Hukum Perusahaan,
hubungan kerja di PT Citra Aditya, Bandung, 2000
Newmount Nusa Tenggara F.X Djumadi dan Widodo Soejono,
dimana dalam putusan Perjanjian Kerja, Edisi Revisi,
Pengadilan Hubungan Industrial Sinar Grafika, Jakarta, 2003
maupun dalam putusan Flippo,E.B, Personnel Management.5th
Mahkamah Agung, memberikan edition.McGraw-Hill
putusan yang tidak sesuai 90 International Book Company,
dengan ketentuan berlaku. Sydney, 1984.
Dimana Hakim Agung Hartono, Judiantoro, Segi Hukum
memberikan putusan uang Penyelesaian Perselisihan
pesangon sebanyak dua kali Perburuhan, Rajawali Pers,
lipat yang mana itu hanya Jakarta, 1992
berlaku bagi pekrja/buruh yang I.G Rai Widjaya, Hukum Perusahaan
di PHK diakibatkan Perusahaan Perseroan Terbatas, Kesaint
tutup dengan alasan efisiensi. Blanc, Jakarta, 2006
Namun pada kenyataannya __________, Hukum Perusahaan dan
perusahaan itu tidak tutup, maka Undang-Undang dan Peraturan
seharusnya pembayaran uang Pelaksanaan di Bidang Usaha.
pesangon itu mengacu pada KBI, Jakarta, 2000

xviii
__________, Hukum Perburuhan Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja Hukum
Bidang Hubungan Kerja, Ketenagakerjaan Bidang
Djambatan, Jakarta, 1987 Hubungan Kerja, Rajagrafindo
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Persada, Jakarta, 2007
Bidang Hubungan Kerja, Zainal Asikin,dkk, Dasar-Dasar
Djambatan, Jakarta, 1987 Hukum Perburuhan, PT
Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan RajaGrafindo Persada, Jakarta,
Indonesia, PT RajaGrafindo 1993
Persada, Jakarta, 2010
Manulang, Pokok-Pokok Hukum
Ketenagakerjaan di Indonesia,
Rineka Cipta, Jakarta, 1988
Mutiara S. Panggabean, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Ghalia
Indah, Bogor Selatan, 2004
Ridwan Halim, Hukum Perburuhan
Dalam Tanya Jawab, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1990
Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok
Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 1988
Soedjono Dirjosisworo,
HukumPerusahaan Mengenai
Bentuk-bentuk Perusahaan
(badan usaha) di Indonesia,
Mandar Maju, Bandung, 1997
Sudikno Mertokusumo, Mengenal
Hukum Sebagai Suatu
Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
1999
Sutantyo R. Hadikusuma dan
Sumantoro, Pengertian Pokok
Hukum Perusahaan, Bentuk-
Bentuk Perusahaan yang
Berlaku di Indonesia, Rajawali
Pers, Jakarta, 1991
Suwatno, Manajemen Sumber Daya
Manusia dalam Organisasi
public dan bisnis, Alfabeta,
Bandung, 2012
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan,
Griya Media, Salatiga, 2011
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip
dan Pelaksanaannya di
Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005

xix

Anda mungkin juga menyukai