Anda di halaman 1dari 7

Mata kuliah : Hukum perburuhan

Dosen : Ir. Siti Kusumawati Azhari SH,MT.


Hari & tanggal : selasa, 19 oktober 2021 – 21 oktober 2021

SOAL
1. Jelaskan pengertian hukum perburuhan menurut salah seorang tokoh, berilah
komentar anda apakah pengertian tersebut sesuai atau tidak ?
2. Mengapa masih digunakan istilah Buruh, bukan karyawan atau pekerja ?
3. Jelaskan pengertian kesehatan dan keselamatam kerja? Dan menurut anda mengapa
perusahaan perlu menetapkan aturan dan standar keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja?
4. Dengan keluarnya Undang-undang cipta kerja, Nomor 11 tahun 2020 telah
menimbulkan pro dan kontra di kalangan pekerja/ buruh dan pengusaha. Pernyataan
dari pihak buruh, dengan keluarnya Undang-undang tersebut ini lebih membantu
kepentingan pengusaha, sedangkan dari pihak pengusaha, menyatakan Undang-undang
Ketenagakerjaan ini lebih mendominasi kepentingan buruh. Jelaskan dua hal yang
menguntungkan dan yang merugikan bagi pihak pekerja/buruh menurut anda ?
5. Di dalam UU Cipta Kerja ada perubahan mengenai pasal pemutusan hubungan kerja
(PHK) yaitu di dalam pasal 154A mengenai PHK yang diperbolehkan, dalam ayat b
pasal tersebut menyebutkan “perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan
perusahaan atau tidak diikuti dengan penutupan perusahaan yang disebabkan
perusahaan mengalami kerugian”, menurut anda apakah PHK dengan alasan efisiensi
ini tepat di masukan kedalam UU cipta kerja? jelaskan!
6. Pak Bahru bekerja di PT Usaha sebagai pegawai tetap, selama 16 tahun. Bulan maret
tahun 2020 dia di PHK oleh perusahaan tersebut. Pak Bahru punya seorang isteri dan 2
orang anak, sebagai perusahaan bonafide, PT Usaha tiap tahun memberikan
fasilitas kepada semua karyawan tetap, satu stel baju seragam, cuti tahunan, biaya
perjalanan, dan perumahan, hitung pesangon yang harus dikeluarkan oleh PT Usaha
Sukses untuk Pak Bahrun ? (tidak perlu di rinci besaran jumlah nya hanya
disebutkan pesangon nya apa saja yang didapat)
Note:
- Jawaban diketik dan di kumpulkan dalam format PDF
- Nama file NIM_Nama Mahasiswa
- Untuk jawaban uts yang mengharuskan jawaban berupa komentar atau pendapat pribadi
diharapkan jawaban adalah hasil analisis dan ditarik kesimpulan oleh sendiri jangan
copy paste dari internet
- Boleh mengambil referensi tetapi tetap harus memberikan pendapat sendiri terhadap
jawaban UTS
- Jika tidak ada analisis atau pendapat pribadi dalam jawaban UTS maka akan
berpengaruh besar kepada nilai UTS
- UTS ini di kumpulkan pada hari kamis tanggal 21 oktober 2021 paling lambat jam
18.00wib dan di kumpulkan di edunex

----------------------------------------------- Terima kasih -----------------------------------------------


------------------------------------------ Selamat mengerjakan -----------------------------------------
Lembar Jawaban UTS
KU4172 Hukum Perburuan
Nama : Muhammad Alvan Atthoriq
NIM : 10518032
Kelas : 1

1. Menurut Iman Soepomo, Hukum Perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis
maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan suatu kejadian yaitu seseorang bekerja pada
orang lain dengan menerima upah. Bagi saya pengertian dari bapak Iman Soepomo sudah
cukup mendekati dengan pengertian hukum perburuan yang saya ketahui yakni merupakan
hukum tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur segala hubungan kerja antara yang
memberi upah dan yang diberi upah, jika dalam negara Indonesia harus sesuai dengan UU
Cipta Kerja.

2. Istilah buruh yang masih digunakan bukan karyawan atau pekerja itu dikarenakan ketiga
kalimat tersebut memiliki arti yang sama. Berdasarakan KBBI daring, ketiga kata tersebut
memiliki arti orang yang bekerja untuk orang lain/Lembaga dengan mendapatkan upah.
Namun di masyarakat ke-3 kata tersebut memiliki konotasi yang sangat berbeda dan selalu
dikaitkan dengan status sosial pekerjaan. Buruh selalu dikaitkan dengan pekerja kasaraan
yang memiliki upah rendah sedangkan pekerja atau karyawan merupakan pekerja dengan
upah yag lebih tinggi dan cenderung lebih memakai otak dalam pekerjaannya. Padahal
semua kata itu memiliki makna yang sama saja.

Tren buruh memiliki konotasi yang cukup buruk karena sangat identik dengan rezim orde
lama dan cukup dikhawatirkan pada rezim orde baru yang lebih menyukai istilah pekerja
(untuk melupakan istilah buruh) sehingga terjadi pergantian nama yang lebih tren saat itu
menjadi tenaga kerja. Hal ini terjadi dikarenakan buruh dianggap bernuansa politis dan
memiliki allergitas yang tiggi dengan pemerintah serta dikonotasikan untuk para pekerja
kasar. Perbedaan ini pada akhirnya berdampak pada dinamika pembangunan serikat buruh
di Indonesia, para buruh mulai enggan menyebut dirinya buruh sehingga pada akhirnya
istilah pekerja dan karyawan tanpa disadari menjadi sangat dominan. Penggunaan istilah-
istilah buruh, pekerja, dan karyawan tidak lain merupakan salah satu agenda politik untuk
memecah persatuan buruh di Indonesia.

3. K3 Menurut Filosofi Mangkunegara, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani
tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.

Pengertian K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua
Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
(PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan
kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di
tempat kerja.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa K3 hadir untuk


menjadi syarat minimal agar lingkungan kerja dapat dikatakan aman untuk dilakukan
pekerjaan di dalamnya. Sangat penting bagi perusahaan menetapkan aturan dan regulasi
K3, selain untuk meminimalisir kecelakaan pada tempat kerja juga untuk meningkatkan
efektivitas produksi pada tempat kerja. Ketika terjadi sebuah kecelakaan kerja, itu akan
berdampak pada reputasi dan pengeluaran untuk biaya perbaikan yang tentunya tidak
sedikit sehingga aka sangat merugikan perusahaan. Selain itu juga kecelakaan yang terjjadi
di tempat kerja akan berdampak pada kondisi psikologi pekerja yang bekerja di perusahaan
itu karena pernah terbukti bahwa ada kasus kelalayan pada keselamatan kerja hal ini tentu
akan sangat merugikan perusahaan karena dapat menurunkan efektifitas serta efisiensi
produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.

4. Disahkannya UU Cipta kerja atau undang-undang no 11 tahun 2020 ini menimpulkan


banyak kegaduhan dimana-mana, pasalnya undang-undang yag memuat 1187 halaman ini
memiliki banyak polemic di dalamnya mulai dari jumlah halaman yag berubah-ubah, isi
yang berubah-ubah, banyaknya kesalahan ketik dan kesalahan rujukan pasal. Belum
berbicara soal koten yang ada dalam UU Cipta Kerja ini, dalam hal administrasinya sudah
sangat berantakan shingga terkesan tergesa-gesa, namun pada akhirnya pun tetap disah kan
oleh presiden meskipun telah mengalami penolakan yang cukup kerasa dari banyak pihak
sipil.

Selain itu, setelah disahkan pun masih banyak pro dan kontra terhadap konten yang ada di
dalam UU ini karena dianggap merugikan beberapa pihak terutama buruh. Berikut
beberapa keuntungan dan kerugian yang didapatkan oleh buruh dengan disahkannya UU
Cipta Kerja ini:
Keuntungan :

a. Memberikan kepastian bonus, pada UU Ciptaker ini uang kompensasi pesangon bagi
pekerja kontrak juga telah diatur jadi tidak hanya yang memiliki status sebagai
karyawan tetap seperti yang diatur pada UU no 13 tahun 2003. Selain itu di UU
Ciptaker ini juga karyawan yang masa kerjanya menjapai 3-6 tahun itu berhak
mendapatkan uang penghargaan yang berkelipatan 3 tahun yang pada UU no 13 tahun
2003 juga tidak diatur hal seperti ini.

b. Diaturnya jaminan kehilangan pekerjaan, pada UU Ciptaker ini diadakan jaminan


kehilangan pekerjaan akibat PHK yang akan diberikan pelatihan khusus untuk
meningkatkan keterampilan para buruh melalui BPJS ketenagakerjaan.

Kerugian :

a. Menghapus aturan pesangon, UU Ciptaker menghapus setidaknya 5 pasal mengenai


pemberian pesangon pada buruh. Pertama adalah pasal 81 poin 51 UU Ciptaker
menghapus ketentuan pasal 162 UU ketenagakerjaan soal uang pesangon yang
diberikan bagi pekerja yang mengundurkan diri. Kedua, pasal 81 poin 52 UU Ciptaker
menghapus pasal 163 UU ketenagakerjaan tentang uang pesangon apabila terjadi
perubahan stasus, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikian perusahaan.
Ketiga pasal 81 poin 54 UU Ciptaker menghapus pasal 165 UU ketenagakerjaan
tentntang uang pesangon pada perusahaan yang pailit. Ketiga pasal 81 poin 53 UU
Ciptaker menghapus pasal 164 UU ketenagakerjaan tentang uang pesangon apabila
perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 tahun atau keadaan
memaksa. Kelima, pasal 81 poin 55 UU ciptaker menghapus pasal 166 UU ketenaga
kerjaan tentang uang pesangon kepada ahli waris apabila pekerja atau buruh meninggal
dunia.
b. Menghilangkan hakk cuti panjang dan hak upah, pada pasal 81 poin 79 UU ciptaker
menghapus ketentuan cuti panjang yaitu 1 bulan pada tahun ke-7 dan 1 bulan pada
tahun ke-8 yang ditetapkan pada UU ketenaga kerjaan pasal 79 ayat 4 huruf D. Selain
itu pada pasal 81 poin 88 UU Ciptaker menyatakan bahwa buruh yang menggunakan
waktu istirahatnya untuk bekerja tidak akan diberikan upah.

Dapat dilihat dari perbandingan kedua keuntungan dan kerugian tersebut bahwa memang
ada yang ditawarkan oleh UU ciptaker ini namun harus mengorbankan banyak hal dalam
satu konteks, tentu hal ini menjadi sangat manipulatif, sehingga menurut saya keuntungan
yang dikatakan pemerintah terkait dengan adanya UU Ciptaker ini tidak dapat dikatakan
sebuah keuntungan karena hanya menjadi taameng atas dihapusnya hak-hak buruh yang
lain pada konteks yang sama.

5. Tidak cukup tepat untuk dimasukkan dalam UU cipta kerja ini karena besaran pesangon
akibat PHK yang diberikan dengan alasan efisiensi sesuai dengan UU ketenagakerjaan
memiliki nominal yang lebih besar jika dibandingkan dengan UU cipta kerja. UU Cipta
kerja membagi PHK dengan alsan efisiensi menjadi 2 jenis :
a. Merugi
Efisiensi karena kerugian yang dialami perusahaan, buruh berhak menerima uang
pesangon sebesar setengah dari masa penghargaan masa kerja yang diatur pada pasal
40 ayat 2, uang oenghargaan masa kerja 1 kali sesuai dengal pasal 40 ayat , dan uang
pergantian hak sesuai dengan ketentuan pasal 40 ayat 4..
b. Mencegah terjadinya kerugian
Efisiensi untuk mencegah terjadinya kerugian ini nantinya buruh yang mengalami PHK
dengan alasan ini akan mendapatkan uang pesangon sebesar 1 kali sesuai dengan pasal
40 ayat 2, uang penghargaan masa kerja 1 kali sesuai pasal 40 ayat 3 dan uang
pergantian hak sesuai dengan pasal 40 ayat 4.

Melalui UU Ciptaker ini juga pemutusan akibat efisiensi ini dapat dibilang sangat mudah
ketimbang dengan UU ketenagakerjaan sebelumnya karena tanpa melalui penetapan di
pengadilan hubungan industrial.

6. Berdasarkan pasal 156 UU Cipta kerja, Pak Bahru berhak mendapatkan uang pesangon
sebanyak 9 bulan upah karena telah menjadi pegawai tetap selama 16 tahun yang masuk
pada poin 1 dengan ketentuan masa kerja 8 tahun atau lebih berhak mendapatkan 9 bulan
upah.

Dengan detail yang diatur oleh PP no.35 tahun 2021 pasal 40 ayat 1 yang menyatakan
pengusaha wajib membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja, serta
uang penggantian hak yang seharusnya diterima kepada pekerja yang mengalami PHK.
Sehingga pak Bahru juga akan mendapat uang penghargaan atas masa kerjanya (UPMK)
sebanyak 6 bulan upah sesuai dengan PP no 35 tahun 2021 pasal 40 ayat 3 huruf e yakni
pada masa kerja 15 tahun -18 tahun, berhak mendapat 6 bulan upah.

Selain itu untuk uang pergantian hak (UPH) yang seharusnya diterima sesuai dengan PP
No 35 tahun 2021 pasal 40 ayat 4 dengan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Membayar cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur

b. Membayar biaya ongkos pulang untuk buruh dan keluarganya ke tempat bekerja

c. Membayar hal-hal lain yang ditetapkan pada perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama yang pada soal ini adalah perlengkapan 1 baju seragam
dan perumahan

Dikarenakann Pa Bahrun hanya karyawan swasta, maka istri dan anak tidak mendapatkan
uang pesangon.

Anda mungkin juga menyukai