Anda di halaman 1dari 12

KETENTUAN SANKSI DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan


Dosen Pengampu: Mar’atul Fitria, S.H.,M.H

Oleh: Kelompok 7

1. Yunika Cahaya (203070013)


2. Nur Reski (203070016)
3. Sitti Nur Magfira S. (203070022)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
TAHUN AKADEMIK 2022/202
KATA PENGANTAR

Bismilahirahmanirrahim
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Alhamdulillahirrabil‟alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
Subhanahu Wa Ta‟Ala yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis
dapatmenyelesaikan makalah dengan judul ”Ketentuan Sanksi dalam Hukum
Ketenagakerjaan” dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alahi Wassalam yang selalu
menjadi suri tauladan bagi umatnya. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada Ibu Mar’atul Fitria, S.H.,M.H dosen mata kuliah Pembelajaran Hukum
Ketenagakerjaan.

Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Hukum Ketenagakerjaan adalah sebagai bacaan alternatif bagi
para pembaca agar dapat lebih memahami tentang ketentuan sanksi dalam
hukum ketenagakerjaan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca dibutuhkan agar penyusunan makalah selanjutnya lebih
baik lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Palu, 14 Desember 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI
Sampul............................................................................................................. i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sanksi Administrasi ............................................................................. 3
B. Sanksi Pidana ....................................................................................... 4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengaturan Hukum ketenagakerjaan di Indonesia terdapat di dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal yang
diatur dalam Hukum ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah kerja. Tujuan
terbentuknya hukum ketenagakerjaan ini adalah memberdayakan dan
mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan
kesejeahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Tidak hanya itu saja, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan
antara tenaga kerja dengan pengusaha yang terjadi karena adanya perjanjian
kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Di dalam menjalankan aktivitas
perusahaan, maka pengusaha mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak dari
setiap pekerja. Hak pekerja tersebut diantaranya berbentuk hak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar apapun, hak
untuk mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk beribadah menurut agama
dan kepercayaannya, hak untuk mendapatkan upa atau penghasilan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia, hak untuk mendapatkan perlindungan,
kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Oleh sebab itu, pengusaha diingatkan untuk sadar akan adanya hak dan
kewajiban yang timbul dari perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh. Telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan terkait sanksi yang dapat dikenakan dalam hal
ketidaktaatan pengusaha akan hak dan kewajiban menurut undang-undang.
Pada dasarnya terdapat dua macam sanksi yang terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yakni berupa sanksi
administratif dan sanksi pidana

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan sanksi dalam Hukum Ketenagakerjaan?
2. Sanksi pidana apakah yang diberlakukan dalam penegakan Hukum
Ketenagakerjaan?
3. Bagaimana sanksi administrasi dalam penegakan Hukum
Ketenagakerjaan?

C. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan, juga agar kami khususnya dan semua
mahasiswa pada umumnya mampu memahami tentang ketentuan sanksi dalam
Hukum Ketenagakerjaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Bentuk bentuk sanksi menurut UU Ketenagakerjaan diatur di dalam UU


Nomor 13 Tahun 2003 dan mengatur mengenai masalah ketenagakerjaan. Hal yang
diatur di dalam hukum Ketenagakerjaan merupakan berbagai macam hal yang
berkaitan dengan tenaga kerja. Hukum Ketenagakerjaan ini berkaitan mengenai
sebelum, selama serta sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya hukum ini ialah
memberdayakan serta mendayaguna tenaga kerja dengan optimal serta manusiawi.
Selain itu UU ini juga digunakan untuk pemerataan kesempatan kerja serta
penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan social. Terakhir,
hukum ini juga digunakan untuk memberikan perlindungan pada tenaga kerja.
Selain itu juga untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Dengan adanya UU Ketenagakerjaan diharapkan tidak ada lagi sanksi denda
ke karyawan dengan nilai yang tidak masuk akal. Bila perusahaan melanggar
peraturan, terdapat 2 sanksi menurut UU Ketenagakerjaan yang akan diberikan
pada perusahaan.

A. Sanksi Administratif
Sanksi administratif ini bisa dilihat dalam beberapa pasal dalam Undang
Undang Nomor 13 tahun 2003 mengenai UU Ketenagakerjaan. Sanksi
administratif yang dimaksudkan adalah teguran, memberikan batasan
kegiatan usaha.
Selain itu, juga memberikan peringatan tertulis, membekukan kegiatan
usaha, pembatalan pendaftaran, pembatalan persetujuan. Sanksi administratif
juga bisa berupa pencabutan izin dan penghentian sementara alat produksi.
Sanksi administratif diberikan dalam hal pelanggaran atas hal:
a. diskriminasi dalam memperoleh pekerjaan (Pasal 5);
b. diskriminasi dalam bekerja (Pasal 6);
c. tidak terpenuhinya persyaratan penyelenggaraan pelatihan kerja
(Pasal 15);

3
d. pemagangan di luar wilayah indonesia tidak sesuai aturan (Pasal
25);
e. pemungutan biaya penempatan tenaga kerja tak sesuai aturan
(Pasal 38 ayat (2));
f. pemberi kerja tenaga kerja asing tak sesuai aturan (Pasal 45 ayat
(1);
g. pemberi kerja tidak membayar kompensasi kepada tenaga kerja
asing (Pasal 47 ayat (1);
h. pemberi kerja tidak memulangkan tenaga kerja asing setelah masa
kerja berakhir (Pasal 48);
i. perusahaan tidak menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan (Pasal 87);
j. perusahaan tidak membentuk lembaga kerja sama bipartit sesuai
aturan (Pasal 106);
k. pengusaha tidak mencetak dan membagikan naskah perjanjian
kerja bersama kepada setiap pekerja atas biaya perusahaan (Pasal
126 ayat (3);
l. pengusaha tidak memberikan bantuan kepada tanggungan pekerja
yang ditangkap bukan atas dasar aduan pengusaha (Pasal 160 ayat
(1) dan (2).

B. Sanksi Pidana
Selain memberikan sanksi administratif ada juga sanksi pidana. Sanksi
pidana ini bisa dikenakan untuk pengusaha yang melakukan pelanggaran
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan.
Bentuk pidana yang diberikan bermacam-macam, yakni denda,
kurungan, dan penjara. Sanksi pidana penjara 2-5 tahun dan/atau denda
Rp200-500 juta diberikan kepada orang yang mempekerjakan atau melibatkan
anak dalam pekerjaan.

4
Sanksi pidana penjara 1-5 tahun dan/atau denda Rp100-500 juta
diberikan kepada pengusaha yang tidak mengikutsertakan karyawan
perusahaannya di dalam program pensiun.
Sanksi pidana penjara 1-4 tahun dan/atau denda Rp100-400 juta
diberikan kepada pihak yang melanggar ketentuan pada:
a. mempekerjakan tenaga kerja asing tak sesuai aturan (Pasal 42 ayat
(1) dan (2));
b. mempekerjakan anak (Pasal 68);
c. mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan tak sesuai persyaratan
(Pasal 69 ayat (2));
d. tidak memberikan kesempatan ibadah bagi pekerja (Pasal 80);
e. tidak memberikan istirahat yang berhak pagi pekerja yang ingin
melahirkan (Pasal 82);
f. membayar upah lebih rendah dari upah minimum (Pasal 90 ayat
(1));
g. menghalangi hak mogok kerja pegawai (Pasal 143 ayat (1));
h. dan tidak mempekerjakan pekerja kembali setelah terbukti tak
bersalah atau memberikan hak atas pemutusan hubungan kerja
(Pasal 160 ayat (4) dan (7)).
Sanksi pidana penjara satu bulan sampai empat tahun dan/atau denda
Rp10-400 juta dalam hal melanggar ketentuan pada:
a. tenaga kerja tidak diberikan perlindungan oleh pelaksana
penempatan kerja atau pemberi kerja (Pasal 35 ayat (2) dan (3));
b. tidak memberikan upah kepada pekerja dalam hal yang diatur
dalam Pasal 93 ayat (2); dan
Sanksi pidana kurungan satu sampai dua belas bulan dan/atau denda Rp
10 juta sampai Rp 100 juta dalam hal melanggar ketentuan pada:
a. lembaga penempatan tenaga kerja swasta tidak memiliki izin
(Pasal 37 ayat (2));
b. pemberi kerja tenaga kerja asing tidak menaati ketentuan (Pasal 44
ayat (1));

5
c. pemberi kerja tenaga kerja asing tidak melaksanakan kewajiban
sesuai aturan (Pasal 45 ayat (1));
d. pengusaha tidak memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
cacat (Pasal 67 ayat (1));
e. pengusaha yang mau mempekerjakan anak tidak memenuhi syarat
(Pasal 71 ayat (2));
f. pengusaha melanggar ketentuan mempekerjakan perempuan
(Pasal 76);
g. pengusaha tidak membayar upah lembur sesuai ketentuan (Pasal
78 ayat (2) dan Pasal 85 ayat (3));
h. pengusaha tidak memberikan waktu istirahat atau cuti sesuai
ketentuan (Pasal 79 ayat (1) dan (2)); dan
i. pengusaha melakukan larangan yang diatur undang-undang terkait
mogok kerja (Pasal 144)
Sanksi pidana kurungan satu sampai dua belas bulan dan/atau denda Rp
10 juta sampai Rp 100 juta dalam hal melanggar ketentuan pada:
a. lembaga pelatihan kerja swasta tidak terdaftar (Pasal 14 ayat (2));
b. lembaga penempatan tenaga kerja swasta memungut biaya tidak
sesuai ketentuan (Pasal 38 ayat (2));
c. pengusaha tidak membuat surat pengangkatan dalam hal
perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan (Pasal 63
ayat (1));
d. pengusaha yang mau mempekerjakan pekerja melebihi waktu
kerja tidak memenuhi syarat (Pasal 78 ayat (1));
e. pengusaha yang memiliki pekerja sekurang-kurangnya sepuluh
orang tidak memiliki peraturan perusahaan setelah disahkan
menteri atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 108 ayat (1));
f. peraturan perusahaan tidak diperbaharui setelah jangka waktu dua
tahun (Pasal 111 ayat (3));

6
g. pengusaha tidak memberitahukan atau menjelaskan isi serta
memberikan naskah peraturan perusahaan atau perubahannya
kepada pekerja (Pasal 114); dan
h. pengusaha tidak memberitahukan secara tertulis kepada pekerja
dan/atau serikat pekerja, serta instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan setempat sekurang-kurangnya tujuh hari
kerja sebelum penutupan perusahaan (Pasal 148).

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat dua macam sanksi yang terdapat dalam Undang- Undang
Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yakni berupa sanksi
administratif dan sanksi pidana. Yang pertama adalah sanksi administratif,
sanksi administratif yang dimaksudkan adalah teguran, memberikan batasan
kegiatan usaha.Selain itu, juga memberikan peringatan tertulis, membekukan
kegiatan usaha, pembatalan pendaftaran, pembatalan persetujuan. Sanksi
administratif juga bisa berupa pencabutan izin dan penghentian sementara alat
produksi.
Selain memberikan sanksi administratif ada juga sanksi pidana. Sanksi
pidana ini bisa dikenakan untuk pengusaha yang melakukan pelanggaran
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan. Bentuk
pidana yang diberikan bermacam-macam, yakni denda, kurungan, dan
penjara.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Olehkarena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA
Hibatullah, Thareq Akmal. 2019. “Sanksi di UU Ketenagakerjaan yang Wajib
Diketahui oleh Pengusaha”, https://smartlegal.id/galeri-
hukum/lainnya/2019/02/27/sanksi-uu-ketenagakerjaan/, diakses pada 14
Desember 2022 pukul 17.59.
Yuridis, Tim. 2020. “Bentuk-Bentuk Sanksi Yang Wajib Di Ketahui Pengusaha
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan”, https://yuridis.id/bentuk-bentuk-sanksi-yang-wajib-di-
ketahui-pengusaha-menurut-undang-undang-nomor-13-tahun-2003-tentang-
ketenagakerjaan/, diakses pada 4 Desember 2022 pukul 20.25.

Anda mungkin juga menyukai