Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KETENAGAKERJAAN

Oleh:
Mosa Elsada 31210010

D-IV MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
"Ketenagakerjaan". Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, karya tulis ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca
serta bagi penulis sendiri. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bhre Diansyah
S.Tr.Kes., M.KM pada kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja. yang sudah mempercayakan
tugas ini kepada penulis, sehingga sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan
pada bidang studi yang sedang ditekuni. Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari
jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.

Penulis

Malang, 4 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
BAB II ISI .................................................................................................................................. 6
2.1. Latar Belakang Perusahaan ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.2. Kebutuhan APD dan Fungsinya ................................ Error! Bookmark not defined.
2.3. Bahaya Kesehatan Dalam Bidang Konstruksi .......... Error! Bookmark not defined.
2.4. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja ........................... Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 13
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor yang sangat vital dalam


pembangunan suatu negara. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi
terbesar di dunia, memiliki pasar tenaga kerja yang sangat dinamis dan kompleks.
Namun, dalam menghadapi dinamika ini, seringkali timbul berbagai masalah dan
permasalahan yang berkaitan dengan perundangan ketenagakerjaan, pemutusan
hubungan kerja, pembinaan, pengawasan, penyidikan, serta ketentuan pidana dan sanksi
administrasi. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang sejumlah aspek kunci dalam ketenagakerjaan di Indonesia.
1. Perundangan Ketenagakerjaan: Peraturan-peraturan ketenagakerjaan di
Indonesia telah mengalami sejumlah perubahan seiring waktu. Pemahaman yang
mendalam tentang perundangan ini sangat penting karena berdampak langsung
pada hak dan kewajiban pekerja serta pengusaha. Dalam makalah ini, kami akan
mengulas perundangan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia, termasuk
Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan pelaksanaannya.
2. Pemutusan Hubungan Kerja: Salah satu isu yang sering muncul dalam
ketenagakerjaan adalah pemutusan hubungan kerja. Ini melibatkan berbagai
pertimbangan, seperti alasan yang sah, prosedur yang benar, dan hak-hak pekerja
yang terkait. Makalah ini akan membahas berbagai aspek pemutusan hubungan
kerja, termasuk jenis-jenisnya, persyaratan, dan tata cara yang harus diikuti.
3. Pembinaan dan Pengawasan: Pembinaan dan pengawasan merupakan bagian
integral dalam menjaga kesejahteraan pekerja dan menjalankan bisnis yang adil.
Kami akan mengulas peran pemerintah dan badan terkait dalam pembinaan dan
pengawasan ketenagakerjaan, serta berbagai inisiatif yang dilakukan untuk
meningkatkan kondisi kerja di Indonesia.
4. Penyidikan dan Penegakan Hukum: Dalam konteks ketenagakerjaan, penyidikan
terkait pelanggaran hukum seringkali diperlukan. Makalah ini akan membahas
bagaimana proses penyidikan dalam kasus pelanggaran ketenagakerjaan
dijalankan, serta peran lembaga-lembaga seperti Kementerian Ketenagakerjaan
dan Badan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (BPHI).

4
5. Ketentuan Pidana dan Sanksi Administrasi: Dalam rangka menjaga disiplin dan
memastikan kepatuhan terhadap perundangan ketenagakerjaan, sanksi
administrasi dan ketentuan pidana dapat diberlakukan. Makalah ini akan
membahas berbagai sanksi administrasi yang mungkin diberikan kepada
pengusaha yang melanggar aturan ketenagakerjaan, serta ketentuan pidana yang
berlaku dalam kasus-kasus serius.
Mengingat pentingnya topik ketenagakerjaan dalam konteks pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan sosial, pemahaman yang komprehensif tentang aspek-aspek
yang telah disebutkan di atas sangat penting. Makalah ini diharapkan dapat memberikan
wawasan yang lebih baik tentang perundangan ketenagakerjaan di Indonesia dan cara-
cara untuk meningkatkan perlindungan hak-hak pekerja, menjaga keseimbangan antara
pekerja dan pengusaha, serta mempromosikan ketertiban dalam dunia kerja.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perundangan ketenagakerjaan di Indonesia mengatur hak dan kewajiban


pekerja serta pengusaha?
2. Apa saja jenis-jenis pemutusan hubungan kerja yang diatur dalam perundangan
ketenagakerjaan, dan bagaimana tata cara serta persyaratan pemutusan hubungan
kerja yang sah?
3. Bagaimana peran pemerintah dan lembaga terkait dalam pembinaan dan pengawasan
kondisi kerja di Indonesia, serta upaya apa yang telah dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan pekerja?
4. Bagaimana proses penyidikan pelanggaran ketenagakerjaan dijalankan, dan apa peran
lembaga-lembaga seperti Kementerian Ketenagakerjaan dan Badan Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (BPHI) dalam menangani kasus-kasus tersebut?
5. Bagaimana ketentuan pidana dan sanksi administrasi diterapkan dalam konteks
pelanggaran perundangan ketenagakerjaan, serta apa dampaknya terhadap pelaku
pelanggaran dan sistem ketenagakerjaan secara keseluruhan?

5
BAB II
ISI

2.1. Peraturan Perundangan Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan secara umum merujuk pada seluruh aspek yang terkait dengan
tenaga kerja atau pekerja dalam suatu negara atau organisasi. Ini mencakup aspek-aspek
seperti perekrutan, pengelolaan, hak dan kewajiban pekerja, hubungan industrial,
peraturan ketenagakerjaan, pelatihan, pemutusan hubungan kerja, dan aspek-aspek lain
yang berkaitan dengan tenaga kerja dalam lingkungan kerja tertentu. Ketenagakerjaan
adalah bidang penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara, dan
peraturan ketenagakerjaan sering digunakan untuk melindungi hak-hak pekerja dan
menjaga keseimbangan antara pekerja dan pengusaha.
Perundangan ketenagakerjaan sendiri telah diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dalam peraturan perundang-
undangan tersebut telah mencakup seluruh aspek mulai dari perencanaan ketenagakerjaan
hingga tindak pidana dan sanksi administratif. Tujuan dibuatnya perundangan tersebut
adalah untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan, dan meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja dan keluarganya (BAB II, Pasal 4). Berdasarkan peraturan perundang-
undangan tersebut setiap tenaga kerja memiliki kesempatan kerja yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan setiap pekerja atau buruh berhak
memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (BAB III, Pasal 5
dan 6).
Dalam peraturan perundangan tersebut, terdapat juga perencanaan tenaga kerja,
perencanaan tenaga kerja meliputi perencanaan tenaga kerja makro dan perencanaan
tenaga kerja mikro. Perencanaan tenaga kerja makro adalah proses penyusunan rencana
ketenagakerjaan secara sistematis yang memuat pendayagunaan tenaga kerja secara
optimal, dan produktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi atau sosial, baik secara
nasional, daerah, maupun sektoral sehingga dapat membuka kesempatan kerja seluas-
luasnya, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh. Sedangkan perencanaan tenaga kerja mikro adalah proses penyusunan

6
rencana ketenagakerjaan secara sistematis dalam suatu instansi, baik instansi pemerintah
maupun swasta dalam rangka meningkatkan pendayagunaan tenaga kerja secara optimal
dan produktif untuk mendukung pencapaian kinerja yang tinggi pada instansi atau
perusahaan yang bersangkutan (BAB IV, Pasal 7).
Sesudah merencanakan perencanaan kerja, dilakukanlah pelatihan kerja untuk
tenaga kerja yang diselenggarakan dan diarahkan untuk memberkali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan
kesejahteraan. Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang
mengacu pada standar kompetensi kerja, pelatihan juga dilaksanakan dengan
memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik didalam maupun di luar
hubungan kerja (BAB V, Pasal 9 dan Pasal 10).
Setelah pelatihan kerja selesai dilaksanakan dan diselenggarakan, para tenaga
kerja akan ditempatkan dalam lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi dari
para tenaga kerja tersebut. Setiap tenaga kerja juga memiliki hak dan kesempatan yang
sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan
yang layak di dalam atau di luar negeri (BAB VI, Pasal 31 dan Pasal 33).

2.2. Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan hubungan kerja, yang sering disebut sebagai PHK, adalah salah satu
aspek yang sangat signifikan dalam manajemen sumber daya manusia dan
ketenagakerjaan. PHK merupakan proses di mana suatu perusahaan atau organisasi
mengakhiri hubungan kerja dengan seorang karyawan. Topik ini menciptakan sejumlah
permasalahan penting dalam dunia kerja, seperti hak-hak pekerja, alasan yang sah untuk
PHK, dan prosedur yang harus diikuti dalam menjalankan pemutusan hubungan kerja yang
adil dan sesuai dengan hukum.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan pada BAB XII Pasal 151,


Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala
upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja. Jika segala
upaya sudah dilakukan tetapi PHK tidak dapar dihindari, maka maksud dari PHK harus
dirundingkan oleh pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh
apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh. Jika perundingan tidak berhasil mencapai kesepakatan, pengusaha hanya diizinkan
untuk mengakhiri hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah mendapatkan keputusan

7
resmi dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Jikalau PHK terjadi
maka pengusaha diwajibkan untuk membayar uang pesangon atau uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima

Adapun beberapa larangan dalam melakukan PHK dengan diantaranya adalah:

1. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter


selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;
2. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi
kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
3. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
4. pekerja/buruh menikah;
5. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui
bayinya;
6. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama;
7. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat
pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat
buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama;
8. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai
perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
9. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
10. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan

8
2.3. Pembinaan, Pengawasan dan Penyidikan

Pembinaan, pengawasan, dan penyidikan dalam konteks ketenagakerjaan


merupakan tiga pilar kunci yang mendukung keberlangsungan dunia kerja yang adil, aman,
dan produktif. Mereka memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa
peraturan ketenagakerjaan dijalankan dengan baik, hak-hak pekerja dijaga, dan
pelanggaran hukum dapat diidentifikasi dan ditindaklanjuti secara efektif. Dalam diskusi
ini, kami akan membahas bagaimana pembinaan, pengawasan, dan penyidikan
ketenagakerjaan saling terkait dan bagaimana peran lembaga-lembaga terkait, seperti
Kementerian Ketenagakerjaan dan Badan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
(BPHI), berperan dalam menjalankan tugas-tugas ini demi menciptakan lingkungan kerja
yang sejalan dengan hukum dan keadilan.

Untuk tujuan pembinaan ketenagakerjaan, kolaborasi internasional di sektor


ketenagakerjaan dapat dilakukan oleh pemerintah, pengusaha, serikat pekerja/serikat
buruh, dan organisasi profesi terkait sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang
berlaku. Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang
telah berjasa dalam pem-binaan ketenagakerjaan, bentuk penghargaan dalam konteks ini
bisa berupa piagam, uang, dan bentuk lainnya.

Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh tenaga pengawas ketenagakerjaan


yang memiliki kualifikasi yang sesuai dan bekerja secara bebas untuk memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Pengawasan
ketenagakerjaan dilaksanakan oleh unit kerja tersendiri pada instansi yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam
melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk merahasiakan segala sesuatu yang menurut
sifatnya patut dirahasiakan dan tidak menyalahgunakan kewenangannya.

Selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga kepada pegawai
pengawas ketenagakerjaan dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik pegawai
negeri sipil sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Penyidik pegawai
negeri sipil berwenang dalam hal:

1. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak


pidana di bidang ketenaga-kerjaan;

9
2. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di
bidang ketenagakerjaan;
3. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan
dengan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;
4. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;
5. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di
bidang ketenagakerjaan;
6. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang ketenagakerjaan;
7. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan
tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.

2.4. Ketentuan Pidana dan Sanksi Administrasi

Ketentuan pidana dan sanksi administratif dalam konteks ketenagakerjaan


merupakan instrumen penting yang digunakan untuk menegakkan kepatuhan terhadap
peraturan ketenagakerjaan. Mereka berperan sebagai alat untuk memastikan bahwa
pengusaha dan individu yang terlibat dalam dunia kerja mematuhi hukum, hak-hak pekerja
dihormati, dan kondisi kerja yang aman dan sesuai dengan peraturan. Dalam pembahasan
ini, kita akan menjelajahi peran dan implikasi dari ketentuan pidana dan sanksi
administratif dalam melindungi hak-hak pekerja, menjaga ketertiban dalam dunia kerja,
dan mendorong pengusaha untuk mematuhi perundangan ketenagakerjaan. Sanksi pidana
penjara, kurungan, dan/atau denda tidak menghilangkan kewajiban pengusaha membayar
hak-hak dan/atau ganti kerugian kepada tenaga kerja atau pekerja/buruh.. Adapun
beberapa tindak pidana dan sanksi yang akan diberlakukan jika pengusaha melanggar
aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, diantaranya
adalah:

1. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 yang


berbunyi “Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada
pekerjaanpekerjaan yang terburuk”, maka akan dikenakan sanksi pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp

10
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), karena tindakan tersebut adalah sebuah
tindak kejahatan.
2. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat
(5) yang berbunyi “Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja/buruh
yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada program
pensiun maka pengusaha wajib memberikan kepada pekerja/buruh uang pesangon
sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (4).”, dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
karena tindakan tersebut adalah sebuah tindak kejahatan.
3. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1)
dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal
143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
4. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)
dan ayat (3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137, dan Pasal 138 ayat (1), dikenakan sanksi
pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
5. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2),
Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat (2), Pasal 76,
Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3), dan Pasal 144,
dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama
12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
6. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2),
Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111
ayat (3), Pasal 114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit
Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)
11
Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas
pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15,
Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal
106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya. Sanksi administrative dapat berupa:

1. teguran;
2. peringatan tertulis;
3. pembatasan kegiatan usaha;
4. pembekuan kegiatan usaha;
5. pembatalan persetujuan;
6. pembatalan pendaftaran;
7. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
8. pencabutan ijin.

12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Ketenagakerjaan mencakup sejumlah aspek kunci yang telah dibahas dalam


konteks perundangan ketenagakerjaan, pemutusan hubungan kerja, pembinaan,
pengawasan, penyidikan, ketentuan pidana, dan sanksi administratif. Dalam rangka
menciptakan dunia kerja yang adil, aman, dan berkeadilan, berikut beberapa poin penting
yang dapat disimpulkan:
1. Perundangan Ketenagakerjaan: Perundangan ketenagakerjaan adalah landasan
hukum yang memberikan kerangka kerja untuk melindungi hak-hak pekerja dan
mengatur hubungan antara pekerja dan pengusaha. Memahami peraturan-peraturan
ini adalah kunci untuk memastikan kepatuhan dalam dunia kerja.
2. Pemutusan Hubungan Kerja: Pemutusan hubungan kerja merupakan langkah yang
signifikan dalam hubungan kerja. Dalam menjalankannya, penting untuk mematuhi
peraturan yang ada, seperti menentukan alasan yang sah dan mengikuti prosedur
yang sesuai.
3. Pembinaan, Pengawasan dan Penyidikan: Pembinaan dan pengawasan yang efektif
adalah cara untuk menjaga kesejahteraan pekerja dan memastikan bahwa aturan
ketenagakerjaan dipatuhi. Pemerintah dan badan terkait memiliki peran penting
dalam mengawasi dan memberikan panduan kepada para pelaku dalam dunia kerja.
Penyidikan pelanggaran ketenagakerjaan diperlukan untuk menegakkan hukum.
Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial berperan dalam
menangani kasus-kasus ini secara adil dan transparan.
4. Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif: Ketentuan pidana dan sanksi
administratif memiliki peran penting dalam mendissuasi pelanggaran
ketenagakerjaan. Mereka memberikan hukuman yang sesuai bagi mereka yang
melanggar hukum, dengan harapan bahwa ini akan mendorong kepatuhan dan
menjaga keadilan dalam dunia kerja.
Secara keseluruhan, ketenagakerjaan adalah bidang yang kompleks dan penting
dalam masyarakat. Pemahaman mendalam tentang peraturan ketenagakerjaan, pemutusan
hubungan kerja yang adil, pembinaan, pengawasan, penyidikan, serta ketentuan pidana
dan sanksi administratif adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang sejalan
dengan prinsip-prinsip hukum, hak asasi manusia, dan keadilan. Dalam menjalankan

13
tugas-tugas ini, kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja sangatlah vital demi
mencapai keseimbangan yang baik dalam ketenagakerjaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG


KETENAGAKERJAAN

15

Anda mungkin juga menyukai