Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR DEMOGRAFI

“KONSEP KETENAGAKERJAAN”

Disusun Oleh :

Abyudaya Aslam Pratama Mey Reta Chandra

Dandy Riswanda Oktafiandi Oivia Ananda

Della Pangestu Wibowo Rizma Nur Octavia

Dyah Sri Rama Ihsan Ali Akbar Steilla Switenia Puspita A.A.

Eka Luthfianida Pramudi Yuliana

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2020
2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan Makalah Pengantar Demografi “Konsep Ketenagakerjaan”.

Makalah ini telah selesai kami susun secara maksimal dengan bantuan

pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang sudah ikut berkontribusi di dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh

dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah

sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga Makalah Pengantar Demografi “Konsep

Ketenagakerjaan” ini bisa memberi manfaat ataupun inpirasi kepada pembaca.

Samarinda, 26 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1. LATAR BELAKANG.................................................................................1

2. RUMUSAN MASALAH.............................................................................1

3. TUJUAN PENULISAN..............................................................................2

4. MANFAAT................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

1. DEFINISI KETENAGAKERJAAN.............................................................3

2. DEFINISI HUKUM KETENAGAKERJAAN...............................................3

3. RUANG LINGKUP HUKUM KETENAGAKERJAAN.................................5

4. FUNGSI HUKUM KETENAGAKERJAAN.................................................5

BAB III PENUTUP.........................................................................................8

1. KESIMPULAN..........................................................................................8

2. SARAN....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dalam perencanaan pembangunan, data mengenai ketenagakerjaan

memegang peranan penting. Tanpa adanya data tersebut program

pembangunan yang telah direncanakan tidak dapat terlaksana seperti

semestinya. Jika data yang tersedia semakin lengkap, maka semakin mudah

dalam melakukan perencanaan pembangunan, sehingga dapat dikatakan

bahwa faktor manusia menjadi unsur yang penting dalam pembangunan.

Penduduk usia kerja yang terdapat dalam suatu Negara tentunya akan

memberikan kontribusi bagi negaranya. Semakin banyak jumlah penduduk

usia kerja yang berperan aktif dan dapat menghasilkan pendapatan tentunya

akan mempengaruhi tingkat perekonomian negara tersebut.

Jika penduduk usia kerja yang bekerja memiliki jumlah yang banyak

tentunya akan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan ekonomi

negara. Namun semua itu tergantung pada massing-masing individu. Dalam

menangani masalah ketenagakerjaan yang banyak terjadi di Indonesia

memberikan indikasi akan kebutuhan tentang kebijaksanaan yang dapat

diterapkan di Indonesia yang berkaitan dengan penanganan masalah

ketenagakerjaan terutama masalah yang rumit mengenai pengangguran dan

kesempatan kerja. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang

telah dibahas tersebut.

2. RUMUSAN MASALAH

2.1. Apa yang dimaksud dengan Ketenagakerjaan?

2.2. Apa yang dimaksud dengan Hukum Ketenagakerjaan?

2.3. Apa saja Ruang Lingkup Hukum Ketenagakerjaan?

2.4. Bagaimana Fungsi Hukum Ketenagakerjaan?

1
3. TUJUAN PENULISAN

3.1. Untuk mengetahui Definisi dan Konsep Ketenagakerjaan.

3.2. Untuk mengetahui Definisi dari Hukum Ketenagakerjaan.

3.3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup dari Hukum Ketenagakerjaan.

3.4. Untuk mengetahui Fungsi dari Hukum Ketenagakerjaan.

4. MANFAAT

4.1. Agar mahasiswa mampu memahami Konsep Ketenagakerjaan

4.2. Agar mahasiswa mampu memahami Hukum Ketenagakerjaan.

4.3. Agar mahasiswa mampu memahami Ruang Lingkup Hukum

Ketenagakerjaan.

4.4. Agar mahasiswa mampu memahami Fungsi Hukum Ketenagakerjaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI KETENAGAKERJAAN

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyatakan, “Ketenagakerjaan adalah segala hal yang

berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, sesudah

masa kerja.“ Menurut ketentuan UU No. 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan beserta peraturan pelaksanaannya, dari peraturan

pemerintah, peraturan menteri, hingga keputusan-keputusan menteri yang

terkait, dapat ditarik kesimpulan adanya beberapa pengertian

ketenagakerjaan, sebagai berikut.

a. Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan setelah selesainya

masa hubungan kerja.

b. Tenaga kerja adalah objek, yaitu setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa, untuk

kebutuhan sendiri dan orang lain.

c. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain

dengan menerima upah berupa uang atau imbalan dalam bentuk lain.

d. Pemberi kerja adalah orang perseorangan atau badan hukum yang

memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan

dalam bentuk lain.

2. DEFINISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

Pengertian hukum ketenagakerjaan sangat tergantung pada hukum positif

masing-masing negara. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau definisi

mengenai hukum perburuhan (ketenagakerjaan) yang dikemukakan oleh

para ahli hukum juga berlainan, terutama yang menyangkut keluasannya. Hal

ini mengingat keluasan cakupan hukum perburuhan (ketenagakerjaan) di

masing-masing negara juga berlainan. Disamping itu, perbedaan sudut

3
pandang juga menyebabkan para ahli hukum memberikan definisi hukum

perburuhan (ketenagakerjaan) yang berbeda pula. Berikut ini akan

dikemukakan beberapa definisi hukum perburuhan (ketenagakerjaan) oleh

beberapa ahli.

Dengan definisi tersebut paling tidak ada dua hal yang hendak dicakup

yaitu: Pertama, hukum perburuhan (ketenagakerjaan) hanya mengenai kerja

sebagai akibat adanya hubungan kerja. Berarti kerja di bawah pimpinan

orang lain. Dengan demikian hukum perburuhan (ketenagakerjaan) tidak

mencakup (1) kerja yang dilakukan seseorang atas tanggung jawab dan

resiko sendiri, (2) kerja yang dilakukan seseorang untuk orang lain yang

didasarkan atas kesukarelaan, (3) kerja seorang pengurus atau wakil suatu

perkumpulan. Kedua, peraturan–peraturan tentang keadaan penghidupan

yang langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja, diantaranya adalah :

a. Peraturan-peraturan tentang keadaan sakit dan hari tua buruh/pekerja;

b. Peraturan-peraturan tentang keadaan hamil dan melahirkan anak bagi

buruh/pekerja wanita;

c. Peraturan-peraturan tentang pengangguran;

d. Peraturan-peraturan tentang organisasi-organisasi buruh/pekerja atau

majikan/pengusaha dan tentang hubungannya satu sama lain dan

hubungannya dengan pihak pemerintah dan sebagainya.

Iman Soepomo memberikan definisi hukum perburuhan (ketenagakerjaan)

sebagai berikut : “Hukum perburuhan (ketenagakerjaan) adalah himpunan

peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian dimana

seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah”.

Mengkaji pengertian di atas, pengertian yang diberikan oleh Iman Soepomo

tampak jelas bahwa hukum perburuhan (ketenagakerjaan) setidak-tidaknya

mengandung unsur :

a. Himpunan peraturan (baik tertulis dan tidak tertulis).

b. Berkenaan dengan suatu kejadian/peristiwa.

4
c. Seseorang bekerja pada orang lain.

d. Upah.

3. RUANG LINGKUP HUKUM KETENAGAKERJAAN

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 telah disesuaikan dengan

perkembangan reformasi, khususnya yang menyangkut hak

berserikat/berorganisasi, penyelesaian perselisihan indutrial. Dalam undang-

undang ketenagakerjaan ini tidak lagi ditemukan istilah buruh dan majikan,

tapi telah diganti dengan istilah pekerja dan pengusaha. Dalam Pasal 1

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan

bahwa Ketenagakerjaan adalah segala hal ikhwal hal yang berhubungan

dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah melakukan

pekerjaan. Berdasarkan pengertian Ketenagakerjaan tersebut dapat

dirumuskan pengertian Hukum Ketenagakerjaan adalah segala peraturan

hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja, selama

atau dalam hubungan kerja, dan sesudah hubungan kerja. Jadi pengertian

hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum perburuhan yang selama ini

dikenal sebelumnya yang ruang lingkupnya hanya berkenaan dengan

hubungan hukum antara buruh dengan majikan dalam hubungan kerja saja.

4. FUNGSI HUKUM KETENAGAKERJAAN

Secara umum, hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu hukum imperatif

(dwingend recht atau hukum memaksa) dan hukum fakultatif (regelend recht

atau aanvulend recht atau hukum tambahan). Menurut Budiono Abdul

Rachmad, bahwa hukum imperatif adalah hukum yang harus ditaati secara

mutlak, sedangkan hukum fakultatif adalah hukum yang dapat

dikesampingkan (biasanya menurut perjanjian). Dari segi ini, yakni sifatnya,

sebagian besar hukum perburuhan bersifat imperatif. Kenyataan ini sesuai

dengan fungsi dan tujuan hukum perburuhan, yaitu:

1) Untuk mencapai atau melaksanakan keadilan sosial dalam bidang

ketenagakerjaan;

5
2) Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas

dari pengusaha, misalnya dengan membuat atau mnciptakan peraturan-

peraturan yang sifatnya memaksa agar pengusaha tidak bertindak

sewenang-wenang terhadap para tenaga kerja sebagai pihak yang

lemah.

Sedangkan mengenai hukum perjanjian sendiri diatur di dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata Buku ke III. Disamping bersifat perdata, juga bersifat

publik (pidana), oleh karena:

1) Dalam hal-hal tertentu negara atau pemerintah turut campur tangan

dalam masalah-masalah ketenagakerjaan, misalnya dalam masalah

pemutusan hubungan kerja, dalam masalah upah dan lain sebagainya.

2) Adanya sanksi-sanksi atau aturan-aturan hukum di dalam setiap

undang-undang atau peraturan perundang-undangan di bidang

ketenagakerjaan.

Di samping keharusan atau kewajiban dengan ancaman kebatalan, ada pula

keharusan atau kewajiban dalam hukum perburuhan dengan ancaman pidana,

misalnya:

1) Ancaman pidana terdapat di dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1992.

Dalam Pasal 4 ayat (1) ditegaskan bahwa program jaminan sosial

tenaga kerja sebagaimana dimaksud Pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap

perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam

hubungan kerja sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

2) Kemudian di dalam Pasal 29 ayat (1) ditegaskan bahwa barang siapa

tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diancam

dengan hukuman kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda

setinggi-tingginya Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Dalam pasal 5 dan pasal 6 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan mewajibkan kepada pengusaha untuk memberikan

6
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada setiap tenaga kerja (tenaga

kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan) untuk memperoleh pekerjaan, dan

memberikan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi kepada pekerja. Pasal 108

undang-undang tersebut mewajibkan bahwa setiap pekerja mempunyai hak

untuk memperleh perlindungan atas: keselamatan dan kesehatan kerja, moral

dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

manusia serta nilai-nilai agama.

Literatur-literatur yang ada, maupun peraturan-perauran yang telah dibuat

oleh banyak negara, keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk:

1) Perlindungan bagi buruh terhadap pemerasan (ekploitasi) tenaga buruh

oleh majikan, misalnya untuk mendapat tenaga yang murah,

mempekerjakan budak, pekerja rodi, anak dan wanita untuk pekerjaan

yang berat dan untuk waktu yang tidak terbatas;

2) Memperingankan pekerjaan yang dilakukan oleh para budak dan para

pekerja rodi (perundangan yang pertama-tama diadakan di Indonesia);

3) Membatasi waktu kerja bagi anak sampai 12 jam (di Inggris, tahun 1802,

The Health and Morals of Apprentices Act).

7
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

1. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menyatakan, “Ketenagakerjaan adalah

segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu

sebelum, selama, sesudah masa kerja.“

2. Hukum Ketenagakerjaan adalah seluruh peraturan-peraturan yang

dibuat oleh pihak atau Instansi yang berwenang, mengenai segala

sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu

sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

3. Menurut Logemann, ruang lingkup Hukum Ketenagakerjaan ada 4,

yaitu : Lingkup laku Pribadi, Lingkup laku Menurut Waktu, Lingkup

laku menurut Wilayah, dan Lingkup laku menurut Hal Ikhwal.

4. fungsi dan tujuan hukum perburuhan, yaitu:

a). Untuk mencapai atau melaksanakan keadilan sosial dalam bidang

ketenagakerjaan;

b). Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak

terbatas dari pengusaha, misalnya dengan membuat atau mnciptakan

peraturan-peraturan yang sifatnya memaksa agar pengusaha tidak

bertindak sewenang-wenang terhadap para tenaga kerja sebagai

pihak yang lemah.

2. SARAN

Demikianlah makalah pengantar demografi “Konsep Ketenagakerjaan”

yang dapat kami paparkan. Besar harapan kami makalah ini dapat

bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan referensi, penulis

menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kiritik

8
dan saran yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat

disusun menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Penjelasannya.

Gatiningsih dan Eko Sutrisno. (2017). Modul Mata Kuliah Kependudukan dan

Ketenagakerjaan. Sumedang: Fakultas Manajemen Pemerintahan IPDN.

Agusmidah. (2010). Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Medan: USU

Press

https://media.neliti.com/media/publications/14994-ID-peranan-hukum-diplomatik-

terhadap-tenaga-kerja-indonesia-di-luar-negeri.pdf diakses pada tanggal 22

Maret 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai