Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUBUNGAN INDUSTRIAL

UPAH DAN LANDASAN PENETAPANNYA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

TAMI SILVI AFANIN (180201021)


DWI AKHTIANSYAH ((180201064)
LELY ANGGRAINI (180201075)
TRI FAUZAN FYANDA (180201089)
SISKA NURJANAH (180201090)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Langsa, 19 Mei 20211

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4

1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

2.1 Pengertian Upah...................................................................................................................5

2.2 Komponen Upah..................................................................................................................7

2.3 Jenis-jenis Upah...................................................................................................................7

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah..............................................................8

2.5 Prosedur Penetapan Upah Minimum.................................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................12

3.1 Kesimppulan......................................................................................................................12

3.2 Saran...................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

Lampiran..................................................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu hubungan kerja antara buruh/pekerja dengan pihak pengusaha yang memberikan
pekerjaan agar dapat tercipta dengan baik khususnya di Indonesia, perlu diadakan perjanjian
kerja untuk menentukn batas-batas persyaratan kerja yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(selanjutnya disebut UU No.13/2003) Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945 ) adalah landasan pembangunan
ketenagakerjaan sebagai bagan integral pembangunan nasional, dilaksanakan dalam rayat
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta
mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata baik material maupun spiritual.
Pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif diperlukan, karena mempunyai banyak
dimensi dan keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan
masyarakat. Antara lain mencakupp pengembangan sumber daya manusia, peningkatan
produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upya perluasan tenaga kerja, pelayanan
penempatan tenaga kerja, pembinaan hubungan industrial.
Tujuan perlindungan tenaga kerja untuk menjamin kelangsungan sistem hubungan kerja
secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang
lemah. Maka dari itu pengusaha wajib melaksanakan ketentuan perlindungan tenaga kerja
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelindungan tenaga kerja sangat mendapat perhatian dalam Hukum Ketenagakerjaan,
beberapa padal dalam UU No. 13/2003, yakni pasal 4 huruf c “ Sala satu tujuan
pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan”. Pasal 5 “ Setiap tenaga kerja meiliki kesempatan yang sama
tanpa diskriminasi untuk memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha.
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan hak asasi manusia atau hak dari warga
Negara, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 Ayat (2) UUD 1945 telah menentukan
bahwa : “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Untuk

3
dapat mewujudkannya maka pembangunan dibidang ketenagakerjaan sudah seharusnya
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Persoalan upah menarik dan penting dikaji karena berbagai pihak mempunyai
kepentingan yang berbeda. Bagi pengusaha, upaj merupakan salah satu unsur pokok dalam
perhitungan biaya produksi yang menentukan besarnya harga pokok dalam perhitungan biya
produksi yang menentukan besarnya harga pokok serta besarnya keuntungan pengusaha.
Upah yang dierima pekerja atau buruh sangatlah berarti bagi kelangsungan hidup mereka
dalam mewujudkan cita-citanya dan sekaligus juga dalam rangka meningkatkan taraf hidup
layak bagi kemanusian.
Permasalahan yang dihadapi oleh para pekerja/buruh akhir-akhir ini yakni, masih
banyak ditemukan perusahaan yang masih memberikan upah dibawah UMK yang telah
ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten/kota, sehingga dpat dikatakan sebagai perusahaan tak
taat UMK. Sementara itu, dalam kenyataannya upah minimum pun masih jauh dari
kebutuhan dasar pekerja, sehingga belum berhasil menciptakan hubungan industrial seperti
yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengertian upah?
2. Apa yang dimaksud dengan komponen upah?
3. Apa saja jenis-jenis upah?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat upah?
5. Bagaimana Prosedur Penetapan Upah Minimum?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian upah.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komponen upah.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis upah.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat upah.
5. Untuk mengetahui Prosedur Penetapan Upah Minimum.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Upah


Upah dalam bahasa Arab disebut dengan Ujrah. Upah dalam istilah adalah pemberian
sesuatu sebagai imbalan dari jerih payah seseorang dalam bentuk imbalan di dunia dan dalam
bentuk imbalan di akhirat. Dan ini berbeda sekali pengertian upah dalam istilah barat, yaitu
Gaji biasa atau minimum yang dibayarkan langsung atau tidak langsung, oleh pengusaha
kepada pekerja hanya dalam kaitan dengan hubungan kerja, tidak mempunyai keterkaitan erat
antara upah dengan moral, dan tidak memiliki dimensi dunia dan akhirat.
Menurut Undang-undang No.12 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaa upah didefinisikan
sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan. Pada peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2015 Tentang
Pengupahan pasal 1 ayat (1) upah didefinisikan sebagai hak pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah diberikan sebagai bentuk balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada para
pekerja atas jasa-jasanya dalam mencpai tujuan organisasi. Upah dibayarkan kepada pekerja
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang
diberikan. Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan, upah kerja adalah pencerminan
pendapatan nasional dalam bentuk upah yang diterima oleh buruh sesuai dengan jumlah dan
kualitas yang dicurahkan untuk pembuatan suatu produk. Selain pendapat di atas, ada
beberapa pengertian lain tentang upah, menurut Sadoro Sukino, upah adalah pembayaran atas
jasa-jasa fisik yang disedikan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha . Sementara menurut
Malayu SP. Hasibuan, upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada para pekerja harian
dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya.
Dari beberapa definisi tentang upah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upah
merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja dari pengusaha atas jasa yang diberikan untuk

5
perusahaan berdasrkan lamanya jam kerja dan jumlah produk yang dihasilkan, serta adanya
kesepakatan antara pekerja dan pengusaha dalam menentukan besaran upah.

2.2 Komponen Upah


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan Pasal 5
Ayat 1, Upah terdiri atas komponen :
a. Upah Pokok merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut
tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan perjanjian.
b. Tunjangan Tetap adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaa
yang diberkan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya yang dibayarkan bersamaan
dengan upakh pokok seperti tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan
perumahan.
c. Tunjangan tidak tetap adlah pembayaran yang secara langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan pekerja dan diberikan secara tidak tetap bagi pekerja dan
keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengn pembayaran upah pokok.
Sedangkan yang tidak termasuk komponen upah pokok.
a) Fasilitas, yaitu kenikmatan salam bentuk nyata karena hal-hal yang bersifat
khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh.
b) Bonus, yaitu pembayaran yang diterima pekerja atas hasil keuntungan
perusahaan atau karena pekerja berprestasi melebihi target produksi yang
normal atau karena peningkatan produksi.
c) Tunjangan hari raya dan pembagian keuntungan lainnya.

2.3 Jenis-jenis Upah


G. Kartasapoetr dalam bukunya menyebutkan, bahwa jenis-jenis upah meliputi :
a. Upah Nominal
Yang dimaksud dengan upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada
pekerja yang berhak secara tunai sebagai imbalan atas pengarahan jasa-jasa atau
pelayanannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja di
bidang industri atau perusahaan ataupun dalam suatu organisasi kerja, dimana ke dalam uaph
tersebut tidak ada tambahan atau keuntungan yang lain diberikan kepadanya. Upah ominal ini
sering pula disebut upah uang (money ages), sesungguhnya dengan wujudnya yang memang
berupa uang secara keseluruhannya.

6
b. Upah nyata (real wages)
Upah nyata adalah upah yang benar-benar harus diterima oleh seseorang ang berhak.
Upah nyata ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang akan banyak bergantung dari :
1) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima.
2) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.
Adakalanya upah itu diterima dalam wujud uang atau fasilitas atau in natura,
maka upah nyata yang diterimanya yaitu jumlah upah uang dan nilai rupiah dari
fasilitas dan barang in natura tersebut.

c. Upah hidup
Dalam hal ini upah yang diterima seorang pekerja itu relatif cukup untuk membiayai
keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya kebutuhan pokoknya saja yang dapat
dipenuhi melainkan juga sebagian dari kebuuhan sosial keluarganya, misalnya : pendidikan,
bagi bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang lebih baik, iuran asuransi jiwa dan beberapa
lainnya lagi.

d. Upah minimum
Pendapatan yang dihasilkan para buruh dalam suatu perusahaan sangat berperan dalam
hubungan ketenagakerjaan. Seorang pekerja adalah manusia dan dilihat dari segi
kemanusiaan sewajarnya pekerja mendapatkan penghargaan dan perlindungan yang layak.

e. Upah wajar
Upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan para pekerjanya
sebagi uang imbalan atas jasa-jasa yang diberikan pekerja kepada pengusaha atau perusahaan
sesuai dengan perjanjian kerja diantara mereka.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah Di antara beberapa faktor penting yang
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah adalah :

1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja


Meskipun hukum ekonomi tidaklah bisa ditetapkan secara mutlak dalam masalah
tenaga kerja, tetapi tidak bisa diingkari bahwa hukum penawaran dan permintaan
tetap mempengaruh. Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan ( skill )

7
tinggi, dan jumlah tenga kerjanya langka. Maka upah cenderung tinggi. Sedangkaan
untuk jabatanjabatan yang mempunyai “penawaran” yang melimpah upah cenderung
turun.
2. Organisasi buruh
Ada tidaknya organisasi buruh, serta lemah kuatnya organisasi buruh akan ikut
mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat yang
berarti posisi “bargaining” karyawan juga kuat, akan menaikan tingkat upah demikian
sebaliknya
3. Kemampuan untuk membayar
Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi tetapi ahirnya realisasi
pemberian upah akan tergantung juga pada kemampuan membayar dari perusahaan.
Bagi perusahaan upah merupakan salah satu komponen biaya produksi, dan ahirnya
akan mengurangi keuntungan. Kalau kenaikan biaya produksi sampai mengakibatkan
kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak mampu memenuhi fasilitas
karyawan.
4. Produktivitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. Semakin tinggi prestasi
karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima. Prestasi ini bisa
dinyatakan sebagai produktivitas. Hanya yang menjadi masalah adalah nampaknya
belum ada kesepakatan dalam menghitung produktivitas.
5. Biaya hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Di kota-kota besar,
dimana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi, bagaimanapun nampaknya
biaya hidup merupakan “batas penerimaan upah” dari para karyawan.
6. Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturanya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah.
Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat upah yang akan
dibayarkan

2.5 Prosedur Penetapan Upah Minimum


Nilai upah minimum ditentukan setiap tahun sesuai dengan kebijakan pengupahan
nasional untuk memastikan pencapaian kebutuhan hidup layak dengan mempertimbangkan
produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum umumnya ditetapkan oleh gubernur

8
untuk tingkat provinsi, kabupaten/kota dan sektoral, mengikuti rekomendasi dewan
pengupahan provinsi dan/atau dewan pengupahan kabupaten/kota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan, Gubernur
dapat menentukan upah minimum provinsi (tanpa mempertimbangkan rekomendasi dari
Dewan Pengupahan), yang dihitung berdasarkan formula untuk perhitungan upah minimum
setiap tahun. Formula tersebut mengharuskan penyesuaian nilai upah minimum setiap tahun,
berdasarkan akumulasi nilai inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Keputusan Presiden No. 107 tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan mengatur
mengenai Dewan Pengupahan di tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten dimana fungsi
dari Dewan Pengupahan tersebut adalah menjadi penasihat penentuan upah minimum. Dewan
Pengupahan Nasional memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah pusat dalam
merumuskan kebijakan upah dan mengembangkan sistem upah nasional.
Dewan Pengupahan Kabupaten akan mengirimkan usulan mereka kepada Walikota
yang nanti akan diteruskan kepada Gubernur. Usulan ini juga akan dibagi dengan Dewan
Pengupahan Provinsi dimana mereka akan mengirimkan rekomendasi akhir kepada Gubernur
Provinsi.
Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten terdiri dari perwakilan
pengusaha, pekerja dan pemerintah, dibentuk secara tripartit. Keanggotaan Universitas/Ahli,
Asosiasi Pengusaha, Serikat Pekerja dipastikan dalam tiga tingkat secara keseluruhan.
Perwakilan pemerintah setara dengan perwakilan dari pekerja dan pengusaha di semua
tingkat dewan pengupahan, sementara keterlibatan akademisi dan ahli disesuaikan
berdasarkan kebutuhan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan, Gubernur
dapat menentukan upah minimum provinsi (tanpa mempertimbangkan rekomendasi dari
Dewan Pengupahan), yang dihitung berdasarkan formula untuk perhitungan upah minimum
setiap tahun. Adapun begitu Dewan Pengupahan masih berperan dalam memberikan saran
dan pertimbangan kepada pemerintah dalam hal pengupahan, seperti membantu melakukan
supervisi dan monitor penerapan struktur dan skala upah di perusahaan dan juga melakukan
survei kebutuhan hidup layak setiap 5 tahun sekali.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan di dalam menentukan nilai upah minimum
termasuk kebutuhan hidup layak untuk pekerja dan keluarganya, biaya hidup, tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, nilai inflasi, kondisi pasar kerja, dan
kemampuan, perkembangan serta keberlangsungan usaha.

9
Komponen kebutuhan (makanan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan, kesehatan,
transportasi, rekreasi serta penghematan biaya terkait) dan jenis-jenis kebutuhan disesuaikan
setiap lima tahun yang dimasukkan ke dalam daftar komponen hidup layak, yang ditetapkan
oleh Dewan Pengupahan Nasional yang terdiri dari perwakilan pemerintah, asosiasi
pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh.
Upah minimum juga dapat ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja bersama antara
pengusaha dan pekerja/buruh, dimana nilai upah yang disepakati tidak boleh lebih rendah
dari yang ditetapkan oleh pemerintah. Semua perjanjian yang nilai upahnya lebih rendah dari
yang ditentukan oleh pemerintah dianggap tidak sah dan batal demi hukum.
Upah minimum hanya dapat diberikan kepada pekerja/buruh yang masih lajang dan
pekerja/buruh yang masa kerjanya kurang dari 1 tahun. Upah untuk pekerja yang masa
kerjanya lebih dari 1 tahun, disepakati melalui perundingan bipartit antara pekerja/buruh atau
serikatnya dengan perwakilan manajemen perusahaan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 78/2015 yang mengatur mengenai komponen
upah. Komponen upah terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap.
Jumlah upah dasar harus setidaknya 75% dari upah dasar ditambah tunjangan tetap

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Undang-undang No.12 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan upah


didefinisikan sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
Upah diberikan sebagai bentuk balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada para
pekerja atas jasa-jasanya dalam mencpai tujuan organisasi. Upah dibayarkan kepada pekerja
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang
diberikan.

3.2 Saran
Segala kebijakan yang dibuat oleh Peemerintah, sebaiknya memberikan keadilan bagi
pekerja maupun pengusaha agar perekonomian yang ada dalam perusahaan maupun rumah
tagga dapat berjalan dengan seimbang, krena hubungan antara perusahaan dengan pekerja
selalu berkrsinambungan, pengusaha/perusahaan membutuhkan pekerja begitu juga
sebaliknya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Muhammad, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama, 1992, hlm. 142
Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm.351 Muchdarsyah Sinungan, Produktivitas Apa dan
Bagaimana, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm.90
Kartasapoetra, G., Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Jakarta: Sinar
Grafika, 1998, hlm.100
Malayu, SP, Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gunung Agung, Jakarta, 1997,
hlm.133
Muchdarsyah Sinungan, Produktivitas Apa dan Bagaimana, Bumi Aksara, Jakarta, 2000,
hlm.90
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan, Bab
V (Upah Minimum) Bagian Kesatu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan, Bab
V (Upah Minimum) Bagian Kedua
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2012
Tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak,
Lampiran I
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990
tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Bagian Kedua:
Pengupahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan, Bab I
(Ketentuan Umum) pasal 1
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Bagian Kedua:
Pengupahan, pasal 89 dan pasal 90
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik,
Raja Sadono, Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, hlm.351

12
Lampiran

Penanya : Juliana Dewi Sri Wahyuni


Pertanyaan : Apakah boleh perusahaan memberikan upah dibawah UMR jika pendapatan
perusahaan menurun? Misalnya januari pendapatan meninggi dan upah dibayar sesuai UMR,
tetapi februari pendapatan perusahaan menurun dan upah dibayar setengah UMR?
Jawaban : Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan “UU
Ketenagakerjaan” pada prinsip telah mengatur bahwa pengusaha dilarang memberikan upah
di bawah upah minimum. Akan tetapi, pengusaha diperbolehkan menangguhkan pembayaran
upah minimum. Penangguhan ditetapkan oleh gubernuruntuk jangka waktu paling lama 12
bulan. Setelah berakhirnya izin penangguhan, maka pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan upah minimum yang baru. Apabila perusahaan memberikan upah sesuai
pendapatan, tentunya melanggar peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
ketentuan pengupahan

Penanya : Feni Darwianis


Pertanyaan : Dalam satu perusahaan tedapat dua sektor kerja yang dalam pembagiannya
memiliki penetapan upah minimum yang berbeda-beda . Upah minimum mana yang harus
dipilih jika besarannya berbeda?
Jawaban : Pasal 89 ayat (1) UU Ketenagakerjaan memang menyatakan bahwa upah
minimum dapat terdiri atas upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota
dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Akan
tetapi, pasal tersebut saat ini telah dihapuskan oleh Pasal 81 angka 26 UU Cipta Kerja,
sehingga ketentuan tersebut sudah tidak berlaku. Adapun ketentuan upah minimum yang
diatur dalam UU Cipta Kerja adalah bahwa gubernur wajib menetapkan upah minimum
provinsi, dan dapat menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu yang
meliputi pertumbuhan ekonomi daerah atau inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan.
Oleh karena itu, menjawab pertanyaan Anda, tidak ada lagi pengaturan mengenai upah
minimum berdasarkan sektor dalam UU Cipta Kerja.

Penanya : Firmansyaah

13
Pertanyaan : Apa sanksi bagi pengusaha yang tidak memberikan upah ?
Jawaban : Jika suatu perusahaan memberikan upah dibawah UMR, maka diberlakukan
melalui pelaksanaan ancaman pidana. Hal tersebut telah diatur didalam Pasal 185 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Sanksinya adalah berupa pidana
penjara paling singkat selama 1 tahun dan paling lama selama 4 tahun. Dan/atau denda yaaitu
paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp400 juta.

14

Anda mungkin juga menyukai