Anda di halaman 1dari 19

WAKTU KERJA DAN ATURAN ATURAN

PELAKSANAANYA

DI SUSUN OLEH :

MUH. ZHULFIADI RAHMAN


NIM. 44321034
KELAS 1B TEKNIK MANUFAKTUR
JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Waktu Kerja dan Aturan
Aturan Pelaksanaannya” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, saya sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Dengan karya ini saya berharap dapat membantu pemerintah dalam


mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui pengembangan internet di
desa-desa.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat


menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Makassar, 15 Juni 2022

Muh. Zhulfiadi Rahman

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1. Waktu Kerja / Jam Kerja.....................................................................................3
2.2. Besaran Kompensasi Kerja..................................................................................7
2.3. Perhitungan Uang Lembur...................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini
nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih
jauh akan kelihatan kebenarannya. Pekerja dikatakan sebagai tulang punggung
karena dia mempunyai peranan yang penting. Tanpa adanya pekerja tidak akan
mungkin perusahaan itu bisa jalan dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung dari para pekerjanya,


hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di satu
sisi pekerja membutuhkan perusahaan untuk tempat mereka bekerja, disisi lain
perusahaan juga membutuhkan pekerja sebagai sumber daya untuk mengantarkan
perusahaan mencapai tujuannya.

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan


masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga
keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan
ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaan
dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam
menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin. Pemikiran pemikiran ini merupakan
program perlindungan pekerja yang dalam praktek. Selain itu perusahaan juga
harus memperhatikan waktu kerja dan aturan aturan yang berlaku sesuai undang
undang sehingga para pekerja dapat bekerja dengan baik dan merasa nyaman serta
semangat melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Untuk itu semuanya harus
mengetahui dengan baik undang undang mengenai pekerjaan, karena di dalam
perundang undangan semuanya sudah tercantum dengan seksama.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aturan pelaksanaan waktu kerja di Indonesia ?
2. Bagaimana besaran kompensasi kerja di Indonesia ?
3. Bagaimana dengan gaji upah yang ada di Indonesia ?
4. Bagaimana pendapat anda mengenai waktu kerja dan aturan aturan
pelaksanaannya ?

1.3. Tujuan

Tujuan dengan dibuatnya makalah ini ialah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui aturan pelaksanaan waktu kerja di


Indonesia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui besaran kompensasi kerja di Indonesia.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Gaji upah yang berlaku di Indonesia.
4. Mahasiswa dapat memahami aturan perundang undangan kerja di
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Waktu Kerja / Jam Kerja


Jam Kerja adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan,
dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para
pekerja di sektor swasta diatur dalam pasal 77 sampai dengan pasal 85
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Undang-
Undang Cipta Kerja No.11 Tahun 2020. Serta pasal 21 sampai dengan 25
Peraturan Pemerintah No. 35/2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
Kerja. Peraturan Pemerintah ini muncul untuk melengkapi perubahan aturan
perburuhan paska terbitnya UU Cipta Kerja.

Pasal 77 ayat (1) dan (2) UU No. 13/2003 jo. UU No. 21/2020 dan
pasal 21 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 35/2021 mewajibkan setiap
pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja
ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telah disebutkan diatas yaitu:

 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6
hari kerja dalam 1 minggu; atau
 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5
hari kerja dalam 1 minggu.

Ketentuan waktu kerja diatas hanya mengatur batas waktu kerja untuk 7
atau 8 sehari dan 40 jam seminggu dan tidak mengatur kapan waktu atau
jam kerja dimulai dan berakhir. 

Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu


kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga
pekerja/buruh berhak atas upah lembur. Akan tetapi ada sektor usaha

3
ataupun beberapa pekerjaan tertentu dimana ketentuan jam kerja di atas
tidak berlaku.

Waktu istirahat tidak termasuk ke dalam jam kerja. Pasal 79 ayat (2)
huruf a UU Ketenagakerjaan No. 13/2003 menegaskan bahwa perusahaan
harus memberikan waktu istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah
jam setelah pekerja melakukan pekerjaan terus menerus selama 4 jam dan
waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.

Mengacu pada Pasal 79 ayat (2) huruf a UU Ketenagakerjaan No.


13/2003 yang membedakan waktu kerja dengan waktu istirahat, sekaligus
menegaskan waktu kerja adalah waktu yang digunakan (hanya) untuk
melakukan pekerjaan, maka dapat disimpulkan waktu melaksanakan ibadah
tidak termasuk dalam waktu kerja. Pelaksanaan ibadah di beberapa
perusahaan biasanya menggunakan waktu istirahat yang diberikan oleh
perusahaan kepada pekerja. Meski demikian harus diingat bahwa
melaksanakan ibadah merupakan hak pekerja. Pasal 80 UU No. 13/2003
tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Pengusaha wajib memberikan
kesempatan yang secukupnya kepada pekerja untuk melaksanakan ibadah
yang diwajibkan oleh agamanya.

Ketentuan waktu kerja selama 40 jam/minggu (sesuai dengan Pasal


77 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 13/2003 dan Pasal 21 ayat (2) Peraturan
Pemerintah No. 35/2021) tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu. Lebih lanjut pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 35/2021
menyebut perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu dapat
menerapkan waktu kerja yang kurang atau lebih dari ketentuan tersebut.

Pasal 23 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 35/2021 menyebut sektor


usaha atau pekerjaan tertentu yang dapat menerapkan waktu kerja kurang
dari ketentuan normal, yakni perusahaan yang mempunyai karakteristik:  

4
1. penyelesaian pekerjaan kurang dari 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan
kurang dari 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu
2. waktu kerja fleksibel, atau
3. pekerjaan dapat dilakukan di luar lokasi kerja.

Sementara ayat (3) dan penjelasannya menyebut perusahaan pada


sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang dapat menerapkan waktu kerja
lebih dari ketentuan normal,  antara lain usaha energi dan sumber daya
mineral pada daerah tertentu, sektor usaha pertambangan umum pada daerah
operasi tertentu, kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, sektor agribisnis
hortikultura, dan sektor perikanan pada daerah operasi tertentu.

Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang


menerapkan waktu kerja lebih dari waktu kerja normal, disebut juga dalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP-233/MEN/2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang
Dijalankan Secara Terus Menerus. Pasal 3 ayat (1), menyebut pekerjaan-
pekerjaan yang dimaksud yaitu:

 Pelayanan jasa kesehatan;


 Pelayanan jasa transportasi;
 Usaha pariwisata;
 Jasa pos dan telekomunikasi;
 Penyediaan tenaga listrik,
 Jaringan pelayanan air bersih (PAM)
 Penyediaan bahan bakar minyak dan gas bumi;
 Usaha swalayan, pusat perbelanjaan, dan sejenisnya;
 Media massa;
 Pekerjaan bidang pengamanan;
 Bidang lembaga konservasi;
 Pekerjaan-pekerjaan yang apabila dihentikan akan mengganggu
proses produksi, merusak bahan, dan termasuk
pemeliharaan/perbaikan alat produksi.

5
Ada Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang
menerapkan waktu kerja lebih dari ketentuan normal, memiliki aturan
khusus waktu kerja yang telah ditetapkan oleh Menteri. 3 sektor usaha yang
telah diatur oleh Menteri Ketenagakerjaan, seperti:

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP.


234/MEN/2003 tentang Waktu Kerja dan Istirahat pada Sektor Usaha
Energi dan Sumber Daya Mineral pada Daerah Tertentu, memberi
pilihan beberapa waktu kerja sesuai dengan kebutuhan operasional
perusahaan. Jam kerja dengan ketentuan maksimal adalah 11
(sebelas) jam 1 (satu) hari dan maksimum 154 (seratus lima puluh
empat) jam dalam 14 (empat belas) hari kerja untuk satu periode
kerja. dengan ketentuan maksimum 14 (empat belas) hari terus
menerus dan istirahat minimum 5 (lima) hari dengan upah tetap
dibayar. (pasal 2 ayat (1) huruf n dan pasal 5 ayat (2)
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per-15/Men/VII/2005 tentang Jam Kerja dan Jam Istirahat pada
Sektor Usaha Pertambangan Umum di Daerah Operasi Tertentu,
mengatur waktu kerja paling lama adalah periode kerja maksimal 10
(sepuluh) minggu berturut-turut bekerja, dengan 2 (dua) minggu
berturut-turut istirahat. Dalam periode kerja 10 minggu secara terus-
menerus itu mendapat 1 hari istirahat setiap 2 minggu. Jika
perusahaan memilih jam kerja dengan periode tersebut, maka jam
kerja maksimalnya adalah 12 jam sehari (pasal 2 ayat (1) huruf b dan
ayat (2).
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Per.11/MEN/VII/2010 Jam Kerja dan Jam Istirahat pada Bidang
Perikanan di wilayah operasi tertentu. Perusahaan di bidang

6
perikanan termasuk perusahaan jasa penunjang dapat memilih salah
satu dan/atau lebih beberapa jam kerja sesuai dengan kebutuhan
operasional perusahaan, paling lama periode kerja 4 (empat) minggu
berturut-turut bekerja, dengan 5 (lima) hari istirahat setelah pekerja
menyelesaikan periode kerja itu. Dalam periode kerja 4 minggu
berturut-turut itu diberikan 1 (satu) hari istirahat setiap 2 minggu.
Jika perusahaan memilih jam kerja dengan periode tersebut, maka
jam kerja maksimalnya adalah 12 jam sehari (pasal 3 ayat (1) huruf b
dan ayat (2). 

Pasal 27 (1) Peraturan Pemerintah No. 35/2021 menyebut pengusaha


dapat mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja 40 jam dalam
seminggu, dengan kewajiban membayar Upah Kerja Lembur.

2.2. Besaran Kompensasi Kerja

Berdasarkan pasal 21 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah No.


35/2021 diatur  maksimal jam kerja per hari adalah 7 jam untuk 6 hari kerja
dan 8 jam untuk 5 hari kerja. Jika perusahaan mempekerjakan pekerjanya
hingga 12 jam sehari dan jam kerja normal adalah 8 jam sehari , maka
perusahaan wajib membayar 4 jam upah Kerja Lembur (pasal 27 ayat (1).

Harus menjadi perhatian pula bahwa kerja lembur hanya dapat


dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan
belas) jam dalam 1 (satu) minggu (pasal 26 ayat (1)

Pasal 22 Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 mewajibkan


Pengusaha untuk memberikan waktu istirahat mingguan kepada pekerja.
Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari setelah 6

7
(enam) hari kerja atau tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari setelah 5 (lima)
hari kerja dalam satu minggu.

Pengertian tunjangan makan pekerja adalah pemberian sejumlah


uang dari perusahaan kepada pekerja untuk kebutuhan makan selama jam
kerja berlangsung. Apabila anda hanya masuk setengah hari, anda bisa saja
dianggap tidak berhak menerima tunjangan yang sifatnya dibutuhkan
selama jam kerja berlangsung. Namun demikian pemotongan ini harus
diatur dalam perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, atau peraturan
perusahaan. Di dalamnya dapat dibuat syarat pemotongan, besarnya
pemotongan, maupun mekanisme pemotongannya.

Perusahaan dapat melakukan pemotongan upah jika pekerja


terlambat hadir di tempat kerja, dengan syarat, sepanjang telah diatur dalam
perjanjian tertulis, yakni perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, atau
peraturan perusahaan. Di dalamnya dapat dibuat syarat pemotongan,
besarnya pemotongan, maupun mekanisme pemotongannya.

2.3. Perhitungan Uang Waktu Lembur

Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari
untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 5
hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat
mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal
1 ayat 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 102/MEN/VI/2004 mengenai
Waktu dan Upah Kerja Lembur).

Pasal 26 ayat (1) PP 35/2021 menegaskan waktu kerja lembur hanya


dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18
(delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu diluar waktu istirahat mingguan
dan/atau hari libur resmi. 

8
Pasal 78 ayat (1) dan (2)UU Ketenagakerjaan No. 13/2003 jo. UU Cipta
Kerja No. 11/2020, serta pasal 28 dan 29 Peraturan Pemerintah No. 35/2021
tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan
Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja menegaskan beberapa
syarat pemberlakukan waktu kerja lembur (Peraturan Pemerintah No.
35/2021), yakni:

 waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam
dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu
 Ada perintah dari Pengusaha dan persetujuan dari Pekerja/Buruh
yang bersangkutan secara tertulis dan/atau melalui media digital.  
 Perintah dan persetujuan sebagaimana dimaksud dapat dibuat dalam
bentuk daftar Pekerja/Buruh yang bersedia bekerja lembur yang
ditandatangani oleh Pekerja/Buruh yang bersangkutan dan
Pengusaha. 
 Pengusaha harus membuat daftar pelaksanaan kerja lembur yang
memuat nama Pekerja/Buruh yang bekerja lembur dan lamanya
Waktu Kerja Lembur.
 Wajib membayar Upah Kerja Lembur, memberi kesempatan untuk
istirahat secukupnya, dan memberikan makanan dan minuman paling
sedikit 1.400 (seribu empat ratus) kilo kalori, apabila kerja lembur
dilakukan selama 4 (empat) jam atau lebih. Pemberian makanan dan
minuman tersebut tidak dapat digantikan dalam bentuk uang.

Paska berlakunya omnibus law UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta


Kerja, ketentuan tentang waktu dan upah kerja lembur sebagaimana diatur
dalam UU 13/2003 dan Kepmenaker 102/2004, mengalami sejumlah
perubahan dan sejumlah pasal dinyatakan tidak berlaku lagi. Perubahan
yang dimaksud secara rinci tercantum dalam pasal 26 sampai dengan pasal
34 Peraturan Pemerintah No 35/2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan

9
Hubungan Kerja (PP 35/2021). Ketentuan dalam Peraturan Menteri inilah
yang saat ini berlaku untuk menentukan waktu dan upah kerja lembur.

Pasal 77 ayat (1) dan (2) UU No. 13/2003 jo. UU No. 21/2020 dan
pasal 21 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 35/2021 mewajibkan setiap
pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja
ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telah disebutkan diatas yaitu:

 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6
hari kerja dalam 1 minggu; atau
 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5
hari kerja dalam 1 minggu.

Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu


kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga
pekerja/buruh berhak atas upah lembur. Akan tetapi ada sektor usaha
ataupun beberapa pekerjaan tertentu dimana ketentuan jam kerja di atas
tidak berlaku.

Perhitungan upah kerja lembur berdasarkan upah bulanan dengan


cara menghitung upah sejam yaitu 1/173 (satu per seratus tujuh puluh tiga)
kali upah sebulan (pasal 32 ayat (1) dan (2) PP 35/2021). Lebih lanjut,
merujuk pada ketentuan yang tertuang dalam pasal 31 Peraturan Pemerintah
No. 35/2021, rumus perhitungan upah kerja lembur adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Kerja

10
Contoh : Jam kerja Manda adalah 8 jam sehari/40 jam
seminggu. Ia harus melakukan kerja lembur selama 2 jam/hari
selama 2 hari. Gaji yang didapat Manda adalah Rp.
2.000.000/bulan termasuk gaji pokok dan tunjangan tetap.
Berapa upah kerja lembur yang didapat Manda?

Take home pay Manda berupa Gaji pokok dan tunjangan tetap
berarti Upah sebulan = 100% upah. Sesuai dengan rumus
maka upah kerja lembur Manda adalah:

Lembur jam pertama = 2 jam x 1,5 x 1/173 x Rp. 2.000.000


= Rp. 34.682

Lembur jam selanjutnya = 2 jam x 2 x 1/173 x Rp.


2.000.000 = Rp. 46.243

Total uang kerja lembur yang didapat Manda adalah =


Rp. 34.682 + Rp. 46.243 = Rp. 80.925

2. Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Libur/Istirahat

11
Contoh : Andi biasa bekerja selama 8 jam kerja/hari atau 40
jam/minggu. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari istirahat
Andi. Akan tetapi perusahaan Andi memintanya untuk masuk
di hari Sabtu selama 6 jam kerja. Gaji Andi sebesar Rp.
2.800.000/bulan yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap
dan tunjangan tidak tetap. Lalu, berapa uang lembur yang
patut didapat Andi yang bekerja selama 6 jam di hari
liburnya?

Andi melakukan kerja lembur di hari liburnya total 6 jam.


Take home pay Andi berupa Gaji pokok, tunjangan tetap dan
tunjangan tidak tetap berarti Upah sebulan = 75% upah
sebulan = 75% x Rp. 2.800.000 = Rp. 2.100.000.

12
Apabila waktu kerja lembur jatuh pada hari libur/istirahat
untuk waktu kerja 5 hari per minggu (40 jam/minggu), maka
upah lembur dihitung 2 kali upah/jam untuk 8 jam pertama
kerja.

Sesuai dengan rumus maka upah kerja Lembur Andi


adalah = 6 jam kerja x 2 x 1/173 x Rp. 2.100.000 = Rp.
145. 665

Berdasarkan pasal 187 ayat (1) dan (2) UU Ketenagakerjaan No.


13/2003 jo. UU Cipta Kerja No. 11/2020 menyatakan jika pengusaha tidak
membayar upah kerja lembur maka dapat dikenai sanksi pidana kurungan
paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Dan tindak pidana tersebut
merupakan tindak pidana pelanggaran.

Mengacu pada pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 35/2021


yang menyebut perhitungan upah kerja lembur didasarkan pada upah
bulanan, dapat ditafsirkan upah kerja lembur tersebut dibayarkan bersamaan
dengan pembayaran upah bulanan. Untuk memberi kepastian, sebaiknya
mengenai waktu pembayaran upah kerja lembur diatur di dalam peraturan
perusahaan, perjanjian kerja atau perjanjian kerja bersama yang berlaku di
perusahaan.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pelaksanaan proses pengaturan dan pencatatan jam kerja penting


dilakukan karena jam kerja yang baik dan pengaturan jam kerja karyawan akan
menguntungkan pihak perusahaan dan karyawan. Serta pemanfaatan semaksimal
mungkin kinerja karyawan pada jam kerja yang telah ditentukan. Oleh karena itu
pada setiap pelaksanaan kerja, karyawan mempunyai jam kerja puncak dengan
tingkat produktivitas yang tinggi yang seharusnya dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin oleh perusahaan.

Cara pencatatan jam kerja karyawan dapat dilakukan dengan dua tahapan
yaitu (1). Menulis atau mengisi absen ke dalam buku absen (2). Mengetok kartu
absen ke mesin ketokan. Berdasarkan pencatatan dan hasil mesin ketokan bisa
dilihat absen karyawan yang sudah sesuai dengan standar perusahaan ataupun yang
belum, sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi bagi perusahaan untuk
meningkatkan kinerja karyawannya agar lebih optimal.

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam proses


pengaturan dan pencatatan jam kerja karyawan, meliputi : a. Perusahaan
memberikan bonus pada karyawan yang absennya baik. b. Memberian hukuman
kepada karyawan yang tidak disiplin. c. Dilibatkannya karyawan dalam pembuatan
aturan jam kerja karyawan. d. Melakukan sosialisasi secara rutin tentang masalah
kedisiplinan kerja.

B. Saran
1. Bahwa pentingnya menerapkan jam kerja yang ramah tetapi tetap disiplin dan
patuh pada peraturan yang dibuat oleh perusahaan, misalnya jam kerja yang
fleksibel, dimana karyawan boleh meninggalkan tempat kerja apabila sewaktu-
waktu ada keperluan keluarga yang penting dan mendesak dan melibatkan

14
karyawan dalam pembuatan kebijakan jam kerja, sehingga aturan jam kerja
yang dibuat dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu pihak perusahaan
maupun pihak karyawan.
2. Untuk menanggulangi masalah hambatan kedisiplinan karyawan, perusahaan
harus memberikan dorongan dan motivasi bahwa pentingnya masalah
kedisiplinan. Perusahaan juga harus mempunyai pembangkit tenaga listrik
yang secara otomatis yang bisa nyala atau berfungsi sendiri apabila ada
pemadaman listrik yang mendadak.
3. Untuk perusahaan pada waktu memberikan bonus pada karyawan yang
absennya baik harus benar-benar dan tidak boleh salah orang, dan apabila
memberikan hukuman atau teguran pada karyawan yang absennya kurang baik
harus membuat efek jera. Melakukan sosialisasi secara rutin masalah
kedisiplinan dalam jam kerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/352/jbptunikompp-gdl-syarifpran-17578-
4-babiv.pdf

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/jam-kerja#:~:text=Berdasarkan
%20pasal%2021%20ayat%20(1,jam%20untuk%205%20hari%20kerja.

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/jam-kerja/waktu-kerja-lembur/
waktu-kerja-lembur-menurut-aturan-ketenagakerjaan

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/35995/F.%20BAB
%20II.pdf?sequence=7&isAllowed=y

16

Anda mungkin juga menyukai