Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

AKMAL NAJIB ( 081901026)

LAODE ABDI ILKAR ( 081901019)

WA ODE SRY IRMAWATI (081901023)

PRATAMA RAMADHAN (081901026)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan Shalawat beserta salam semoga
dicurahkan kepada Rasullah SAW, keluarganya, sahabatnya, serta para pengikutnya.

Atas pertolongan Allah SWT, dan dengan kerja keras akhirnya penulis bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul Makalah Perlindungan Tenaga Kerja.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Penulis berharap semoga semua yang telah berjasa dalam penyusunan makalah
ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.

Akhirnya Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga makalah ini bisa mencapai
kesempurnaan.

Baubau, 23 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. `1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2

A. Prinsip Perlindungan Tenaga Kerja ................................................................................ 2


B. Jenis dan Objek Perlindungan Tenaga Kerja .................................................................. 6
C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................................................................. 6
D. Jaminan Sosial Tenaga Kerja .......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara individu
maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam
aktivitas perekonomian nasional, yaitu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
masyarakat. Indonesia, tenaga kerja di indonesia sebagai salah satu penggerak tata kehidupan
ekonomi dan merupakan sumber daya yang jumlahnya cukup melimpah. Indikasi ini bisa
dilihat pada masih tingginya jumlah pengangguran di Indonesia serta rendahnya atau
minimnya kesempatan kerja yang disediakan. Negara-negara yang ada diasia Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah pengangguran yang sangat besar. Banyaknya
pekerja yang kehilangan pekerjaannya ditambah dengan angkatan kerja baru yang belum
mendapatkan pekerjaan karena terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia mengakibatkan
tingkat penganguran yang semakin tinggi. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk
mengurangi penganguran, disaat peluang dan kesempatan kerja didalam negeri sangat
terbatas, adalah migrasi melalui penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah

1) Bagaimana Prinsip Perlindungan Tenaga Kerja ?


2) Apa saja Jenis dan Objek Perlindungan Tenaga Kerja ?
3) Bagaimana Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?
4) Bagaimana Jaminan Sosial Tenaga Kerja ?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah
1) Mengetahui Prinsip Perlindungan Tenaga Kerja
2) MengetahuiJenis dan Objek Perlindungan Tenaga Kerja
3) MengetahuiKeselamatan dan Kesehatan Kerja
4) MengetahuiJaminan Sosial Tenaga Kerja

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Perlindungan Tenaga Kerja

Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan yang


menghasilkan barang atau jasa dan dapat berguna untuk umum maupun dirinya sendiri.
Ketenagakerjaan atau tenaga kerja juga bagian dari faktor produksi, oleh sebab itu peran
tenaga kerja menjadi penting dalam setiap kegiatan perekonomian negara.
Diperlukannya perlindungan pekerja adalah untuk memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak tanpa pemberlakukan pembedaan terhadap ras, jenis dan
kelamin. Pemberlakuan hal yang sama terhadap penyandang cacat dan kewajiban
pemberian hak dan kewajiban yang berwujud perlindungan hukum terhadap tenaga kerja.

Menurut Soepomo, perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3 (tiga ) macam, yaitu :
1) Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar
kehendaknya.
2) Perlindungan sosial, yaitu : perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan
kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk
berorganisasi.
3) Perlindungan teknis, yaitu : perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan
dan keselamatan kerja.

Berdasarkan objek perlindungan tenaga kerja Undang-Undang No. 13 Tahun


2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur perlindungan khusus pekerja/buruh perempuan,
anak dan penyandang cacat sebagai berikut :
1. Perlindungan pekerja/buruh Anak
a. Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (Pasal 68), yaitu setiap orang yang
berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun (Pasal 1 nomor 26).

2
b. Ketentuan tersebut dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 tahun
sampai 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dari kesehatan fisik, mental dan sosial (Pasal 69 ayat( 1)).
c. Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
o Ijin tertulis dari orang tua/wali.
o Perjanjian kerja antara orang tua dan pengusaha
o Waktu kerja maksimal 3 (tiga) jam
o Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah.
o Keselamatan dan kesehatan kerja
o Adanya hubungan kerja yang jelas
o Menerima upah sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama pekerja/buruh dewasa, maka tempat
kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa (Pasal 72).
e. Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya (Pasal 73).
f. Siapapun dilarang mempekerjakan anak pada pekerjaan yang buruk, tercantum
dalam Pasal 74 ayat (1). Yang dimaksud pekerjaan terburuk seperti dalam Pasal
74 ayat B, yaitu :
o Segala pekerjaan dalam bentuk pembudakan atau sejenisnya.
o Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak
untuk produksi dan perdagangan minuman keras,narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya.
o Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak
untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, perjudian.
o Segala pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral
anak.

2. Perlindungan Pekerja/Buruh Perempuan


a. Pekerjaan wanita/perempuan di malam hari diatur dalam Pasal 76 UU No 13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu sebagai berikut :

3
 Pekerjaan perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 pagi.
 Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja perempuan hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya maupun dirinya, bila bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00 pagi,
 Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 07.00 pagi wajib
b. Memberikan makanan dan minumanbergizi
c. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
 Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 05.00 pagi wajib menyediakan antar jemput.
 Tidak mempekerjakan tenaga kerja melebihi ketentuan Pasal 77 ayat (2)
yaitu 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam seminggu atau 8 (delapan) jam sehari dan 40
(empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam seminggu.
 Bila pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih lama, maka harus ada
persetujuan dari tenaga kerja dan hanya dapat dilakukan paling banyak 3
(tiga) jam dalam sehari dan 14 (empat belas) jam dalam seminggu, dan
karena itu pengusaha wajib membayar upah kerja lembur untuk kelebihan
jam kerja tersebut. Hal ini merupakan ketentuan dalam Pasal 78 ayat (1)
dan ayat (2).
 Tenaga kerja berhak atas waktu istirahat yang telah diatur dalam Pasal 79
ayat (2) yang meliputi waktu istirahat untuk:
 Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut
tidak termasuk jam kerja
 Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu
atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam seminggu.
 Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 (dua belas hari kerja setelah tenaga
kerja bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.

4
 Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan apabila tenaga kerja
telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus menerus pada perusahaan
yang sama dengan ketentuan tenaga kerja tersebut tidak berhak lagi
istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan.
d. Untuk pekerja wanita, terdapat beberapa hak khusus sesuatu dengan kodrat
kewanitaannya, yaitu :
 Pekerja wanita yang mengambil cuti haid tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua (Pasal 81 ayat (1))
 Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum
saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut
perhitungan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 ayat (1))
 Pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak
memperoleh istirahat 1,5 bulan sesuai ketentuan dokter kandungan/bidan
(Pasal 82 (2))
 Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama
waktu kerja (Pasal 83)
 Pekerja wanita yang mengambil cuti hamil berhak mendapat upah penuh
(Pasal 84).

Perlindungan kerja terhadap tenaga kerja/buruh merupakan sesuatu yang mutlak


dalam pemborongan pekerjaan, hal ini sesuai dengan KEPMENAKERTRANS No. KEP-
101/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/buruh.
Setiap pekerjaan yang diperoleh perusahaan dari perusahaan lainnya, maka kedua belah
pihak harus membuat perjanjian tertulis yang memuat sekurang-kurangnya :
1. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari perusahaan penyedia
jasa;
2. Pengesahan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud huruf
a, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan
pekerja/buruh yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa, sehingga
perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang

5
timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh
sebelumnya, untuk jenis-jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan
pemberi kerja dalam terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.
(Pasal 4).

B. Jenis dan Objek Perlindungan Tenaga Kerja

Jenis perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3 tiga macam:

1) Perlindungan ekonomis Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk


penghasilan yang cukup, termasuk apabila tenaga kerja tidak mampu bekerja di
luar kehendaknya
2) Perlindungan Sosial Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan
kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk
berorganisasi Universitas Sumatera Utara
3) Perlindungan Teknis Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan
dari keselamatan kerja.

Ketiga jenis perlindungan di atas mutlak harus dipahami dan dilaksanakan sebaik-
baiknya oleh pengusaha sebagai pemberi kerja. Jika pengusaha, melakukan pelanggaran
maka dikenakan sanksi.

Objek perlindungan tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003


meliputi:

1) Perlindungan atas hak-hak dalam hubungan kerja


2) Perlindungan atas hak-hak dasar pekerjaburuh untuk berunding dengan
pengusaha, dan mogok kerja
3) Perlindungan keselematan dan kesehatan kerja
4) Perlindungan khusus bagi pekerjaburuh perempuan, anak, dan penyandang cacat
5) Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga kerja dan
6) Perlindungan atas hak pemutusan hubungan tenaga kerja

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6
Setiap perusahaan wajib menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dalam kegiatan usahanya. K3 memberikan perlindungan bagi kesehatan dan
keselamatan kerja tenaga kerja, yaitu dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan dan
sakit akibat kerja.
Selain itu, penerapan K3 juga akan memberikan perlindungan pada sumber-
sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13/2003 Pasal 87 disebutkan, setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Menurut H. W Heinrich dalam Notoadmodjo (2007), penyebab keselamatan kerja
yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88 % dan kondisi
lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedual hal tersebut terjadi secara
bersamaan.

Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) sebagai pengelola
aset negara tak luput dari ancaman kecelakaan kerja, baik tugas di lapangan maupun di
kantor, prosedur-prosedur pengamanan harus selalu dipatuhi untuk meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja, sebagai contoh bidang penilaian KPKNL Cirebon ketika
melakukan penilaian aset Pertamina dimana protokol K3 harus dijalankan Ketika berada
di Oil Well / Sumur Pompa yang termasuk Objek Vital Nasional. Penggunaan Alat
Pelindung Diri menjadi sebuah keharusan saat memasuki Objek Aset Pertamina tersebut.

Berdasarkan Moekijat (2004), Program keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)


dilaksanakan karena tiga faktor penting, yaitu :

a. Berdasarkan perikemanusiaan. Pertama -tama para manajer akan mengadakan


pencegahan kecelakaan kerja atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya.
Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit
dari pekerjaan yang diderita luka serta efek terhadap keluarga.
b. Berdasarkan Undang-Undang. Ada juga alasan mengadakan program keselamatan
dan Kesehatan kerja berdasarkan Undang -undang , bagi Sebagian mereka yang
melanggarnya akan dijatuhi hukuman denda.

7
c. Berdasarkan Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena biaya
kecelakaan dampaknya sangat besar bagi perusahaan.

Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


K3 merupakan bentuk perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja
tenaga kerja, serta bagi sumber-sumber produksi perusahaan. Bila dijabarkan secara
lebih konkret, tujuan K3 sebagaimana dikutip dari buku Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5) Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas
kondisi kerja.
7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Penyebab Kecelakaan Kerja

Setiap pegawai tentu mempunyai cara cara tersendiri dalam proteksi diri terhadap
ancaman kecelakaan kerja/ penyakit dalam menunjang pekerjaannya, misal dengan
memakai masker Ketika sedang flu, menunda bepergian Ketika sedang pandemi,
maupun dengan menjaga kebersihan/ kenyamanan ruangan kerja. Menurut Budiono dkk
(2003), faktor yang mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah

a) Beban Kerja. Beban kerja merupakan beban fisik, mental dan sosial, sehingga
penempatan pegawai sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan
b) Kapasitas Kerja. Kapasitas Kerja yang bergantung pada tingkat Pendidikan,
keterampilan, kebugaran jasmani, ukuran tubuh ideal, keadaan gizi dsb

8
c) Lingkungan Kerja. Lingkungan Kerja yang berupa faktor fisik, kimia,
biologi,ergonomic ataupun psikososial.

Menurut Sutrisno dan Ruswandi , 2007, prinsip- prinsip yang harus dijalankan
dalam suatu perusahaan/ instansi pemerintah dalam menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut:

a. Adanya APD di tempat kerja


b. Adanya buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya
c. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab
d. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan
kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu, kotoran,asap rokok, uap
gas,radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus
listrik, lampu penerangan memadai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang.
e. Adanya penunjang Kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja
f. Adanya sarana dan prasarana lengkap ditempat kerja
g. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan Kesehatan kerja
h. Adanya Pendidikan dan pelatihan tentang kesadaran K3.

D. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) adalah suatu perlindungan bagi


tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin,
hari tua, dan meninggal dunia (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang (UU) No. 3 Tahun
1992).

UU No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK yang diundangkan pada tanggal 17


Februari 1992, menganut filosofi penyelenggaraan JAMSOSTEK sebagai upaya untuk
merespon masalah dan kebutuhan pemberi kerja terhadap tenaga kerja murah, berdisipin,
dan produktifitasnya tinggi.
Landasan filosofi ini tercermin dari latar belakang lahirnya UU No. 3 Tahun 1992
tentang JAMSOSTEK, yaitu:

9
1. Program JAMSOSTEK diselenggarakan de ngan pertimbangan selain untuk
memberikan ketenangan kerja juga karena dianggap mempunyai dampak positif
terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktifitas tenaga kerja (UU No.
3 Tahun 1992, Penjelasan Umum, Alinea ke-2)
2. JAMSOSTEK mempunyai aspek, antara lain untuk memberikan perlindungan
dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan
keluarganya, serta merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka
bekerja (UU No. 3 Tahun 1992, Penjelasan Umum, Alinea ke-7).
3. Penyelenggaraan program JAMSOSTEK dengan mekanisme asuransi bersifat
optional (UU No. 3 Tahun 1992 Pasal 3 ayat (1))
4. Prioritas diwajibkan bagi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan
perseorangan dengan menerima upah (UU No. 3 Tahun 1992 Pasal 4 ayat (1).

Menurut Kenneth Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat


Jendral International Security Association (ISSA), dalam kuliahnya pada
Regional Trainning ISSA, seminar tanggal 16 dan 17 Juni 1980 di Jakarta,
mengemukakan perumusan jaminan sosial sebagai berikut :

“Jaminan Sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh


masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko atau peristiwa-peristiwa tertentu
dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari terjadinya peristiwa-peristiwa
tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan,
dan untuk memberikan pelayanan medis dan atau jaminan keuangan terhadap
konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan
keluarga dan anak”.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah upaya kebijaksanaan yang ditujukan kepada
tenaga kerja, terutama yang berada dilingkungan perusahaan dalam hal penyelenggaraan,
perlindungan dengan interaksi kerja yang saling menguntungkan kedua belah pihak
(Tenaga kerja dan pengusaha). Dalam kamus populer “Pekerjaan sosial” istilah jaminan
sosial tersebut disebut sebagai berikut :

10
“Jaminan Sosial adalah suatu program perlindungan yang diberikan oleh negara,
masyarakat dan organisasi sosial kepada seseorang/individu yang menghadapi kesukaran-
kesukaran dalam kehidupan dan penghidupannya, seperti penderita penyakit kronis,
kecelakaan kerja dan sebagainya”.

Sedangkan pengertian yang diberikan oleh Imam Soepomo SH : Jaminan Sosial


adalah pembayaran yang diterima oleh pihak buruh diluar kesalahanya tidak melakukan
pekerjaan, jadi menjamin kepastian pendapatan (income security) dalam hal buruh
kehilangan upahnya karena alasan diluar kehendaknya.

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja dinyatakan dalam Undang-undang No. 3


Tahun 1992, yaitu : Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa
uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Keberadaan jaminan sosial tenaga kerja sebagai upaya perlindungan hidup tenaga
kerja disuatu perusahaan besar manfaatnya, oleh karena itu sebagai langkah untuk
menjamin hidup tenaga kerja, perusahaan sangat perlu memasukkan tenaga kerjanya
dalam program jaminan sosial tenaga kerja yang dikelola oleh PT. JAMSOSTEK.

Karena perusahaan yang memasukkan tenaga kerjanya dalam program Jamsostek


adalah perusahaan yang terletak bijaksana pemikiranya dan telah bertindak :

1) Melindungi para buruhnya sedemikian rupa dalam menghadapi kecelakaan


kerja yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya mutakhir, maupun karena
penempatan tenaga kerja pada proyek-proyek diluar daerah dalam rangka
menunjang pembangunan.
2) Mendidik para buruhnya supaya berhemat/menabung yang dapat dinikmatinya
apabila sewaktu-waktu terjadi suatu kejadian yang harus dihadapi buruh
beserta keluarganya.
3) Melindungi perusahaan dari kerusakan kemungkinan berjumlah sangat besar,
karena terjadinya musibah yang menimpa beberapa karyawan, dimana setiap
kecelakaan atau musibah sama sekali tidak diharapkan.

11
Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja

UU No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK ini dikeluarkan berlandasarkan


dasar-dasar hukum.

a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945.
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya undang-
undang pengawasan perburuhan tahun 1948 nomor 23 dari Republik Indonesia
untuk seluruh Indonesia (Lembaran Negara tahun 1951 Nomor 41).
c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
Mengenai tenaga kerja (lembaran Negara Tahun 1969 nomor 55 : Tambahan
lembaran negara nomor 2912).
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja (lembaran
negara tahun 1970 nomor 1, tambahan lembaran negara nomor 2918).
e. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan di
perusahaan (Lembaran Negara tahun 1981 nomor 39, tambahan lembaran negara
nomor 3201).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

K3 merupakan upaya mendapatkan tempat kerja dan suasana kerja yang nyaman
untuk mendukung pencapaian produktivitas yang setinggi-tingginya. Untuk menghindari
kecelakaan kerja, maka K3 mutlak dilaksanakan di semua jenis bidang pekerjaan tanpa
terkecuali, baik instansi swasta maupun pemerintah. Budaya hidup sehat dan juga
melakukan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dengan memasyarakatkan
budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku yang kurang sehat. Aksi
GERMAS harus diikuti oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan
kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Tersedianya fasilitas
dan sarana prasarana yang memadai juga meningkatkan probabilitas Kesehatan kerja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : Citra Aditya Bakti
2003), hlm. 61- 62

Budiono, M. Sugeng. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: UNDIP.

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1981, hal. 136

Indonesia. Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok- Pokok Kesehatan.

Indonesia. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Moekijat. 2004. Manajemen Lingkungan Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: PT, Rineka Cipta

OHSAS 18001 : 2007. Occupational Health and Safety Management System – Guideline For
Implementation of OHSAS 18001
Ridwan Marpaung, Kamus Populer Pekerja Sosial, 1988, hal. 36

Sutrisno, Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta : Galia

Sentanoe Kertonegoro, Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia, Cet. I, Mutiara,


Jakarta, hal. 29
Standard Australia License. (1999).AZ/NZS 4360 : 1999 Risk Managementin Security Risk
Analysis, Brisbane, Austalia, ISMCPI

Y.W. Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Managemen Tenega Kerja, Bima Aksara Jakarta, 1987,
hal. 92

14

Anda mungkin juga menyukai