Hubungan Ketenagakerjaan
MAKALAH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. serta shalawat beriring salam kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas kelompok Hukum Ketatanegaraan.
Makalah ini disusun agar para pembaca tahu akan fungsi-fungsi yang terdapat dalam
lembaga bipartid dan bipartid dalam hubungan ketenagakerjaan yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan melalui berbagai sumber informasi, dan referensi. Makalah ini
disusun dengan berbagai rintangan yang datang dari diri saya sendiri sebagai penulis makalah
maupun dari luar. Namun dengan kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT. dan
dorongan dari diri sendiri maka akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan lebih luas bagi para pembaca dan
menjadi ilmu yang bermanfaat terutama bagi mahasiswa Universitas Muara Bungo Prodi
Ilmu Hukum. Kami sadar bahwa makalah yang telah kami buat ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta
masukkannya agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di masa mendatang.
(Penulis)
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................
2.1 Memahami Lembaga Kerja Sama Bipartit Dan Tripartit .......................
2.2 Lembaga Kerja Sama Bipartit ....................................................................
2.2.1 Tata Organisasi Lembaga Kerja Sama Bipartit .............................
2.2.2 Peran Dan Fungsi Lembaga Kerja Sama Bipartit ..........................
2.3 Lembaga Kerja Sama Tripartit ..................................................................
2.2.1 Tata Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit ............................
2.2.2 Peran Lembaga Kerja Sama Tripartit .............................................
BAB III PENUTUPAN ..................................................................................................
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................
3.2 Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Proses industrialisasi yang semakin meluas pada negara berkembang seperti Indonesia
membawa konsekuensi pada ketertarikan pengusaha untuk sedapat mungkin menggunakan
sistem kerja yang fleksibel dalam mendukung dan memaksimalkan kegiatan operasional
perusahaan. Dalam bingkai hubungan industrial antara buruh dan perusahaan (pengusaha)
sebagaimanapun harmonisnya, perselisihan perburuhan tidak mudah untuk dihindari. Oleh
karena itu seperangkat hukum yang mengatur mekanisme penyelesaian perselisihan
perburuhan akan selalu menempati posisi strategis dalam sistem perburuhan suatu negara.
Selain itu, demi efisiensi pelaksanaan perusahaan diperlukan adanya aturan hukum yang
mengedepankan pencegahan terjadinya perselisihan hubungan industrial dalam bentuk suatu
lembaga khusus dan strategis dengan melibatkan masing-masing baik dari pihak pengusaha
maupun pekerja.
Hubungan industrial yang harmonis dapat menjadi modal penting di dalam persaingan
bebas. Hubungan industrial harmonis akan mampu mendorong transparansi yang dapat
meningkatkan saling pengertian antara buruh dan perusahaan. Hubungan industrial harmonis
akan mampu mendeteksi dan mengantisipasi potensi perselisihan dalam suatu hubungan
kerja. Perselisihan sangat rentan terjadi dalam hubungan antara buruh dengan pengusaha
karena fokus utama dari hubungan kerja yang dibangun perusahaan adalah suatu hubungan
kerja yang berorientasi pada target dan keuntungan sehingga berimplikasi pada tekanan kerja
yang tinggi yang dialami oleh pihak buruh.
LKS Bipartit merupakan suatu forum insisiatif yang terdiri dari perwakilan para buruh
atau organisasi pekerja, secara bersama-sama mengadakan pertemuan untuk
mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepentingan dan
kebutuhan bersama. Terdapat suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk meningkatkan
kemampuan lembaga kerjasama buruh dan pengusaha atau pemberi kerja dalam
melaksanakan peranan dan tanggung jawab nya agar sistem hubungan industrial dapat
berfungsi dengan benar, khususnya pada tingkat bipartit di tingkat kerja.
6 LKS Bipartit juga dapat didefinisikan sebagai suatu forum komunikasi dan
konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan
yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan SP/SB yang sudah tercatat diinstansi yang
bertanggungjawab di bidang Ketenagakerjaan atau unsur buruh. Pembentukan LKS Bipartit
ini secara garis besar bertujuan untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis,
dinamis berkeadilan dan bermartabat di perusahaan demi menuju ketenangan bekerja oleh
buruh dan kelangsungan berusaha bagi perusahaan. Pencapaian tujuan dari LKS Bipartit ini
adalah apabila lembaga kerjasama ini dapat menjalankan fungsi nya sebagai forum
komunikasi dan konsultasi pekerja dengan pengusaha dalam rangka pengembangan
hubungan industrial untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan perusahaan
untuk kesejahteraan buruh. Ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor. 32/MEN/XII/2008 Tentang Tata Cara
Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Lembaga Kerjasama Bipartit (Permenakertrans
No.32/MEN/XII/2018) menyebutkan bahwa wadah komunikasi yang dapat digunakan antara
pengusaha dan buruh adalah melalui LKS Bipartit. LKS Bipartit inilah yang selama ini
kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh kedua belah pihak baik oleh pihak buruh maupun
pengusaha. Hal ini tercermin dari masih sedikitnya jumlah perusahaan di Indonesia yang
menggunakan LKS Bipartit sebagai wadah komunikasi antara serikat pekerja dan perusahaan.
Berdasarkan data Kemenakertrans yang diterima dari instansi yang membidangi
ketenagakerjaan di tingkat kabupaten/kota dan provinsi, jumlah LKS Bipartit yang telah
terbentuk di perusahaan yang mencakup 33 provinsi di Indonesia berjumlah 13.912 LKS
Bipartit di perusahaan. Secara presentase jumlah ini tentu sangat sedikit dari jumlah
keseluruhan perusahaan yang beroperasi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam dunia usaha pasti mengenal istilah Bipartit dan Tripartit. Tetapi tidak
dipungkiri masih ada yang belum mengenal dua lembaga penting itu. Untuk dapat lebih
memahami dan mengenal kelembagaan itu, baca terus sampai tuntas artikel ini yang akan
memberikan penjelasan tentang LKS Bipartit dan LKS Tripartit.
Dunia kerja dan usaha di negara kita sudah mengenal istilah Hubungan Industrial.
Sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hubungan industrial adalah
“suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang
dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang
didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.”
Di dalam pasal 103 pada UU Ketenagakerjaan tersebut juga telah diatur bahwa hubungan
industrial yang dimaksudkan itu bisa dilaksanakan melalui delapan sarana yang ditentukan,
yaitu :
Dari dasar tersebut sangat jelas bagi kita bahwa hubungan industrial tidak bisa dihindari
dalam dunia usaha dan dunia kerja, karena potensi terjadinya pertentangan dan perselisihan
antara pekerja dengan pengusaha atau pemberi kerja itu pasti ada. Oleh karena itu diperlukan
aturan yang bisa mengantisipasi dan menata dalam usahanya untuk mencari penyelesaian
terhadap perselisihan. Kedelapan sarana itu saling terkait sehingga memerlukan pemahaman
terhadap peran dan fungsi masing-masing agar dapat bersinergi.
Untuk keanggotaan di dalam LKS Bipartit ini unsur dari pekerja harus dipilih secara
demokratis sebagai perwakilan dari pekerja dan/atau mewakili serikat pekerja yang ada.
Ketentuan yang mengatur tentang hal ini sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 32 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pembentukan Dan Susunan Keanggotaan
Lembaga Kerja Sama Bipartit, pada pasal 6.
Masa kepengurusan LKS Bipartit adalah tiga tahun, dan untuk posisi ketua dapat
dijabat secara bergantian antara pengusaha dan pekerja. Setelah pembentukan atau setelah
pergantian kepengurusan, LKS Bipartit harus memberitahukan keberadaan dan
kedudukannya untuk kemudian dicatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota tempat usaha itu berada.
LKS Bipartit berfungsi sebagai forum komunikasi dan konsultasi antara pengusaha dengan
wakil serikat pekerja dan/atau wakil pekerja dalam rangka pengembangan hubungan
industrial untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan perusahaan, termasuk
di dalamnya adalah untuk kesejahteraan pekerja.
Dalam melaksanakan fungsinya, LKS Bipartit mempunyai tugas yang spesifik selain tugas
utama yang diembannya, yaitu :
Peranan LKS Bipartit secara langsung dalam suatu perusahaan yang biasa dilakukan antara
lain
Menampung, menyampaikan dan menjawab (sebatas yang diketahui) keluh kesah pekerja
Menjelaskan isi dan tata cara pelaksanaan Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja atau
Perjanjian Kerja Bersama
Dalam tata oragnisasinya LKS Tripartit ini terdiri dari unsur Pemerintah, organisasi
pengusaha dan serikat pekerja. Masa kepengurusannya tiga tahun. Posisi ketua LKS Tripartit
dijabat oleh Bupati/Walikota untuk wilayah Kabupaten/Kota, oleh Gubernur untuk wilayah
Propinsi dan oleh Menteri Tenaga Kerja bila secara nasional.
Untuk jumlah keanggotan LKS Tripartit tingkat Kabupaten/Kota sejumlah 21 orang yang
terdiri 7 orang dari masing-masing unsur Pemerintah Kabupaten/Kota, organisasi pengusaha
dan serikat pekerja. Untuk LKS Tripartit tingkat Propinsi keanggotaannya sejumlah 27 orang
yang terdiri 9 orang dari masing-masing unsur Pemerintah Provinsi, organisasi pengusaha
dan serikat pekerja. Sedangkan untuk LKS Tripartit Nasional keanggotaannya sejumlah 45
orang yang terdiri 15 orang dari masing-masing unsur Pemerintah, organisasi pengusaha dan
serikat pekerja
Selain menjalankan tugas utama dang fungsinya, keberadaan LKS Tripartit juga punya
peranan lain yaitu ;
Merumuskan pandangan, masukan dan saran tentang ketenagakerjaan untuk pejabat yang
berwenang
Wadah konsultasi dari pengusaha atau organisasi pengusaha, dan pekerja atau serikat
pekerja
3.2. Saran
Kita sebagai masyarakat umum setidaknya di haruskan tahu mengenai fungsi-fungsi lembaga
diatas, karena dengan kita mengetahui fungsi-fungsi lembaga tersebut kita dapat sedikit tahu
mengenai siapa-siapa saja oknum dan tugas seperti apa yang mereka jalankan dalam mencari
upaya penyelesaian suatu permasalahan yang ada di ruang lingkup hubungan industrial.
Sekiranya hanya itu yang dapat kami tulis untuk makalah ini, dan kami memohon maaf atas
kesalahan dalam penulisan dan ejaan, dan kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar kedepannya kami dapat memperbaiki pembuatan makalah di masa depan,
Sekian.
DAFTAR PUSTAKA
https://solidaritas.net/memahami-lembaga-kerja-sama-bipartit-dan-tripartit/
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/16871/1/604b145e82516c8225f09e10f08ea3b0.pdf
https://disnaker.balikpapan.go.id/web/detail/pengumuman/36/lks-bipartit-solusi-tepat-untuk-
kemajuan-perusahaan-dan-peningkatan-kesejahteraan-pekerjaburuh