Dosen Pengajar :
Disusun oleh :
ADMINISTRASI PUBLIK
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatklan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, maka makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas Mata Kuliah
Komunikasi dan Advokasi Kebijakan di tahun ajaran 2022/2023 dengan judul “Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Buruh dengan PT. United Rope”.
Saya sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
adanya kritikan dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi
di masa yang akan datang. Harapan saya, semoga makalah yang sederhana ini, dapat
memberikan kesadaran tersendiri bagi generasi muda.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Perselisihan dapat terjadi dalam setiap hubungan kerja antara buruh dengan
perusahaan atau pengusaha. Dalam setiap hubungan kerja antara buruh dengan
majikan. Maka para pihak-pihak yang terkait dalam perselisihan tersebut berusaha
kehidupan masyarakat, maka ruang lingkup kejadian atau peristiwa perselisihan pun
semakin luas. Seperti yang dimaksud oleh Undang-Undang No. 22 Tahun 2004
hubungan kerja dan perselisihan antara serikat perkerja/serikat buruh dalam satu
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan sesuai dengan apa yang telah
disepakati dalam perjanjian kerja. Tetapi dalam praktek masih sering terjadi
dialami oleh para pengusaha dengan para buruh. Sementara itu negara harus
Asasi Manusia. Sebagaimana amanat yang tertuang dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1945: “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
peranan yang sangat penting sebagai pelaku dalam tujuan pembangunan yang
tentunya dapat terlaksana jika telah dilakukan suatu perjanjian kerja antara
dimaksud dengan: “Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pemberi
kerja pekerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.”.
hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator
yang netral. Pihak sendiri, dan dapat juga diselesaikan dengan hadirnya pihak ketiga,
baik yang disediakan oleh negara atau para pihak sendiri. Dalam masyarakat modern
yang diwadahi organisasi kekuatan publik berbentuk negara, forum resmi yang
disediakan oleh negara untuk penyelesaian perkara atau perselisihan biasanya adalah
maupun internal.
Faktor eksternal misalnya kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang dapat
masing pekerja, misalnya ada masalah keluarga yang dapat berpengaruh pada kinerja
dilihat secara hitam: putih semata, melainkan melalui berbagai sudut pandang.
buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh
seseorang atau lebih mediator yang netral. Pihak sendiri, dan dapat juga diselesaikan
dengan hadirnya pihak ketiga, baik yang disedaikan oleh negara atau para pihak
untuk semua karyawan yang bekerja di PT. United Rope, surat tersebut dikeluarkan
karena adanya kesalahan dari pekerjaan yang membuat produk yang dibuat menjadi
gagal/rusak dan kemudian hal tersebut dikenakan sanksi oleh semua karyawan yang
bekerja. Sejumlah perselisihan pun terjadi mengenai masalah produk atau barang
yang diproduksi gagal yang membuat saudara Binsar Sitorus tidak terima dengan
surat panggilan yang dibuat oleh PT. United Rope, kemudian beliau melaporkan hal
tersebut ke serikat buruh yaitu Serikat Buruh Merdeka Indonesia untuk meminta
peradilan atas hal yang menimpa beliau yang menyangkut perselisihan mengenai
panggilan tersebut.
Permasalahan timbul pada tahun 2020 yang kemudian hal tersbut disarankan
untuk para pihak terlebih dahulu menyelesaikan persoalan secara musyawarah dan
solusi terhadap permasalahan yang timbul, sehingga hasil yang didapatkan dapat
memuaskan kedua belah pihak, namun jalan penyelesaian secara musyawarah dan
mufakat tidak mendapatkan hasil kata sepakat maka penyelesaian dari perselisihan
hubungan industrial diajukan kepada Dinas Badan Ketenagakerja, hal ini penggugat
menggugat PT. United Rope untuk membayar upah selama penggugat kerja di
perusahaan tersbut dengan didampingi oleh ketua Serikat Buruh Merdeka Indonesia.
Pada tahun 2022 hal ini dibawa sampai ke ranah Mahkamah Agung dikarena PT.
akan yang dibuat oleh penggugat hal ini tergugat menolak gugatan dari penggugat
yang dilakukan oleh PT. United Rope terhadap pekerja/buruh bagian proses dengan
masa kerja kurang lebih 25 tahun bekerja dengan upah perbulan Rp.3.623.336,00 dan
Rope ?
Tujuan penelitian yang dilakukan berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang
perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2 1. Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004, yaitu (1) lembaga perundingan biparti, (2)
lembaga konsiliasi, (3) lembaga arbitrase, (4) lembaga mediasi dan (5) pengadilan
bipartit.
bipartit untuk semua jenis perselisihan hubungan industrial. Jika tahap ini tidak
30 hari. Jika dalam waktu 30 hari salah satu pihak menolak berunding atau teelah
antara para pihak di dalam perundingan bipartit. Sebagai penamaan formal, istilah
“perjanjian bersama” bisa saja diterima, meskipun dari segi teori hukum hal itu
berlebihan, sebab setiap perjanjian selalu mengandung unsur kebersamaan. Istilah
istilah perjanjian kerja dan perjanjian kerja bersama. Perjanjian bersama wajib
dilaksanakan oleh para pihak. Perjanjian bersama wajib didaftarkan oleh para
hukum para pihak yang mengadakan perjanjian bersama. Perjanjian bersama yang
telah didaftarkan diberikan akta bukti pendaftaran perjanjian bersama. Pasal 7 ayat
(5) menegaskan bahwa apabila perjanjian bersama tidak dilaksanakan oleh salah
satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi
dalam pasal ini menunjukkan bahwa perjanjian bersama yang telah didaftarkan
oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan
Kemungkinan ketiga ini terjadi apabila salah satu atau dua belah pihak tidak
bersedia untuk mengadakan perundingan bipartit. Jika hal ini terjadi, maka
Anggapan yang tertuang di dalam pasal 3 ayat (3) ini merupakan contoh fiksi
hukum.
B. Konsiliasi
jika perundingan bipartit gagal, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak
pencatatan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak, instansi yang
atau perselisihan antar serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.
dapat diselesaikan lewat lembaga konsiliasi. Saya berpendapat bahwa tidak ada
alasan ilmiah perselisihan hak tidak dapat diselesaikan lewat lembaga konsiliasi.
oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator. Perjanjian bersama ini didaftarkan
Kedua, jika perjanjian bersama telah didaftar dan tidak dilaksanakan, maka pihak
konsiliator tidak dilaksanakan oleh salah satu atau para pihak, maka perselisihan
dalam pasal 24 ayat (1). Penegasan di dalam pasal ini menunjukkan bahwa tidak
C. Arbitrase
dan penyelesaian perselsihan antar serikat buruh hanya dalam satu perusahaan di
luar Pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak
terfokus pada penyelesaian perselisihan hak di antara para pedagang atau para
arbitrase, para pihak dapat memilih lembaga arbitrase. Hal ini ditegaskan di dalam
pasal 4 ayat (3). Sebagai perwujudan dari ketentuan ini pasal 32 menegaskan
perjanjian arbitrase sebelum dan setelah timbul sengketa. Hal ini ditegaskan di
ada di dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tertuang di dalam pasal 4 ayat
(3) dan pasal 29 sampai dengan pasal 54. Ada pertanyaan, bolehkah di dalam
Saya berpendapat bahwa di dalam perjanjian kerja atau perjanjian kerja bersama
Ternyata terjadi perselisihan hak antara Fresha dan Baskara. Meskipun ada
hubungan industrial.
arbiter wajib membuat akta perdamaian yang ditandatangani oleh para pihak dan
eksekutorial.
Apabila akta perdamaian tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak yang berselisih dan
merupakan putusan yang bersifat akhir dan tetap. Putusan arbitrase hubungan
oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan para pihak terhadap siapa putusan
itu harus dijalankan, agar putusan diperintahkan untuk dijalankan. Perintah ini
Putusan arbitrase hubungan industrial dapat dibatalkan. Salah satu pihak dapat
3. putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak
D. Mediasi
penylesaian perselihan antar serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
para pihak dan disaksikan oleh mediator. Perjanjian bersama ini didaftarkan di
dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan
jawaban secara tertulis kepada mediator yang isinya menyetujui atau menolak
menolak anjuran tertulis.4 Jika para pihak menyetujui anjuran tertulis mediator,
dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan
Jika anjuran tertulis mediator ditolak oleh salah satu pihak, maka para pihak
dalam pasal 14 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 tahun 2004. Jika pasal 14 ayat
(1) ini dihubungkan dengan pasal 24 ayat (1), maka akan diperoleh kesimpulan
Hubungan Industrial.
Pengadilan Hubungan Industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus (a)
di tingkat pertama mengenai perselsihan hak, (b) di tingkat pertama dan terakhir
pemutusan hubungan kerja, dan (d) di tingkat pertama dan terakhir mengenai
perselisihan antara serikat buruh. Untuk dua jenis perselsisihan, yaitu perselisihan hak
dan perselisihan pemutusan hubungan kerja ada upaya hukum, yaitu upaya hukum
kasasi. Untuk dua perselisihan, yaitu perselisihan kepentingan dan perselisihan antar
dalam praktik batas waktu ini amat sulit dipenuhi, karena tumpukan perkara di
Mahkamah Agung.
acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial adalah hukum acara perdata
yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang diatur
secara khusus dalam undang-undang ini. Salah satu contoh hal yang diatur secara
khusus tersebut adalah ketentuan pasal 56. Contoh lainnya adalah mengenai biaya.
dikenakan biaya, termasuk biaya eksekusi yang nilai gugatannya di bawah Rp.
150.000.000,00.
Pengadilan Negeri Kabupaten atau Kota yang berada di setiap ibukota propinsi yang
Hal penting yang diatur di dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2004 adalah
2 3. Upaya Hukum
banding. Di dalam perselisihan ini hanya dikenal lembaga kasasi. Jika Pengadilan
kerja, maka pihak yang tidak puas atas putusan tersebut dapat mengajukan kasasi ke
kepentingan dan perselisihan antar serikat buruh dalam satu perusahaan merupakan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
perkara antara PT. United Rope dengan saudara Binsar Sitorus Bahwa perselisihan
bermula dari perbaikan mesin pipa mati dan kemudian Termohon Kasasi dikenai
skorsing dan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pemohon Kasasi sejak tanggal 16
ketentuan Pasal 153 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 juncto Undang Undang
menimbang penjelasan umum alinea III Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004
merupakan kesepakatan para pihak dan apabila salah satu pihak tidak berkehendak
lagi dilanjutkan maka demi keadilan dan kemanfaatan berdasarkan tuntutan “mohon
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan
Hubungan Kerja, berhak 1 (satu) kali Uang Pesangon Uang Penghargaan Masa Kerja,
Uang Penggantian Hak, sesuai Pasal 40 ayat (2), (3), (4) dan Upah Proses 6 (enam)
Rabu, tanggal 20 April 2022 oleh Maria Anna Samiyati, S.H., M.H., Hakim Agung
yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. Horadin
Saragih, S.H., M.H., dan Dr. Andari Yuriko, S.H., M.H., Hakim-Hakim Ad Hoc PHI,
masing-masing sebagai Hakim Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri Para Hakim Anggota
tersebut dan oleh Jarno Budiyono, S.H. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh
para pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachmad Budiono, Hukum Perburuhan, Jakarta: Indeks: 2009. Aloysius Uwiyono,
Hak Mogok di Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia Program Pasca Sarjana, 2001.
Sudikno Mertokusumo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,
1993.
Sri Subiandini Gultom, 2008, Aspek Hukum Hubungan Industrial, cet kedua Inti Prima
Promosindo, Jakarta, h.14.
Zainal Asikin, dkk, 2004, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h.173.
Zaeni, Rahmawati, 2019, Hukum Ketenagakerjaan Dalam Teori Dan Praktik Di Indonesia.
Prenadamedia Group: Jakarta, h. 200
Zaeni Asyhadie, 2007, Hukum Kerja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 173.