Anda di halaman 1dari 32

“KOPERASI DAN YAYASAN”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah Hukum


Perusahaan

Dibuat Oleh
Dea Arsina Fitri

210701198

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan
karuniaNya saya dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah singkat ini adalah “Koperasi dan Yayasan”. Pada
kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata
kuliah Hukum Perusahaan yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan
makalah singkat ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah
singkat ini. Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
diharapkan dapat membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Pekanbaru, 04 Desember 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................5
2.1 Koperasi............................................................................................5
2.1.2 Pengertian Koperasi.......................................................................5
2.1.3 Tata Cara Pendirian Koperasi........................................................8
2.1.4 Keanggotaan Koperasi...................................................................9
2.1.5 Perangkat Organisasi Koperasi......................................................11
2.1.6 Modal dan sisa hasil usaha Koperasi..............................................14
2.1.7 Perbedaan Koperasi dengan badan usaha lainnya..........................17
2.1.8 Pembubaran Koperasi....................................................................18
2.2 Yayasan.............................................................................................18
2.2.1 Pengertian Yayasan........................................................................18
2.2.2 Pendirian Yayasan..........................................................................19
2.2.3 Organ Yayasan...............................................................................24
2.2.4 Pembubaran Yayasan.....................................................................28
BAB III PENUTUP...............................................................................30
3.2 Kesimpulan........................................................................................30
3.3 Saran..................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat banyak badan hukum maupun badan tidak


berbadan hukum yang memberikan kontribusi cukup besar dalam pembangunan
Indonesia, seperti PT, CV, firma, koperasi, dan lain-lain. Namun, ada beberapa
badan hukum yang saat ini kurang mendapat perhatian di mata masyarakat,
salah satunya yaitu koperasi. Saat ini, beberapa orang tampaknya percaya
bahwa koperasi itu tidak berguna untuk dibicarakan. Mereka berpikir bahwa
hanya UUD 1945 pasal 33 dan Undang- Undang Perkoperasian yang harus
mereka ketahui. Sebagian lainnya tampak menekankan pada apa yang menjadi
prinsip-prinsip koperasi dan beberapa sumber lain membahas tentang tugas-
tugas untuk memodernisasikan prinsip-prinsip dasar yang berakar dari abad ke-
19. Koperasi di negara-negara yang sedang berkembang, pada umunya tidak
memiliki kesempatan untuk tumbuh secara bertahap serta meningkatkan efisien
ekonominya agar sejajar dengan para pesaing swasta utama (lembaga) serta
ekonomi pemerintah lainnya. Koperasi harus mampu bersaing pada dunia yang
sedang berubah cepat. Demikian juga dengan koperasi-koperasi di Indonesia,
tidak dapat mengelak dari kecenderungan ini.Tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Sifat dasar inilah yang mendorong manusia
untuk memperhatikan orang-orang disekitarnya. Hal inilah yang mendorong
munculnya pembentukan yayasan, dimana keberadaan yayasan dianggap
sebagai suatu jawaban atau jalan bagi mereka yang menginginkan suatu wadah
atau lembaga yang dapat menyalurkan keinginan mereka untuk melaksanakan
segala kegiatan yang pada dasarnya bersifat kedermawanan baik dalam
sosial,keagamaan, kemanusiaan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
Yayasan dipandang sebagai bentuk ideal untuk mewujudkan keinginan manusia
dan karena keberadaannya dirasakan membawa manfaat positif dari sisi sosial
kemanusiaan. Hal ini disebabkan karena yayasan tidak semata-mata
mengutamakan profit atau mengejar mencari keuntungan atau penghasilan
sebagaimana layaknya badan usaha lainnya. Namun saat ini, yayasan telah
dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang bukan untuk tujuan sosial dan
kemanusiaan, seperti untuk meperkaya diri sendiri atau organ yayasan,
menghindari pajak yang seharusnya dibayar, menguasai suatu lembaga
pendidikan untuk selama-lamanya, menembus birokrasi, memperoleh berbagai
fasilitas dari negara atau penguasa dan berbagai tujuan lainnya. Oleh karena itu,
tim penulis merasa tertarik untuk mengangkat tema "Badan Hukum Koperasi
dan Yayasan" untuk membahas lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan tema yang kami angkat. Saat ini, beberapa orang tampaknya percaya
bahwa koperasi itu tidak berguna untuk dibicarakan. Mereka berpikir bahwa
hanya UUD 1945 pasal 33 dan Undang- Undang Perkoperasian yang harus
mereka ketahui. Sebagian lainnya tampak menekankan pada apa yang menjadi
prinsip-prinsip koperasi dan beberapa sumber lain membahas tentang tugas-
tugas untuk memodernisasikan prinsip-prinsip dasar yang berakar dari abad ke-
19. Koperasi di negara-negara yang sedang berkembang, pada umunya tidak
memiliki kesempatan untuk tumbuh secara bertahap serta meningkatkan efisien
ekonominya agar sejajar dengan para pesaing swasta utama (lembaga) serta
ekonomi pemerintah lainnya. Koperasi harus mampu bersaing pada dunia yang
sedang berubah cepat. Demikian juga dengan koperasi-koperasi di Indonesia,
tidak dapat mengelak dari kecenderungan ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Sifat dasar inilah yang mendorong manusia
untuk memperhatikan orang-orang disekitarnya. Hal inilah yang mendorong
munculnya pembentukan yayasan, dimana keberadaan yayasan dianggap
sebagai suatu jawaban atau jalan bagi mereka yang menginginkan suatu wadah
atau lembaga yang dapat menyalurkan keinginan mereka untuk melaksanakan
segala kegiatan yang pada dasarnya bersifat kedermawanan baik dalam sosial,
keagamaan, kemanusiaan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Yayasan
dipandang sebagai bentuk ideal untuk mewujudkan keinginan manusia dan
karena keberadaannya dirasakan membawa manfaat positif dari sisi social
kemanusiaan. Hal ini disebabkan karena yayasan tidak semata-mata
mengutamakan profit atau mengejar mencari keuntungan atau penghasilan
sebagaimana layaknya badan usaha lainnya. Namun saat ini, yayasan telah
dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang bukan untuk tujuan sosial dan
kemanusiaan, seperti untuk meperkaya diri sendiri atau organ yayasan,
menghindari pajak yang seharusnya dibayar, menguasai suatu lembaga
pendidikan untuk selama-lamanya, menembus birokrasi, memperoleh berbagai
fasilitas dari negara atau penguasa dan berbagai tujuan lainnya.Oleh karena itu,
tim penulis merasa tertarik untuk mengangkat tema "Badan Hukum Koperasi
dan Yayasan" untuk membahas lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan tema yang kami angkat1.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian koperasi dan yayasan ?

2) Apa peran dan fungsi koperasi ?

3) Bagaimana keanggotaan koperasi ?

4) Bagaimana prosedur pendirian koperasi dan yayasan?

5) Bagaimana struktur kepengurusan dalam koperasi dan yayasan

6) Bagaimana cara mendirikan koperasi dan yayasan?

7) Bagaimana cara pembubaran koperasi dan yayasan?

BAB I

1
Sri Djatnika, Ekonomi Koperasi, 2003, Jakarta:Salemba Empat, hal. 10
PEMBAHASAN

2.1. Koperasi

2.1.1. Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari kata "co" dan "operation" yang mengandung arti
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, secara umum koperasi
dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang
atau badan- badan yang memberikan kebebasan untuk masuk dan keluar
menjadi anggota, dengan kerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha,
untuk mempertinggi kesejahteraan anggotanya."

Koperasi diatur dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian


sebagai pengganti UU No. 12 Tahun 1967. Dalam Pasal 1 angka 1 UU
Perkoperasian dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah:
Badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Dengan pengertian diatas jelas bahwa koperasi harus berbadan hukum.


Caranya untuk memperoleh badan hukum ini adalah akta pendirian koperasi
tersebut harus disahkan oleh pemerintah, yang kemudian akta pendiriannya itu
harus diumumkan dalam Tambahan Berita Negara (Pasal 9 sampai dengan 14
UU No. 25 Tahun 1992).

2.1.2 Jenis-Jenis Koperasi

Jenis-jenis koperasi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu jenis koperasi


berdasarkan usaha dan keanggotaanya. Jika dilihat dari berdasarkan usaha dapat
dibagi menjadi Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Jasa dan
Koperasi Simpan Pinjam. Jika dilihat berdasarkan keanggotaannya yaitu
Koperasi Fungsional dan Koperasi non Fungsional, Koperasi Fungsional disini
seperti Koperasi Pegawai Negeri, Koperasi TNI, Koperasi Pasar (KOPPAS),
Koperasi Unit Desa (KUD), dan Koperasi Sekolah.

2.1.2. Fungsi dan Peran Koperasi

Koperasi sebagai suatu organisasi atau badan usaha dibidang bisnis


yang berdasarkan atas asas kekeluargaan/gotong royong memiliki fungsi dan
peran diantaranya (Pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992):

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota


pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan


manusia 3) Memperoleh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan dan masyarakat.

4) Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang


merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan atas demokerasi
ekonomi.

Dengan fungsi dan peran sebagaimana dikemukakan di atas, Koperasi harus


melaksanakan prinsip berikut ini:

a. Keanggotaan berisfat sukarela dan terbuka.Sifat kesukarelaan dalam


Keanggotaan Koperasi mengandung makna bahwa menjadianggota Koperasi
tidak boleh dipaksakan siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandungmakna
bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai
dengansyarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan
sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan
pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. Prinsip demokrasi menunjukkan
bahwa pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dankeputusan para
anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan tertinggi
dalam Koperasi.

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.


Kemandirian.Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa
tergantung pada pihak lainyang dilandasi oleh kepercayaan kepada
pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usahasendiri. Dalam kemandirian
terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggungjawab, otonomi,
swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, dankehendak
untuk mengelola diri sendiri.

Koperasi juga melaksanakan dua prinsip Koperasi yang lain yaitu


pendidikan perkoperasian dankerjasama antar Koperasi merupakan prinsip
Koperasi yang penting dalam meningkatkankemampuan, memperluas wawasan
anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkantujuan Koperasi. Kerja
sama dimaksud dapat dilakukan antar Koperasi ditingkat lokal,
regional,nasional dan internasional2.

2.1.3. Tata Cara Pendirian Koperasi

2
Arifinal Chaniago, Perkoperasian Indonesia, 1979, Bandung: Angkasa, hal. 2
1) Rapat pembentukan

Rapat pembentukan koperasi hanya bisa dilakukan oleh minimal dua puluh
orang calon anggota. Dalam rapat pembentukan yang perlu diputuskan adalah
akta pendirian dan anggaran dasar.

Anggaran dasar sekurang-kurangnya harus memuat:

a. Daftar nama pendiri; Nama dan tempat kedudukan;

b. Maksud dan tujuan serta bidang usaha;

c. Ketentuan mengenai keanggotan;

d. Ketentuan mengenai rapat anggota; Ketentuan mengenai pengelolaan;

e. Ketentuan mengenai permodalan;

f. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;

g. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha; Ketentuan mengenai sanksi

h. Permohonan pengesahaan

i.Permohonan pengesahaan harus dilakukan secara tertulis oleh para pendiri


kepada pemerintah

(Departemen yang membina Koperasi, sekarang Menteri Koperasi dan UKM),


dengan melampirkan:

a) berita acara rapat pembentukan;

b) akta pendirian;

c) anggaran dasar.

Pengesahan harus sudah dilakukan oleh pemerintah paling lambat tiga bulan
sejak permohonan diterima dengan mengumumkannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
2.1.4. Keanggotaan

Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa


Koperasi.Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar angota. Yang dapat
menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang mampu
melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi persyaratan
sebagaimana ditetapkandalam Anggaran Dasar Keanggotaan Koperasi
didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha
Koperasi.

Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat


sebagaimana diatur dalamAnggaran Dasar dipenuhi.Keanggotaan Koperasi
tidak dapat dipindahtangankan.Keanggotaan Koperasi pada dasarnya tidak
dapat dipindah-tangankan karena persyaratan untukmenjadi anggota Koperasi
adalah kepentingan ekonomi yang melekat pada anggota yangbersangkutan,
dalam hal anggota Koperasi meninggal dunia, keaanggotaannya dapat
diteruskanoleh ahli waris yang memenuhi syarat dalam Anggaran Dasar. Hal ini
dimaksudkan untuk memelihara kepentingan ahli waris dan mempermudah
proses mereka untuk menjadi anggota.

Selain itu, yang dapat menjadi anggota Koperasi Primer adalah orang-
seorang yang telah mampumelakukan tindakan hukum dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Koperasi yangbersangkutan. Hal
inidimaksudkan sebagai konsekuensi Koperasi sebagai badan hukum.
Namundemikian khusus bagi pelajar, siswa dan/atau yang dipersamakan dan
dianggapbelum mampumelakukan tindakan hukum dapat membentuk Koperasi,
tetapi Koperasi tersebut tidak disahkansebagai Badan Hukum dan statusnya
hanya Koperasi tercatat.

Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan
kewajibankeanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Dalam hal
terdapat orang yang ingin mendapat pelayanan dan menjadi anggota Koperasi,
namuntidak sepenuhnya dapat memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalam Anggaran Dasar,mereka dapat diterima sebagai anggota luar biasa.
Ketentuan ini memberi peluang bagipenduduk Indonesia bukan warga negara
dapat menjadi anggota luar biasa dari suatu Koperasisepanjang memenuhi
ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi
sebagaimana diaturdalam Anggaran Dasar. Setiap anggota mempunyai
kewajiban:

a. Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan


yang telahdisepakati dalam Rapat Anggota;

b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi;

c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas


kekeluargaan.

Setiap anggota mempunyai hak :

a. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat


Anggota;

b. Memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas;

c. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran


Dasar;

d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota


baik dimintamaupun tidak diminta;

e. Memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama


anggota;

f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi


menurutketentuan dalam Anggaran Dasar.
Sebagai konsekuensi seseorang menjadi anggota Koperasi, maka
anggota mempunyai kewajibanyang harus dipenuhi, yaitu mematuhi ketentuan
yang ada dalam Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga serta keputusan
yang telah disepakati dalam Rapat Anggota. Mengingat anggotaadalah pemilik
dan pengguna jasa sangat berkepentingan dalam usaha yangdijalankan
olehKoperasi, maka partisipasi anggota berarti pula untuk mengembangkan
usaha Koperasi. Hal itusejalan pula dengan hak anggota untuk memanfaatkan
dan mendapat pelayanan dariKoperasinya. Anggota merupakan faktor penentu
dalam kehidupan Koperasi, oleh karena itupenting bagi anggota untuk
mengembangkan dan memelihara kebersamaan.

2.1.5. Perangkat Organisasi Koperasi

Menurut ketentuan Pasal 21 UU No. 25 Tahun 1992, perangkat organisasi


Koperasi terdiri dari sebagai berikut.

1) Rapat Anggota

Rapat anggota koperasi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam


pengelolaan koperasi, yang mempunyai kewenangan menetapkan:

a) Anggaran dasar;

b) Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi;


c) Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus, dan pengawas;

d) Rencana kerja, rencana anggaran dan pendapatan dan belanja koperasi, serta
laporan pengesahan keuangan;

e) Pengesahan, pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;

Rapat anggota harus dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam


setahun. Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah mufakat.
Apabila tidak tercapai keputusan dengan cara ini,keputusan tersebut dapat
diambil. dengan suara terbanyak melalui suatu pemungutan suara.Pemungutan
suara yang dimaksud ayat ini dilakukan hanya oleh anggota yang hadir.

Selain Rapat Anggota, Koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar


Biasa apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan segera yang
wewenangnya ada pada Rapat Anggota.Rapat Anggota Luar Biasa diadakan
apabila sangat diperlukan dan tidak bisa menunggu diselenggarakannya Rapat
Anggota. Rapat Anggota Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah
anggota Koperasi dan atau keputusan Pengurus yang pelaksanaannya diatur
dalam Anggaran Dasar.

Permintaan Rapat Anggota Luar Biasa oleh anggota dapat dilakukan


karena berbagai alasan,terutama apabila anggota menilai bahwa Pengurus telah
melakukan kegiatan yang bertentangandengan kepentingan Koperasi dan
menimbulkan kerugian terhadap Koperasi. Jika permintaan tersebut telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, maka Pengurus
harusmemenuhinya. Rapat Anggota Luar Biasa atas keputusan Pengurus
dilaksanakan untukkepentingan pengembangan Koperasi. Rapat Anggota Luar
Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan wewenang Rapat Anggota.

2) Pengurus Koperasi

Menurut ketentuan Pasal 29 UU No. 25 Tahun 1992, pengurus dipilih


dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Masa jabatan pengurus
paling lama 5 tahun. Dalam tahap pertama, susunan dan nama pengurus
dicantumkan dalam akta pendirian.

Pengurus koperasi bertugas:

a) Mengelola koperasi dan usahanya;


b)Mengajukan rancangan rencana anggran pendapatan dan belanja koperasi;

c) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksaan tugas;


dan

d) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus

e) Menyelenggarakan rapat anggota;

Sementara kewenangan pengurus adalah:

a) Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan;

b) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggot baru serta pemberhentian


anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar;

c) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan kopeerasi


sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.

Untuk kepentingan pengelolaan koperasi, pengurus dapat mengangkat


pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha.Ketentuan
ini dimaksudkan untuk mewujudkan profesionalisme dalam pengelolaan
usahaKoperasi. Karenanya, Pengurus dapat mengangkat tenaga Pengelola yang
ahli untuk mengelola usaha Koperasi yang bersangkutan. Penggunaan istilah
Pengelola dimaksudkan untuk dapatmencakup pengertian yang lebih luas dan
memberi alternatif bagi Koperasi. Dengan demikiansesuai kepentingannya
Koperasi dapat mengangkat Pengelola sebagai manajer atau direksi.Maksud
dari kata diberi wewenang dan kuasa adalah pelimpahan wewenangdan kuasa
yang dimiliki oleh Pengurus.

Dengan demikian Pengurus tidak lagi melaksanakan sendiri wewenang


dan kuasa yang telah dilimpahkan kepada Pengelola dan tugas Pengurus beralih
menjadimengawasi pelaksanaan wewenang dan kuasa yang dilakukan
Pengelola. Adapun besarnyawewenang dan kuasa yang dilimpahkan ditentukan
sesuai dengan kepentingan Koperasi.Dalam hal yang demikian, pengurus harus
mendapat persetujuan rapat anggota. Pengelola bertanggung jawab kepada
pengurus tanpa mengurangi tanggung jawab pengurus itu sendiri. Hubungan
hukum antara pengurus dengan pengelola adalah hubungan kerja sebagaimana
ketentuan Hukum Ketenagakerjaan.

3) Pengawas

Sebagaimana halnya pengurus, pengawas juga dipilih dari dan oleh anggota,
dengan tugas-tugas antara lain:

a) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksaan dan pengelolaan


koperasi;

b) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan.

Dalam rangka melaksaan tugas tersebut, pengawas berwenang untuk meneliti


catatan yang ada pada koperasi, mendapatkan keterangan yang diperlukan, dan
merahasiakan hasil pengawasannya pada pihak ketiga.

2.1.6. Modal dan Sisa Hasil Usaha Koperasi

Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan


anggota dan bukanuntuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas
jasa terhadap modal yangdiberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak
didasarkan semata-mata atasbesarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud
dengan terbatas adalah wajar dalam artitidak melebihi suku bunga yang berlaku
dipasar. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.Modal
sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebutmodal ekutif. Modal
sendiri dapat berasal dari:

1) Simpanan pokok.Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama


banyaknya yang wajib dibayarkanoleh anggota kepada Koperasi pada
saatmasuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidakdapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2) Simpanan wajib. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang


tidak harus sama yang wajibdibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu
dan kesempatan tertentu. Simpananwajib tidak dapat diambil kembaliselama
yang bersangkutan masih menjadi anggota.

3) Dana cadangan. Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan sisa hasil usaha,yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri
dan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan.

4) Hibah

Sementara itu, modal pinjamandapat berasal dari :

1) Anggota;

2) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya:

3) Bank dan lembaga keuangan lainnya;

4) Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya;

5) Sumber lain yang sah.

Koperasi dapat pula melakukan pemupukanmodal yang berasal dari


modal penyertaan.Pemupukan modal dari modal penyertaan, baik yang
bersumber dari Pemerintah maupun darimasyarakat dilaksanakan dalam rangka
memperkuatkegiatan usaha Koperasi terutama yangberbentuk investasi. Modal
penyertaan ikut menanggung resiko. Pemilik modal penyertaantidak
mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota dan dalam menentukan
kebijaksanaanKoperasi secara keseluruhan. Namun demikian, pemilik modal
penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha
investasi yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai dengan perjanjian.
Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Sisa
hasil usaha tersebut setelah dikurang dana cadangan harus dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing
anggota koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian,
dan keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota.

Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata


berdasarkanmodal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga
berdasarkan perimbangan jasausaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan
yang demikian ini merupakan perwujudan nilaikekeluargaan dan keadilan.

2.1.7. Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lainnya

Perbedaan koperasi dengan bentuk badan usaha lainnya adalah sebagai berikut.

Berdasarkan Unsur

1. Para Pihak

Orang-orang yang tidak bermodal Tidak sehingga untuk mendapatkan modal


besar harus banyak anggotanya. Untuk kemakmuran bersama, yakni Badan
Usaha Lain perlu banyak jumlahnya, karena masing- masing mempunyai modal
yang besar.

2. Tujuan Koperasi kebutuhan masing-masing anggota. Dikumpulkan dari


simpanan- simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha, termasuk
dana cadangan, serta sumber lain Untuk mencari keuntungan.

3. Modal yang sah. Pembagian hasil usaha (SHU) dibagikan kepada semua
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing
anggota setelah dikurangi dengan dana cadangan. Terdiri atas masukan-
masukan para sekutu yang dilakukan sekali saja dengan jumlah yang besar.
Pembagian hasil usaha atau keuntungan akan. dibagi sebanding dengan jumlah
pemasukan modal.

4. Pembagian Hasil Usaha

2.1.8. Pembubaran Koperasi

a) Cara Pembubaran Koperasi

Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan :

a. Keputusan Rapat Anggota, atau

b. Keputusan Pemerintah.

Keputusan pembubaran oleh Pemerintah dilakukan apabila :

a. Terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi


ketentuan Undang-undang ini;

b. Kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan.


Keputusan pembubaran karena alasan kegiatan Koperasi bertentangandengan
ketertibanumum dan/atau kesusilaan dalam ketentuan ini dilakukan apabila
telah dibuktikan dengankeputusan pengadilan. Keputusan pembubaran karena
alasan kelangsungan hidupnya tidakdapat lagi diharapkan, antara lain karena
dinyatakan pailit. Kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.

2.2. Yayasan

2.2.1 Pengertian Yayasan

Menurut UU No. 16 Tahun 2001, yayasan adalah badan hukum yang


terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkanuntuk mencapai tujuan
tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidakmempunyai
anggota. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan,
diharapkan Yayasan akan menjadi dasar hukum yang kuat dalam mengatur
kehidupan Yayasan di Indonesia, serta menjamin kepastian dan ketertiban
hukum agar Yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya
berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas."

Keterbukaan dan akuntabilitas pengelolaan yayasan memberikan


persepsi bahwa informasi pengelolaan dan kegiatan yayasan dapat diketahui
segala pihak yang berkepentingan sehingga masyarakat harus memiliki hak
untuk mendapat informasi secara jujur mengenai yayasan baik dari pihak
yayasan maupun dari pemerintah. Kedua prinsip tersebut secara langsung dapat
membantu meningkatkan profesionalisme yayasan karena masyarakat dapat
langsung mengawasi program- program kerja yayasan.

2.2.2. Pendirian Yayasan

a) Pendirian

Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih maupun badan hukum
dengan memisahkan sebagian harta kekayaanpendirinya, sebagai kekayaan
awal. Dasar pendirian yayasan ini dapat berupa kesepakatan para pendiri untuk
melakukan kegiatan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, ataupun dapat
berdasar kepada suatu surat wasiat. Proses pendirian yayasan tersebut dilakukan
dengan akta notaris, kecuali untuk pendirian yayasan oleh orang asing atau
bersama-sama dengan orang asing yang akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah.

Dalam pembuatan akta pendirian Yayasan, pendiri dapat diwakili oleh


orang lain berdasarkansurat kuasa. Apabila Yayasan didirikan menggunakan
surat wasiat, penerima wasiat bertindakmewakili pemberi wasiat. Dalam hal
surat wasiat tidak dilaksanakan, maka ataspermintaan pihak yang
berkepentingan, Pengadilan dapat memerintahkan ahli waris ataupenerima
wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut3.
3
Chatamarrasjid Ais, op. cit, hal. 2
b) Pengesahan

Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian akta


pendirian yang dibuat oleh notaris memperoleh pengesahan dari
Menteri.Kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian
Yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atasnama Menteri, yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan. Dalam memberikan
pengesahan, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia dapat meminta pertimbangan dari instansiterkait.Pengesahan akta
pendirian diajukan olehpendiri atau kuasanya dengan mengajukan permohonan
tertulis kepada Menteri melalui Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM.
Pengesahan diberikan dalam waktu paling lambat 30(tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.Dalam hal diperlukan
pertimbangan pengesahan diberikan atau tidak diberikan dalam jangka waktu:

a. Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal jawaban


permintaan pertimbangan diterima dari instansi terkait; atau

b. Setelah lewat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal jawaban


permintaanpertimbangan kepada instansi terkait tidak diterima.

Apabila permohonan pengesahan ditolak, makaMenteri wajib


memberitahukan secara tertulis disertai dengan alasannya, kepada
pemohonmengenai penolakan pengesahan tersebut.Alasan penolakan adalah
bahwa permohonan yangdiajukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang dan/atau peraturan pelaksanaannya.

Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap
perlu. Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama dan tempat kedudukan;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan


tujuantersebut;

c. Jangka waktu pendirian;

d. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi

e. pendiridalam bentuk uangatau benda; Cara memperoleh dan penggunaan


kekayaan;

f. Tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota

Pembina, Pengurus,dan Pengawas;

Hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;

Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;

Ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;

Penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan Penggunaan kekayaan sisa


likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah pembubaran.

Keterangan lain memuat sekurang-kurangnya nama,alamat, pekerjaan, tempat


dan tanggal lahir, serta kewarganegaraan Pendiri, Pembina, Pengurus, dan
Pengawas.

c) Pengumuman

Akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau
perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui, wajib diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara RepublikIndonesia.Pengumuman diajukan
permohonannya oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepada Kantor
Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktupaling lambat 30 (tiga)
puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan.

Ketentuan mengenai besarnya biaya pengumumanditetapkan dengan


Peraturan Pemerintah.Selama pengumuman belum dilakukan, Pengurus
Yayasanbertanggung jawab secara tanggung renteng atas seluruh kerugian
Yayasan. Konsekuensi dari tidak dilakukannya pengumuman adalah bahwa
selama pengumuman belum dilakukan, pengurus yayasan bertanggung jawab
secara tanggung renteng atas seluruh kerugian yayasan. Setelah ketiga proses
diatas tersebut dijalankan, maka yayasan tersebut telah sah menjadi suatu badan
hukum4.

2.2.3.Organ Yayasan

Yayasan sebagai badan hukum berbeda dengan badan hukum lainnya


seperti Perseroan Terbatas ataupun Koperasi, yayasan tidak memiliki anggota
ataupun persero. Yayasan hanya memiliki organ-organ yang berfungsi sebagai
pengelola yayasan, yaitu pembina, pengurus dan pengawas."

a. Pembina

Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak


diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-undang tentang
yayasan atau Anggaran Dasar.

a.Kewenangan pembina meliputi:


4
"Ignatius Ridwan Widyadharma. Badan Hukum Yayasan (Undang-Undang Nomor
2001),2001, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, hal. 12
Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;

b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;

c. Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;

d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan;

dan

e.Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.

Yang dapat diangkat menjadi anggota Pembina adalah orang


perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan/atau mereka yang berdasarkan
keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi
untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

Dalam hal Yayasan karena sebab apapun tidak lagi mempunyai


Pembina, paling lambat dalamwaktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
kekosongan, anggota Pengurus dan anggota Pengawas wajib mengadakan rapat
gabungan untuk mengangkat Pembina denganmemperhatikan ketentuan5.

Keputusan rapat sah apabila dilakukansesuai dengan ketentuan


mengenai korum kehadiran dan korum keputusan untuk perubahanAnggaran
Dasar sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang tentang Perkoperasian
dan/atau Anggaran Dasar.Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai
anggota Pengurus dan/atau anggota Pengawas.Pembina mengadakan rapat
sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun. Dalam rapat tahunan, Pembina
melakukan evaluasi tentang kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun yang
lampau sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenaiperkembangan
Yayasan untuk tahun yang akan datang.

b. Pengurus

5
'Ignatius Ridwan Widyadharma, op. cit, hal. 59
Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan
Yayasan. Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah orang perseorangan
yang mampu melakukanperbuatan hukum.Pengurus tidak boleh merangkap
sebagai Pembina atau Pengawas Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina
untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan.

berdasarkan keputusan rapat Pembina Susunan Pengurus sekurang-kurangnya


terdiri atas:

a.Seorang ketua;

b. Seorang sekretaris; dan

c. Seorang bendahara

Dalam hal Pengurus selama menjalankan tugasmelakukan tindakan


yang oleh Pembina dinilai merugikan Yayasan, maka berdasarkan keputusan
rapat Pembina, Pengurus tersebut dapat diberhentikan sebelum Masa
kepengurusannya berakhir.

Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, Pembina wajib


menyampaikanpemberitahuan secara tertulis kepada Menteri dan kepada
instansi terkait.Pemberitahuan wajib disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengurus Yayasan. Dalam
hal pengangkatan, pemberhentian dan penggantian Pengurus dilakukan tidak
sesuai denganketentuan Anggaran Dasar, atas permohonan yang
berkepentingan atau atas permintaan Kejaksaan dalam hal mewakili
kepentingan umum, Pengadilan dapat membatalkan pengangkatan,
pemberhentian,atau penggantian tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal permohonanpembatalan diajukan.

Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan


Yayasan untuk kepentingandan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan
baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Setiap Pengurus menjalankan tugas
dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan
Yayasan. Dalam menjalankan tugas, Pengurus dapat mengangkatdan
memberhentikan pelaksana kegiatan Yayasan.Ketentuan mengenai syarat dan
tata cara pengangkatan dan pemberhentian pelaksana kegiatan Yayasan diatur
dalam Anggaran Dasar Yayasan.

Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabilayang


bersangkutan dalammenjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar, yang mengakibatkankerugian Yayasan atau pihak ketiga.
Anggota Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan apabila:

a. Terjadi perkara di depan pengadilan antara Yayasan dengan anggota


Pengurus yangbersangkutan; atau

b. Anggota Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang


bertentangandengan kepentingan Yayasan.

Dalam hal terdapat keadaan dimana anggota kehilangan kewenangan terhadap


Yayasan, yang berhak mewakili Yayasan ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

a.Mengikat Yayasan sebagai penjamin utang:

b. Mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuan Pembina;

Anggaran Dasar dapat membatasi kewenangan Pengurus dalam


melakukan perbuatan hukumuntuk dan atas nama Yayasan. Pengurus dilarang
mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan,
Pembina, Pengurus, dan/atau Pengawas Yayasan, atau seseorang yang bekerja
pada Yayasan. Larangan tersebut tidak berlaku dalam hal perjanjian tersebut
bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengurus dan
kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan
tersebut, maka setiap Anggota Pengurus secara tanggung renteng bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.

Anggota Pengurus yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan


karena kesalahan ataukelalaiannya tidak bertanggung jawab secara tanggung
renteng atas kerugian tersebut. Anggota Pengurus yang dinyatakan bersalah
dalam melakukan pengurusan Yayasan yangmenyebabkan kerugian bagi
Yayasan, masyarakat, atau Negara berdasarkanputusanpengadilan, maka dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut
memperoleh kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat diangkat menjadi
Pengurus Yayasan manapun.

c) Pengawas

Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan


pengawasanserta memberi nasihatkepada Pengurus dalam menjalankan
kegiatan Yayasan. Yayasan memiliki Pengawas sekurang-kurangnya (satu)
orang Pengawas yang wewenang,tugas, dan tanggung jawabnyadiatur dalam
Anggaran Dasar. Yang dapat diangkat menjadi Pengawas adalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.Pengawas tidak. boleh
merangkap sebagai Pembina atau Pengurus. Pengawas Yayasan diangkat dan
sewaktu-waktu dapat diberhentikan keputusan rapat Pembina Dalam hal
pengangkatan,pemberhentian, dan penggantian Pengawas dilakukan tidak
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, atas permohonan yang
berkepentingan umum, Pengadilan dapat membatalkan pengangkatan,
pemberhentian atau penggantian tersebut.Pengawas wajib dengan itikad baik
dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasuntuk kepentingan Yayasan.
Pengawas dapat memberhentikan sementara anggota Pengurus dengan
menyebutkanalasannya. Pemberhentian sementara paling lambat 7 (tujuh)
hariterhitung sejak tanggal pemberhentian sementara, wajib dilaporkan secara
tertulis kepada Pembina.Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal laporan diterima, Pembina wajib memanggil anggota Pengurus yang
bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.

Dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
pembelaan diri, Pembina wajib:

a.Mencabut keputusan pemberhentian sementara; atau

b. Memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan.

Apabila pemberhentian sementara tersebut batal demi hukum. Pembina


tidak melaksanakan ketentuan tersebut, Pengawas Yayasan diangkat oleh
Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina untuk jangkawaktu selama 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan, Pembina wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri dan kepada
instansi terkait.Pemberitahuan tersebut wajib disampaikan paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas
Yayasan.

Dalam hal pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian Pengawas


dilakukan tidak sesuai denganketentuan Anggaran Dasar, atas permohonan
yang berkepentingan atau atas permintaan Kejaksaandalam hal mewakili
kepentingan umum, Pengadilan dapat membatalkan
pengangkatan,pemberhentian,dan penggantian Pengawas tersebut. Dalam hal
kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengawas dalam melakukan
tugaspengawasan dan kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutup kerugian
akibat kepailitantersebut, setiap anggota Pengawas secara tanggung renteng
bertanggung jawab atas kerugiantersebut.

Anggota Pengawas Yayasan yang dapat membuktikan bahwa kepailitan


bukan karenakesalahan atau kelalaiannya, tidak bertanggung jawab secara
tanggung renteng atas kerugiantersebut. Setiap anggota Pengawas yang
dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan Yayasanyang menyebabkan
kerugian bagi Yayasan, masyarakat, dan/atau Negara berdasarkan putusan
Pengadilan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sejak putusan
tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi
Pengawas Yayasan manapun.

2.2.4. Pembubaran Yayasan

Yayasan bubar karena:

a. Jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir:

b. Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau
tidak tercapai:

c.Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap


berdasarkan alasan:

1) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;

2) Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau

3) Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya


setelahpernyataan pailit dicabut.

Dalam hal Yayasan bubar karena Jangka waktu yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar berakhir dan tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar telah tercapai atau tidak tercapai, Pembina menunjuk likuidator untuk
membereskan kekayaan Yayasan.Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, Pengurus
bertindak selaku likuidator.Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat
melakukan perbuatan hukum, kecuali untukmembereskan kekayaannya dalam
proses likuidasi. Dalam hal Yayasan sedang dalam proses likuidasi, untuk
semua surat keluar, dicantumkan frasa"dalam likuidasi" di belakang nama
Yayasan. Dalam hal Yayasan bubar karena putusan Pengadilan, maka
Pengadilan juga menunjuk likuidator. Dalam hal pembubaran Yayasan karena
pailit, berlaku peraturan perundang-undangan di bidang Kepailitan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau


badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan. Dalam menjalankan usahanya, koperasi memiliki prinsip, serta
fungsi dan perannya sebagai salah satu badan hukum yang ada di Indonesia.
Syarat untuk menjadi anggota koperasi yaitu setiap warga negara Indonesia
yang mampumelakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkandalam Anggaran Dasar. Dalam pengelolaan
organisasinya, terdapat 3 perangkat organisasi Koperasi, yaitu rapat anggota,
pengurus dan pengawas. Modal koperasi dapat bersumber dari modal sendiri,
modal pinjaman, maupun modal penyertaan.

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang


dipisahkan dan diperuntukkanuntuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidakmempunyai anggota. Yayasan sebagai
badan hukum berbeda dengan badan hukum lainnya seperti Perseroan Terbatas
ataupun Koperasi, yayasan tidak memiliki anggota ataupun persero. Yayasan
hanya memiliki organ-organ yang berfungsi sebagai pengelola yayasan, yaitu
pembina, pengurus dan pengawas.

3.2. Saran

Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami
selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermaanfaat untuk
kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Djatnika, Sri. 2003. Ekonomi Koperasi. Jakarta: Salemba Empat.

Ais, Chatamarrasjid. 2006. Badan Hukum Yayasan. Bandung: PT Citra Aditya


Bakti.

Chaniago, Arifinal. 1979. Perkoperasian Indonesia. Bandung: Angkasa.


Widyadhama, Ignatius R. 2001. Badan Hukum Yayasan (Undang-undang
nomor 16 Tahun 2001).

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Anda mungkin juga menyukai