Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Hukum Pajak dan Keuangan


Tentang :
“Jenis dan Objek Pajak”

Dosen Pengampu : Rahmannur Ikhuanza,SH., MH

Disusun oleh :
Kelompok 4
Rezky Alfaj 210701181
Dewi Ayu Sartika 210701202
Taufiqqurahman 210701178
Kelas A2

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
TA : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, Dia Maha Mengetahui dan Bijaksana, dan Dia memimpin
hamba-hamba-Nya kepada agama yang lurus, dan hanya kepada-Nya saja. Shalawat dan
salam dapat dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
umatnya dengan keteladanannya.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kesempatan,
dan pikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan
makalah yang akan membahas tentang jenis pajak dan objek pajak , yang semuanya
terangkum dalam makalah ini, sehingga pemahaman masalah lebih mudah dipahami,
lebih singkat dan lebih akurat.
Sistematika makalah ini dimulai dari pendahuluan, yaitu sensasi dari materi yang
telah dibahas dan akan dibahas pada bab ini. Selanjutnya pembaca akan di suguhkan
dengan isi kajian makalah dan kesimpulan dari makalah ini.dan semoga pembaca dapat
memahami materi makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 7 November 2021

Penyusun
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i


...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
...........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
a) Latar Belakang .......................................................................................................1
b) Rumusan Masalah ..................................................................................................2
c) Tujuan Makalah .....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3
1. Macam - Macam Jenis Pajak .................................................................................3
2. Objek Pajak PPH ...................................................................................................6
3. Objek Pajak PPN-PPn BM ....................................................................................7
4. Objek Pajak Bea Materai .......................................................................................8
5. Objek Pajak Bea Cukai ..........................................................................................9
6. Objek Pajak Bumi dan Bangunan ..................................................................................10
7. Objek Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ................11
8. Objek Pajak Daerah ..............................................................................................11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................13
a) Kesimpulan ............................................................................................................13
b) Saran ......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................14
ii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masalah Pajak merupakan sumber penghasilan penting negara yang berasal dari
rakyat. Karena pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting, maka
pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang
dapat dipaksakan penagihannya. Untuk mewujudkan sebuah kenaikan pendapatan negara,
pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari
sektor pajak. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak adalah dengan melakukan reformasi perpajakan,
yaitu dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Perpajakan
serta sistem administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga
potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan
menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara berupa uang yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang dapat dipaksakan
sesuai peraturan perundang-undangan dengan tidak mendapat imbalan secara langsung
untuk keperluan negara dalam menyelenggarakan pemeritahan demi mencapai
kesejahteraan umum.
2. Rumusan Masalah
?Apa sajakah macam macam jenis pajak .1
?Apa itu objek pajak PPH .2
?Apa itu objek pajak PPN-PPn BM .3
?Apa itu objek pajak Bea Materai .4
?Apa itu objek pajak Bea Cukai .5
?Apa itu objek pajak Bumi dan Bangunan .6
Apa itu objek Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan .7
?(BPHTB)
?Apa itu objek pajak daerah .8

1
Tujuan Penulisan .3
Mengetahui dan memahami macem-macem jenis p .1
Mengetahui dan memahami objek pajak PPH .2
Mengetahui dan memahami objek pajak PPN-PPn BM .3
Mengetahui dan memahami objek Bea Materai .4
Mengetahui dan memahami objek pajak Bea Cukai .5
Mengetahui dan memahami objek pajak Bumi dan Bangunan .6
Mengetahui dan memahami objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan .7
Bangunan (BPHTB)
Mengetahui dan memahami objek pajak daerah .8
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Jenis Pajak
1. Pajak penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud
dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dengan demikian, maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,
honorarium, hadiah, dan lain sebagainya. Adapun jenis-jenis PPh adalah sebagai
berikut:

 PPh Pasal 15
 PPh Pasal 19
 PPh Pasal 21
 PPh Pasal 22
 PPh Pasal 23
 PPh Pasal 24
 PPh Pasal 25
 PPh Pasal 26
 PPh Pasal 29
 PPh Final Pasal 4 ayat 2

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPn)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang Pribadi,
perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau

Jasa Kena Pajak dikenakan PPN.

Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan objek PPN, namun ada
beberapa pertimbangan, baik soal ekonomi maupun sosial, maka ada beberapa
barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN, sehingga tidak termasuk dalam objek
PPN. Secara sederhana, objek PPN dikelompokan menjadi dua, yakni:

1. Barang Kena Pajak (BKP), yaitu barang berwujud berupa barang bergerak dan
barang tidak bergerak, serta barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.
2. Jasa Kena Pajak (JKP), yaitu tiap-tiap kegiatan berupa pelayanan yang dengan
berdasarkan perikatan atau perbuatan hukum memungkinkan suatu barang
atau fasilitas atau kemudahan atau hak, tersedia untuk dipakai. Selain itu, jasa
yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, juga termasuk dalam kategori
JKP, yang dikenakan pungutan PPN.

Dua kategori di atas ini merupakan garis besar objek PPN yang tertuang
dalam peraturan perundang-undangan. Secara spesifik, macam-macam objek PPN
serta yang tidak termasuk dalam objek PPN tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) atau biasa disebut UU PPN dan PPnBM.

3. Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPnBM)


Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang Kena Pajak tertentu yang
tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM.. Barang-barang yang tergolong
mewah memiliki kriteria sebagai berikut:

 Bukan merupakan barang kebutuhan pokok.


 Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.

 Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan


tinggi.
 Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.
 Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta
mengganggu ketertiban masyarakat.

4. Bea Matrai (BM)


Bea materai adalah pajak atas pemanfaatan dokumen yang dikenakan pada
saat sedang mengurus surat-surat tertentu seperti surat perjanjian, akta notaris,
serta kwitansi pembayaran, surat berharga dan efek, yang memuat jumlah uang
atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
5. Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan yang dimaksud adalah pajak yang dikenakan
atas kepemilikan, pemanfaatan dan atau penguasaan atas tanah dan atau
bangunan. Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan, di
mana pengertian bumi dan atau bangunan dijelaskan sebagai berikut.
“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan atau perairan“.
Sektor pajak PBB dikategorikan dalam 5 kelompok diantaranya Sektor
Pedesaan, Perkotaan, Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan. Namun, ada
perubahan pada kategori sektor tersebut, berdasarkan Undang-Undang No. 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) mulai 1 Januari
2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan (Sektor P2) telah masuk ke dalam kategori
Pajak Daerah. Sedangkan untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan
(Sektor P3) masih tetap merupakan Pajak Pusat.

6. Pajak Daerah
Pajak daerah dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak yang dikelola oleh
pemerintah provinsi dan oleh kabupaten/kota. Adapun, pengelola pajak tersebut
dilaksanakan oleh Dinas atau Badan Pendapatan Daerah. Umumnya, setiap daerah
memiliki nama yang berbeda atas dinas atau Badan Pendapatan Daerah tersebut.

B. Objek Pajak PPH


Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983
yang telah diperbaharui oleh UU No.36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk
dalam penghasilan adalah :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan
lain dalam undang-undang ini, 
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,
c. Laba usaha,
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak,
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,
h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,

6
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing,
m. Karena penilaian kembali aktiva,
n. Premi asuransi,
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak,
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah,
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
s. Surplus Bank Indonesia.

C. Objek Pajak PPN-PPn BM


A. Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha dengan syarat :  
 Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang kena
pajak
 Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor barang kena pajak
c. Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh
pengusaha dalam syarat :
 Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak
 Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean

7
 Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
g. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha
diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun sendiri
yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, oleh
orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau pihak
lain.
h. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah
diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh
pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

B. Objek pajak PPn-BM (Pajak Penjualan atas barang mewah)


Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
UU No. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah :
a. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah
tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.

D. Objek Pajak Bea Materai


Dokumen yang dikenakan bea materai adalah :
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,kenyataan, atau keadaan
yang bersifat perdata
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya

8
c. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-
rangkapnya
d. Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
 Yang menyebutkan penerimaan uang
 Yang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening
bank
 Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
 Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah
dilunasi atau diperhitungkan,
e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek,
f. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan,
yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang
semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan tujuannnya jika digunakan untuk
tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula.

Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah dokumen yang berupa:
a) Surat penyimpanan barang
b) Konosemen
c) Surat angkutan penumpang dan barang
d) Keterangan pemindahan
e) Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
f) Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman
g) Segala bentuk ijazah
h) Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan pembayaran
lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran tersebut.

E. Objek Pajak Bea Cukai


Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, BKC terdiri dari :
1.etil alkohol (EA) atau etanol
9
2. minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA)
3.hasil tembakau.

F. Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau
bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang ditananm atau
dilekatkan secara tetap pada tansh atau perairan. Termasuk dalam bangunan yang
dapat dikenakan pajak adalah : Bangunan tempat tinggal (rumah), gedung kantor,
hotel, pabrik, jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya, kolam renang, tempat
penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas lain yang
memberikan manfaat.
Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
objek pajak yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, social, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan
itu
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hak
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan

10
G. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang
meliputi :
a. Pemindahan hak karena : Jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, waris,
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang
mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan putusan
hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan
usaha, pemekaran usaha, hadiah.
b. Pemberian hak baru karena : kelanjutan pelepasan hak dan di luar pelepasan hak.
Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah : hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan,hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun, hak
pengelolaan.

H. Objek Pajak Daerah


1. Pajak Hotel : jasa pelayanan hotel, losmen, penginapan, rumah kos, dan
sejenisnya.
2. Pajak Restoran: penjualan makanan dan minuman dalam rumah makan, warung
makan, cafetaria, catering, dan sejenisnya (termasuk jasa boga).
3. Pajak Reklame: pemasangan papan iklan, billboard, videotron, megatron,
spanduk, banner, stiker, dan bentuk iklan lainnya.
4. Pajak Air Tanah: pengambilan dan pemanfaatan sumber air bawah tanah untuk
tujuan bisnis/komersial atau yang menunjang kegiatan komersial tersebut.
5. PBB-P2: objek tanah dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi/badan selain fasilitas umum, keagamaan, dan sosial.
6. BPHTB: perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
7. Pajak Parkir: penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha tersendiri, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan
parkir gratis.

11

8. Pajak Penerangan Jalan: penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun yang diperoleh dari sumber lain.
9. Pajak Hiburan, penyelenggaraan hiburan berupa:

 Pagelaran kesenian, musik, tari, atau busana.


 Kontes kecantikan.
 Pameran.
 Karaoke, dan sejenisnya.
 Permainan bilyard.
 Balap motor/Road race.
 Pertandingan olahraga.

11. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan: kegiatan pengambilan mineral bukan
logam dan batuan, meliputi pasir, kerikil, tanah liat, tawas, marmer, granit, batu
apung, kalsit, dan jenis lainnya yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan.
12. Pajak Sarang Burung: pengambilan atau pengusahaan sarang burung walet.
12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan bab di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
pajak sangat banyak jenisnya dan ada beberapa pajak yang bisa di golongkan menjadi
pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak Penghasilan termasuk Pajak Langsung
karena pajak dibebankan langsung pada penghasilan, tidak bisa dibebankan kepada orang
lain. Sementara itu, pajak tidak langsung merupakan pajak yang akan dibebankan kepada
penanggung jawab pajak. Dimana pembayaran pajak ini dapat diwakili atau dialihkan
kepada pihak lain. Pajak ini tidak memiliki ketentuan pasti dari surat ketetapan pajak,
serta pengenaan pajaknya tidak dilakukan secara berkala atau periodik.

B. Saran
Dengan Selesainya makalah ini, maka penulis mengharap kepada pembaca
sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini. Sebab penulis bukanlah orang yang
sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga bisa melalukan
kesalahan . Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat bagi
sipenulis maka akan selalu ditunggu oleh penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, mohon maaf atas segala kesalahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hipajak.id/artikel-jenis-pajak-di-indonesia-yang-perlu-banget-kamu-
tau
https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-
perhitungan/#Apa_Saja_Objek_Pajak_Penghasilan
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/objek-ppnbm
https://www.pajak.go.id/id/bea-meterai
https://www.beacukai.go.id/faq/barang-kena-cukai.html
https://www.academia.edu/38874033/
MAKALAH_SUBJEK_DAN_OBJEK_PAJAK
https://bppkad.blorakab.go.id/objek-pajak-daerah/
14

Anda mungkin juga menyukai