DOSEN
PENGAJAR
Muhammad
Nordiansyah SE,
M.Ak,Ak, CA
DI SUSUN OLEH
Abdullah Fahmy
(220031131002 2)
Haikal Hendi Ramadhan
(2200311310060)
Muhammad Syamsudin Noor (2200311310036)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap
bisa menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah
kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dengan bahasa yang sangat indah.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.3 Tujuan
BAB II ISI.................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
Demikian juga pengertian subjek dan objek pajak pada beberapa jenis pajak
lainnya. Dimana pengertian subjek dan objek pajak tergantung pajak apa
yang dimaksud. Di dalam makalah ini akan dibahas lebih mendetail
mengenai subjek dan objek pajak untuk beberapa jenis pajak.
Pemungutan pajak tidak terlepas dari unsur keadilan. Keadilan disini dapat
diartikan dalam prinsip (undang-undang), maupun adil dalam pelaksaannya
sehingga dapat menciptakan keseimbangan sosial untuk kesejahteraan
masyarakat. Salah satu unsur dalam mencapai keadilan melalui penetapan
tarif pajak, yaitu dengan memberikan tekanan yang sama kepada wajib pajak.
Tarif pajak adalah besarnya nilai yang digunakan untuk menentukan pajak
terutang yang harus dibayar wajib pajak kepada pemerintah sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
3
1. Apa yang di maksud dengan subjek pajak?
1.3 Tujuan
4
BAB II
ISI
Subjek pajak merupakan orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah
memenuhi syarat-syarat subjektif, yakni bertempat tinggal atau
berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru jadi wajib pajak apabila
telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Subjek pajak tidak identik dengan
subjek hukum, oleh karena itu untuk menjadi subjek pajak tidak perlu
menjadi subjek hukum. Sehingga firma, perkumpulan, warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi subjek pajak.
Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat
menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang
atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya.
1. Orang pribadi
5
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak Dalam hal ini warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka
yang berhak yaitu ahli waris.
3. Badan
Badan yang sebagai objek pajak meliputi badan usaha ataupun non
usaha. badan sebagai subjek tidak semata mata yang bergerak dalam
usaha mencari keuntungan namun juga bergerak di bidang
social,kemasyarakatan dan sebagainya, sepanjang pendiriannya
dikukuhkan dengan akta pendirian oleh yang berwenang. Badan
sebagai subjek pajak yakni: Perseroan terbatas, perseroan
komanditer, BUMN atau BUMD dengan nama dan bentuk apapun,
persekutuan, perseroan atau perkumpulan, firma, kongsi,
perkumpulan koperasi, Yayasan, Lembaga, dana pension,bentuk
usaha tetap dan bentuk usaha lainnya.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan usaha di Indonesia, dapat berupa:
b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. GedungKantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
6
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang
lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12
bulan
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya
tidak bebas
Dalam undang – undang Pph, subjek pajak Pph terdiri dari 2 jenis dan
dapat diuraikan sebagai berikut :
7
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kreteria :
Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang- undangan
Pembiayaanya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Penerimaanya di masukkan dalam anggaran pemerintah
pusat atau daerah
Pembukuannya diperiksa oleh apparat pengawasan fungsional
negara
10
Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya
akan dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia
Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia,
maka kewajiban pajak subjektifnya mulai pada saat badan
tersebut menerima atau memperoleh penghasilan di
Indonesia.
c. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
12
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir
pada saaat badan tersebut tidak lagi menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
c. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak
subjektifnya berakhir pada saat warisan tersebut selesai
dibagikan kepada para ahli warisnya masing-masing, dan
sejak
13
Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha
Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak
(JKP).
b. Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
14
mendirikan rumah atau gedung.
c. Peristiwa : kematian, keuntungan yang diperoleh secara mendadak.
2.2.2. Macam – macam Objek Pajak
c. Laba usaha,
15
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
n. Premi asuransi,
16
atau pekerjaannya.
b. Impor barang kena pajak
17
a. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang
dilakukan oleh penguasaha yang mengasilkan barang kena
pajak yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.
4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
b. Konosemen
d. Keterangan pemindahan
20
1. Bantuan atau sumbangan, harta hibah yang diterima oleh
keluarga sedarah dalam garis keturunan sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
2. Warisan
Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang
menjadi tanggung jawab wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase
yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai jenis tarif pajak dan
setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Dasar
pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar
untuk menghitung pajak terutang.
Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya
5%.
Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
22
Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini
merupakan tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak
akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut
mengecil. Melainkan bisa jadi lebih sar karena jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya
tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajaknya.Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan
selalu tetap sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea
Meterai dengan nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.Pada
dasarnya tarif pajak dipungut berdasarkan atau sesuai dengan
pengelompokan jenis-jenis pajak.
23
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
http://kelompok6hukumpajak.blogspot.com/2013/07/makalah-subjek-
dan- objek-pajak.html
http://rumahmakalalah.blogspot.com/2016/05/subjek-dan-objek-
pajak.html
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/36tahun2008uu.htm
https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/tarif-pajak
25