Disusun Oleh :
Kenneth Septian Theodorrus
B011191236
Fakultas Hukum
Prodi Ilmu Hukum
Universitas Hasanuddin
i
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Objek Pajak.................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Objek Pajak............................................................................3
2.2.2 Macam – Macam Objek Pajak.................................................................4
1. Objek pajak penghasilan (PPh).................................................................4
2. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)......................................................5
3. Objek Pajak PPn-BM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah)..................7
4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)..................................................7
5. Objek pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan....................9
6. Objek Pajak Bea Materai.........................................................................11
7. Objek Pajak Daerah.................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.1 Rangkuman...............................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian hukum pajak pada garis besarnya dapat dibagi dalam arti luas
dan dalam arti sempit. Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang
berkaitan dengan pajak. Hukum pajak dalam arti sempit adalah seperangkat
kaidah hukum tertulis yang mengatur hubungan antara pejabat pajak dengan
wajib pajak yang memuat sanksi hukum.1 Selain itu, Erly Suandy mengatakan
bahwa hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur
(2009: 2):
pemerintahan.”
umum, membayar gaji pegawai dan lain – lain. Bagi penduduk yang tidak
1
Muhammad. Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak (Jakarta: Rajawali Pers, 2018), hal. 1.
2
Erly Suandy, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hal. 2.
1
melakukan penyetoran, maka ia wajib melakukan pekerjaan – pekerjaan untuk
penghasilan atau kekayaan orang atau badan yang kemudian dikembalikan lagi
sendiri, baik yang membayar pajak maupun yang tidak membayar pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak haruslah jelas. Oleh
karena itu harus dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak
harus sesuai. Selain itu, tarif pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan
yang berlaku pada saat itu. Dengan demikian para wajib pajak dapat rutin dan
patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan
sebagai wajib pajak, setiap pihak harus memenuhi persyaratan sebagai subjek
Objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan
strategisnya objek pajak karena menyangkut apa yang dikenakan atau tidak
perpajakan kita selalu dengan tegas menyatakan apa yang menjadi objek
3
H. Bohari, Pengantar Hukum Pajak (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 2.
2
BAB II
PEMBAHASAN
dipersoalkan dalam hukum pajak materil. Objek pajak dikatakan sebagai bagian
terpenting karena wajib pajak tidak dikenakan pajak kalau tidak memiliki,
menguasai, atau menikmati objek pajak yang tergolong sebagai objek kena
“Objek pajak adalah segala sesuatu yang karena undang – undang dapat
dikenakan pajak.”
Kata “dapat” dikenakan pajak mengandung makna bahwa objek pajak boleh
atau tidak boleh kena pajak. Untuk dapat melakukan penentuan suatu objek
dapat menciptakan kemanfaatan bagi negara atau daerah selaku pihak yang
memungut pajak. Hal ini dipertegas oleh Rochmat Soemitro yang menyatakan
bahwa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macammnya. Pada
prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran
4
Muh. Djafar Saidi, op. cit. hal. 35.
3
a. Keadaan, misalnya kekayaan seseorang pada suatu saat tertentu,
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
Dan menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh
UU No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1), yang termasuk dalam penghasilan
adalah:
4
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen
h. Royalti;
n. .Premi Asuransi
terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaaan bebas;
dikenakan pajak.
5
2. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
pekerjaannya.
e. pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean;
6
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, oleh orang pribadi atau
badan, baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau pihak lain.
pekerjaanya;
Yang menjadi objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah “bumi dan atau
sebagai objek yang dapat dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan. Bumi sebagai
objek pajak adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Sebagai objek Pajak Bumi dan Bangunan, bumi terikat pada
7
klasifikasi bumi perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain, letak,
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau
memiliki rumah yang berada di atas tanah orang lain sehingga pemilik rumah
terpisah dari pemilik tanah. UU PBB memungkinkan orang yang memiliki rumah
di atas tanah orang lain dikenakan pajak tersendiri terlepas dari pajak yang
b. jalan tol;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olahraga
g. taman mewah
7
Muh Djafar Saidi, op. cit. hal. 54.
8
Sedangkan objek yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan
dengan itu;
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dapat pula disebut
sebagai Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan karena UU BPHTB
keduanya. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang
8
dikenakan atas Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Yang menjadi objek pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU BPHTB adalah objek pajak yang
meliputi:
8
Ibid, hal. 57-58
9
a. pemindahan hak karena: jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat,
dan hadiah;
pelepasan hak.
Hak atas tanah dan bangunan adalah hak atas tanah termasuk hak
Tahun 1960 dan UU No. 16 Tahun 1985. Hak atas tanah dan bangunan
berdsarkan kedua undang – undang tersebut adalah hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak
pengelolaan.
Sedangkan objek yang tidak dikenakan pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan berdasarkan Pasal 3 ayat (1) UU BPHTB adalah objek
balik;
10
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan
d. orang pribadi atau badan karena konvensi hak atau karena perbuatan
digunakan oleh orang pribadi atau badan lalu lintas hukum. Oleh karena itu,
Pasal 1 ayat (2) huruf a UU BM, adalah kertas yang berisikan tulisan yang
a. Surat perjanjian dan surat – surat lainnya yang dibuat dengan tujuan
rangkapnya;
11
Menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank;
Juga dikenakan Bea Materai atas dokumen yang digunakan sebagai alat
tujuannya jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang
b. Konosemen;
12
g. Surat – surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat – surat
4. tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah
5. kuitansi untuk segala jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang
dapat disamakan dengan itu dari kas negara, kas pemerintah daerah,
dan bank. Bank yang dimaksud dalam angka 5 ini adalah bank yang
cukai;
9. tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan
Pajak daerah yang meliputi pajak daerah provinsi dan pajak daerah
yang dapat dikenakan pajak dan tidak dikenakan pajak, bergantung pada
13
pengaturan dalam peraturan daerah yang bersangkutan. Penentuan objek
yang memuat tentang objek pajak tidak boleh mengambilalih objek pajak
ke dalam objek kena pajak atau dikelompokkan ke dalam objek tidak kena
BAB III
PENUTUP
3.1 Rangkuman
masa yang akan datang. Konsekuensi dari tujuan tersebut timbul kewajiban
negara.
9
Ibid, hal. 64-65.
14
Objek Pajak adalah segala sesuatu yang ada dalam masyarakat yang
pajak.
3.2 Saran
Penghasilan terbesar negara berasal dari pajak. Pajak memiliki peran yang
pengelolaan pajak harus dilakukan dengan baik dan benar agar dapat berguna
bagi kelangsungan negara itu sendiri. Selain itu, para wajib pajak harus taat
15
DAFTAR PUSTAKA
Pers
http://www.kabarpajak.com/2013/07/makalah-pajak-subjek-objek-
16