Anda di halaman 1dari 17

PEJABAT PAJAK

OLEH

Nama : Moh Kurniawan Sobari

Nomor Induk Mahasiswa : B011191241

Program Studi : Ilmu Hukum

1
DAFTAR ISI

SAMPUL 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Pengertian 4

B. Wewenang Pejabat Pajak 5

C. Kewajiban Pejabat Pajak 8

D. Larangan Pejabat Pajak 11

BAB III PENUTUP 14

DAFTAR PUSTAKA 17

2
BAB I PENDAHULUAN

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dasar hukum dari ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 9 tahun 1994, dan terakhir diubah dengan Undang-

Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(untuk sealanjutnya dalam buku ini diapakai istilah UUKUP). 1

Dari beberapa peraturan tersebut baik itu Undang-undang Pajak yang

memuat ketentuan formal, baik UU Kup, UU PBB, UU BPHTB, UUPDRD, UU

PPDSp, dan UU PENJAK tidak mengatur secara tegas siapa sebenarnya yang

dimaksud dengan pejabat pajak. Sekalipun pejabat pajak tidak diatur secara

tegas dalam Undang-undang pajak, dalam UU PENJAK ditemukan suatu

ketentuan yang mengatur tentang “pejabat yang berwenang” ketentuan itu

terdapat pada pasal 1 angka 1 UU PENJAK. Bahwa pejabat yang berwenang

adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Gubernur, Bupati/walikota, atau

pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan

perpajakan.2 Sementara itu wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan

1
Dr. Suparnyo, Hukum Pajak, (Semarang : Pustaka Magister, 2012), hal. 87.
2
Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, (Depok : Rajawali Pers, 2018) hal. 92

3
untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau

pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi

atau wajib pajak badan.3

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut ada

beberapa orang ataupun jabatan yang memiliki wewenang dalam mengelola

pajak negara. Seperti yang sudah disebutkan diatas beberapa pejabat pajak

seperti Direktur Jenderal Pajak, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Gubernur,

Bupati/walikota adalah beberapa pejabat yang diberikan wewenang, kewajiban,

serta larangan dalam melakukan pengelolaan pajak pada daerahnya masing-

masing. Sedangkan pejabat yang ditunjuk melaksanakan peraturan perundang-

undangan perpajakan adalah pejabat yang memiliki wewenang hanya sekedar

untuk membantu pelaksanaan tugas yang dibebankan oleh Direktur Jenderal

Pajak. Direktur Bea dan Cukai, Serta Gubernur dan Bupati/walikota baik dalam

bentuk delegasi maupun mandat.

Berdasarkan penjelesan diatas, selanjutnya akan dijelaskan lebih

komprehensif mengenai pejabat pajak yang telah diatur dalam undang-undang

tadi, apa saja wewenang yang diberikan, kewajiban yang harus dilaksanakan,

serta larangan yang tidak dapat dilakukan dari pejabat pajak tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian

Sebelum dilakukan pembaruan pajak tax reform pada tahun 1983,

selalu terdengar ucapan atau sebutan tentang fiskus dalam hubungan

3
Direktorat Jenderal Pajak, “Wajib Pajak”, 2021. https://www.pajak.go.id/id/wajib-pajak

4
dengan perpajakan. Istilah fiskus menurut Chidir Ali (1993;31) berasal

dari bahasa latin yang berarti keranjang yang berisi uang atau kantong

uang. yang memiliki arti bahwa istilah fiskus adalah sebuah istilah

dimasa lalu yang dipahami masyarakat sebagai orang yang mengelola

keuangan atau biasa kita kenal sebagai bendahara.

Dari pengertian diatas dapat kita pahami bahwa penggunaan kata

fiskus tertuju kepada pejabat pajak yang memiliki wewenangan,

kewajiban, dan larangan dalam rangka pelaksanaan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Pejabat pajak dalam undang-undang

sendiri tidak diatur secara tegas siapa siapa saja yang mengatur ataupun

memiliki wewenang dalam lingkup hukum pajak itu sendiri. Akan tetapi

dalam Undang-undang pengadilan pajak atau lebih tepatnya undang-

undang No. 14 tahun 2002 diatur dalam pasal 1 butir satu bahwa

“pejabat yang berwenang adalah Direktur Jenderal Pajak, Direktur

Jenderal Bea dan Cukai, Gubernur, Bupati/walikota, atau pejabat yang

ditunjuk untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan

perpajakan.4

2. Wewenang Pejabat Pajak

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa Direktur

Jenderal Pajak sebagai pejabat pajak yang berwenang mengelola pajak

negara, telah banyak diatur dalam undang-undang Pajak, Seperti UU

Kup, UU PBB, dan UU BPHTB. berbeda halnya dengan pejabat pajak

4
undang-undang No. 14 tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak

5
yang mengelola pajak daerah, baik itu merupakan pajak provinsi maupun

pajak kabupaten/kota sama sama telah diatur oleh UU PDRD masing

masing wilayah.5

 Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

Pejabat pajak berwenang dalam menerbitkan surat ketetapan

pajak baik itu pajak negara maupun pajak daerah masing-masing.

Sementara itu pengertian surat ketetapan pajak adalah surat

ketetapan yang meliputi

 surat ketetapan pajak kurang bayar,

 surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan,

 surat ketetapan pajak lebih bayar,

 atau surat ketetapan pajak nihil.

Dari keempat jenis surat ketetapan pajak tersebut diperuntukkan

untuk pemungutan dan penagihan pajak yang terkait dengan Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.6

 Menerbitkan Surat Tagihan Pajak

Surat tagihan pajak merupakan surat untuk melakukan tagihan

pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

Terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan dari surat ketetapan

pajak dan surat tagihan pajak yaitu kesamaan keduanya adalah

memiliki kedudukan yang sama yang artinya bawah utang pajak yang
5
Scribd.id, “Wewenang Pejabat Pajak” https://id.scribd.com/doc/100188072/Wewenang-
Pejabat-Pajak-docx
6
Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, (Depok : Rajawali Pers, 2018) hal. 92

6
tercantum dalam surat tagihan pajak maupun dalam surat ketetapan

pajak boleh ditagih dengan surat paksa. Perbedaan keduanya adalah

surat tagihan pajak tidak boleh mengajukan keberatan berbeda halnya

surat ketetapan pajak dapat diajukan keberatan.

Kewenangan pejabat pajak menerbitkan surat tagihan pajak

berlaku untuk semua jenis pajak baik pajak negara maupun pajak

daerah.7 Artinya bahwa semua jenis pajak yang dikelola oleh negara

maupun daerah merupakan kewenangan dari pejabat pajak untuk

menerbitkan surat ketetapan pajak.

 Menerbitkan Keputusan

Pejabat pajak juga berwenang menerbitkan keputusan dalam

rangka pelaksanaan Undang-undang Pajak. Keputusan dapat

diterbitkan karena atas permohonan wajib pajak maupun secara

jabatan karena perintah Undang-undang Pajak. Hal ini berlaku bagi

pejabat pajak yang berwenang mengelola pajak negara dan pajak

daerah. Adapun keputusan yang dapat diterbitkan oIeh pejabat pajak

yang berwenang mengelola pajak negara, khususnya pada Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah adalah:

 keputusan pengukuhan pengusaha kena pajak;

 keputusan pengurangan ketetapan pajak;

 keputusan pernbatalan ketetapan pajak;

 keputusan angsuran pembayaran pajak;

 keputusan penundaan pembayaran pajak;


7
Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, (Depok : Rajawali Pers, 2018) hal. 98

7
 keputusan pengurangan sanksi administrasi:

 keputusan penghapusan sanksi administrasi;

 keputusan pengembalian pendahuluan keIebihan pajak;

 keputusan pemberian imbaIan bunga; atau

 keputusan penagihan seketika dan sekaligus8

Berdasarkan keterangan diatas dapat dipahami bahwa pejabat pajak

dapat mengeluarkan sebuah keputusan yang meiliki akibat hukum yang

mengikat berdasarkan perintah undang-undang perpajakan. Baik itu

merupakan pejabat pajak negara maupun pejabat pajak daerah.

3. Kewajiban Pejabat Pajak

Selain wewenang yang di perintahkan undang-undang kepada

pejabat pajak, terdapat pula kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

pejabat pajak baik itu pejabat pajak negara maupun pejabat pajak

daerah. Terdapat beberapa kewajiban yang diperintahkan oleh undang-

undang kepada pejabat pajak yang akan dijelaskan sebagai berikut.

 Memberikan Keterangan Tertulis

Pejabat pajak diberikan kewajiban oleh undang undang untuk

memberikan keterangan tertulis apabila wajib pajak merasa memiliki

keraguan terkait keterangan tertulis hal hal yang menjadi dasar

pengenaan pajak. Penghitungan rugi, pemotongan atau pemutungan

pajak. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 125 ayat (6)

UU KUP terdapat pula pada Pasal 15 ayat (5) UU PBB dan Pasal 16

ayat (6) UU BPHTB. Hal ini berarti bahwa hukum pajak tetap

8
Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, (Depok : Rajawali Pers, 2018) hal. 99

8
menjamin perlindungan hukum wajib pajak. jika wajib pajak

merasa kekurangan keterangan, wajib pajak berhak mengajukan

permohonan untuk meminta keterangan-keterangan yang dianggap

perlu untuk melengkapi surat keberatannya. Pejabat pajak yang

mengelola pajak negara berkewajiban memberi keterangan-

keterangan yang diperlukan. Lain halnya bagi pejabat pajak yang

mengelola pajak daerah tidak berkewajiban memberi

keteranganketerangan yang terkait pengajuan keberatan yang

dilakukan oleh wajib pajak karena tidak diatur dalam UU PDRD.

 Menerbitkan Keputusan Pembetulan

Dalam pelaksanaanya dilapangan kadangkala pejabat pajak

kurang teliti dalam menerbitkan surat tagihan, surat ketetapan serta

keputusan yang kurang tepat sehingga membebani bagi wajib pajak.

Dan juga mungkin wajib pajak melakukan kesalahan dalam

penginputan surat pemberitahuan pajak kepada pejabat pajak.

Pejabat pajak yang ditugasi mengelola pajak negara, khususnya

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah berwenang melakukan pembetulan atas

permohonan wajib pajak tatkala dalam penerbitannya terdapat

kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung. Yang boleh dibetulkan

karena kesalahan atau kekeliruan, adalah:

 surat ketetapan pajak yang meliputi surat ketetapan pajak

kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan,

9
surat ketetapan pajak lebih bayar, dan surat ketetapan pajak

nihil;

 surat tagihan pajak;

 keputusan pengurangan ketetapan pajak;

 keputusan pembatalan ketetapan pajak;

 keputusan pengurangan sanksi administrasi;

 keputusan penghapusan sanksi administrasi;

 keputusan keberatan

 keputusan pemberian imbalan bunga; atau

 keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. 9

 Menerbitkan Keputusan Keberatan

ketika terjadi sebuah sengketa pajak di tingkat lembaga

keberatan, pejabat pajak berwenang memeriksa dan memutus, jika

surat keberatan telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

Dalam arti, kewajiban bagi pejabat pajak untuk menerbitkan surat

keputusan keberatan atas keberatan wajib pajak maupun pemotong

atau pemungut pajak terhadap suatu surat ketetapan pajak yang

diterbitkan oleh pejabat pajak. Kewajibanuntuk menerbitkan surat

keputusan keberatan diatur pada Pasal 26 ayat (1) UU KUP yang

menyatakan bahwa Direktur ]enderal Pajak dalam jangka waktu

paling lama dua belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima,

harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. Ketentuan

9
Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, (Depok : Rajawali Pers, 2018), hal. 113

10
yang sama ditemukan pula pada Pasal 16 ayat (1) UU PBB, Pasal

17 ayat (1) UU BPHTB, dan Pasal 14 ayat (1) UU PDRD. Hal ini

menunjukkan bahwa ada sinkronisasi antara UU KUPdengan UU

PBB, UU BPHTB, dan UU PDRD mengenai jangka waktu

pemberian sura t keputusan keberatan terhadap surat keberatan

yang diajukan oleh wajib pajak maupun pemotong atau pemungut

pajak.10

4. Larangan Pejabat Pajak

Pejabat pajak, termasuk yang diangkat untuk melaksanakan

peraturan perundang-undangan perpajakan, memegang peranan

penting dalam rangka penegakan hukum pajak. Dalam pelaksanaan

wewenangnya, pejabat pajak telah banyak mengetahui rahasia

perpajakan wajib pajak, baik karena wajib pajak memberitahukan

atau melaporkan melalui surat pemberitahuan. Bahkan karena

petugas pajak melaksanakan tugas pemeriksaan di tempat tinggal

atau di tempat kedudukan wajib pajak. Ataukah juru sita pajak

melaksanakan tugas menyampaikan surat paksa maupun tindakan

pelaksanaan surat paksa kepada wajib pajak maupun penanggung

pajak.

Kerahasiaan wajib pajak maupun penanggung pajak tetap

terjamin untuk tidak dibocorkan atau tidak diketahui oleh pihak

ketiga. Oleh karena itu, hukum pajak berkewajiban memberi

perlindungan dengan menyiapkan perangkat hukum untuk itu .


10
Ibid, Hal. 115

11
Perangkat hukum yang dimaksudkan telah ditentukan sebagai

berikut.

 Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain

segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya

oleh wajib pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk

menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

 Larangan tersebut di atas berlaku pula terhadap tenaga ahli

yang ditunjuk oleh pejabat pajak untuk membantu dalam

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

 Dikecualikan dari larangan tersebut di atas adalah: a) pejabat

dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli

dalam sidang pengadilan; dan b) pejabat dan tenaga ahli yang

memberikan keterangan kepada pihak lain yang ditetapkan

oleh Menteri Keuangan.

 Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan berwenang

memberi izin tertulis kepada pejabat dan tenaga-tenaga ahli

yang bersangkutan agar memberikan keterangan, memperlihatkan

bukti tertulis dari atau tentang wajib pajak kepada

pihak yang ditunjuknya.

 Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara

pidana atau perkara perdata atas permintaan hakim sesuai

dengan hukum acara pidana dan hukum acara perdata, Menteri

12
Keuangan dapat memberi izin tertulis untuk meminta kepada

pejabat dan tenaga ahli yang bersangkutan, bukti tertulis dan

keterangan wajib pajak yang ada padanya.

 Permintaan hakim tersebut di atas, wajib menyebut nama

tersangka atau nama tergugat, keterangan-keterangan yang diminta

serta kaitan perkara pidana atau perkara perdata yang

bersangkutan dengan keterangan yang diminta tersebut.

Larangan untuk tidak mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak

untuk pihak lain dikecualikan tatkala pejabat pajak, pejabat yang

diangkat, dan petugas pajak bertindak sebagai saksi atau saksi ahli

dalam pengadilan. Larangan ini hanya bersifat sernentara, yakni

pada saat persidangan pengadilan dan tidak termasuk di luar

persidangan pengadilan. Demikian pula halnya terhadap keterangan

yang diberitahukan kepada pihak lain yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan hanya tertuju pada identitas wajib pajak dan informasi

yang bersifat umum tentang perpajakan kepada antara lain lembaga

negara atau Instansi Pemerintah yang berwenang melakukan

pemeriksaan di bidang keuangan negara. PengecuaIian larangan

tersebut tidak memerlukan izin dari Menteri Keuangan.

BAB III PENUTUP

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

peruntukannya adalah untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. Olehnya itu

pengelolaan pajak haruslah diberikan kepada orang yang tepat dan diatur

13
dengan jelas bagaimana tata cara pemungutan yanng akuntabel serta

transparan agar rakyat juga memiliki rasa percaya terhadap negara maupun

pemerintah dalam mengelola pajak. Pejabat pajak adalah orang ataupun

jabatan yang diberikan perintah langsung dari undang-undang untuk

memungut, serta mengelola pajak baik itu pajak negara maupun pajak daerah.

Sementara wajib pajak adalah sebutan atau istilah untuk orang yang memiliki

kewajiban untuk membyara pajak baik itu pajak negara maupun pajak daerah.

Dalam melaksanakan tugas tugasnya berdasarkan perintah undang-

undang pejabat pajak diberikan wewenang, kewajiban serta larangan yang jelas

agar terciptanya pelaksanaan wajib pajak yang trasnparan serta akuntabel.

Wewenang dari pejabat pajak adalah;

 Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

 Menerbitkan Surat Tagihan Pajak

 Menerbitkan Keuputusan

Sementara itu pejabat pajak juga diberikan kewajiban oleh undang undang

kepada pejabat pajak diantaranya adalah sebagai berikut;

 Memberikan Keterangan Tertulis

 Menerbitkan Keputusan Pembetulan

 Menerbitkan Keputusan Keberatan

Dan yang terakhir adalah larangan bagi pejabat pajak yang juga telah diatur

dengan jelas dalam undang-undang yaitu;

14
 Pejabat pajak dilarang memberikan segala jenis informasi yang telah

diterimanya dari wajib pajak kepada pihak lain, serta larangan ini

juga berlaku bagi pejabat pajak yang ditunjuk baik itu secara

delegasi maupun mandat

 Larangan diatas dapat dikecualikan ketika pejabat pajak bertindak

sebagai ahli maupun saksi ahli dalam sebuah persidangan

 Untuk kepentingan negara, menteri keuangan dapat ataupun

berwenang memberikan izin tertulis kepada pejabat pajak untuk

memberikan keterangan ataupun bukti tertulis dari atau tentang wajib

pajak.

 Untuk kepentingan pemeriksaan pengadilan hakim dapat meminta

menteri keuangan untuk memberikan izin tertulis untuk memberikan

keterangan maupun bukti tertulis yang ada pada saksi maupun saksi

ahli.

 Permintaan hakim diatas wajib menyebutkan nama tersangka atau

nama tergugat serta keterangan keterangan terkait yang dibutuhkan

dalam proses penyelidikan maupun pada saat pengadilan.

Namun dari penjelasan diatas pejabat pajak sebagaimana sewajarnya

manusia pasti memiliki kesalahan kesalahan tertentu baik itu kurang teliti dalam

menerbitkan surat keputusan ataupun kebijakan terkait yang dapat merugikan

wajib pajak. Olehnya itu semuanya telah diatur dalam undang undang agar

terciptanya pelaksanaan wajib pajak yang transparan serta akuntabel.

15
Daftar Pustaka

Djafar Saidi, Muhammad. 2018. Pembaruan Hukum Pajak. Depok :

Rajawali Pers.

Suparnyo. 2012. Hukum Pajak. Semarang : Pustaka Magister), hal. 87.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak

16
Scribd.id 2021. Wewenang Pejabat Pajak

https://id.scribd.com/doc/100188072/Wewenang-Pejabat-Pajak-docx, Diakses

pada 30 Maret 2021 pukul 20.45.

Direktorat Jenderal Pajak. 2021. Wajib Pajak.

https://www.pajak.go.id/id/wajib-pajak, diakses pada 30 Maret pukul 16.23.

17

Anda mungkin juga menyukai