Anda di halaman 1dari 26

TIMBUL dan HAPUSNYA

UTANG PAJAK
SYOFIARTI
UTANG PAJAK :
 Pasal 1 butir 8 UU No.19 Tahun 2000 (UU PPDSP):
Utang pajak adalah pajak yg masih harus dibayar termasuk
sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yg
tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat
sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan

 Pasal 1 butir 10 UU No. 28 Tahun 2007(UU KUP) :


Pajak yg terutang adalah pajak yg masih harus dibayar pada
suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak, sesuai
dgn ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
.
Jika terdapat perbedaan, dalam penerapannya
digunakan asas hukum lex specialis derogat legi
generalis
UU KUP merupakan ketentuan umum
sedangkan UU PPDSP merupakan ketentuan
khusus
Apa beda Utang menurut
Hukum Pajak dengan Utang
menurut Hukum Perdata
 Utang menurut Hk.Perdata;
adanya kesepakatan antara
para pihak
 Utang menurut Hk.Pajak;
tidak ada kesepakatan
Timbulnya Utang Pajak
Timbulnya utang pajak tidak selalu
dinyatakan dengan terang dalam
undang-undang, pada saat manakah
terjadi suatu utang pajak, melainkan
dicurahkannya semua perhatian
kepada timbulnya keharusan untuk
membayarnya
(R.Santoso Brotodihardjo)
Teori Timbulnya Utang Pajak

 Teori materiil
 Teori Formil
Teori Materiil
 Pelopornya; Prof.P.J Andriani
 Timbulnya utang pajak karena ketentuan
UU tanpa diperlukan suatu perbuatan lain.
 Tidak memerlukan campur tangan pejabat
pajak untuk menerbitkan surat ketetapan
pajak
 Dgn demikian walaupun tdk dikeluarkan
Surat Ketetapan Pajak oleh Fiskus asalkan
dipenuhi Tatsbestand yaitu suatu keadaan,
perbuatan atau peristiwa yg sudah
memenuhi ketentuan utk dipungut pajak
Teori Materiil
 Keberadaan
surat ketetapan pajak hanya
sekedar untuk melakukan penagihan pajak
dan tidak menimbulkan utang pajak (karena
memenuhi syarat tatbestand yang terdapat
dalam UU Pajak
 SKP mempunyai 2 fungsi :
❑ Dasar penagihan pajak
❑ Menentukan jumlah utang pajak
Kelemahan Teori Materiil
Pada saat utang pajak itu timbul tidak
diketahui dengan pasti, atau belum
diketahui dengan pasti berapa besarnya
utang pajak, karena kebanyakan wajib
pajak tidak memahami dan menguasai
ketentuan UU Pajak sehingga kurang
mampu menerapkannya
Setiap wajib pajak wajib membayar
pajak yang terutang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat
ketetapan pajak
(Pasal 12 ayat 1 UU KUP)
(Teori Materiil)
Penjelasan UU KUP
(menganut Teori Materiil)
Pada prinsipnya pajak yang terutang pada saat
timbulnya objek pajak yang dapat dikenakan
pajak, namun untuk kepentingan administrasi
perpajakan saat terutangnya pajak tersebut
adalah;
❑ Pada suatu saat; pph yang dipotong pihak
ketiga
❑ Pada akhir masa; pph karyawan yang dipotong
oleh pemberi kerja atau yang dipungut pihak
lain, atau pemungutan Ppn dan PpnBM
❑ Pada akhir tahun pajak; pph
UU lain yang menganut Teori Materiil :
❑ UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRB)
❑ UU Bea Meterai
❑ UU Bea Cukai
Keuntungan Teori Materiil :

 Memberi keringanan
pada tugas pejabat
pajak dalam
melakukan
pengawasan terhadap
wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban
dan menjalankan
hak-haknya
Teori Formil
 Pelopornya; Mr.Steinmetz
 Timbulnya utang pajak bukan karena UU
Pajak. Walaupun telah dipenuhi
Tatsbestand, jika belum diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak maka belum timbul utang
pajak
 Dengan demikian, utang pajak timbul
karena perbuatan hukum dari pejabat pajak
yang menerbitkan SKP terhadap wajib pajak
Teori Formil
 SKP memiliki fungsi;
❑ Menimbulkan utang pajak,
❑ Dasar penagihan
❑ Menentukan jumlah pajak yang terutang

 Teori ini dianut dalam Pajak Bumi dan


Bangunan Pedesaan dan perkotaan (PBBP2).
Hal ini didasarkan bahwa penentuan jumlah
pajak yang terutang merupakan campur
tangan pejabat pajak
Kelemahan Teori Formil

Besar sekali kemungkinan utang


pajak ditetapkan tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dan teori
ini tidak bisa diterapkan terhadap
pajak tidak langsung
Berakhirnya Utang Pajak

 Pembayaran
 Pembayaran dengan cara
lain
 Kompensasi
 Peniadaan/Penghapusan
 Pembebasan
 Daluwarsa
PEMBAYARAN
Pembayaran secara lunas dalam bentuk
sejumlah uang yang dilakukan oleh wajib
pajak. Akan tetapi pembayaran pajak dapat
dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak
berkepentingan dengan ketentuan bahwa
pihak ketiga tersebut bertindak atas nama
wajib pajak
PEMBAYARAN DENGAN CARA LAIN
Pelunasan pajak tidak selalu dikaitkan
dengan cara membayar dalam bentuk uang
melainkan bisa dengan cara lain yaitu dengan
menggunakan kertas meterai atau meterai
tempel sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam UU (UU Bea Meterai). Sehingga kertas
meterai atau meterai tempel tersebut setelah
dipakai tidak dapat dipakai untuk kedua
kalinya
KOMPENSASI
Berakhirnya utang pajak dalam bentuk
kompensasi, berupa kelebihan pembayaran
pajak yang dapat dikompensasikan dengan
utang pajak yang timbul di masa mendatang.
Hal ini dapat terjadi karena; perubahan UU
Pajak, kekeliruan pembayaran, adanya
pemberian pengurangan, dan lain-lain.
(kelebihan pembayaran pajak; kredit pajak)
PENIADAAN / PENGHAPUSAN
❑ Pajak yang terutang hanya dapat ditiadakan
karena alasan tertentu; musibah, dasar
penetapannya tidak benar
❑ Adanya permohonan dari wajib pajak
❑ Peniadaan ini berupa :
▪ Peniadaan sebagian utang pajak;
pengurangan atas sejumlah utang pajak yang
harus dibayar
▪ Peniadaan secara keseluruhan utang pajak
❑ Tata cara dan penetapan besarnya peniadaan
utang pajak diatur dengan Permenkeu atau
Perkada
PENIADAAN / PENGHAPUSAN
Contoh peniadaan untuk Pph :
❑ Wajib pajak meninggal dunia dengan tidak
meninggalkan harta warisan dan tidak
mempunyai ahli waris
❑ Wajib pajak menghilang
❑ Wajib pajak tidak memiliki harta kekayaan
lagi
PEMBEBASAN
Terdapat ketentuan secara tegas dalam UU
tentang pembebasan dengan menggunakan
istilah pengenaan tarif nol persen.

Misalnya; UU Ppn secara tegas


mencantumkan bahwa barang kena pajak
yang diekspor dibebaskan dari pengenaan
pajak PPn dan PpnBm. Tujuannya adalah
agar pengusaha kena pajak dapat
meningkatkan kegiatan ekspornya untuk
memperoleh penghasilan bagi negara
DALUWARSA
❑ Daluwarsanya utang pajak pada saat lewat
jangka waktu penagihannya, tergantung pada
UU Pajak yang bersangkutan.
❑ Untuk Pajak Pusat daluwarsanya 10 tahun,
sedangkan pajak daerah daluwarsanya 5 tahun
kecuali jika ada perbuatan hukum dari pejabat
pajak sehingga boleh melampaui masa
daluwarsa.
❑ Daluwarsa ini adalah merupakan kepastian
hukum yang bersifat semu
DALUWARSA
Daluwarsanya penagihan pajak tertangguh
apabila;
❑ Diterbitkan surat teguran dan/atau surat
paksa
❑ Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak
baik langsung maupun tidak langsung
(diketahui dari pengajuan permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran dan
permohonan keberatan dari wajib pajak)

Anda mungkin juga menyukai